Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oxford: Oxford University Press, 2008
123.5 ARE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Pahlevi
Abstrak :
Penghukuman yang diberikan pada pelaku tindak kriminal dijustifikasi oleh teori penghukuman retributivisme. Teori penghukuman ini didasari oleh asumsi bahwa manusia bertindak berdasarkan kehendak bebasnya, dan orang yang melakukan tindakan tersebut memiliki tanggung jawab moral atas tindakannya. Tanggung jawab moral dalam artian bahwa segala konsekuensi yang dihasilkan dari suatu tindakan dibebankan pada orang yang melakukannya. Dapat dikatakan bahwa konsep tentang kehendak bebas dan tanggung jawab moral, menjadi pondasi teoritis dari teori penghukuman retributivisme yang mendominasi justifikasi penghukuman yang dilakukan dalam praktik hukum kriminal. Sedangkan, ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perilaku manusia menemukan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kondisi biologis seseorang. Seperti misalnya dalam ranah neurosains, melalui eksperimen Benjamin Libet yang meneliti tentang aktivitas otak seseorang ketika orang tersebut melakukan gerakan tertentu, menemukan bahwa adanya aktivitas otak yang terlebih dahulu aktif 500 sampai 1000ms sebelum orang tersebut benar-benar sadar bahwa dirinya menggerakkan tangannya. Dalam ilmu genetika, juga ditemukan suatu gen yang membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk bertindak agresif, yang membuat orang tersebut lebih cenderung untuk melakukan tindakan kekerasan. Selain itu, banyak kasus kriminal yang membuktikan bahwa seseorang yang melakukan tindakan kriminal didorong oleh kondisi biologisnya. Berkaca dari beberapa kasus, dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan yang membahas tentang perilaku manusia, teori penghukuman retributivisme sudah tidak lagi relevan, karena teori tersebut didasari oleh asumsi bahwa manusia memiliki kehendak bebas. Teori penghukuman lain, seperti consequentialism, dapat dikatakan cocok dengan penemuan-penemuan terbaru tentang perilaku manusia. Model penghukuman consequentialism fokus pada memaksimalkan keuntungan dan menghindari penderitaan pada masyarakat, melalui penghukuman yang diberikan pada pelaku tindak kriminal. ...... The punishment given to perpetrators of crimes is justified by the theory of retributivism punishment. This punishment theory is based on the assumption that humans act on their free will, and those who carry out these actions have moral responsibility for their actions. Moral responsibility in the sense that all consequences resulting from an action are charged to the person who did it. It can be said that the concept of free will and moral responsibility is the theoretical foundation of the theory of retributivism punishment which dominates the justification of punishment carried out in the practice of criminal law. Meanwhile, science that examines human behavior finds that human behavior is determined by one's biological condition. As for example in neuroscience, through Benjamin Libet experiments, who examined the brain activity of a person when the person is doing a certain movement, found that there was brain activity that was active 500 to 1000ms before the person having consciousness that he was moving his hand. In the genetics science of behavior also found a gene that makes a person has a tendency to act aggressively, which makes the person more likely to commit acts of violence. In addition, many criminal cases prove that a person who commits a crime is driven by his biological condition. Reflecting on several cases, and developments in science that discuss human behavior, the theory of retributivism punishment is no longer relevant, because the theory is based on the assumption that humans have free will. Other punitive theories, such as consequentialism, can be said to be compatible with the latest discoveries about human behavior. The consequentialism punishment model focuses on maximizing pleasure and minimizing suffering in society, through the punishment given to perpetrators of criminal acts
D: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
New York, NY: Thomas Y. Crowell, 1969
910.008 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hari
Abstrak :
Tesis ini bermaksud mempermasalahkan pemikiran Sartre tentang kebebasan total. Penulis berpendapat bahwa manusia adalah kebebasan tanpa batas seperti dinyatakan Sartre tidaklah tepat. Sebaliknya pernyataan bahwa manusia tidak memiliki kebebasan juga tidak tepat. Tesis membatasi kajian pada paham Sartre tentang kebebasan manusia, dengan sumber bacaan primer menggunakan buku Being and Nothingness dan buku-buku sekunder yang berkaitan dengan masalah kebebasan. Masalah pokok yang diangkat adalah: Apakah manusia sungguh-sungguh memiliki kebebasan total seperti yang dinyatakan Sartre? Sejauh mana manusia sungguh-sungguh memiliki kebebasan? Apakah kebebasan dalam pandangan Sartre sesuai dengan realitas manusia atau hanya ada dalam pikiran manusia saja? Dapatkah kebebasan didamaikan dengan determinisme? Tesis bermaksud mencermati dan memberi makna kebebasan manusia dengan melakukan telaah kritis pemikiran Sartre tentang kebebasan sehingga membuka perspektif baru yang lebih luas tentang makna kebebasan manusia. Hasil kajian diharapkan dapat bermanfaat dalam kerangka korisientisasi dan ajakan untuk terus-menerus merefleksikan apa yang sungguh-sungguh bernilai dan perlu ditingkatkan bagi hidup manusia, yaitu menjadi manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab. Metode yang digunakan adalah metode ekploratif, kritis, analitis dan sintesis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
No one disputes that possession of language is one of the most distinctive of all human cultural attributes. The most fundamental argument has to do with the nature of language as social practice. An attempt to divorce language from its cultural context is to ignore the social circumstances which give it resonance and meaning. In the case of Sasak, language use reinforces the existing status differential and social value of language associated with the group. This perspective is employed, in this paper, to tackle the issue of Sasak language and culture.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mahyuni
Abstrak :
No one disputes that possession of language is one of the most distinctive of all human cultural attributes. The most fundamental argument has to do with the nature of language as social practice. An attempt to divorce language from its cultural context is to ignore the social circumstances which give it resonance and meaning. In the case of Sasak, language use reinforces the existing status differential and social value of language associated with the group. This perspective is employed, in this paper, to tackle the issue of Sasak language and culture.
Universitas Mataram. FKIP, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khristina Ruth Bintang
Abstrak :

Teknologi Internet yang semakin berkembang menciptakan cara baru dalam menerbitkan buku, yaitu penerbitan mandiri atau self-publishing. Tesis ini membahas determinisme teknologi pada model Structure-Conduct-Performance di platform Self-Publishing melalui studi pada Storial. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus deskriptif. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi partisipan di platform Storial dan melakukan wawancara dengan para pendiri Storial. Hasil penelitian menyarankan penelitian terkait self-publishing, terutama yang menggunakan model Structure-Conduct-Performance, perlu dilakukan penelitian multikasus atas dua atau lebih platform self-publishing yang dapat mengungkapkan hubungan antara struktur pasar dengan perilaku dan kinerja perusahaan. Selain itu, disarankan pula untuk pelaku platform self-publishing untuk melakukan jangkauan lebih luas ke masyarakat umum, tidak terbatas pada generasi milenial.

 


The advancement of Internet creates new ways to publish books, namely self-publishing or self-publishing. This thesis discusses technological determinism in the Structure-Conduct-Performance model in the Self-Publishing platform through a study in Storial. This research is qualitative research with descriptive case study design. The study was conducted by participant observation on the Storial platform and conducted interviews with the founders of Storial. The results of the study suggest research related to self-publishing, especially those using the Structure-Conduct-Performance model, it is necessary to conduct multicasus research on two or more self-publishing platforms that can reveal the relationship between market structure and company conduct and performance. In addition, it is also recommended for the players of the self-publishing platform to make wider reach to the general public, not limited to the millennial generation.

 

2019
T53054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Yanuari
Abstrak :
Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI angkatan 2004 dalam menganalisa krisis Adolesence yang dialami oleh Tokoh Utama dalam novel The Growing Pains of Adrian Mole, dengan menggunakan metode pemikiran Erik.H.Erikson dan Sigmund Freud. Pembahasan skripsi ini melihat adanya determinisme psikologis di dalam tahap Adolesence pada Tokoh Utama novel tersebut yaitu Adrian Mole, yang mengakibatkan tidak terciptanya kebebasan untuk mengaktualisasikan identitas ego pada dirinya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
The focus of this study is describing ability student of Faculty of Culture Science at University of Indonesia, in a year 2004, for analyze the crisis Adolesence that suffered by the Main Character of novel The Growing Pains of Adrian Mole, through analysis methode from Erik.H.Erikson and Sigmund Freud. This study is helping Adrian Mole to knowing his psychologic determinism during his stage of adolesence. Which is effect that Adrian didn_t had freedom to explore his ego identity. This research is qualitative descriptive interpretive.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16120
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ingrid A.S.
Abstrak :
Globalisasi juga telah membuka kesempatan bagi warga negara asing dapat bekerja di Indonesia. Untuk menanggapinya, pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu peraturan yang khusus mengatur tata cara penggunaan TKI di Indonesia. Namun peraturan tersebut menyebabkan persaingan pekerja lokal menjadi semakin berat. Penelitian ini berusaha mengungkap ideologi neoliberalisme, serta latar belakang memasukkan ideologi tersebut ke dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Peneliti juga hendak mengungkap pengaruh asing yang mendorong pemerintah menggunakan ideologi tersebut ke dalam peraturan. Konsep yang digunakan adalah neoliberalisme, globalisasi, kapitalisme baru, determinisme teknologi, analisis wacana kritis, dan semiotika. Penelitian dengan paradigma kritis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dengan metode penelitian analisis wacana kritis pada level teks, praktik kewacanaan, dan praktik sosiokultural, terungkap bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut terdapat tanda-tanda yang menunjukkan adanya deregulasi, liberalisasi perdagangan dan industri, debirokratisasi, pemotongan pajak, kebijakan bersifat moneter, perluasan pasar internasional, dan privatisasi badan publik. Ideologi neoliberalisme dalam peraturan digunakan karena tekanan investor.
Globalization has opened up opportunities for foreign workers to work in Indonesia. In respond, the Indonesian Government has issued regulations that specifically regulate the use of migrant worker in Indonesia, that caused a tough working competition. This research seeks to reveal the ideology of neoliberalism, as well as the background of using it in the Minister of Manpower Regulation No. 16 of 2015 and the Minister of Manpower Regulation No. 35 of 2015. Researchers also want to reveal the influence of foreign parties that encouraged the government in using the ideology. The concepts used are neoliberalism, globalization, new capitalism, technological determinism, critical discourse analysis, and semiotics. This is a research with critical paradigm and qualitative research approach. Using critical discourse analysis methods at the level of text, discourse practice, and sociocultural practices, revealed in the regulations there are signs that indicate deregulation, trade and industrial liberalization, debureaucracy, tax cuts, monetary care policies, international market expansion, and privatization of public bodies. The ideology of neoliberalism in regulation is used due to the force of investors.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farobi Fatkhurridho
Abstrak :
Waktu menjadi sebuah objek kaji dengan tingkat kompleksitas yang rumit, memahami waktu adalah berbicara perihal periodisasi, sejarah, dan memori. Waktu kemudian diidentifikasi sebagai gerak yang hadir dalam manifestasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Film menjadi sebuah medium yang mampu memanifestasikan gerak dan waktu dalam produk visual dan tertangkap indera manusia. Film dapat membuat objek bergerak maju, mundur, atau bahkan berhenti sama sekali. Tenet (2020) adalah sebuah film yang mengaplikasikan konsep tersebut. Sebagai film fiksi sains, Tenet mengolah dimensi temporal baik dalam gagasan dan kemasan melalui sinematografi dan struktur naratifnya. Tenet menghadirkan gagasan kesadaran waktu yang tumpang tindih dari masa lalu, masa kini, dan masa sekarang. Sebuah mesin pintu putar dalam Tenet digunakan sebagai signifikansi hadirnya paradoks determinisme atau kondisi tercekik dalam lingkaran waktu yang sirkuler. Bentuk aporia atau kebimbangan deterministik yang dialami tokoh dalam Tenet merefleksikan dialog kesadaran manusia atas dimensi waktu. Tenet menyajikan perdebatan dua perspektif sikap manusia terhadap waktu, yakni perspektif yang modern dan manusia yang postmodern direpresentasikan melalui tokoh Protagonis dan Sator. Dalam tahapan yang lebih ideologis, Tenet menjadi film yang penuh ambivalensi dalam menyajikan dialog perspektif sikap manusia terhadap waktu tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan terminologi dan perspektif metamodenisme, yakni kemustahilan yang terus diusahakan. Segala agenda yang dilakukan oleh Protagonis dan Sator pada akhirnya akan berakhir pada kemustahilan, hal tersebut dikarenakan mereka telah terjebak dalam paradoks determinisme atau tercekik dalam putaran waktu yang sirkuler. ...... Time becomes an object of study with a complicated level of complexity, understanding time is talking about periodization, history, and memory. Time is then identified as motion that is present in past, present and future manifestations. Film is a medium capable of manifesting motion and time in visual products and is captured by the human senses. Movies can make objects move forward, backward, or even stop altogether. Tenet (2020) is a film that applies this concept. As a science fiction film, Tenet cultivates a temporal dimension both in ideas and packaging through its cinematography and narrative structure. Tenet presents the idea of overlapping time consciousness of the past, present, and present. A revolving door machine in Tenet used as a medium for the paradox of determinism or suffocation in a circular time loop. The form of aporia or deterministic indecision experienced by characters in Tenet reflects the dialogue of human consciousness on the dimension of time. Tenet presents a debate on two perspectives of human attitudes towards time, namely the modern perspective and the postmodern human being represented through the Protagonis and the Sator. In a more ideological stage, Tenet becomes a film full of ambivalence in presenting a dialogue from the perspective of human attitudes towards that time. This related to the terminology and perspective of metamodernism, namely the impossibility that continues to be pursued. All the agendas carried out by the Protagonis and Sator will eventually end in impossibility, this is because they have been trapped in the paradox of determinism or suffocated in a circular time loop.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>