Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilawati
Abstrak :
Kateterisasi jantung adalah tindakan diagnostik dan intervensi terhadap penyakit jantung koroner. Nyeri punggung merupakan keluhan yang banyak diungkapkan oleh pasien yang menjalani kateterisasi jantung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri punggung pada pasien post kateterisasi jantung. Desain penelitian adalah randomized controlled trials dengan single blind. Sebanyak 46 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan metode randomisasi blok. Hasil penelitian menyimpulkan rerata nyeri punggung pada kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01) dan selisih peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value =0,042). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan nyeri punggung pada pasien yang diberikan mobilisasi dini lebih rendah dibandingkan peningkatan nyeri punggung pada pasien yang tidak diberikan mobilisasi dini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi massage punggung untuk menurunkan ketegangan otot punggung. ......Cardiac catheterization is increasingly used in hospitals in Indonesia as diagnostic and interventional interventions against coronary heart disease. Back pain is a major complaint expressed by many patients who undergoing cardiac catheterization as prolonged bed rest period without any change in the position for more than 6 hours till tomorrow morning is commonly use. The purpose of this study were to determine the effect of early mobilization toward backpain in patients post cardiac catheterization. The study design was a randomized controlled trials with singleblinded. The sample size was 46 respondents which divided to two groups: control group and intervention group by using block randomization method. The result of this study showed that mean backpain's scale in control group was significantly higher than the intervention group (pvalue = 0.01) after the interventios were given, and the difference in mean backpain’s scale in the control group is higher than the intervention group (p value = 0.042). This study conclude that backpain’s scale elevated in patients whose given early mobilization is lower than the in backpain's scale in patients whose are not given early mobilization. Recommendations for further research is added another interventions to reduce tension of back muscles such as back massage.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman
Abstrak :
Kateterisasi jantung menggunakan zat kontras untuk memandu prosedur terapeutik ke jantung dan pembuluh darah. Karena sifat agen kontras yang membebani secara biologis, penggunaan agen kontras harus dibatasi seminimal mungkin dengan hasil gambar yang dapat diidentifikasi. Sementara ambang berbasis fisiologis tersedia, ambang berbasis gambar masih belum tersedia. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis ambang batas volume dan debit untuk penggunaan bahan kontras. Studi pendahuluan pertama kali dilakukan untuk menentukan cairan buatan yang akan digunakan sebagai pengganti darah yang sebenarnya. Menggunakan dosing pump yang dilengkapi in-house blood flow phantom setebal 3 cm ketebalan jantung dan slab phantom setebal 23 cm ketebalan dada, mesin injektor menyuntikkan volume yang diatur dengan variasi 3, 5, 7, 10, dan 13 mL, dan variasi debit 1, 2, 3, 4, dan 5 mL/s. Hasil citra diolah menggunakan aplikasi ImageJ dengan perhitungan SDNR. Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa natrium klorida paling cocok untuk digunakan sebagai pengganti darah. Hasil penggunaan NaCl 0,9% sebagai darah menunjukkan bahwa ambang penggunaan zat kontras berada pada kisaran 7 mL dengan kecepatan 3 mL/s. Penggunaan agen kontras dengan volume dan laju alir yang lebih tinggi tidak menunjukkan kontras yang lebih tinggi. ......Cardiac catheterization uses contrast agents to guide therapeutic procedures to the heart and blood vessels. Due to the biologically burdening nature of contrast agents, the use of contrast agents should be limited to be minimal with identifiable image results. While physiologically based thresholds are available, image-based thresholds are still unavailable. Therefore, it is necessary to analyze the threshold of volume and flowrate for the use of contrast agents. A preliminary study was first conducted to determine the artificial liquid to be used in place of actual blood. Using dosing pump-equipped in-house blood flow phantom 3 cm thick as heart thickness and slab phantom 23 cm thick as chest thickness, the injector machine injects the regulated volumes with variations of 3, 5, 7, 10, and 13 mL, and varied flowrate of 1, 2, 3, 4, and 5 mL/s. The image results were processed using the ImageJ application with SDNR calculations. Preliminary study has shown that natrium chloride was best suited for use in place of blood. Results using NaCl 0.9% as blood shown that the threshold for the use of contrast agent was in the range of 7 mL at a speed of 3 mL/s. The use of contrast agents with higher volumes and flowrates did not demonstrate higher contrast.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mounti Martias
Abstrak :
Latar belakang: Ventricle septal defect (VSD) merupakan penyakit jantung kongenital yang paling sering ditemukan diseluruh dunia. Komplikasi hipertensi pulmonal dapat menyertai 40% kasus VSD dan meningkatkan kejadian mortalitas pascaoperasi hingga 7%. Di Indonesia banyak rumah sakit yang dapat melayani kateterisasi jantung pasien pediatrik namun masih sedikit rumah sakit yang dapat melayani operasi penutupan defek jantung pasien pediatrik VSD dengan hipertensi pulmonal dikarenakan luaran pascaoperasi yang berat dan memerlukan tata laksana yang lebih rumit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai luaran pascaoperasi tutup defek pada pasien pediatrik VSD dengan hipertensi pulmonal berdasarkan hasil kateterisasi jantung. Metode: Dilakukan studi retrospective cohort di divisi bedah jantung pediatrik Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita melalui data rekam medis dari bulan Januari 2015 sampai bulan Juni 2020 merekrut subjek di bawah usia 18 tahun yang menjalani pasien pediatrik dengan VSD dengan hipertensi pulmonal yang dilakukan kateterisasi jantung dan menjalani operasi koreksi defek jantung. Hasil: Terdapat 372 subjek pada penelitian ini. Usia rerata subjek studi ini 47 bulan. Pada penelitian ini terdapat peningkatan yang signifikan (p<0,001) pada durasi ventilator, rawat ICU, rawat inap pascaoperasi pada kelompok nilai PARI 4-5,99 WU, 6-7,99 WU dan >8 WU dibandingkan dengan kelompok nilai PARI <4 WU. Luaran kelompok nilai PARI ≤2 WU setelah uji vasoreaktivitas oksigen lebih baik dibandingkan kelompok PARI 2,01-4 WU dengan mortalitas (1,1% vs 6,3%; p <0,031; OR 5,88), durasi ventilator (62,1% vs 20,3%; p <0,001; OR 6,44), durasi rawat ICU (47,7% vs 19,5%; p <0.001; OR 8,73), durasi rawat inap (74,1% vs 33,8%; p <0.001; OR 5,62). Simpulan: Nilai PARI dari kateterisasi jantung dapat menjadi acuan tata laksana penutupan defek jantung pada pasien pediatrik VSD dengan hipertensi pulmonal sehingga rumah sakit di daerah dapat menentukan kasus yang dapat dilakukan koreksi defek jantung atau harus dirujuk ke rumah sakit sentra jantung ......Background: Ventricle septal defect (VSD) is the most common congenital heart disease. VSD with pulmonary hypertension may be found in 40% cases and mortality up to 7%. Indonesia have many hospitals can provide cardiac catheterization in paediatrics but only few hospitals can provide cardiac surgery for pediatrics with VSD with pulmonary hypertension because of postoperative requiring complicated management. This study aims to predict the postoperative outcome of defect closure in pediatrics with VSD and pulmonary hypertension based on cardiac catheterization. Methods: A retrospective cohort study in pediatric cardiac surgery division of Harapan Kita National Heart Center Hospital. Data were taken from medical record from January 2015 to June 2020 with subjects under 18 years old with VSD with pulmonary hypertension who underwent cardiac catheterization and heart defect correction surgery. Results: 372 subjects were included in this study. The mean age of subjects was 47 months. In this study, there was significant increase (p <0.001) duration of mechanical ventilation, ICU hospitalization, postoperative hospitalization group PARI 4-5,99 WU, 6-7,99 WU, and >8 WU compared to PARI 4-5,99 WU group. Outcome patients with PARI post oxygen vasoreactivity test ≤2 WU was better than PARI 2,01-4 WU in mortality (1,1% vs 6,3%; p <0,031; OR 5,88), duration mechanical ventilation (62,1% vs 20,3%; p <0,001; OR 6,44), duration of ICU care (47,7% vs 19,5%; p <0.001; OR 8,73), duration postoperative hospitalization (74,1% vs 33,8%; p <0.001; OR 5,62). Conclusions: Value of PARI can be reference for management in pediatric patients VSD with pulmonary hypertension so regional hospitals can determine cases that can be corrected or referred to cardiac center hospital
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Janno
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penekanan mekanikal bantal pasir 2,3 kg antara 2, 4, 6 jam terhadap komplikasi. Metode penelitian randomized controlled trial, dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang. Kelompok intervensi I menggunakan bantal pasir 2,3 kg 2 jam, intervensi II 4 jam, kelompok kontrol 6 jam, pengukuran dilakukan setiap 2 jam. Hasil penelitian tidak ada mengalami perdarahan pada semua kelompok, tidak ada perbedaan insiden haematom diantara kelompok (p= 0,866; α= 0,05). Ada perbedaan rasa nyaman diantara kelompok pada observasi 4 jam (p= 0,003; α= 0,05) dan observasi 6 jam (p= 0,0005; α= 0,05). Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya modifikasi Standar Prosedur Operasional penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dari 6 jam menjadi 2 jam, sebab tidak meningkatkan komplikasi, akan tetapi meningkatkan rasa nyaman klien.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
600 UI-JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Janno
Abstrak :
This study was to determine the effectiveness of the mechanical suppression of sandbag 2.3 kg between the 2, 4, 6 hoursagainst complications. The research design was randomized controlled trial study, where 90 patients as sample. A 2.3 kgsandbag was applied for two hours for the first group, four hours for the second groups, and six hours for the control groups,measurements were taken every 2 hours. The results showed that no patient has any bleeding, not difference the incidence ofhematoma between groups (p= 0.866; α= 0.05). That the differences of discomfort between groups were found after 4 hours(p= 0.003; α= 0.05), and after 6 hours (p= 0.0005; α=0.05). It is recommended that Standard Operational Proceduremodification required from six hours into two hours in using a 2.3 kg sandbag as a mechanical pressure, because there is noincrease of incidence of complications, on the otherhand an improvement of comfort level is detected.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Janno
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penekanan mekanikal bantal pasir 2,3 kg antara 2, 4, 6 jam terhadap komplikasi. Metode penelitian randomized controlled trial, dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang. Kelompok intervensi I menggunakan bantal pasir 2,3 kg 2 jam, intervensi II 4 jam, kelompok kontrol 6 jam, pengukuran dilakukan setiap 2 jam. Hasil penelitian tidak ada mengalami perdarahan pada semua kelompok, tidak ada perbedaan insiden haematom diantara kelompok (p= 0,866; α= 0,05). Ada perbedaan rasa nyaman diantara kelompok pada observasi 4 jam (p= 0,003; α= 0,05) dan observasi 6 jam (p= 0,0005; α= 0,05). Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya modifikasi Standar Prosedur Operasional penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dari 6 jam menjadi 2 jam, sebab tidak meningkatkan komplikasi, akan tetapi meningkatkan rasa nyaman klien.
This study was to determine the effectiveness of the mechanical suppression of sandbag 2.3 kg between the 2, 4, 6 hours against complications. The research design was randomized controlled trial study, where 90 patients as sample. A 2.3 kg sandbag was applied for two hours for the first group, four hours for the second groups, and six hours for the control groups, measurements were taken every 2 hours. The results showed that no patient has any bleeding, not difference the incidence of hematoma between groups (p= 0.866; α= 0.05). That the differences of discomfort between groups were found after 4 hours (p= 0.003; α= 0.05), and after 6 hours (p= 0.0005; α=0.05). It is recommended that Standard Operational Procedure modification required from six hours into two hours in using a 2.3 kg sandbag as a mechanical pressure, because there is no increase of incidence of complications, on the otherhand an improvement of comfort level is detected.
STIKES Mutiara Indonesia ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Janno
Abstrak :
Angiografi koroner dan PCI/PTCA transfemoral, dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan haematom. Penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dapat meminimalkan insiden perdarahan dan haematom, akan tetapi penggunaan bantal pasir 2,3 kg terlalu lama dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas penekanan mekanikal dengan bantal pasir 2,3 kg antara 2, 4 dan 6 jam terhadap insiden perdarahan, haematom dan rasa tidak nyaman. Metode penelitian randomized controlled trial desain paralel tanpa matching. Metode sampling randomisasi dengan random blok. Jumlah sampel 90 orang, kelompok intervensi I 30 orang, intervensi II 30 orang dan kontrol 30 orang. Kelompok intervensi I menggunakan bantal pasir 2,3 kg selama 2 jam, kelompok intervensi II selama 4 jam dan kelompok kontrol selama 6 jam. Observasi dan pengukuran dilakukan setiap 2 jam pada semua kelompok, alat ukur yang digunakan lembar observasi, tensi digital terkalibrasi, monofilamen dan keluhan rasa tidak nyaman. Hasil penelitian tidak ada responden yang mengalami perdarahan pada semua kelompok, tidak ada perbedaan insiden haematom diantara kelompok (p value = 0,866). Ada perbedaan signifikan tingkat rasa nyaman diantara kelompok pada observasi 4 jam (p value = 0,003) dan pada observasi 6 jam (p value = 0,0005). Perlu modifikasi SOP tentang penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dari 6 jam menjadi 2 jam. Penggunaan bantal pasir 2,3 kg 2 jam tidak meningkatkan insiden perdarahan dan haematom, akan tetapi meningkatkan rasa nyaman klien. ...... Angiography coroner and PTCA with transfemoral approach of catheter commonly having vascular complications, such as bleeding and hematoma. Using a 2,3 kg sandbag as a mechanical compression to minimize incidence of bleeding and hematoma in a longer period of compression would have side effect that increase patient discomfort. This study was aim at evaluating the different effects of putting a sandbag 2,3 kg between two, four, and six hours on femoral access site after cardiac invasive procedure toward vascular complications rate and the severity of discomfort level. The research design was randomized control trial study where 90 patients were included and divided randomly into three different groups. A 2,3 kg sandbag was applied for two hours, four hours, and six hours after sheath removal, to the first, second, and third group respectively. Every 2 hours until 6 hours the observation of bleeding, hematoma and discomfort for each groups were taken with sphygmomanometer digital, monofilament and the observation sheets. The result of study demonstrated that no patient has any bleeding as a complication of procedure, and there is no significant differences incidence of hematoma between groups (p value = 0,866), however there is significant differences the client experienced of discomfort were found after 4 hours using 2,3 kg sandbag on femoral access site as a mechanical pressure (p value = 0,003), and after 6 hours (p value = 0,0005). As a research recommendation a of SOP is required from six hours becomes two hours in using a 2,3 kg sandbag as a mechanical pressure.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dally Rahman
Abstrak :
Penyakit kardiovaskuler secara global merupakan penyebab kematian utama di dunia yang jumlahnya semakin meningkat. Perawat sebagai komponen dalam tim kesehatan diharapkan dapat berperan dalam penanganan pasien gangguan sistem kardiovaskuler. dengan menjalankan peran perawat spesialis sebagai pemberi asuhan, pendidik, peneliti dan inovator. Tujuan praktik residensi ini adalah untuk mengaplikasikan peran perawat spesialis melalui praktik pelayanan keperawatan mengggunakan pendekatan Model Adaptasi Roy. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan pada 30 orang pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dan satu orang kasus kelolaan utama yaitu pasien pasca operasi Coronary Artery Bypass Graft CABG . Peran sebagai pendidik dilakukan melalui bimbingan pada perawat sejawat. Peran sebagai peneliti dilakukan dengan menerapkan tindakan keperawatan yang berbasis pembuktian ilmiah Evidence Based Nursing Practice yaitu dengan membuktikan pengaturan posisi dan early ambulation sebagai salah satu teknik untuk mencegah back pain, retensi urin dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post trans-femoral cardiac catheterization. Peran sebagai inovator dilakukan melalui pembuatan dan implementasi format pengkajian awal, intervensi, implementasi, dan monitoring kecemasan pada pasien CABG. Hasil analisis praktik ini menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy efektif diterapkan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dan pengaturan posisi dan early ambulation efektif dalam mencegah back pain, retensi urin dan meningkatkan kenyamanan pada pasien post trans-femoral cardiac catheterization. Selain itu, format pengkajian awal, intervensi, implementasi, dan monitoring kecemasan dapat diterapkan pada pasien CABG. ......The cardiovascular diseases are the leading cause of death worldwide and have been increasing. Nurses as component of health care system are expected to contribute on management of patients with cardiovascular disorder by implementing role of clinical nursing specialist as care provider, educator, researcher, and innovator. The aim of residency clinical practice is to applying the role of clinical nurse specialist through nursing practice services using the Roy rsquo s Adaptation Model approach. The role as care provider was applied to 30 patients of cardiovascular disorders and a patient with postoperative Coronary Artery Bypass Graft CABG as the primary case. The role as educator was performed by educating patients and nurses. The role as researcher was performed by applying evidence based nursing practice to prove the positioning and early ambulation to avoid back pain, urinary retention, and increase comfort on post trans femoral cardiac catheterization patient. The role as innovator was executed by creating and implementing form of initial assessment, intervention, implementation, and monitoring of anxiety on patients with CABG. The results of analysis showed that Roy Adaptation Model was effectively used on patients of cardiovascular disorder and positioning and early ambulation was effectively avoided back pain, urinary retention, and increase comfort on post trans femoral cardiac catheterization patient. Moreover, initial assessment, intervention, implementation, and monitoring forms of anxiety was effectively avoided on patients with CABG.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Smuclovisky, Claudio
Abstrak :
This new case-based book fills a gap in the literature by guiding the reader through the challenging clinical problems encountered in daily practice. Each case presents the clinician with a complete patient work-up that includes clinical history, radiological and clinical findings, treatment summary and suggested readings.
New York, NY : Springer , 2009
616.130 757 2 SMU c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library