Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keliat, Budi Anna
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Ambarningrum
"ABSTRAK
Hubungan Gangguan Kognitif dengan Kelainan Mikrovaskular Retina dan Otak pada Penyandang HipertensiMellia Ambarningrum , Diatri nari Lastri , Eva Dewati , Jacub Pandelaki , Joedo Prihartono Departemen Neurologi, FKUI-RSCM, Jakarta Departemen Radiologi, FKUI-RSCM, Jakarta Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FKUI, Jakartamelliaambarningrum@yahoo.com AbstrakLatar Belakang : Hipertensi merupakan penyakit sistemik yang berisiko terkena aterosklerosis dan mengakibatkan kerusakan multi organ. Serebral small vessel disease SVD dan retinopati merupakan sebagian komplikasi mikrovaskular dari hipertensi. Manifestasi klinis tersering dari serebral SVD adalah infark lakunar dan penurunan fungsi kognitif. Struktur mikrovaskular retina dan otak secara embriologis memiliki pola vaskularisasi, morfologi dan fungsional yang sama. sehingga pembuluh darah retinadapat dianggap sebagai cerminan dari vaskulatur otak. Oleh karena itu perlu diketahui adakah hubungan antara gangguan kognitif dengan retinopati dan serebral SVD pada penyandang hipertensi.Metode : Studi ini dilakukan secara potong lintang terhadap 39 subyek penyandang hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek berusia antara 23-65 tahun yang berobat rawat jalan ke poli ginjal hipertensi dan poli saraf RSUP Cipto Mangunkusumo antara bulan September-November 2016. Subyek kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi, foto retina, neuropsikologi dan pencitraan otak tanpa kontras.Hasil : Ranah kognitif yang paling sering terganggu pada penyandang hipertensi dengan serebral SVD adalah memori, psikomotor, bahasa, visuospasial, fungsi eksekutif dan atensi. Sebanyak 43 subyek memiliki penyempitan arteriol dan 48,7 subyek dengan lesi white matter. Tidak terdapat perbedaan antara subyek yang mengalami serebral SVD dengan gangguan kognitif p=1,000; R:0,324 , retinopati dengan serebral SVD p=1,000; R:0,235 dan retinopati dengan gangguan kognitif p=0,727; R:0,424 .Kesimpulan : Terdapat hubungan yang lemah antara gangguan kognitif dengan retinopati dan serebral SVD pada penyandang hipertensi.

ABSTRACT
The Association between Cognitive Impairment with Retinal and Cerebral Microvascular Abnormalities in Hypertensive PatientsMellia Ambarningrum , Diatri Nari Lastri , Eva Dewati , Jacub Pandelaki , Joedo Prihartono Neurology Department, FKUI RSCM, Jakarta Radiology Department, FKUI RSCM, Jakarta Community Medicine Department, FKUI, JakartaAbstractBackground Hypertension is a systemic disease in which patients are prone to multi organ diseases and atherosclerosis. Cerebral small vessel disease SVD and retinopathies make up part of the microvascular complications of hypertension. The most common clinical manifestations of cerebral SVD is a cognitive decline due to a lacunar infarct. The microvasculature of the brain and the retina is an analog to brain 39 s. We aim to observe if there a significant association between cognitive decline and retinopathy with cerebral SVD in hypertensive patients.Method This cross sectional study analysed a population of 39 chronic hypertensive patients which met our inclusion criteria. Subjects were aged bertween 23 65 years old, and visited the Renal Hypertension Clinic at RSUP Cipto Mangunkusumo between September and November 2016. we performed on each patient a funduscopy, a retinal photograph, a neuropsychological assessment and a non contrast brain imaging.Results The most common neurological deficits in our population with cerebral SVD were memory, psychomotoric, language, visuospatial, executive function and attention deficits. 43 of our subjects had some degree of arterial occlusion, and we observed white matter lesions WML in 48,7 of our patients. We did not find any differences between subjects who had cerebral SVD with cognitive impairment p 1,000 R 0,324 , retinopathy with cerebral SVD p 1,000 R 0,235 and retinopathy with cognitive impairment p 0,727 R 0,424 .Conclusion There is a weak association between cognitive impairment with retinopathy and cerebral SVD in chronic hypertensive patients. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Pengunaan internet saat ini sangat diminati semua kalangan karena bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Internet saat ini penting untuk bidang pendidikan, komunikasi, informasi, bahkan mencari hiburan. Dampak negatif berupa gangguan adiksi pada internet dapat terjadi apabila salah dari cara penggunaan internet. Sebanyak 2% orang dewasa di dunia mengalami gangguan adiksi terhadap internet sedangkan 8,4% remaja laki-laki dan 4,5% remaja perempuan Asia telah mengalami adanya gangguan prilaku akibat adiksi internet. Mahasiswa juga tidak luput dari gangguan ini, terdapat 9,8% mahasiswa yang mengalami adiksi terhadap internet mengalami masalah kognitif, juga 12% mahasiswa kedokteran yang mengalami adiksi internet menunjukan performa akademik dibawah rata-rata. Masalah ini menjadi perhatian diseluruh dunia, namun tidak ada penelitian di Indonesia yang mennjelaskan mengenai kasus adiksi ini. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di tiga fakultas kedokteran di Jakarta. Subjek penelitian adalah mahasiswa pre-klinik sebanyak 189 orang yang dipilih secara acak, kemudian digunakan kuesioner IAT, RSES, SCL-90. Dikelompokan menjadi empat kelompok adiksi lalu diuji RAVLT untuk menilai tingkat kognitif. Dari total responden 56,6% mengalami adiksi ringan, 20,1% adiksi sedang dan mayoritas adalah perempuan, umumnya mengakses media sosial dengan durasi sehari lebih dari enam jam. Didapatkan hubungan yang bermakna antara adiksi internet dengan gangguan kognitif (p=0,00), adiksi internet dengan gejala psikopatologi (p=0,007), dan adiksi internet dengan self-esteem (p=0,002). Sehingga dapat disimpulkan bahwab terdapat hubungan adiksi internet dengan adanya gangguan kognitif, gejala psikopatologi, dan penurunan self-esteem. Screening test dan edukasi mengenai penggunaan internet dibutuhkan untuk mencegah mahasiswa menjadi adiksi.  

The use of the internet is currently very popular among all people because it can be accessed anytime and anywhere. The internet is currently important in the fields of education, communication, information, even entertainment. But the negative impact of addiction disorders on the internet often occur. As many as 2% of adults in the world experience addiction disorders to the internet while in Asia 8.4% male and 4.5% female adolescents have experienced behavioral disorders due to internet addiction. As students there are 9.8% who experience addiction to the internet experiencing cognitive problems, also 12% of medical students who experience internet addiction show academic performance below the average. Its become a worldwide problem but no reasearch in Indonesia describe the followed cases.  This cross-sectional study was conducted in three medical faculties in Jakarta. The research subjects were 189 pre-clinic students randomly selected, then IAT, RSES, SCL-90 questionnaires were used. Grouped into four addiction groups then tested RAVLT to assess cognitive levels. Of the total respondents 56.6% experienced mild addiction, 20.1% were moderate addiction and the majority were women, generally accessing social media with a duration of more than six hours a day. Significant correlation was found between internet addiction and cognitive impairment (p=0.00), internet addiction with psychopathological symptoms (p=0.007), and internet addiction with self-esteem (p=0.002). It can be concluded that there is a correlation between internet addiction and cognitive impairment, psychopathological symptoms, and a decrease in self-esteem. Screening test and education about using of internet are needed to prevent student becoming addicted."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinta Dwi Komala
"Stroke iskemik merupakan obstruksi yang terjadi di pembuluh darah menuju otak akibat adanya sumbatan thrombus ataupun emboli. Pasien dengan Stroke iskemik mengalami penurunan sistem neurologi, salah satu tanda gejalanya adalah terganggunya kemampuan kognitif. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis penerapan intervensi reminiscence therapy pada pasien stroke iskemik dengan gangguan kognitif. Metode yang diberikan adalah memberikan tiga sesi terapi reminiscence dengan tema yang dapat menstimulasi memori pasien. Waktu pemberian 15-60 menit sesuai dengan ambang focus pasien dalam terapi.  Hasil yang di dapatkan adalah terdapat perbaikan prognosis kognitif pada pasien ditunjukkan oleh peningkatan nilai MoCA dari 15 menjadi 23 setelah intervensi.  Efektifitas yang ditunjukkan reminiscence therapy ini dapat dijadikan sumber informasi dalam penerapan evidence based care pada praktik mandiri perawat dalam mengatasi masalah gangguan kognitif pada pasien stroke iskemik.

Ischemic stroke is an obstruction of blood vessel to the brain due to blockage of thrombus or embolism. Patient with ischemic stroke experience neurological deficit, one of major symptoms is cognitive impairment. The purpose of this paper is to analyze application of reminiscence therapy in ischemic stroke patient with cognitive impairment. The study case method is provide three session of therapy with a theme that can stimulate pastient memory. The administration time 15 – 60 minute according to patient focus. The result shows there is an improvement in the cognitive prognosis in patients as indicated by increasing MoCA score from 15 to 23 after intervenstion. The effectiveness shown by reminiscence therapy can be used as evidence based nursing care in patients ischemic stroke with cognitive impairment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Azzahra
"Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien artritis reumatoid (AR) berpotensi menurunkan kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan kepatuhan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode. Penelitian dengan desain potong-lintang ini mengikutsertakan pasien AR berusia ≥18 tahun yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM pada periode Oktober-Desember 2021. Data demografik, klinis, terapi, dan laboratorium dikumpulkan. Status fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner MoCA-INA. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif pada pasien AR: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, durasi penyakit, aktivitas penyakit, skor faktor risiko penyakit kardiovaskular, depresi, terapi kortikosteroid, dan methotrexate.
Hasil. Dari total 141 subjek yang dianalisis, 91,5% adalah perempuan, dengan rerata usia 49,89±11,73 tahun, sebagian besar tingkat pendidikan menengah (47,5%), median durasi penyakit 3 tahun (0,17-34 tahun), memiliki aktivitas penyakit ringan (median DAS-28 LED 3,16 (0,80-6,32)), dan skor faktor risiko penyakit kardiovaskular rendah (median 4,5% (0,2-30 %)). Sebanyak 50,4% subjek diklasifikasikan mengalami gangguan kognitif, dengan domain kognitif yang terganggu adalah visuospasial/eksekutif, atensi, memori, abstraksi, dan bahasa. Analisis regresi logistik menunjukkan usia tua (OR 1,032 [IK95% 1,001–1,064]; p=0,046) dan tingkat pendidikan rendah (pendidikan dasar) (OR 2,660 [IK95% 1,008–7,016]; p=0,048) berhubungan dengan gangguan kognitif pada pasien AR.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di RSCM sebesar 50,4%, dengan faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif tersebut adalah usia tua dan tingkat pendidikan yang rendah.

Background. Cognitive impairment in rheumatoid arthritis (RA) patients could decrease functional capacity, quality of life, and medication adherence. The objective of this study was to explore the prevalence and possible predictors of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, Jakarta.
Method. This cross-sectional study included Indonesian RA patients aged ≥18 years old, who visited rheumatology clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, on October to December 2021. Demographic, clinical, therapeutic, and laboratory data were collected. Cognitive function was assessed using MoCA-INA questionnaire. Bivariate and multivariate logistic regression analysis were performed to identify predictive factors of cognitive impairment in RA patients: age, gender, education level, disease duration, disease activity, cardiovascular disease (CVD) risk factor scores, depression, corticosteroid, and methotrexate therapy.
Results. Of the total 141 subjects analysed, 91.5% were women, mean age 49.89±11.73 years old, mostly had intermediate education level (47.5%), median disease duration 3 (0.17-34) years. They had mild disease activity (median DAS-28 ESR 3.16 (0.80-6.32)), and low CVD risk factor score (median 4.5 (0.2-30) %). In this study, 50.4% of the subjects were classified as having cognitive impairment. The cognitive domains impaired were visuospatial/executive, attention, memory, abstraction, and language. In logistic regression analysis, old age (OR 1.032 [95%CI 1.001–1.064]; p=0.046) and low education level (OR 2.660 [95%CI 1.008–7.016]; p=0.048) were associated with cognitive impairment.
Conclusion. The prevalence of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital was 50.4%, with the its predictive factors were older age and lower education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Ida Chahyani
"ABSTRAK
Latar Belakang: HIV-associated neurocognitive disorder (HAND) adalah komplikasi neurologis dalam perjalanan penyakit HIV. Karena prevalensi HAND masih tinggi dan dampak negatif yang disebabkannya seperti gangguan fungsional, kehilangan pekerjaan, membutuhkan caregiver, maka sangat diperlukan sekali perangkat alat penapisan gangguan kognitif yang praktis, mudah, tidak membutuhkan waktu yang lama serta tersedia disemua fasilitas untuk penapisan HAND. Ini merupakan penelitian pertama di Indonesia untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas International HIV Dementia Scale (IHDS) dan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MOCA-INA) sebagai alat penapisan HAND dan untuk mengetahui pola ranah kognitif yan paling sering terganggu. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan uji diagnostik pada pasien HIV yang berobat di poliklinik pelayanan terpadu HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta September-Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pemeriksaan penapisan dengan IHDS dan MOCA-INA dilanjutkan pemeriksaan kognitif lengkap. Hasil: Didapatkan 120 subjek dengan nilai median usia 33 (21-40) tahun, sebagian besar telah mendapatkan ARV 117 orang (97,5%). Proporsi gangguan kognitif berdasarkan IHDS 54 orang (45%), berdasarkan MOCA- INA 69 orang (57,5%). Proporsi HAND berdasarkan pemeriksaan kognitif lengkap 72 orang (60%). Nilai sensitivitas IHDS 45,8% (95% CI 0,348-0,573) dan spesifisitas IHDS 56,3% (95% CI 0,423-0,693). Nilai sensitivitas MOCA-INA 70,8% (95% CI 0,595-0,801) dan spesifisitas MOCA-INA 62,5% (95% CI 0,484 to 0,748). Pola gangguan kognitif yang tersering adalah gangguan memori 71 subjek (98,6%), diikuti fungsi eksekutif 56 subjek (77,8%) dan kelancaran bahasa 31 subjek (43,1%). Kesimpulan: MOCA-INA adalah alat penapisan HAND yang memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan IHDS. Gangguan ranah kognitif yang tersering adalah memori, fungsi eksekutif dan kelancaran bahasa

ABSTRACT
Background: HIV-associated neurocognitive disorder (HAND) is a disabling complication in HIV disease progression. Due to high prevalence and negative impacts of HAND such as functional disorders, loss of employment, and dependence to caregivers, it is necessary to have some practical tools to screen HAND to prevent disabilities. This was the first study in Indonesia to look into the sensitivity and specificity of IHDS and MOCA-INA as a screening tool for HAND and to determine which cognitive domains are mostly affected. Materials and Method: This was a diagnostic study in integrated HIV outpatient clinics in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta in September to December 2015. Patients were screened for cognitive disorders using IHDS and MOCA-INA as well as complete cognitive assessment. Results: There were 120 subjects with median (range) age of 33 (21-40) years. Most subjects (97.5%) received Antiretroviral Treatment (ART). Prevalence of cognitive disorder based on IHDS and MOCA-INA were 45% and 57.5%, respectively. Prevalence of HAND based on complete cognitive assessment were 60%. The sensitivity and specificity of IHDS were 45.8% (95% CI 0.348-0.573) and 56.3% (95% CI 0.423-0.693). The sensitivity and specificity of MOCA-INA were 70.8% (95% CI 0.595-0.801) and 62.5% (95% CI 0.484 to 0.748). Memory (98.6%) was the most affected domain, followed by executive function (77.8%), and verbal fluency (43.1%). Conclusions: These data suggest that MOCA-INA is a validated screening tool for HAND with higher sensitivity and specificity. The most frequent disorders were memory, executive function, and disturbance in verbal fluency."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Afriani
"Stroke menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan fungsi neurologis dan fungsi kognitif yang dapat meningkatkan risiko jatuh. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan gangguan kognitif dengan risiko jatuh pada pasien stroke. Desain penelitian adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 68 pasien stroke di Sumatera Barat, yang didapatkan dengan teknik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan cara data primer didapatkan melalui pemeriksaan dan penilaian langsung pada responden, sedangkan data sekunder didapatkan dari rekam medis responden. Analisis hasil penelitian menggunakan Chi-square, Pooled T-test, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan kognitif dengan risiko jatuh pada pasien stroke p=0,000, usia p=0,000, lama menderita stroke p=0,044, IMT p=0,000, keseimbangan fungsional p=0,000, lokasi lesi p=0,001, kekuatan otot ekstremitas bawah p=0,000 dan latihan atau aktivitas fisik p=0,006 dengan ? =0,05. Penelitian ini merekomendasikan perawat untuk melakukan deteksi dini risiko jatuh pada pasien stroke yang mengalami gangguan kognitif secara rutin.

Stroke causes to the brain tissue damage resulting in impaired neurology functions and cognitive functions that may increase the risk of falls. This study aims to determine the relationship of cognitive impairment with the risk of falling in stroke patients. The study design was cross sectional analytic with a total sample of 68 stroke patients in West Sumatera, obtained with consecutive sampling. Data collection methods by primary data obtained through direct examination and assessment on the respondents, while secondary data obtained from the respondent s medical records. Analysis of research results using Chi square, Pooled T test, and multiple logistic regression. The results showed a relationship between cognitive impairment and risk of falling in stroke patients p 0,000, age p 0,000, stroke length p 0.044, BMI p 0,000, functional balance p 0,000, location of lesions p 0.001, lower extremity muscle strength p 0,000 and exercise or physical activity p 0.006 with 0.05. This study recommends nurses to perform early detection the risk of falling in stroke patients with of cognitive impairment on a regular basis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Isnawan Risqi Rakhman
"Gangguan kognitif umum terjadi setelah serangan stroke dan berbagai upaya rehabilitatif diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Musik sebagai terapi yang dikombinasikan dengan latihan memori dapat diberikan sebagai bentuk input neuropsikologi dan terapi non-farmakologik pada pasien stroke fase akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi kombinasi aktivitas mendengarkan musik dan latihan memori terhadap kemampuan kognitif pasien stroke fase akut. Metode penelitian ini menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan pre-post test nonequivalent control group yang melibatkan dua kelompok yang akan diobservasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kemampuan kognitif diukur sebelum dan setelah perlakuan menggunakan instrumen Montreal Cognitive Assessment versi Bahasa Indonesia (MoCA-Ina). Rerata usia responden adalah 51,89 tahun (±8,23), 57,1% berpendidikan ≤ 12 tahun, 60,7% memiliki riwayat hipertensi, dan 25% saja dengan riwayat diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan rerata skor MoCA-Ina sebesar 3,21 pada kelompok intervensi (p= 0,003) dengan peningkatan signifikan pada domain eksekutif, bahasa, dan memori. Peningkatan rerata skor MoCA-Ina sebesar 1,43 poin kelompok kontrol (p=0,008) tanpa disertai peningkatan bermakna pada domain kognitifnya. Meskipun kedua kelompok mengalami peningkatan bermakna (within group), namun selisih peningkatan antar kedua kelompok tidak bermakna signifikan (p=0,61). Perbaikan kognitif pada stroke fase akut dimungkinkan oleh karena proses fisiologis. Skor baseline kognitif di fase akut diduga berpengaruh terhadap efektivitas intervensi yang diberikan. Intervensi mendengar musik sebagai aktivitas regulator yang dikombinasikan dengan latihan memori sebagai aktivitas kognator dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kemampuan kognitif pasien stroke fase akut. Diperlukan kehati-hatian dalam menggunakan hasil penelitian ini. Penelitian lanjut diperlukan untuk mengembangkan dan menguji efektivitas intervensi

Cognitive impairment is common after stroke and rehabilitative efforts are needed to overcome the problem. Music as therapy combined with memory training can be given as a form of neuropsychological input and non-pharmacological therapy in acute stroke patients. The purpose of this study was to determine the effect of combination of listening music activities combined with memory training on the cognitive abilities of acute phase stroke patients. This research method uses a quasi-experimental design with a nonequivalent control group pre-post test involving two groups. Cognitive ability was measured by the Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina). The mean age of the respondents was 51.89 years (±8.23), 57.1% had an education ≤ 12 years, 60.7% had a history of hypertension, and only 25% had a history of diabetes mellitus. The results showed an increase in the mean MoCA-Ina score of 3.21 in the intervention group (p= 0.003) with a significant increase in the executive, language, and memory domains. The increase in the mean score of MoCA-Ina was 1.43 points in the control group (p=0.008) without a significant increase in the cognitive domain. Although both groups experienced a significant increase (within group), the difference in increase between the two groups was not significant (p=0.61). Cognitive improvement in the acute phase of stroke is possible due to physiological processes. The cognitive baseline score in the acute phase is thought to have an effect on the effectiveness of the intervention. The intervention of listening to music as a regulatory activity combined with memory training as a cognator activity can be implemented to improve the cognitive abilities of acute phase stroke patients. The results of this study must be interpret and utilize carefully. Further research is needed to develop and test the effectiveness of interventions
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Ellenzy
"Kemajuan teknologi medis dan informasi mengenai terapi antiretroviral (ART) menyebabkan pasien HIV memiliki angka harapan hidup yang meningkat. Di sisi lain, angka harapan hidup yang meningkat ini juga perlu diselaraskan dengan kualitas hidup yang baik. Pada populasi pasien HIV terdapat risiko mengalami gangguan neurokognitif sehingga berdampak terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif yang terdapat pada pasien HIV/AIDS di Pokdisus RSCM. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Mei 2022 hingga Desember 2023. Sampel penelitian adalah pasien HIV/AIDS dewasa di Pokdisus RSCM. Sebanyak 121 subjek terpilih berdasarkan simple random sampling. Analisis regresi linear dilakukan untuk menilai faktor risiko gangguan fungsi kognitif. Dari 121 subjek, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan rerata usia 40,25 (SD ± 8,42). Prevalensi gangguan kognitif pada pasien dewasa dengan HIV/AIDS di Pokdisus RSCM yakni sebesar 55,4% dengan faktor risiko yang berhubungan memengaruhi rerata skor MOCA-INA yakni faktor durasi inisiasi terapi, yakni satu tahun keterlambatan inisiasi pengobatan ART dapat menurunkan skor MOCA-INA sebesar -0,3 poin. Temuan lainnya yakni kondisi meningitis secara signifikan memengaruhi gangguan kognitif pada HIV. Dari hasil analisis multivariat, meningitis menurunkan skor MOCA-INA sebesar 2,629 poin. Program untuk penapisan gangguan kogntif dapat dilakukan pada pasien HIV secara berkala.

The advancement of medical technology and information regarding antiretroviral therapy (ART) have led to an increased life expectancy among HIV patients. This improved life expectancy needs to be aligned with a good quality of life. In the population of HIV patients, there is a risk of experiencing neurocognitive disorders that can impact the patients' quality of life. This research aims to identify factors influencing the decline in cognitive function in HIV/AIDS patients at the Pokdisus RSCM. The study was conducted with a cross-sectional design from May 2022 to December 2023. The research sample was adult HIV/AIDS patients at Pokdisus RSCM. Out of 121 subjects, the majority of respondents were male, with a mean age of 40.25 (SD ± 8.42). The prevalence of cognitive impairment in adult patients with HIV/AIDS at Pokdisus RSCM was 55.4%, associated risk factors affecting the mean MOCA-INA score, such as the duration of treatment initiation. A one-year delay in initiating ART treatment could decrease the MOCA-INA score by 0.3 points. Another finding is meningitis significantly influences the presence of cognitive impairment. From the multivariate analysis, meningitis can decrease the MOCA-INA score by 2.629 points. Screening programs for cognitive impairment can be periodically conducted in HIV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vivien Puspitasari
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu faldor risiko gangguan kognitif melalui mekanisme vaskuler dan non-vaskuler. Berbagai studi menunjukkan hubungan antara diabetes dengan risiko terjadinya demensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyandang OM tipe 2 . Metode. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan populasi penyandang OM tipe 2 berusia 2: 50 tahun yang berobat di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pencatatan kadar gula darah puasa dalam 2 tahun terakhir. Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif untuk menilai atensi, bahasa, memori, praxis, fungsi eksekutif dan kecepatan psikomotor. Kriteria gangguan kognitif ringan tanpa demensia (CIND) adalah bila ditemukan satu atau lebih skor kognitif di bawah < 1.5 standard deviasi nilai normatif. Data dianalisis menggunakan tes chi- square, Fisher's exact dan Mann Whitney memakai program SPSS versi 11 .5 Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 96 pasien OM tipe 2, rentang usia antara 50-75 tahun (rerata 59.5 ± 5.53 tahun), terdiri dari 55 (57.3%) wan ita. Sebanyak 84 (87.5%) subyek memenuhi kriteria CIND. Rana kognitif yang paling terganggu adalah fungsi eksekutif (77.1%). Sebagai hasil tambahan, didapatkan hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan (p=O.007; OR:6.69; IK.95% 1.48;34.34). Subyek berusia ~ 60 tahun memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi(p=O.023) dan immediate memory (p=0.039). Subyek dengan durasi OM ~ 5 tahun cenderung memiliki gangguan pada immediate memory (p=O.OO2). Subyek dengan kriteria pengendalian GOP buruk berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi eksekutif (p=O.006). Subyek dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi (p=0.OO35). Kesimpulan. Gangguan kognitif umum ditemukan pada penyandang OM tipe 2 terutama gangguan fungsi eksekutif. Pasien OM tipe 2 dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai kecenderungan memiliki gangguan fungsi kognitif (CINO). Faktor usia lanjut, lama OM, pengendalian GOP dan hipertensi berhubungan dengan gangguan pada rana kognitif spesifik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>