Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lus Pri Ekawati
Abstrak :
Penelitian ini terfokus pada aspek keuangan Instalasi Gawat Darurat sebagai salah satu unit dari RSPP yang saat ini telah berbentuk Perseroan Terbatas. Penelitian ini berangkat dari permasalahan-permasalahan antara lain : 1). Belum diketahuinya komponen-komponen yang memberikan kontribusi terbesar pendapatannya, 2). Belum diketahuinya komponen-kmponen yang menjadi beban pengeluaran terbesarnya 3). Belum diketahui kinerja keuangan IGD berdasarkan anus kas tunainya (aliran kas tunai). Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang kinerja keuangan atau kemampuan IGD RSPP dalam mengelola arus kas yang merupakan mengandung sumber-sumber penerimaan dan komponen pengeluarannya, sebagai salah satu satu informasi yang dibutuhkan bukan saja untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan manajemen dalam rangka pengembangan dan memandirikan IGD RSPP sebagaimana yang tertuang dalam Roadmap dan Komitmen PT. RSPP, namun juga dibutuhkan oleh pihak luar (calon investor) sebagai salah satu pihak yang kemungkinan diajak untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan kebijakan keuangan, tinjauan laporan-laporan keuangan serta wawancara untuk mengkonfirmasi terhadap hal-hal dimaksud. Konsep yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan aliran kas adalah adalah 1) Analisis aliran kas secara umum, 2) Analisis Incremental atau perhitungan secara vertikal dan horizontal, dart 3) Analisis netto yang termasuk di dalamnya analisis korelasi antara komponen-komponen penerimaan dan komponen﷓komponen pengeluaran dengan jumlah layanan/tindakan. Melalui analisis arus kas tunai diharapakan dapat diketahui seberapa jauh IGD RSPP dapat menutupi biaya-biaya yang menjadi bebannya hanya dengan penerimaan tunai yang diterimanya. Sebagai salah satu bagian dari RSPP, Instalasi Gawat Darurat juga mengemban Visi dan misi yang telah dicanangkan oleh manajemen RSPP. Visi RSPP adalah menjadi Perusahaan Jasa Layanan Kesehatan Yang Mandiri dan Bertaraf Internasional, sedangkan misi RSPP yaitu sebagai Rumah Sakit Yang Komprehensif, yaitu Memberikan Layanan Kesehatan Spesialistik, yang berperan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat serta membangun loyalitas melalui kepuasan pelanggan. Dari hasil perhitungan arus kas tahun 2001-2002 dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Kontributor utama dari faktor pasien adalah kelompok pasien Pertamina, kelompok pasien jaminan, dan kelompok pasien tunai. Sementara itu apabila ditinjau dari komponen pendapatan, maka unsur Obat, unsur Konsul dokter, dan unsur Tindakan IGD merupakan kontributor terbesar bagi sumber penerimaan IGD. Ada pun penerimaan rata-rata bulanan sepanjang tahun 2001 adalah Rp.222.761.725,08 (8,3%), dan pada tahun 2002 rata-rata penerimaan per bulannya adalah sebesar Rp.571.499.414,5,- atau 8,3%. Dengan demikian rata-rata prosentase penerimaan per bulan sepanjang kurun waktu 2 (dua) tahun tersebut relatif konstan. Namun apabila ditinjau dari masing-masing unsur komponen penerimaan, maka kontribusi utamanya datang dari komponen obat, dan bukan dari komponen tindakan IGD. Hai ini diperkirakan karena timbulnya disfungsi dari aspek layanan kegawatdaruratan IGD RSPP dan adanya kesalahan posting dari unit-unti lain khusus mengenai kontribusi obat tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan dapat diperoleh pokok-pokok yang dapat dijadikan kesimpulan penelitian. Bahwa IGD RSPP saat ini belum mampu mengelola keuangannya dalam tingkat yang aman untuk sebuah perusahaan. Kebijakan keuangan dan akuntansinya belum memadai untuk dapat mendukung sebuah kegiatan Prot Center. Dengan hasil penelitian kinerja keuangan IGD tersebut maka dalam 2 tahun kedepan IGD dapat dirintis untuk dijadikan unit kerja yang mandiri, karena tingkat pendapatan yang cukup untuk dikatakan untung (profit), namun demikian sedikit mampu untuk menutupi beban pengeluaran operasional per bulannnya. Untuk itu dapat direkomendasikan saran-saran untuk peningkatan kinerja keuangan seperti peningkatan kualitas pelayanan, peninjauan kembali tarif, pemantapan sistem costing, penigkatan pelayanan yang terkait dengan peralatan, peningkatan kualitas koordinasi antar unit yang terkait dengan IGD, penyempurnaan sistem pencatatan serta pemantapan sistem akuntansi khususnya unit-unit pelayanan RSPP. Daftar Bacaan : 33 (1986 - 2003)
Cash Flow Analysis on Emergency Unit of Pertamina Central Hospital 2001-2002 This study focus on financial aspects of Emergency Unit (EU) as one unit in Pertamina Central Hospital (PCH) which has been transformed as PT (Perseroan 7erbalas, limited company) recently. This study was stemmed from the following problems: 1). There is no information on component with highest contribution, 2). There is no information on component with highest cost, 3). There is no information on financial performance of EU PCH based on its cash flow. This study expected to obtain information on financial performance of EU PCH in managing cash flow including input and output components, as needed information to evaluate and to develop EU PCH in accordance to roadmap and commitment of PCH, this information is also needed by investor prospects. To achieve the objectives, reviews were conducted on financial policy, financial reports, and confirmation interview. Concepts used to evaluate the financial performance based on cash flow were as follow: 1) general cash flow analysis 2) incremental (vertical and horizontal) analysis 3) Net analysis including correlation analysis between input and output components with quantity of service/action. Through cash flow analysis, it is expected to know whether EU PCH could cover cost by incoming cash only. Cash flow analysis in 2001-2002 result showed that main contributors from patient factor were Pertamina patient group, insurance patient group, and cash patient group. While in income component, drugs, consultation, and EU action were biggest contributor for EU income. Average monthly income in 2001 was Rp 222 761 725.08 (8.3%) and in 2002 was Rp 571 499 414.5 or 8.3%. Thus, the percentage of average monthly income wirthin the two years was relatively constant. However, the main contributor was drug and medication component not the EU action component. This was caused by dysfunction of EU care in PCH and mistake in posting from other unit particularly regarding the contribution of drugs/medication. Several conclusion could be obtained. First. EU PCH had not been able to manage its finance in a secure level for a company. Its policy and accounting system was not sufficient to support a profit center activity. In the next two years EU of PCH could become a self sufficient unit because it can cover its monthly operational cost despite its small profit. Thus, it is recommended to improve financial performance such as improvement of care quality, tariff review, establishment of costing system, care improvement regarding with equipment, improvement of quality of inter unit coordination related to EU, improvement of recording system and establishment of accounting system particularly in care units of PCH. References: 33 (1986-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 12994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmita Frizanggi
Abstrak :
Hal yang pertama kali dilakukan oleh perawat ketika pasien dengan kondisi gawat darurat datang ke instalasi gawat darurat yaitu melakukan triase. Pengetahuan dan persepsi keterampilan triase perawat memiliki pengaruh besar dalam efisiensi fungsional instalasi gawat darurat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan persepsi keterampilan triase pada perawat di instalasi gawat darurat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan metode purposive sampling sebanyak 62 perawat instalasi gawat darurat rumah sakit di Kota Depok. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, pelatihan kegawatdaruratan, pengetahuan triase, dan persepsi keterampilan triase. data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan (58,1%) dan persepsi keterampilan triase (67,7%) kategori cukup. Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit dapat melakukan evaluasi terhadap kemampuan triase perawat dan memfasilitasi para perawat untuk mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan secara berkala untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. ......The first action taken by nurses when a patient come with an emergent issue to the emergency unit is triage. Nurse's triage knowledge and skill perception have a significant impact to the functional efficiency of emergency unit. The purpose of this study is to determine the description of triage knowledge and skill perception among nurses in emergency unit. This study used descriptive cross-sectional design with a purposive sampling method to 62 emergency unit nurses in Depok. The variables examined in this study were age, gender, level of education, length of work, emergency training, triage knowledge, and perception of triage skills. Data were analyzed using univariate analysis. The results of this study indicate that the majority of respondents have a sufficient level in both of knowledge (58.1%) and triage skills perception (67.7%). Therefore, the Hospital can evaluate the ability of triage nurses and facilitate nurses to get emergency training on a regular basis to improve the quality of nursing services.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Hannibal
Abstrak :
Salah satu aspek mutu di rumah sakit yang sering mendatangkan keluhan pasien adalah waktu tunggu. UGD ( Unit Gawat Darurat ) RS Bhakti Yudha yang mempunyai peranan penting bagi rumah sakit tersebut, dikeluhkan mempunyai waktu tunggu yang lama. Ada 6,1 % pasien yang pulang karena merasa terlalu lama menunggu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran waktu tunggu pasien UGD, serta faktor - faktor apa yang ada hubungannya dengan lama waktu tunggu di UGD tersebut. Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross sectional, bersifat deskriptif analitik, dimana melalui studi ini didapatkan gambaran hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Penelitian dilakukan selama seminggu dengan jumlah pasien sebanyak 339 orang, dimana ada 7 pasien ( 2,1 % ) yang pulang sebelum ditangani. Dari hasilnya diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu di UGD adalah 12,23 menit, waktu terpendek 4 menit, terpanjang 131 menit Ada 22 % pasien yang mempunyai waktu tunggu lebih dari 15 menit. Rata-rata waktu tunggu pasien gawat darurat 5,23 menit, yang bukan gawat darurat 18,27 menit, Rata-rata waktu tunggu pasien yang langsung masuk ke UGD ( tidak melalui loket pendaftaran ) 4,97 menit, yang melalui loket 18,27 menit. Dari 9 variabel yang ditetiti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan waktu tunggu yaitu cara masuk pasien, waktu kedatangan pasien, jenis kunjungan (lama/barunya pasien), status kegawatan pasien. Yang tidak bermakna adalah keterlambatan dokter, status kepegawaian dokter, pola penugasan dokter, keterampilan dokter serta jumlah pasien. Kesimpulan, pasien yang pulang lebih kecil dari yang diperkirakan, waktu tunggu UGD relatif pendek, karakteristik dokter tidak berperan dalam waktu tunggu, karakteristik pasien berperan dalam waktu tunggu, waktu tunggu yang pendek saja tidak cukup untuk memuaskan pasien. Saran yang diberikan adalah, menambah loket pendaftaran pada pagi hari, mengoptimalkan waktu pencarian status lama, dan bila mungkin perlu membuat ruang tunggu UGD yang lebih memadai. ......Study of Factors that is Related to the Emergency Unit Waiting Time at Bhakti Yudha Hospital, in Year 2000One aspect of the quality of service for a hospital and often makes the patients to complain is about the waiting time case. The services in the Emergency Unit of Bhakti Yudha Hospital have been regarded as the most important part in the Hospital itself, but, however its long waiting time has also been complained by the patients. There are 6,1 % of patients left the hospital without getting the treatment because they cannot stand to wait in the line too long. The goal of this study is to get a picture regarding the matter that previously described and to also find out factors that is related to delay of services at waiting room in emergency ward. This study is a survey with cross sectional, characterized by analytical description, where the study can be use to derive the relationship between dependent variables and independent variables. The study carried out for a week with 339 numbers of patients, whereas 7 patients ( 2,1 % ) went home without being taken care of. The result of this study showed that the average waiting time at the emergency roam is 12, 23 minutes, with shortest time is 0 minutes and the longest time 131 minutes. About 22 % of patients spent more than 15 minutes before getting their turn. The average waiting time for emergency patients is 5, 23 minutes, while the average waiting time for non emergency patients is 18, 27 minutes. The average waiting time for patients that directly went straight to the ER unit without going through the admission counter is 4,7 minutes, while those who went through the admission counter is 18, 27 minutes. From 9 variables that is examined in this study, there are 4 variables have significant relationship to patient's waiting time at the emergency ward such as, method of admittance, time of arrival during the day, type of patient and patient's condition. Variables that insignificant are, tardiness of doctors, type of employment of doctors , position of doctors in the managerial, level of proficiency of doctors and number of patients. As a conclusion, the number of patient that went home is lower than what was originally predicted, waiting time at emergency ward is relatively short , the characteristic of doctors is irrelevant to the problem, the characteristic of patients is significant to the problem, and short waiting in itself is not enough to please the patient. The advice that is given to improve the service is to add more admission counters in the morning shift, to decrease the time needed on searching for patients' records and if possible to built better waiting room for the ER unit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Suhardi Sarim
Abstrak :
Indonesia merupakan negara dengan keadaan geografi cenderung sering terjadi bencana alam. Demikian pula Jawa Barat yang mempunyai banyak gunung berapi yang masih aktif. Maka menjadi pertanyaan sudahkah Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah Cirebon siap menghadapi bencana ? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon dalam menghadapi bencana, dilakukan studi deskriptif dengan rancangan komparasi atas standar Baku terhadap keadaan 7 Rumah Sakit Umum daerah, melalui pendekatan kuantitatif data sekunder dan kualitatif. Informan dalam penelitian ini seluruh Direktur RUD dan seluruh Kepala Instalasi Instalasi Rawat Darurat se-Wilayah Cirebon. Digunakan analisa univariat dari data kuesioner kemudian dilakukan pembobotan sehingga dihasilkan skor kesiapan IRD, selanjutnya dilakukan analisa kesenjangan melalui wawancara mendalam dengan memperhatikan apa, siapa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana ketidaksiapan IRD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Cirebon tidak siap menghadapi kegawat daruratan bencana/sehari-hari. Setelah dilakukan analisa kesenjangan maka yang menjadi alasan ketidak siapan adalah; Pertama: kurangnya dukungan para Direktur Rumah Sakit Umum Daerah terhadap Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana/Sehari-hari (SPGDT-B/S) yang disebabkan antara lain adalah kurangnya pemahaman akan SPGDT-B/S, kurangnya sosialisasi tentang standar klasifikasi IRD di Indonesia, standar kendaraan pelayanan medik dan yang penting juga adalah keterbatasan RSUD ermasuk Pemerintah Kota dan Kabupaten. Kedua: kurangnya kepedulian Kepala IRD selaku manajer penanggulangan kegawat daruratan terpadu bencana dalam mengelola sumber daya akibat kurangnya dukungan manajemen. Ketiga: kurangnya sosialisasi SPGDT-BIS serta dukungan akan kelengkapan sumber daya IRD dari Departemen Kesehatan Khususnya Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Indonesia is a state that geographically tends to face with natural disasters. So the question is, are general hospitals ready to face disasters? This research aimed at knowing the readiness of General Hospital at Cirebon Regions in facing with disasters. This research is a descriptive study using comparative design based on the standard to the conditions of 7 General Hospital through qualitative and quantitative data approaches. The informers in this research are all Directors of General Hospitals and all Head of Emergency Units at Cirebon regions. A uni-variant analysis is used generated from questionnaire data then scoring it to make level of readiness of emergency unit. Then a gap analysis was done through in-depth interview with take into consideration what, who, why, where, and when, and how the un-readiness of emergency unit. The result of research shows that all general hospitals in Cirebon regions are not ready to face with daily emergency/disaster. After it is analyzed, the reason for unreadiness is due to: First: lack of support from all director-of hospital to the Integrated System of Daily Emergency/Disaster Management (SPGDT-BIS) that caused by lack understanding to SPGDT-BIS, lack of socialization of standard classification of Emergency Unit in Indonesia, standard of medical service vehicle, and the important thing is lack of budget of general hospital including District and City Government. Second: lack of attention of l-lead of Emergency Unit as manager of integrated emergency management in managing resources due to lack of support from management. Third: lack of socialization of SPGDT-BIS and support to the completeness of resources of emergency unit from Department of Health particularly from Directorate of Medical Services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sutyowati Permatasari
Abstrak :
RSUD Pasar Rebo menyandang status sebagai rumah sakit swadana sejak akhir tahun 1992 dan pada awal tahun 2005 ini akan bergeser menjadi BUMD. Keputusan Presiden No 40 tahun 2001 mengenai kelembagaan RS BUMD, maka pengelolaan RS akan mengarah kepada operasional pelayanan secara mandiri dan otonom. Dengan keluarnya Kepres tersebut, maka RSUD Pasar Rebo sedang berbenah diri untuk mempersiapkan status BUMD. Bulan Juli 2004 ini RSUD Pasar Rebo juga sedang mempersiapkan diri mendapatkan sertifikasi ISO 9001, 2000. Oleh karena itu RS terus melakukan peningkatan mutu layanan dan kinerja RSnya. Dalam mewujudkan pelayanan jasa rumah sakit yang berkualitas diperlukan sistem manajemen yang Iebih baik dan menggunakan indikator kinerja yang jelas. Indikator kinerja keperawatan adalah salah satu indikator yang penting dalam mengukur keberhasilan suatu rumah sakit. Indikator kinerja keperawatan ini diperlukan untuk melakukan penilaian kinerja. Selama ini RSUD Pasar Rebo belum memiliki penilaian kinerja. IGD adalah pinta gerbang RS dan memerlukan kinerja keperawatan yang baik karena kasus-kasus yang ditangani adalah kasus yang menyangkut kegawatdaruratan yang membutuhkan respon time yang cepat agar kematian dapat dihindari. Instalasi Gawat darurat RSUD Pasar Rebo juga memiliki jumlah kunjungan yang cukup tinggi dibanding Instalasi Gawat Darurat RS sejenis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan mengidentifikasi bersama-sama staf keperawatan indikator kunci kinerja keperawatan untuk jabatan perawat pelaksana dan Kepala Ruangan. Untuk pengambilan data primer dilakukan FGD dan wawancara dengan perawat pelaksana dan kepala ruangan IGD RSUD Pasar Rebo. Data sekunder diambil dari telaah dokumen. Penelitian ini merupakan studi awal dari pengembangan indikator kunci kerja keperawatan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan indikator kunci kinerja keperawatan. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya 14 indikator kunci kinerja keperawatan untuk jabatan perawat pelaksana yang terdiri dari 6 indikator hasil (Lag Indicator) dan 8 indikator proses (Lead Indicator). Sedangkan untuk jabatan Kepala Ruangan IGD RSUD Pasar Rebo teridentifikasi 25 indikator kunci kinerja keperawatan yang terdiri dari 14 indikator hasil (Lag Indicator) dan 11 indikator proses (Lead Indicator). Indikator kunci kinerja keperawatan diharapkan dapat dikembangkan menjadi Indikator Kunci Rumah Sakit dan juga dikembangkan menjadi satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja. Tapi perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengembangkan indikator kunci kinerja keperawatan.
RSUD Pasar Rebo held status as swadana hospital since the end of year 1992 and at the beginning of year 2005 will be BUMD. KepPres No 40 year 2001 talking about BUMD Hospital, and therefore the management of hospital will direct the operational of hospital into autonom management. This July 2004, RSUD Pasar Rebo is preparing to get ISO 9001, 2000 certificate. Therefore the management keep trying to increase the quality of care and performance_ To have good quality of health care, it's needed a better management system dan have clear performance indicator. Performance indicator of nursing is one of important performance indicator to measure the success of the hospital. This performance indicator of nursing is needed to measure performance, RSUD Pasar Rebo doesn't have performance of nursing measurement. The emergency unit is the front door of a hospital and it needs good performance of nursing because the cases that are handled are emergency cases that need quick response time so that the death can be minimized. The emergency unit of RSUD Pasar Rebo have a higher visit than the emergency unit from another hospital that is similar. This study uses qualitative method to identify key performance indicator of nursing for associate nurse and the head of nurse together with the emergency unit nurses. To get primary information the researcher uses focus group discussion and interview with the nurses in emergency unit. This study is only a preliminary study of developing key performance indicator of nursing. It's needed another study to develop good key performance indicator of nursing. The result of this study is identification of 14 key performance indicators for associate nurse which consist of 6 lag indicators and 8 lead indicators. And for the head nurse we identify 25 key performance indicators consist of 14 lag indicators and 11 lead indicators. We hope that this key performance indicator of nursing can be developed into key performance indicator for hospital. These indicators also can be developed to measure performance. But it's needed a further study to develop key performance indicator of nursing. References : 43 (1976 - 2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawang Setiawan Sukarya
Abstrak :
Rumah sakit sehagai suatu organisasi, supaya dapat berkembang dengan sukses dan berhasil dengan baik, selain memerlukan manajemen yang tepat, juga harus mernberikan perhatian yang penuh terhadap martabat pekerjanya terutama terhadap kebutuhan mereka untuk mendapatkan kelayakan dan kesejahteraan yang dianggap memadai. Iklim kerja adalah salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap kepuasan kerja seseorang. Penelitian-penelitian membuktikan adanya hubungan yang positif antara iklim kerja dan kepuasan kerja. Hasil analisa kuesioner tentang kepuasan kerja di UGDRS. Hasan Sadikin Bandung waktu tugas residensi tahun 1995, menunjukkan jumlah para perawat yang merasa kurang puas terhadap pekerjaannya cukup banyak yaitu sebesar 38.34%. Terdapat berbagai dimensi pengukuran iklim kerja, antara lain adalah pengukuran menurut Liken Litwin-Stringer dan menurut Litwin-Meyer. Penulis memilih pengukuran iklim kerja menurut Litwin dan Meyer karena alat ukur dari Litwin dan Meyer belum pernah diteliti, dicoba dan dipergunakan di rumah sakit. Lokasi penelitian dipilih dilakukan di Unit Gawat Darurat karena situasinya yang khusus, yaitu adanya Pelayanan. dalam 24 jam dan pasien yang datang pada umumnya dalam kondisi stres karena menderita penyakit akut atau trauma kecelakaan sehingga perlu memerlukan pelayanan yang serba cepat, akurat dan memuaskan Situasi seperti ini diduga menyebabkan para pekerja di unit ini mempunyai ketegangan psikofisik yang relatif lebih tinggi dibanding bagian lainnya, sehingga masalah iklim dan kepuasan kerja kemungkinan akan lebih dirasakan. Yang diteliti adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi iklim kerja menurut Litwin & Meyer yaitu: conformity, responsibility, standard, reward, clarity dan team spirit. Pengukuran ini diharapkan dapat menunjukkan adanya kesenjangan antara iklim kerja yang dirasakan dan iklim kerja yang diharapkan, dan ada tidaknya korelasi antara iiklim kerja yang ada dengan derajat kepuasan yang dihayati para perawat dalam melakukan pekerjaannya ; terutama terhadap tujuh faktor kepuasan kerja yang diukur oleh alat ukur dari A.S.I.A (De attitude Schaal moor Industriale-Arbeid) yang meliputi kondisi-kondisi teknis organisatoris, kepemimpinan langsung, sistem upah gaji, ketegangan psikofisik, komunikasi atasar--bawaban, pandangan pekerja terhadap rumah sakit secara union, dan hal otonorni. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kesenjangan dari iklim kenja yang dirasakan dan yang diharapkan dengan kepuasan kerja. Metodologi: Penelitian ini merupakan studi `Cross Sectional' terhadap 60 paramedis perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang memenuhi kriteria penelitian dilihat dari jenis pekerjaan, pendidikan dan lama kerja. Pengambilan sampel dilakukan secara `proporsional purposive random sampling'. Data IKR dan IKH diperoleh dari jawaban terhadap kuesioner dari Litwin dan Meyer, sedangkan data kepuasan kerja didapat dari kuesioner menurut A.S.I.A Analisis statistik yang dipergunakan adalah tabel frekuennsi, distnbusi dan statistik deskriptif untuk analysis univariat, serta uji ANOVA dan analisis korelasi untuk analisis bivariat. Hasil: Tenaga paramedis perawatan di UGD-RSHS merupakan kelompok tenaga yang potensial selain karena jumlahnya yang besar, juga karena peranannya untuk kelanca ran pelayanan kesehatan. Tujuh puluh persen responden terdiri dan golongan II dan yang mempunyai mass kerja > 5 tahun adalah 83.33%. Kelompok yang merasa long puns terhadap kerjanya cukup banyak yaitu 39% dengan ranking kepuasan kerja terendah terhadap hal otonomi Responden yang merasakan ikliim kerja yang dirasakan lehih besar danpada yang diharapkan adalah yang terbanyak, sedangkan yang paling sedikit adalah yang merasakan tidak ada perbedaan. Empat variabel bebas (conformity, responsibility, standard dan team spirit ) menunjukkan perbedaan rata-rata kepuasan kerja yang bar-manna secara statistik, sedangkan 2 variabel babas lainnya (reward dan clarity) perbedaan rata-rata tersebut tidak bermaima_ Uji korelasi Pearson, menunjukkan 4 variabel bebas tersehut mempunyai hubungan dengan kepuasan kaja sedangkan faktor reward dan clarity terbukti tidak ada hubungan. Kesimpulan: Konsep penelitian ternyata tidak mampu membuktikan semua faktor yang menurut Litwin dan Meyer berhubungan dengan kepuasan kerja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsep yang berbeda untuk meneliti faktor-faktor lain yang diduga ada hubungannya dengan kepuasan kerja seperti faktor organisasi, kepemimpinan, tujuan, kontrol, proses pengaruh interaksi, pengambilan keputusan, risiko, warmth, support, conflict, identity dan motivasi komunikasi. Dengan mengetahui iklim kerja dan kepuasan kerja, maka pimpinan rumah sakit dapat melakukan upaya-upaya perbaikan sesuai dengan prioritas, paling tidak terhadap conformity, responsibility, standard dan team spirit dengan tidak mengabaikan kedua faktor lainnya yaitu reward dan clarity. Sebaiknya masalah iklim kerja dan kepuasan kerja dapat dipaatau secara berkala. ...... In order to develop successfully and to be successful, the hospital as an organization needs an appropriate management and have to give full attention to the workers' prestige, especially to their needs in getting enough properness and welfare. Job climate is one of the factors which is have enough affect to someone's job satisfaction. Many research proved the positive relationship between job's climate and job's satisfaction. The result of questionnaire analysis about job's satisfaction at Emergency Unit of Hasan Sadikin Hospital in 1995, indicate a great number of nurses who feels less satisfied with their jobs that is 38.34 percent. There are various measurement dimensions of job's climate, for example according to Likert, Litwin-Stringer and Litwin-Meyer. The writer choose the job's climate measurement by Litwin and Meyer because the measure instruments from Litwin and Meyer have never researched, tried and used at a hospital. The Emergency Unit is chosen as a research site because its special situation, that is a service in 24 hours & the patient generally come in stress condition because of suffering an acute diseases or accident trauma. So they need a fast , accurate and satisfying service. A condition like this, have affected workers in this unit to have a psychophysics stress which is higher relative to another division, so the climate and job's satisfaction problem may be more felt_ Factors which are researched to be affected job's climate according to Litwin and Meyer are conformity, responsibility, standard, reward, clarity and team spirit. These measurements are hoped would be able to indicate the discrepancy between job's climate which is felt and which is hoped, and there are or there aren't the correlation between job's climate exist and the satisfaction degree which is felt by nurses in doing their jobs ; especially with seven factors job's satisfaction which is measured by measure instrument from A.S.I.A (De attitude Schaal voor lndustriale-Arbeid) to cover a technical organizational conditions, a direct leadership, a wage/salary system, a psycho-physic stress, a higher-subordinate communication, workers' opinion about hospital in general, and autonomy problem. Objectives: The research objectives are to see the connection of discrepancy between job's climate which is felt and which is hoped with job's satisfaction. Methodology: This research is a form of "Cross Sectional" study to 60 paramedic at Emergency Unit of Hasan Sadikin Hospital Bandung who are fulfill the research's criteria observed from a kind of job, education and the duration of working. The sample taking are done by "proportional purposive random sampling"_ The job's climate which is felt and which is hoped data are found from the answers of questionnaire from Litwin and Meyer and job's satisfaction data from the questionnaire according to A.S_I_A. The statistical analysis uses table of frequency, distribution and descriptive statistic for univariate analyses and ANOVA test and correlation analysis for bivariat analyses. Result: The paramedics in Emergency Unit are the potential workers because they are in great number and their role in smoothness health services. Seventy percent respondents are coming from the second level group and the most part (83.33 %) have the duration of working more than 5 years. The group who feels less satisfying to their job about 39 percent with the lowest rank of job's satisfaction to the autonomy problem_ Most of respondent group felt the job's climate is higher to the job's climate is hoped. On the other hand, the group which feels nothing different is the least. There are four intervening variables (conformity, responsibility, standard and team spirit)which is pointed out the average differences of job's satisfaction that have meaning statistically, while another two intervening variables (reward and clarity) those average differences have no meaning. The Pearson's correlation test shows those four intervening variables have relationship with job's satisfaction. The reward and clarity factors is proven having no connection with job's satisfaction. Conclusion: The research concept, are not able to prove all factors according to Litwin and Meyer, have relationship with job's satisfaction. Further research by different concept based on another framework of theory, which has existed, are needed to examine to another factors being estimated have connection with job's satisfaction such as organization factor, leadership, purposes, control, interaction influence process, decision malting, risks, warmth, support, conflict, identity & communication motivation. By knowing job's climate and job's satisfaction, the Board of Direction of the hospital would be able to do improvement efforts which is appropriate with priority, at least direction to conformity, responsibility, standard and team spirit, with no ignore to another two factors like reward and clarity. It is preferable to monitor the job's climate and job's satisfaction problems regularly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmini Nurdin
Abstrak :
Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan salah satu rumah sakit TNI - AL mempunyal tugas pokok memelihara dan meningkatkan kesehatan prajurit TNIAL/Non-AL, PNS dan keluarga serta masyarakat umum. Pelayanan Unit Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan kesehatan secara purna waktu dalam 24 jam. Salah satu standar dan prosedur adalah pelaksanaan triase UGD yang sangat penting untuk diketahui karena dapat menyeleksi dan menilai kegawatan dari setiap pasien untuk segera diberikan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatan dan kedaruratan kemudian dicatat hasil pemeriksaan pada lembaran gawat darurat. Pengamatan awal penanganan 100 pasien, serta pengisian lembaran gawat darurat pasien tersebut, memberikan hasil yang tidak sesuai dengan prosedur triase, yaitu dimana tidak adanya klasifikasi penyakit sebanyak 66 %, selain itu terdapat ketidaklengkapan pencatatan pemeriksaan fisik dan identitas sebanyak 37 %. Berdasarkan pengamatan tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui kepatuhan dokter UGD dalam pelaksanaan prosedur triase pasien, yaitu dengan pengamatan dan pengisian kuesioner oleh dokter yang menangani pasien. Dalam pelaksanaan prosedur triase pasien oleh dokter UGD dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari umur,jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal yang terdiri dari kebijakan, pengaturan shift jaga, jumlah kunjungan setiap shift jaga, dan supervisi dari pimpinan. Setelah ditakukan uji statistik dengan Mann Withney test dan test korelasi Spearman rho dengan hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut; hubungan kepatuhan dengan umur, jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, kebijakan, supervisi hasilnya tidak ada perbedaan kepatuhan dokter . Hubungan kepatuhan dengan shift jaga, dan jumlah kunjungan setiap shift jaga memberikan hasil ada perbedaan kepatuhan antara dokter yuang bertugas pada shift pagi dan shift sore, ada perbedaan kepatuhan dokter dengan jumlah kunjungan pasien yang banyak pada shift sore dibanding shift pagi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan yang ada di UGD perlu diupayakan agar dokter yang bertugas terutama pada shift sore adanya suatu orientasi yang berkaitan dengan pelaksanaan standar dan prosedur UGD umumnya dan prosedur triase khususnya, dengan harapan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan. Selanjutnya studi ini menganjurkan agar kualitas supervisi ditingkatkan sehingga dapat memberi motivasi para dokter untuk patuh terhadap SOP dan juga mengoreksi bila ada penyimpangan. ......Some Factors Related to the Doctor's Compliance in Implementing Triase Standard and Procedures of Cilandak Marine Hospital's Emergency UnitCilandak Mariner Hospital is one of the Navy Hospitals, which main function is to maintain and promote the health of Indonesian Navy members/Non Navy members, Goverment Civil Servants(PNS), as well as Non-military/Public Clients. The Emergency Room's Unit (ER) is one of health services performed in 24 hours' fulltime operation. One of its standard operational and procedures is to operate the ER triase, which is very substantial to be recognized due to its ability to select and diagnose the seriousness of each patient's condition in order to decide promptly most proper treatment required in accordance with the seriousness and emergent condition of the patient. The obtained diagnoses will then be recorded directly on the emergency room's patient record. Preliminary observation before this study showed that only 66 °k of 100 medical record at ER has information on sickness classification. Even Lower, only 37 % has information on physical examination and patien identification. Doctors' compliance, according to some literatures, can be related/influenced by several factors, such as age of doctors, sex, training experiences, level of seniority, level of knowledge and attitudes. These can be labeded as internal factors. As external factors are existences of policy on the procedures, work shifting arrangement, patient work load and existence of supervision to the doctors themselves. By using Mann Whitney Test and correlation Spearman rho, it is concluded that there is no significant relation ship bethween age, sex, training, seniority, knowledge, attitude, policy and supervision whith the doctor's compliance is Furthermore, there is significant relationship between working shift with the compliance (P
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Bona
Abstrak :
Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional merupakan satu unit treatment and rehabilitation yang baru, sesuai dengan perkembangan dari sebelumnya yang hanya merupakan tempat rehabilitasi sosial saja. Sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan dimana dengan terbentuknya unit gawat darurat yang relatif baru, maka dalam pelaksanaan sangat memerlukan suatu bentuk alur residen, alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures. Dalam pembuatan alur pasien, alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures di unit gawat darurat Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional dilakukan suatu action research dengan analisis data kualitatif. Tahapan dimulai dengan rencana (plan) yang berisi langkah pertama adalah identifikasi keluaran yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu identifikasi keluaran internal dan identifikasi keluaran eksternal yang keduanya dikaitkan dengan kepuasan pelanggan, langkah kedua adalah gambaran proses saat ini yang berkaitan dengan alur residen maupun alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures. Langkah ketiga adalah pengukuran, yang diharapkan adanya suatu keluaran berbentuk daftar sebagai checklist di unit gawat darurat tersebut. Serta langkah yang terakhir adalah analisa dan keseluruhan penelitian ini didapatkan dokumen yang dapat dipakai sebagai bahan pelaksanaan di unit gawat darurat, dan juga dilakukan suatu simulasi terhadap alur residen, alur administrasi dan keuangan serta pelaksanaan standard operating procedures Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengembangan manajemen mutu sistim pelayanan kedaruratan, dengan adanya pengembangan tersebut pelanggan baik internal maupun eksternal mempunyai kesan yang sama yaitu merasa nyaman. Memang kalau kita melihat alur pasien maupun alur administrasi dan keuangan serta standard operating procedures belum sepenuhnya terlaksana. Daftar bacaan : 29 (1991-2003)
The Development of Quality Health Care Management Applied in Emergency Unit of Pamardi Siwi Rehabilitation Center of National Narcotics BoardPamardi Siwi Rehabilitation Center of National Narcotics Board is a new treatment and rehabilitation unit, developed from the original social rehabilitation unit. As a new health care facility with emergency unit, it needs residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure. To produce residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure, an action research was conducted with qualitative data analysis. First step of producing the above flows and SOP was identification of output consisted of identification of internal and external outputs, both were related to client satisfaction. Second step was process description related to those flows. Third step was production of measurement in form of checklist of the emergency unit, The last step was analysis of overall study in form of document to be used as input for implementation in the emergency unit and simulation on residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure. Conclusion of the study was the development of quality management of the emergency system. This development would allow both internal and external clients to have similar impression of comfortability. The residential flow, administration and financial flow, and standard operating procedure were not existed yet.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I.G.A. Ngurah Anom
Abstrak :
ABSTRAK Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia oleh Pemerintah telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Pelayanan Gawat darurat untuk wilayah Jakarta Timur. Dan selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan unit gawat darurat dengan Trauma Center sebagai unggulan sesuai dengan misi Rumah sakit. Untuk mencapai misi tersebut perlu diketahui faktor eksternal dan internal yang dapat berpengaruh pada pengembangan pelayanan gawat darurat. Faktor Ekternal dapat berupa mikro yang terdiri atas pelanggan dan pesaing dan makro yang terdiri atas Lingkungan Ekonomi, lingkungan Politik dan Hukum, lingkungan Sosial dan lingkungan Teknologi Sedangkan lingkungan internal yang sangat berperan dalam pengembangan suatu Rumah sakit adalah Faktor Budaya kerja Organisasi, Faktor Sumber Daya Manusia, Faktor Fasilitas pelayanan, Faktor Sistem dan Prosedur Pelayanan. Setelah melakukan analisis SWOT Unit gawat darurat saat ini maka akan diketahui adanya kesenjangan antara Unit gawat darurat saat ini dengan kondisi Unit gawat darurat yang diinginkan. Hasil penelitian ini adalah adanya kesenjangan antara Unit gawat darurat saat ini dengan yang diinginkan berupa : 1. Sumber Daya Manusia yang ada saat ini belum memiliki kualifikasi Doktor. 2. Fasilitas kesehatan yang ada saat ini belum memiliki laboratorium pengembangan molekuler. 3. Upaya tripartite belum sepenuhnya dapat dilaksanakan terutama hubungan dengan komunitas. Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini adalah oleh karena belum adanya Rencana Induk Pengembangan Rumah sakit secara terinci maka berdasarkan dengan standar yang diperoleh dari teori dapat diketahui kesenjangan yang perlu diatasi sehingga Rumah sakit RSU FK UKI dapat mengembangkan pelayanan unit gawat darurat dengan Trauma center sebagai unggulannya. Saran yang perlu disampaikan adalah : 1. SDM merupakan sumber daya yang penting sehingga perlu disiapkan tenaga Medis yang berkualifikasi Doktor. 2. Untuk mendukung pelayanan Medis yang berkualitas unggulan perlu disiapkan laboratorium yang dapat mengembangkan biomolekuler. 3. Agar dapat menunjang unggulan perlu meningkatkan hubungan dengan komunitas secara terstruktur dan berkesinambungan. Akhirnya harapan peneliti semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pertimbangan dalam perumusan strategi dalam proses pengembangan unit gawat darurat RSU FK UKI dengan Trauma Center sebagai unggulannya.
ABSTRACT External and Internal Analysis in Developing Emergency Unit as a Center of Excellence of General Hospital Faculty of Medicine Christian University of Indonesia General Hospital Faculty of Medicine Christian University of Indonesia was establish by the Government of Indonesia as a referral Hospital for Emergency cases in east Jakarta area. They are also expected to promote the Emergency unit to be come a Trauma Center as a Center of excellence. To achieve the mission we have to know the external and Internal factor which influence the process of development in Emergency unit to a Trauma center as a center of excellence RSU FK UKI. External factors consist of Customer, Competitor, Economic, Politic, Social and Technology. Internal factors consist of Organization culture, Human resources, Facility of service, Procedure and system of service. Trough the analysis of Externals and Internals conditions of RSU FK UKI, Thus we know the present position of Emergency unit and the desired position. From the present position to the desired position we found the gap between them. Result of this research is there is a gap between the present position and the desired position as mention below : 1. Human Resources was not complete yet as a Doctor qualification. 2. Facility of service was not yet prepared a bimolecular development. 3. Tripartite concept not yet be done completely mainly in community relationship. From the result above we recommend as mention below : 1. Human resources is very important asset to be prepared especially in medical staff with Doctor qualification. 2. To support the Emergency service as a center of Excellence should be prepared a Laboratories with bimolecular development. 3. In order to promote the center of Excellence as a Trauma Center should be corporate with community in the area. Last but not least we hope the result of this thesis will be useful in strategic planning of the process in developing Emergency unit as a Center of Excellence of RSU FK UKI.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilandi Putri Poedjimartojo
Abstrak :

Unit Gawat Darurat pada RS X berfungsi untuk melayani pemeriksaan selama 24 jam yang diklasifikasikan sebagai zona kuning (infeksius) dan merah (berisiko terjadi kebakaran dan ledakan). Pada unit tersebut, tenaga kesehatan terpajan oleh berbagai bahaya. Skripsi ini menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit X Tahun 2019. Identifikasi bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko menggunakan standar semikuantitatif W.T Fine, pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan observasi langsung dan wawancara kepada tenaga kesehatan terkait. Penilaian risiko dilakukan dengan menghitung risiko residual dan risiko prediktif sehingga diketahui tingkat risiko pada setiap penilaian tersebut dengan mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada selanjutnya diberikan rekomendasi pengendalian. Hasil telitian mendapatkan 60 tugas kerja memiliki bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial dengan jumlah risiko sebanyak 175 risiko. Nilai risiko residual kategori very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable masing-masing sebanyak 1, 6, 33, 80, dan 55. Hasil juga menunjukkan perlu adanya perhatian lebih pada bahaya ergonomi karena masih didapatkan tingkat risiko very high dan priority 1.


Hospital X emergency unit functions to serve 24 hour check up that is classified as yellow zone (infectious) and red zone (probable risk of fire and explosion). In that unit, health workers are exposed to varieties of hazards. This thesis evaluates occupational safety and health risk assessment of Hospital X emergency unit in 2019. Risk identification was conducted using Job Safety Analysis (JSA) and risk analysis using W.T Fine semi-quantitative standard. The data was collected through direct observation and interview to the health workers. The assessment of risk is conducted by counting residual and predicted risks so that the risk level of every evaluation is known as referring to the already existing and recommended control and then to be given recomendation control. The results identified that 60 job duties have physical, chemical, biological, ergonomical, and psychosocial risks with 175 risks in total. Residual risk assessment includes categories of very high, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable, each as many as 1, 6, 33, 81, and 56 respectively. The results also show the need of extra attention in the area of ergonomic risk as very high and priority 1 risks are still found in this area.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>