Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Mas Adhitya Risyad
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk menganalis peraturan mengenai imbalan jasa audit di berbagai negara. Sumber data yang digunakan adalah peraturan imbalan jasa audit yang berlaku ditahun 2020 di Indonesia, Inggris, Australia, Pakistan, India, Malaysia, Filipina, dan Singapura. Negara-negara tersebut dipilih agar dapat memberi gambaran perbedaan peraturan imbalan jasa audit antara negara maju dan negara berkembang. Dari hasil komparasi, dapat dilihat bahwa adanya kesaman dan perbedaan diantara peraturan negara- negara yang diteliti. Dari delapan negara yag diteliti, sebagian besar aturan mengenai penentuan imbalan jasa audit diatur dalam kode etik. Penelitian ini menemukan bahwa hanya Indonesia dan India yang masih memberlakukan peraturan khusus untuk perhitungan imbalan jasa audit. Sebelumnya Pakistan dan Malaysia juga memiliki panduan perhitungan imbalan jasa audit, namun saat ini sudah dihapuskan. Indonesia dan Inggris mengatur komponen atau faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan imbalan jasa audit. Kedelapan negara memiliki peraturan akan batas maksimum imbalan jasa audit yang diterima dari satu klien. ......This study aims to analyze the regulations regarding audit fees in various countries. The data source used is the auditing fee regulations that apply in 2020 in Indonesia, UK, Australia, Pakistan, India, Malaysia, the Philippines and Singapore. These countries were selected in order to illustrate the differences in audit fees regulations between developed and developing countries. From the results of comparisons, it can be seen that there are gaps and differences between the regulations of the countries studied. Of the eight countries studied, most of the rules regarding the determination of audit fees are regulated in codes of conduct. This research finds that only Indonesia and India still imposes special regulations for calculating audit fees. Previously, Pakistan and Malaysia also had guidelines for calculating audit fees, but this has been removed. Indonesia and United Kingdom regulate the components or factors that must be considered in determining the fee for audit services. The eight countries have regulations on the maximum limit of audit fees received from one client.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauldy Rauf Makmur
Abstrak :
ABSTRAK
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia khususnya sejak krisis ekonomi yang melanda beberapa tahun lalu, antara lain terletak pada struktur pendapatan bank yang sangat tergantung pada pendapatan bunga (interest income). Kenaikan tingkat suku bunga simpanan sebagai salah satu akibat dari terjadinya krisis ekonomi tidak dapat segera diatasi dengan cara menaikkan suku bunga pinjaman. Hal ini terjadi selain karena adanya ketentuan peninjauan suku bunga secara periodik, juga dampak kenaikan tersebut sangat memberatkan nasabah. Jumlah kredit bermasalah yang semakin banyak menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus ditanggung pihak bank. Dengan net interest margin di satu sisi dan pendapatan di luar bunga yang tidak dapat menutupi selisih tersebut di sisi lain, maka membuat bank mengalami negative spread.

Selain krisis yang terjadi di dalam negeri, pengaruh globalisasi dengan berlakunya AFTA, APEC, dan VVTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Di satu sisi perbankan nasional makin memiliki pelang untuk mengembangkan bisnisnya ke negara lain, namun sebaliknya juga menjadi ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagai kegiatan yang menghasilkan fee based income, maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanannya agar bisa bersaing dengan para kompetitornya.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka bank harus melakukan terobosanterobosan baru dengan merubah struktur pendapatannya secara bertahap dengan menggali potensi untuk meraih pendapatan di luar bunga (fee based income). Pendapatan tersebut diperoleh atas dasar pelayanan yang diperoleh nasabah. Bank yang mampu memberikan kepuasan kepada nasabahnya akan dapat meraih pendapatan yang lebih besar dari berbagai fee yang dikumpulkan.

Pada dasarnya pendapatan fee based didapat dari fee atau charges atas pemberian komitmen dan jasa-jasa bank. Ada berbagai jenis transaksi yang dapat dijadikan surnber pendapatan fee based yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategori yaitu processing, principal transaction, dan advisory. Sedangkan dari ruang lingkup layanannya bisa berupa transaksi domestik dan transaksi internasional. Dari transaksi internasional bank mendapat pendapatan yang lebih bervariasi seperti pendapatan fee/charges, selisih kurs, dan in lieu of exchange.

Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, karena selain harus memiliki status bank devisa, diperlukan juga international network yang luas; teknologi yang memadai, produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional merupakan faktor penting dalam memperoleh kepercayaan internasional.

Bank M sebagai bank terbesar dari segi asset dan s1mpanan yang memiliki jaringan yang luas di dalam dan luar negeri. dengan customer base yang besar. memiliki potensi besar untuk dapat mengembangkan beberapa jenis produk dan jasa perbankan yang berbasiskan pelayanan. Dengan jumlah nasabah yang besar maka pendapatan fee/charges yang akan diperoleh Bank M akan dapat meningkatkan kinerja profibilitas Bank M di luar pendapatan bunga. Selain itu, strategi Bank M untuk menjadi universal bank merupakan landasan yang kuat dalam meraih keberhasilan dalam bisnis internasional. Dengan meningkatnya pendapatan fee based sebagai sumber pendapatan yang lebih sustainable, maka secara bertahap akan mengurangi ketergantungan Bank M dari pendapatan bunga sehingga akan meningkatkan kinerja Bank M dalam menghadapai persaingan yang makin ketat pada masa mendatang.

Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank M dalam upayanya meningkatkan fee based income dari transaksi internasional. Pembahasan difokuskan pada pendapatan fee based dan international remittance khususnya inward remittance dengan membandingkannya dengan beberapa bank pesaing lainnya. Analisa dilakukan pada aspek lingkungan umum, lingkungan industri, dan lingkungan internal perusahaan.

Peranan bank koresponden khususnya bank depositori koresponden sangat besar dalam mendukung bisnis ini mengingat fungsinya sebagai supplier, distributor, dan kasir bagi Bank M.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi dasar pengembangan bisnis international remittance Bank M dengan tetap bertumpu pada core competencenya. Untuk itu, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

.. Mengembangkan pasar inward remittance dengan memanfaatkan . jaringan cabang dan jaringan bank koresponden yang luas.

.. Memfokuskan target pasar pada TKI yang bekerja di luar negeri yang secara rutin mengirimkan uang kepada keluarganya di Indonesia.

..Mengembangkan dan memperluas kerjasama dengan bank koresponden di luar dan dalam negeri untuk meningkatkan bisnis inward remittance TKI.

.. Mengembangkan produk remittance dan melakukan promosi dengan memanfaatkan jaringan cabang agar dapat tersosialisasikan secara menyeluruh.

.. Melakukan efesiensi biaya dengan mensentralisasl kegiatan back office dalam penanganan operasional rekening vostro pada unit kerja khusus.

.. Mengembangkan teknologi informasi dan sistim aplikasi untuk mendukung pelayanan dan mengurangi human error.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubby Harijono
Abstrak :
Sejak krisis melanda Indonesia, sektor perbankan tak lagi terlampau mengandalkan income yang berasal dari interest spread karena negative spread yang pemah dialami, juga penyaluran kredit yang sudah tidak agresif akibat trauma kredit macet. Untuk itu bank harus mencari surnber pendapatan alternatif, dan sektor fee based saat ini mulai menjadi primadona pendongkrak income perbankan. Ada beberapa alasan yang akan memotivasi bank untuk menggiatkan pendapatan fee basednya, antara lain:
Fee income merupakan cara untuk rneningkatkan daya saing
Meningkatkan diversifikasi peridapatan bank
Memberl jaIan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil
Relatif tidak memerlukan modal/penghimpunan dana yang besar. Selain krisis dalam negerl, perlu diperhatikan juga pengaruh liberalisasi pasar gobaI, dengan berlakunya AFTA, APEC dan WTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Dl satu sisi, perbankan nasional makin memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya ke mancanegara, namun sebaliknya juga menghadapl ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagal kegiatan yang menghasilkan fee based income maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanan agar bisa menguasai pasar domestik. Pada prinsipnya fee based income merupakan sumber pendapatan bank selain pendapatan kredit dan sekuritas, yang umumnya berupa fee/komisi atau charges yang diperoleh dari pemberian komitmen dan Jasa-jasa. Ada berbagal jenis transaksl yang dapat dljadlkan sumber fee based income, yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategorl, yaltu : processIng, principal transactin dan advisory. Sedangkan dari sisi llngkup layanannya bisa berupa transaksl domestik dan transaksl internaslonal (lintas negara atau valuta). Dari transaksi internasional, dapat dlperoleh Jenis Pendapatan yang Iebih bervariasi dibanding transaksi domestik, antara lain:
Pendapatan provisi/komisi dan charges
Pendapatan selisih kurs
Pendapatan in lieu of exchange Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, selain harus berupa bank devisa, juga diperlukan international network yang luas, teknologi komunikasi, kelengkapan produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional sebagai faktor penting dalam transaksi yang berhubungan dengan Letter of Credit (L/C), karena L/C merupakan jaminan bank yang erat terkait dengan faktor trust dan risk. Di Indonesia Bank X termasuk bank papan atas yang memiliki aset dan customer base yang besar. Keunggulan Bank X terutama pada jumlah cabang dan ATM yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Sejalan dengan misinya sebagai the biggest payment settlement agency, dengan jaringan cabang yang on-line dan features layanan ATM yang Iengkap, Bank X cukup mendominasi transaksi domestic paymen.t Sedangkan untuk transaksi intemasonal, Bank X telah banyak mempunyai pengalaman, jaringan bank koresponden dan reputasi internaslonal cukup luas selain juga memiliki produk dan jasa yang cukup variatif. Namun demikian performance Bank X untuk transaksi internasional khususnya trade finance tidakiah sebagus market share domestiknya. Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank X dalam meningkatkan fee based income dan transaksi international. Pembahasan difokuskan pada fee based lncomee dari International payment services dan international trade services diluar pendapatan selisih kurs. Analisis dilakukan atas setiap aspek pada lingkungan umum, Iingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. Pendekatan terutama difokuskan pada kondisi dan Strategi Bank X dalam menghasllkan fee based dan transaksl trade servlces dan remittances, termasuk perbandingan tarlf/pricing yang ditawarkan Bank X dibanding beberapa bank pesaing dalam 3 kategori, yaitu bank pemenlntah, bank swasta naslonal dan bank asing. Pemilihan bank koresponden khususnya depository bank juga penting untuk dianalisa mengingat fungsi bank koresponden sebagal supplier, distributor dan kasir bagi Bank X merupakan penunjang utama keberhasilan bisnis internasional. Disamping itu dari transaksl dengan bank koresponden juga menghasilkan pendapatan yang disebut rebate sharing. Dari hasil arialisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi acuan atas pengembangan intemational business Bank X dengan tetap bersandar pada core competencnya. Beberapa rekomendasi yang diberikan meliputi:
Perluasan segnien market ke layanan transaksl antar bank, mengingat kebijakan kredit masih tersendat dan potensi Bank X cukup memadai untuk pengembangan jasa outsourcing remittances dan trade services melalui pengembangan produk L/C reissuance atau pnvate labelling.
Perlu adanya tailored service/customizadon berdasarkan prinsip eighty twenty rule atas nasabah korporasi melalul paket produk terpadu, layanan dan tarif khusus, serta bentuk-bentuk layanan lain yang Iebih speslal.
Pengembangan produk TKI remIttance dengan fokus ke negara-negara tujuan TKI. Perlu dllakukan pemasaran langsung oleh cabang-cabang Bank X di daerah kantong-kantong TKI, disamping usaha kerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja IndonesIa (PJTKI).
Pengembangan interrnationaI network melalui bank-bank koresponden yang dapat menghasilkan bisnis dan memberikan rebate yang menguntungkan.
Pengernbangan teknologl dan media transaksl terutama untuk meningkatkan bisnis layanan antar bank dengan pengembangan sistern aplikasl on-line pada client bank serta peningkatan features layanan Internet banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah pada segmen korporasi.
Efisiensi blaya melalul sentralisasi aktlvltas back office yang low customization, sangat diperiukan untuk menlngkatkan efislerisi dan utliltas agar mencapai cost leaderhip bagi layanan outsourcing transaksl antar bank. Dengan telah selesalnya proses divestasi saham Bank X dan kini ada Investor baru dari luar negerl sebagal mitra strategls pemerlntah, maka dlharapkan akan ada beberapa perbaikan kebijakan terutama credit policy dan perubahan orientasi untuk go international sehlngga dapat makin meningkatkan kinerja Bank X.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sommeng, Andy Noorsaman
Abstrak :
The gas usage for household is less than gas usage for industries. PGN gas is delivered to industrial sector greater than 98%, while household sector less than 2%. Laclt of gas distribution infastructure to the customer location is a constraint for exploiting of gas. ln this stuay, investment pattern to develop the gas distribution pipeline was investigated for energy substitution of BEM in the household sector on the chance to decrease subsidy. As the case study, some house estate in Tangerang were selected which are house estate of I. Angkasa Pura 2; II. Batuceper Permai and Polri Batuceper both are existed in Batuceper Ward; III Kehakiman, Kehakiman 1 and Kehakiman 2 in Tangerang Word; and IV. Simprug di Poris, Tamara Porisgaga, Taman Poris, Poris Indah and Cipondoh Makmur in Cipondoh Ward. By using software of Oil Gas and of Economic Model (OGEM) economics calculation for getting gas distribution fee is done. For estimating government investment aid the approach of gas price is equal to kerosene price as Rp 2.700,- per litre that assumed as willingness to pay of the society. The calculation result shows that financing aid from the Government is still needed for the development of gas distribution pipeline for each selected location are 55% ,65%, 40% and 30%. Government participation on the investment for developing pipeline will save in this case no more subsidy starting on 28%, 41", 15"}? and 12nd month .The project will attract for the investor if it has certainty level in the investation feasibility at least equal to 80%. In this study by using Crystal Ball simulation, with the certainty level 80% yielding lRR about 19% which is indicating that cultivation of investment is being feasible.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
JUTE-21-2-Jun2007-140
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Chaerul Amachi
Abstrak :
ABSTRAK
Bagi Indonesia sektor migas masih sangat berperan terhadap penerimaan pemerintah. Hal tersebut nampak pada Tabel I peran penerimaan minyak dan gas terhadap penerimaan dalam negeri meningkat sejak tahun 1969 dari 27% menjadi 66% di tahun 1984/1985. Grafik 1 menggambarkan bahwa penerimaan dalam negeri diluar minyak dan gas (garis 4) adalah senantiasa berada dibawah pengeluaran rutin (garis 3). Ini menunjukkan bahwa penerimaan dalam negeri diluar minyak dan gas masih belum dapat menutupi pengeluaran rutin. Dengan demikian masalah peningkatan penerimaan non migas perlu memperoleh perhatian. Apalagi bila dilihat peran pemerintah dalam pembangunan nasional sangat besar, baik terhadap investasi domestik (Bambang Triyaso, 1984, 1985) maupun dalam mengejar pertumbuhan ekonomi (Snyder, 1985). Sebenarnya masalahnya cukup serius mengingat bahwa peran pemerintah melalui anggaran masih sangat besar ini membawa pengaruh luas terhadap perekonomian, dan pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Untuk dapat mengimbangi akibat penurunan harga minyak dan gas terhadap penerimaan pemerintah, sektor non migas harus ditingkatkan perannya. Pada kenyataannya peningkatan penghasilan sektor non migas ini, merupakan masalah yang pelik dan bukan hanya masalah ekonomi saja. Tetapi menyangkut pula bidang-bidang lainnya, bahkan yang lebih khusus (sub-specialities) seperti kewiraswastaan. Oleh karena itu kebijakan yang akan diambil dalam perpajakan perlu memperhatikan masalah yang kompleks dan dinamis tersebut. Dan ini merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran demikian pula dalam perencanaan. Karena tanpa budget perencanaan tidak dapat di implementasikan, sebagaimana dikemukakan oleh: Naomi dan Wildavsky dan Khalid .
Didalam konteks budgeting dan planning akan ditelaah mengenai salah satu aspek dalam perpajakan. Yaitu yang berkenaan dengan faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak, yang menyangkut masalah administrasi perpajakan termasuk perangkat undang-undangnya, kepatuhan serta kesadaran masyarakat wajib pajak, sistem pembukuan.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuana Jatu Nilawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar faktor Perilaku Konsumen, Persaingan dan Teknologi mempengaruhi fee based income di Bank Syariah Mandiri dengan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan model crosstabs. Sampel yang diperoleh sebesar 100 responden dengan populasi yang tidak diketahui. Uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) Measure of Sampling Adequancy pada kedua factor sebesar 0,712, sedangkan nilai Barlett's Test of Sphericity mempunyai nilai 183.905 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Hal ini berarti semua faktor-faktor tersebut adalah valid mempengaruhi Fee based income di Bank Syariah Mandiri. Dalam uji validitas kesemua factor yang diuji telah valid dikarenakan nilai R hitting > R tabel 0,444. Uji reliabilitas diperoleh nilai 0,898, diatas 0,6 berarti semua variabel adalah reliable.Berdasarkan hasil tabulasi silang yang menggunakan uji chi square, antara jenis kelamin dan faktor sesuai syariah, return yang tinggi, biaya dan akses memiliki hubungan yang signifikan: antara status dengan produk yang variatif sebesar 0,013 lebih dari 0,05 berarti Ho ditolak, antara dua variabel yang diuji ada hubungan. Hasil dari analisa regrasi berganda didapat hasil R2 sebesar 0.573 yang berarti semua faktor independen yang di ambil peneliti mempengaruhi fee based income di Bank Syariah Mandiri sebesar 57.3%. Dengan hasil bahwa Perilaku konsumen mempengaruhi secara positif terhadap fee based income di Bank Syariah Mandiri, Faktor persaingan berpengaruh negatif terhadap fee based income di Bank Syariah Mandiri sedangkan Faktor Teknologi tidak mempengaruhi fee based income di Bank Syariah Mandiri secara signifikan, dilihat dari persamaan berikut ini : Fee based income = 4.208 + 0.201 Perilaku Konsumen - 0.214 Persaingan + 0.01822 Teknologi
ABSTRACT
The goal of this research is to evaluate Consumer Behavior, Competition and Technology can influence Fee Based Income in Mandiri Syariah Bank Researcher uses double regression and crosstabs method, and researcher used 100 samples with unknown population. KM4 (Kaiser-Meyser-Olkin) test Measure of Sampling Adequacy is 0.712 and value of Barlet's Test of Sphericity is 183.905 with 0.000 significant value. It means that all factors are valid to influence Fee Based Income in Mandiri Syariah Bank At validity test, all tested factors are valid, because of the value of R counting > R table = 0.444. Reability test is 0.898 and more than 0.6 means all variable are reliable. Based on crossed tabulation value using chi square test between gender and Syariah method system factor. High return, cost and access have significant related between status and various product at 0.013, with is more than 0.05 means Ho regretted and there is a relation between two tested variables. R2 at this research is 0.573 it means all independent factors influenced fee based income at 57.3%.The achievement are in Mandiri Syariah Bank Consumer Behavior influences positively to Fee Based Income, Competition Factor influences negatively to Fee Based Income and Technology factor has no influence to Fee Based Income significantly, based on this equation bellows : Fee based income = 4.208 + 0.201 of consumer behavior - 0.214 of competition + (27.100) (11.043) (-11.055) 0.01822 of technology (0.689)
2007
T20687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumampouw, Eva Agrayani
Abstrak :
Kondisi perban:kan di Indonesia mengalami masa yang sulit pada krisis e:konomi yang menimpa negara ini sejak pertengahan tahun 1997. Kinerja keuangan Bank X merugi oleh karena spread negatif pada pendapatan bunga netto yaitu beban bunga lebih besar dari pendapatan bunga . Sehingga Bank X, mengalami kerugian besar terlebih dengan adanya pembebanan kredit bermasalah yang sangat besar jumlahnya. Oleh karena kondisi sulit tersebut membuat Bank X mencari altematif pendapatan selain dari pendapatan bunga netto dengan menghindari penambahan resiko kredit pada masa krisis ekonomi sekarang ini. Dalam usaha perbankan yang umum di Indonesia , perbankan diperboleh:kan oleh Bank Indonesia untuk melakukan usaha-usaha sesuai yang dituangkan dalam UU No. 7 tahun 1992 dan Revisi UU No. 10 tahun 1998 mengenai Perbankan. Dari pemberian jasa-jasa perbankan tersebut maim akan dihasilkan yang disebut pendapatan non bunga yang lebih dikenal dengan pendaJYdtanfee based. Dalam pembahasan :karya akhir ini , dalam pendapatan fee based tidak memasukkan faktor pendapatan dari transaksi valuta asing karena faktor ini sangat berfluktuasi pada masa krisis ekonomi yang masih berlangsung seiring dengan kondisi pertukaran (mata uang USD I Rupiah yang sangat berfluktuasi sejak teijadi krisis ekonomi tersebut akibat penerapan kebijakan kurs mengambang tergantung perrnintaan pasar. Faktor. pendapatan transaksi val uta asing banyak dipengaruhi oleh posisi devisa net1o dari bank dan besamya kurs tengah dari Bank Indonesia sehingga pendapatan dari transaksi valuta asing yang di peroleh sangat tidak stabil. Untuk menentukan strategi peningkatan fee based , maka saya menganalisa terlebih dahulu mengenai lingkungan hisnis Bank X baik hngkungan eksternal dan lingkungan internal dan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Bank X . Kemudian dengan pendekatan Strategic Groups digunakan untuk memilih dan menganalisa iebih detil mengenai bank-bank pesaing utama Bank X baik kinerja keuangan , kekuatan jaringan usaha dan teknologinya serta jenis jasa perbankan yang telah diberikan kepada nasabahnya. Kemudian dilanjutkan dengan mengana)isa potensi-potensi yang dapat digali dari usaha-usaha jasa perbankan yang dapat menghasilkan pendapatan fee based . Dengan memperhatikan sumber-sumbeT pendapatan fee based menurut Gardner & Mills yang mengambil dari kondisi perbankan di Amerika Serikat yang sudah maju dari segi jasa perbankan dan kebijakan Bank Indonesia yang tertuang dalam UU No. 7 tahun 1992 dan Revisi UUNo. 10 tahun 1998 perihal perbankan. Terakhir setelah menganahsa hal-hal diatas , maka dilanjutkan dengan pemilihan strategi yang diambil yaitu : - Strategi Generik - Diferensiasi untuk dapat menerapkan harga produk atau jasa yang optimal dapat diterima nasabah karena keunikannya misalnya fasilitas one stop banking. - Strategi Aliansi dengan perusahaan-perusahaan pendukung maupun dengan bank pesaing untuk mendapatkan manfaat bagi kedua belah pihak. Dan bagi Bank X untuk melengkapi fasilitas yang disediakan. - Strategi Market Option Matriks dengan mempertimbangkan dua hal pokok yaitu pengembangan produk dan pengembangan pasar, yaitu : Market Penetration , yaitu strategi dengan meningkatkan pangsa pasar yang sudah dimiliki dengan produk ataujasa perbankan yang ada melihat potensi pasar masih besar. Hal ini dapat di sukseskan dengan mengadakan iklan dan promosi yang lebih aktif. Product Development, yaitu strategi pengembangan produk yang selalu mengikuti atau mengantisipasi kebutuhan keuangan nasabahnya dalam bentuk produk baru. Misalnya Electronic Banking, Phone Banking dan Internet Banking serta jasa..jasa perbankan lain yang berpotensi memberikan pendapatanfee based. Market Development, yaitu strategi untuk mengembangk.an pasar yang baru dengan menggunakan produk ataujasa perbankan yang sudah dimiliki melihat sektor pasar baru tersehut masih terbuka. Misalnya dengan rnelihat segmen sektor korporasi tingkat kecil menengah yang tidak menjadi target pasar bank-bank asing. Padahal untuk sektor ini dapat menyumbangkan pendapatan fee based yang cukup besar untuk mendukung transaksi bisnis perusahaan menengah terscbut , apalagi dalam kondis.i perekonomian yang sedang bertumbuh seperti sekarang ini dimana banyak bem1unculan para entrepeneur baru.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Adiyoso
Abstrak :
ABSTRAK
Pendapatan lainnya dari bank sebagai intermediaries dapat dikategorikan sebagai pendapat non-bunga (non interest income) atau dapat dikenal juga sebagai fee based income. Pendapat non-bunga atau fee based income cukup dikenal di dunia perbankan disebabkan adanya pendapatan lain dari bank yang dapat menambah keuntungan bagi bank. Namun dalam hal ini, bank dengan kategori kepemilikan bank pemerintah memiliki kecenderungan yang berbeda dalam hal meningkatkan pendapatan non-bunga terhadap bank yang memiliki kategori kepemilikannya BPD, swasta nasional, swasta campuran maupun asing. Pengaruh kategori kepemilikan suatu bank terhadap pendapatan non-bunga (non interest income) atau fee based income serta risiko yang akan dihadapi kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan metode penelitian regresi dengan mempergunakan data panel. Varibel yang dianalisis merupakan kategori kepemilikan bank, fee based income dan varibel-varibel penunjang lainnya. Berdasarkan uji yang telah dilaksanakan, maka hasil penelitian secara empiris menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kategori kepemilikan bank terhadap diversifikasi pendapatan yang diperoleh dari non bunga (fee based income).
ABSTRACT
Other income from banks as intermediaries can be categorized as non-interest income (non-interest income) or can be knfown as well as fee-based income. Opinions of non-interest or fee-based income is quite well known in the banking industries as other income of the bank - which can increase profits for the bank. But in this case, banks with government ownership category have different tendencies in terms of increasing the non-interest income rather than the bank ownership category by BPD, national private, national private mix, or foreign private. The effect of bank's ownership categories on non-interest income or well known as fee-based income and also the risks that may arised later, will be analyzed further by using panel data regression research methods. The variables will be analyze in this research are the category of bank ownership, fee-based income and other supporting variables. Based on tests that have been conducted, the results of empirical research shows that there are a significant influenced between the category of bank ownership category to income diversification or quite well known as non interest income (fee based income).
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Aringga Adisatria
Abstrak :
Pemerintah Indonesia mencanangkan program pembangunan ketenagalistrikan sebesar 35.000 MW untuk memenuhi pertumbuhan penggunaan listrik yang terus meningkat dengan rata-rata 8,1% pada tahun 2010-2014. Untuk menunjang program tersebut maka kebutuhan gas bumi diperkirakan akan mencapai 1063 MMSCFD di tahun 2030. Saat ini yang menjadi hambatan adalah penentuan harga gas pipa untuk sektor kelistrikan di Indonesia, karena harga gas pipa masih beragam dan belum terdapat formulasi harga gas pipa untuk sektor kelistrikan yang dapat diterapkan untuk seluruh lapangan gas di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan formulasi harga gas pipa untuk sektor kelistrikan di Indonesia. Terdapat dua sektor yang akan dianalisa, yaitu sektor Hulu (Upstream) dan sektor Antara (Midstream). Optimisasi dilakukan dengan menggunakan metode linear optimization dengan menggunakan pendekatan harga Indonesian Crude Price ('ICP') untuk harga gas hulu, lalu ditambahkan dengan komponen Toll Fee didekati menggunakan komponen panjang pipa dan diameter pipa, sehingga selanjutnya didapatkan formula harga gas pipa untuk sektor kelistrikan di Indonesia. Rata-rata harga gas untuk sektor kelistrikan berdasarkan formula hasil pengembangan memiliki rentang antara 2.63 - 6.33 US$/MMBTU tergantung pada besaran ICP, dan masih dibawah harga maksimum yang dapat diterima oleh Perusahaan Listrik Negara ('PLN'), yaitu sebesar 6.4745 US$/MMBTU. Formula hasil pengembangan mampu memberikan harga gas yang berkisar pada harga gas yang berlaku saat ini, sensitif terhadap fluktuasi ICP dan relevan terhadap trend kenaikan harga gas untuk sektor kelistrikan selama ini. ......The Indonesian government has launched 35,000 MW electricity development program to fulfil the growth in electricity usage which continues to increase by an average of 8.1% in 2010-2014. To support the program, the natural gas demand is estimated to reach 1063 MMSCFD in 2030. Currently, the obstacle is the determination of pipeline gas prices for the electricity sector in Indonesia, because the pipeline gas price for the power sector in Indonesia are still diverse and there isn't any pipeline gas price formula that can be applied to entire gas field in Indonesia for the electricity sector. The purpose of this study is to obtain a pipeline gas prices formulation for the electricity sector in Indonesia. There are two sectors to be analyzed, Upstream sector and Midstream sector. Optimization is done by using the linear optimization method using the Indonesian Crude Price ('ICP') price approach for upstream gas prices, then added with Toll Fee components by being approached with the pipe length and pipe diameter component, to get the pipeline gas price formula for electricity sector in Indonesia. The average gas price for the electricity sector based on formula results has a range between 2.63 - 6.33 US $ / MMBTU depending on the ICP amount, and is still below the maximum price that can be received by the Perusahaan Listrik Negara ('PLN'), which is equal to 6.4745 US $ / MMBTU. The development formula is able to provide gas prices that range from current gas prices, sensitive to ICP fluctuations and relevant to the trend of rising gas prices for the electricity sector so far.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>