Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saprizal Hadisaputra
Abstrak :
The explosive sensitivity upon the formation of supramolecular interaction between the nitro group of 3-nitro-1,2,4- triazol-5-one (NTO) and metal ions (Mn+ = Li+, Na+, Be2+ and Mg2+) has been investigated using Density Functional Theory at B3LYP/6-311++G** level of theory. The bond dissociation energy (BDE) of the C1?N6 trigger bond has also been discussed for the NTO monomer and the corresponding complexes. The interaction and bond dissociation energy of the C6?N7 trigger bond follow the order of NTO-Be2+ > NTO-Mg2+ > NTO-Li+ > NTO-Na+ > NTO monomer. The enhancement of the trigger bond dissociation energy in comparison with the NTO monomer correlates well with the complex interaction energies, trigger bond length, and charge transfer. The analyses of electron density shifts have shown that the electron density of the nitro group shifts toward the C1?N6 trigger bond upon the formation of the supramolecular interaction. As result, the trigger bond is strengthened and the sensitivity of NTO is reduced. Some of the calculated results agree with the experimental values.

Sensitivitas Peledak Akibat Pembentukan Kompleks 3-Nitro-1,2,4-Triazol-5-One dan Ion Logam berdasarkan Teori Fungsional Kerapatan. Sensitivitas peledak yang terbentuk dari interaksi supramolekuler senyawa 3-nitro- 1,2,4-triazol-5-one (NTO) dan ion logam (Mn+ = Li+, Na+, Be2+ and Mg2+) telah dipelajari menggunakan Teori Fungsional Kerapatan pada tingkatan teori B3LYP/6-311++G**. Energi pemutusan ikatan pada ikatan pemicu ledakan (C1-C6) juga telah dipelajari untuk monomer NTO dan senyawa kompleksnya. Energi ikat dan energi pemutusan ikatan mengikuti urutan: NTO-Be2+ > NTO-Mg2+ > NTO-Li+ > NTO-Na+ > monomer NTO. Peningkatan energi pemutusan ikatan berbanding lurus dengan energi ikat, panjang ikatan pemicu ledakan dan transfer muatan. Analisis perubahan kerapatan elektron menunjukkan bahwa kerapatan elektron gugus nitro berpindah pada ikatan C1-N6 ketika kompleks terbentuk. Hal ini menyebabkan ikatan pemicu ledakan menjadi semakin kuat sehingga sensitivitas NTO menjadi berkurang. Hasil kajian teoritis ini sesuai dengan hasil kajian eksperiemen.
Universitas Mataram, Chemistry Education Division, Faculty of Teacher Training and Science Education., 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Proses produksi, penanganan, dan penyimpanan berbagai combustible dust di Powder Plant Frisian Flag Indonesia menimbulkan risiko terjadinya dust explosion. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi hazardous area dan menganalisis equipment yang sesuai dengan standar ATEX dan IECEx.Data berupa data primer dan data sekunder. Hasil klasifikasi hazardous area adalah zona 20, 21, dan 22 berdasarkan kemungkinan terbentuknya dust cloud. Hasil analisis equipment berupa ketentuan tentang approval marking, klasifikasi equipment, metode proteksi equipment terhadap ledakan, equipment protection level, dan suhu permukaan maksimum equipment yang diijinkan. Keberadaancombustible dustdan belum dipasangnya equipment yang sesuai untukpenggunaan di explosive atmosphere merupakan suatu kondisi yang sangat berbahaya. Untuk itu perusahaan harus menginstal equipment yang sesuai agar tidak menjadi sumber ignisi sehingga dapat mencegah terjadinya dust explosion.
ABSTRACT
The production process, handling, and storage of combustible dusts in the Powder Plant Frisian Flag Indonesia cause risk of dust explosion. This study aims to classify hazardous area and analyze equipment comply with ATEXand IECEx standards. Data in the form of primary and secondary data. Area classified for explosive dust atmosphere are divided into zones 20, 21, and 22, based up on the possibility of the occurance of dust cloud. The results of the analysis equipment is provisions about approval marking, equipment classification, method of explosion protection, equipment protection level, and maximum permissible surface temperature. The existence of combustible dust and installation of equipment which is not suitable for use in explosive atmosphere are very dangerous condition. Therefore, the company must install the appropriate equipment so not to become source of ignition which can prevent the occurrence of dust explosion.
2014
S55868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmen
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kegiatan usaha dibidang industri bahan peledak yang belum didukung oleh kebijakan pemerintah yang dapat memacu perkembangan industri bahan peledak komersial di Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan Industri bahan peledak komersial belum terintegrasi antara satu kebijakan dengan kebijakan-kebijakan lainnya, bahkan dirasakan adanya kebijakan yang berkaitan dengan masalah bahan peledak masih tumpang tindih karena adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi yang berbeda seperti Departemen Pertahanan, Polri, Departemen Perindustrian dan instansi lainnya. Keputusan Menteri Pertahanan dalam penunjukan badan usaha dibidang bahan peledak merupakan izin prinsip yang dalam pelaksanaan Produksi, Pengadaan dan Distribusi bahan peledak komersial tersebut harus ada izin dari Kapolri sesuai ketentuan/ Undang-Undang yang berlaku, yaitu UU nomor 8 tahun 1948 dan Undang-undang No. 20 Prp tahun 1960, selanjutnya dalam proses impor bahan peledak juga harus ada izin dari Departemen Perdagangan, kemudian untuk penggunaannya harus ada rekomendasi dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Sementara itu walaupun sudah ada kesempatan bagi banyak perusahaan untuk ikut bersaing dalam pengadaan bahan peledak komersial, namun pangsa pasar masih dikuasai oleh dua sampai tiga perusahaan saja, bahkan ada beberapa perusahaan yang masih belum memiliki pangsa pasar (market share), sehingga dapat dikatakan bahwa struktur industri bahan peledak komersial di Indonesia adalah berupa Oligopoli, yaitu struktur pasar dengan sedikit penjual dimana terdapat rintangan (barier) terhadap masuknya (entry) perusahaan baru. Barier to entry yang ada disini lebih banyak bersifat legal, yaitu berkaitan dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena penanganan bahan peledak memerlukan perlakuan khusus supaya aman dan selamat, dengan kata lain masalah safety dan security jadi pertimbangan utama. Saat ini untuk pengadaan dan pendistribuasian bahan peledak komersial di Indonesia terdapat 8 perusahaan yaitu: PT. Mufti Nitrotama Kimia (MNK), PT. Dahana (Persero), PT. Armindo Prima, PT. Tridaya Esta, PT. Pindad (Persero), PT. Trifita Perkasa (Persero), PT. Pupuk Kaltim dan PT. Asa Karya. Dari delapan perusahan tersebut hanya satu perusahaan yang sudah memproduksi bahan peledak jenis AN dalam negeri yaitu PT.MNK, sedangkan yang lain untuk memenuhi kebutuhan konsumen masih mengimpor dari luar negeri. Walaupun ke delapan perusahaan tersebut di atas telah memiliki izin prinsip dari Departemen Pertahanan, namun tidak seluruhnya dapat aktif dalam pengadaan dan pendistribusian bahan peledak, maka untuk menjamin berkembangnya industri bahan peledak komersial di Indonesia ke arah yang lebih baik dan dalam kondisi persaingan yang sehat sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional, maka disini penulis mencoba melakukan analisis terhadap kebijakan industri bahan peledak komersial di Indonesia yang terkait dengan Undang-Undang dan peraturan dibidang bahan peledak serta Undang-Undang Antimonopoli.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raninta Wulanwidanti
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan terapi Resource Development and Installation RDI pada anak usia 10 tahun yang mengalami Intermittent Explosive Disorder IED RDI dilakukan sebanyak 9 sesi dengan tiga teknik yaitu Point of Power Pendulation exercise dan Four Field Teknik Point of Power digunakan untuk membangkitkan sumber daya atau resource positif yang dimiliki anak Kemudian Pendulation exercise digunakan untuk menyeimbangkan antara perasaan ataupun sensasi positif dan negatif yang dirasakan Lalu diakhiri dengan teknik Four Field untuk memvisualisasikan gambar yang masih mengganggu anak Teknik tersebut juga bertujuan untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi situasi yang tidak menyenangkan di kemudian hari Tujuan dari penerapan teknik RDI adalah untuk meningkatkan kemampuan R dalam meregulasi emosi dan membangkitkan resource guna membentuk positive cognition yang akan bermanfaat untuk memudarkan negative cognition Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengelola rasa marah Hal itu terlihat dari penurunan skor CBCL skala Agresivitas Anger Expression Scale for Children Selain itu adanya perubahan perilaku anak ke arah yang lebih positif Setelah menjalani program anak menjadi lebih tenang dapat mengendalikan diri dan tidak mudah marah. ......This study was conducted to determine the implementation of therapy Resource Development and Installation RDI in 10 year old boy with Intermittent Explosive Disorder IED RDI was done in a total of 9 sessions and performed with three techniques there are Point of Power Pendulation and Four Field Point of Power techiques are used to awaken positive resources owned by the child Then Pendulation exercise used to balance between the positive and negative feelings or sensations perceived Then end up with Four Field techiques to visualize a distrupting images or feelings for children Those techniques also to prepare children to faces unhapinnes cirumstances on the other day The goal of RDI therapy is to improve the ability of emotional regulation and develop resources in order to create a positive cognition that would be benefit to change the negative cognition The result of therapy showed there is a significant decreasing of anger level or aggresive behavior It apparent from decreasing score of CBCL skala Agresivitas Anger Expression Scale for Children and also apparent from the behavior change into more positive behavior After therapy child becomes calmer able to control himself and not become easily to anger
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clairine Sola Gratia Hagins
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penginstalan equipments yang tahan terhadap atmosfer eksplosif gas yang diinstal di PT. Pertamina Depot LPG Tanjung Priok dengan menganalisis hazardous area dan name plate equipments. Peneliti ingin melihat apakah equipments tersebut berisiko jadi sumber ignisi atau tidak di area yang mengandung gas flammable berupa propana dan butana. Sebagian besar equipments di PT. Pertamina Depot LPG Tanjung Priok belum memenuhi standar ATEX (Atmosphere Explosive) 94/9/EC, NFPA (National Fire Protection Association) 497, dan IEC (International Electrotechnical Commissions) dalam hal penginstalan equipments di zona yang sesuai. Penentuan zona sebagai bentuk dari hazardous area classification dilakukan dengan melihat radius ledakan dari hasil BREEZE Incident Analyst dan standar mengenai atmosfer eksplosif menurut ATEX 94/9/EC. ...... The purpose of this research is to evaluate the explosion-proof equipments installed in explosive atmosphere gas at PT. Pertamina Depot LPG Tanjung Priok by analyzing the hazardous area and equipments’ name plate. Whether those can be the ignition source or not when they are installed in an area full of gas flammable such as propane and butane. Most of the equipments do not comply to the standard used, which are ATEX (Atmosphere Explosive) 94/9/EC, NFPA (National Fire Protection Association) 497, and IEC (International Electrotechnical Commissions). Area zoning, that is categorized as hazardous area classification, is considered by explosion radius with BREEZE Incident Analyst and atmosphere explosive standard from ATEX 94/9/EC.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prasetya
Abstrak :
Terorisme telah menjadi sebuah masalah besar yang dihadapi oleh duniapada saat ini, begitu juga dengan Indonesia. Ada beberapa hal yang mempengaruhiperkembangan aksi teror di Indonesia salah satunya adalah cyber space sepertimedia sosial. Beberapa contoh kasus peledakan bom di Indonesia terbuktimemanfaatkan media sosial dalam melaksanakan aksinya. Salah satunya adalahpenggunaan media sosial untuk dalam proses radikalisasi dan pembelajaranpembuatan bom. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis pola penggunaan mediasosial dalam aksi teror bom rakitan di Indonesia tahun 2016. Metode penilitian yangdigunakan adalah pendekatan kualitatif dengan sumber data primer berupawawancara pelaku, observasi dan data sekunder berupa dokumen untukmenganalisis bagaimana pola penggunaan media sosial dalam aksi teror bom.Dalam menganalisis data menggunakan triangulasi data yang berkaitan denganinvestigasi tindak pidana terorisme. Dalam penelitian ini ditemukan perubahan polaradikalisasi dan transfer pengetahuan pembuatan bom yang jauh lebih mudahmelalui media sosial dibandingkan dengan pola yang digunakan oleh kelompokteror sebelum maraknya media sosial. Konten terbanyak yang digunakan olehkelompok teror adalah video, buku elektronik yang disebarkan melalui aplikasiTelegram. Berdasarkan hal tersebut badan eksekutif dan legeslatif harus membuatregulasi tentang penyaringan informasi di media sosial. Kepolisian harusmengambil langkah-langkah pencegahan berupa kontra propaganda dan narasi dimedia sosial dan mempertajam deteksi dini untuk mencegah terjadinya aksi terorbom di Indonesia.
Terrorism has become a major problem facing the world today, as well as Indonesia.There are several things that affect the development of terror acts in Indonesia oneof them is cyber space like social media. Some examples of cases of bombing inIndonesia proved to utilize social media in carrying out the action. One is the use ofsocial media for the process of radicalization and bomb making learning. Thepurpose of this study is to analyze the pattern of social media use in the act of bombterror assemblies in Indonesia in 2016. The research method used is a qualitativeapproach with primary data sources in the form of interviews perpetrators,observation and secondary data in the form of documents to analyze how the patternof use of social media in the act of terror bomb. In analyzing the data usingtriangulation of data related to investigation of crime of terrorism. In this studyfound changes in patterns of radicalization and knowledge transfer bomb making ismuch easier through social media than the pattern used by terror groups before therise of social media. The most content used by terror groups is videos, electronicbooks that are propagated through the Telegram app. Based on this the executiveand legislative should make regulations on the filtering of information in socialmedia. Police should take preventive measures of counter propaganda and narrationin social media and sharpen early detection to prevent the occurrence of bombterrorism in Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This research aimed at describing the relationship between provisions on explosive substance and the criminal court's sentence dealing with explosive substance in Yogyakarta State Court by using No. 12/1951 Emergency Law on Firearm within the period of 2001-2003. After analyising the criminal court's sentence No. 10/Pid.B/2002/PN.YK, the only criminal court's sentence related to explosive substance period, the researcher concluded that the judge did not implement No. 12/1951 Emergency Law on Firearm well based on the fact that the judge did not elaborate things that aggravated the accused i.e. the act accused trying to fire the explosive substance was very dangerous to the society. The judge should identify the crime committed by the accused as "trying to use the explosive substance" not only as "without right owning and carrying explosive substance". By such an identification there was no need for the judge to decrease the penal sanction prosecuted by public prosecutor.
2004
340 JEPX 24:1 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tonih Usmana
Abstrak :
Kawasan pesisir sebagai ekosistem alami memberikan empat fungsi terhadap kebutuhan dasar manusia dan pembangunan ekonomi, yaitu mendukung kegiatan sebagai sumber kehidupan, keindahan dengan keramahan, sumber bahan baku, dan sebagai penampungan limbah. Dalam mendukung fungsi tersebut, diperlukan suatu perencanaan pengelolaan kawasan pesisir yang terintegrasi dan berkelanjutan yang dibangun atas dasar kepentingan bersama dan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga partisipasi masyarakat pesisir secara aktif muliak diperlukan dalam penyusunan perencanaan dan pengelolaan lingkungan di daerah. Adanya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat secara langsung diharapkan akan terjalin suatu hubungan yang harmonis, sinergis dan saling ketergantungan satu sama lainnya dalam usaha untuk mengurangi tekanan-tekanan dari kegiatan yang mempunyai potensi merusak lingkungan baik tekanan dari dalam maupun tekanan dari luar. Kawasan Kepulauan Seribu yang merupakan kawasan konservasi laut khususnya di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, banyak sekali menerima tekanan dari luar dalam menjaga kelestarian lingkungannya, antara lain dari sektor industri pariwisata, overlshing, penggunaan bahan peledak dan racun ikan, limbah industri dan domestik, pertambangan, perusakan hutan mangrove dan penggunaan alat tangkap ikan yang merusak lingkungan. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada dan melihat kondisi, persepsi dan partisipasi masyarakat pesisir Kepulauan Seribu dalam penentuan pengelolaan lingkungan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana partisipasi masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak kawasan pesisir dan ekosistemnya serta sejauh mana usaha pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di wilayah studi. Penelitian telah dilaksanakan di Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan yang berada di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS). Penelitian dilapangan di mulai bulan April 2002 sampai dengan September 2002. Metode penelitian yang digunakan adalah metode partisipatif dengan Metode Participatory Rural Appraisal (PRA), dan metode survei dengan bantuan kuesioner atau wawancara. Teknis pengambilan sampel untuk pengumpulan data dan informasi dilakukan secara purposive random sampling yang digabungkan dengan metode PRA, terutama untuk data-data kondisi ekologi/lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah studi. Jumlah responden yang diambil sekitar 10 % dari jumlah populasi atau tergantung kondisi yang ada dilapangan yang disesuaikan dengan keperluan pelaksanaan PRA. Berdasarkan hasil studi telah teridentifikasi beberapa kegiatan atau tekanan yang berpotensi merusak lingkungan pesisir dan ekosistemnya di wilayah studi antara lain yang disebabkan oleh penambangan karang, kegiatan penggunaan bahan peledak dan racun ikan dalam penangkapan ikan, akibat pencemaran dan abrasi pantai, penggunaan alat tangkap ikan yang merusak atau tidak selektifnya penggunaan alat tangkap ikan. Hasil PRA menunjukan bahwa pada tahun 1970 an (80 %) kondisi mangrove di wilayah studi masih baik, kemudian menurun dan hingga tahun 1995. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada dan melihat kondisi, persepsi dan partisipasi masyarakat pesisir Kepulauan Seribu dalam penentuan pengelolaan lingkungan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana partisipasi masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak kawasan pesisir dan ekosistemnya serta sejauh mana usaha pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap pelaksanaan program pengelolaan lingkungan di wilayah studi. Namun demikian masyarakat pesisir kepuluan seribu sudah mempunyai persepsi dan ikut partisipasi dalam usaha menekan kerusakan-kerusakan lingkungan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain status pendidikan dan status di masyarakat sehingga berani melakukan teguran secara langsung apabila melihat nelayan dari luar atau dari dalam yang melakukan kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan. Sekitar 17,7% yang berani menegur langsung, kemudian ada pula yang melapor ke RT atau pamong adalah 15,5% tetapi yang kebanyakan mereka diam saja atau masa bodoh sekitar 67%. Kebanyakan penduduk yang berani menegur dan mengingatkan secara langsung kepada yang yang melakukan kegiatan yang merusak, bila dilihat statusnya adalah sebagai tokoh masyarakat (11,1 %) dan berpendidikan SLA (8,8%). Berdasarkan hasil studi PRA ternyata lembaga lokal yang memiliki hubungan dekat dan diterima masyarakat baik fungsi dan manfaatnya adalah lembaga RT/RW dan Kelurahan sedangkan lembaga LPM, LSM, Koperasi sudah cukup jauh dari masyarakat. Sehingga lembaga-lembaga tersebut sebagai alternatif pertama yang harus dilibatkan apabita ada program pembangunan di wilayah studi. Kesadaran masyarakat pesisir wilayah studi dalam pengelolaan sampah masih belum baik, hal ini ditunjukan masih banyak penduduk yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ke pantai sekitar (93%), dikumpul di lubang dan dibakar (9%) dan dikumpul dan dibakar (9%). Sedangkan penggunaan air bersih untuk minum masih banyak yang menggunakan air hujan (97%) kemudian air sumur (95%), dan ada di beberapa tempat yang menggunakan air dan hasil penyulingan dengan membelinya. Pembuangan limbah rumah tangga masih banyak yang di pantai, walau pun sudah ada WC umum dan punya sendiri di rumah, karena merubah kebiasaan yang sudah turun temurun itu perlu proses dan waktu. Dalam rangka mengurangi tekanan-tekanan yang berpotensi merusak lingkungan tersebut, perlu dikembangkan suatu sistim usaha alternatif selain penangkapan ikan dan sifat kearifan lokal yang ada, sehingga dapat menurunkan tekanan yang khususnya datang dari irang dalam. Berdasarkan hasil studi, masyarakat Kepulauan Seribu lebih tertarik dengan usaha budi daya Rumput Laut dan budi daya ikan dengan keramba. adapun sistim pengelolaannya lebih tertarik dengan sistim bapak angkat atau dibentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama). Hal ini disebabkan kekurangan modal dan kemampuan teknologi pengelolaannya. Berdasarkan hasil diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: Teridentifikasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang bersifat merusak lingkungan pesisir di wilayah studi yang dilakukan oleh masyarakat/nelayan lokal dan masyarakat pendatang/luar terutama kegiatan penambangan batukarang, penambangan pasir laut, penebangan mangrove, penggunaan bahan peledak dan Potasium Sianida (KCN) dalam penangkapan ikan, penggunaan alat tangkap yang merusak, dan pencemaran pesisir dan laut. Sebenarnya apabila dibandingkan tekanan yang datang dari dalam dengan dari Iuar, lebih besar dari Iuar. Seperti yang menggunakan bahan peledak sekitar 95% dilakukan oleh orang Iuar, dan hanya 8% oleh orang dalam. Kemudian yang menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan adalah nelayan dari luar sekitar 95% dan nelayan lokal 11%. Berdasarkan hasil PRA, masyarakat Kepulauan Seribu masih mempunyai kearifan sosial dengan persepsi yang lama tentang pentingnya kelestarian lingkungan di daerah, hal tersebut berdasarkan dari jawaban beberapa peserta PRA bahwa mereka tidak - setuju dan mengecam perbuatan penggunaan bahan peledak/racun ikan dalam penangkapan ikan dan penggunakan alat tangkap yang bersifat merusak lingkungan serta paham bulan dan kapan boleh melaut serta daerah mana yang dilarang. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan hasil tangkapan nelayan di wilayah studi dari tahun ke tahunnya, sejalan dengan terus menurunnya atau rusaknya kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat yang bersifat merusak lingkungan. Persepasi dan partisipasi masyarakat Kepulauan Seribu dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan pesisir sudah teriihat, hal ini dapat ditunjukan sudah adanya keberanian dari sebagian masyarakat yang berani menegur langsung atau melapor ke pamong desa apabila melihat ada kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan di daerahnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan sebagai berikut: Setiap program atau proyek pembangunan di Kawasan Kepulauan Seribu disarankan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dan mempunyai manfaat secara signifikan untuk peningkapan pendapatan atau ekonominya. Adanya seleksi dalam pemanfaatan alat tangkap yang ramah lingkungan, dan adanya pembagian wilayah penangkapan ikan antara nelayan tradisional dan modern, dan disarankan adanya pengembangan usaha ekonomi altematif bagi masyarakat pesisir Apabila akan memberikan bantuan atau program pembangunan sebaiknya melalui atau melibatkan lembaga yang paling dekat dan diterima oleh masyarakat yaltu altematif pertama melalui RT/RW dan Kelurahan, altematif kedua melalui LSM, LPM, Dewan Kelurahan dan Serikat Nelayan. Daftar kepustakaan: 50 (Tahun 1967 - Tahun 2002).
Coastal area as a natural ecosystem has four functions for human basic needs and economic development, such as, to support activity of living resources, as natural view and amenities, as raw material resources and as waste location. In order to support those functions, it is needed an integrated and sustainable coastal area management plan, which development is based on the same interest and implemented together with the community. Therefore active coastal community participation is absolutely needed to take part in arranging environment plan and management for its area. By the participation and empowerment of the community it is expected to be able to create a relation which is harmonious, synergy and mutual dependency in order to decrease that activity, which has a potency to damage the environment even from in side or out side of area. Seribu Islands are one of marine conservation area, especially in sub-district of North Seribu Islands, which has number of interference from outside, amongst offers from tourism sector, over-fishing, explosive usage and fish poisoning, domestic and industrial waste, mining, mangrove damage and fishing tools which are able to damage the environment. Based on those problems and the condition, perception and participation of the community in Seribu Islands in determining their environment management, this research proposed to identify coastal community participation and the activities which have potency to damage coastal area and its ecosystem as well as to analyze community participation and perception to give input and support for implementing environment management program in the study area. This study was carried out in Kelurahan of Panggang island, Kelapa Island, and Harapan Island, which were located in Sub-District of North Seribu Islands, Administrative District of Seribu Islands (KAKS = Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Study started from April 2002 up to September 2002. The study used participation method with Participatory Rural Appraisal (PRA) is a technical approach, and survey activity using questioners or interview method. Sampling collection for data and information collection are conducted by using purposive random sampling that combined with PRA method, especially for ecological/environmental condition, social economy, and culture of study area. Number of respondent was 10 % of the total population or depending on the condition in the field, which was based on the PRA implementation need. Based on the study result, number of activities or interferences have been identified which has a potency for damaging coastal ecosystems in the study area. Amongst others are coral reefs mining, the use of explosive material and cyanide poison for fishing, pollution, and coastal abrasion, fishing tools that able are destroy environment or non selective use of fishing tools. Based on PRA result showed that in 1970 (80%) mangrove condition in the study area was still good, then it keep going to decrease until 1995 by more than (10-20%) In fact, based on the answer of respondent showed that mangrove damage caused by cutting them for firewood and building material around 80°Io, pollution and abrasion around 82% and conversion fishpond 16°fo. Note, that the answer received from respondent in most cases more than one answer. In fact, the number of coral reefs damage are caused by using explosive material and fish a poison (rCN), pollution, and fishing tool usage. Based on PRA, before 1975, the condition of coral reefs was still good. It was characterized with number of Stone fish and the fishermen were easy to find fishes around their living area. In 1975, fishermen from out side of Thousands Islands came and caught fish by using explosive material and other damaging fishing equipment. Thus, in 1980, most of the coral reef condition was bad, only 40% coral reefs were in good condition. It was getting worse in 1985, when government projects used coral reefs as its building materials. In 1995 to present days, probably, there are only 15-20% coral reefs in good condition in the study area. Fishing capture using catching equipment that could damage environment are Trawl net, Gardan net, "Hanyur net and other fishing gear used by outside fishermen. Most fishermen who used that equipment used to come from outside of study area (95%), which has enough capital, while local fishermen were only (11%). Most of local fishermen did not have enough capital and still used traditional equipment in catching fish, such as Mayang net, Bubu (trap net) and Tonda fishing in study area. Nevertheless, coastal community in Seribu Islands has a perception and participation in order to decrease environmental damage. There were number of factors, which influence them such as education and status level in society, so they could give warning whenever they saw fishermen from in or out side of Seribu Islands conducted the activities, which caused environmental damage. It was around (17,7°!o) people, who were brave to give warning directly, (15,5%) report to RTor Pamong, but most of all did 82% and conversion fishpond 16°fo. Note, that the answer received from respondent in most cases more than one answer. Based on the result of research, it concludes as follows: It had been identified communities activities, which were able to destroy coastal environment in study location conducted by local society/fishermen and outsider especially Coral Reefs and sand mining, mangrove felling, explosive and Potassium cyanide (KCN) usage in catching fishes, damageable fishing tools usage, and marine and coastal pollution. In fact, interference from outside were bigger than from inside of the study area. Such as explosive usage, (95%) were conducted by outsider, (8%) by local communities, then the use of fishing equipment that were able to damage environment, (95%) conducted by outside fishermen and (11°k) by local fishermen. Based on PRA result, 5eribu Islands society still had social wisdom with the same perception of the importance of environment preservation for their area. It is based on the answer of some PRA participants that they did not agree and criticize the activities, which used explosive/chemical in catching fishes and using fishing gears, which were able to destroy environment. Based on the study result showed that fishing in study area is decreasing from time to time, in line with the damage of coral reefs ecosystem condition, mangrove, and higher intensity in using fishing tools, which were able to destroy environment. Perception and participation of Seribu Islands community in coastal management implementation has been recognized. It could be known by seeing their bravery to warn directly or report to the village chief whenever they saw the activity, which could destroy their environment. Based on the conclusion, it was suggested that; each program for developing project in Seribu Islands should involve local community actively for significant benefit to improve community income or economy. There is a selection in implementing fishing tools, which was save for the environment, fishing region allocation between traditional and modern fishermen, and alternative economy business development for coastal community. If some are want to provide aid or development program, it would be better. to use or to involve the closest institution and acceptable by local community such as RT/RW and Kelurahan as first alternative, and LSM, LPM, Kelur4aahan Board, and Fishermen association as second alternative. Bibliography: 50 (year 1967 - 2002)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T9519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library