Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marya Warascesaria Haryono
"Studi kasus serial ini bertujuan untuk memberikan tatalaksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani terapi kemoradiasi. Status nutrisi seorang pasien kanker merupakan salah satu prediktor dalam menentukan QOL dan survival, tetapi status nutrisi pada kasus serial ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain metabolisme sel kanker, perubahan metabolisme dalam tubuh, efek samping radiasi, efek samping kemoterapi, serta faktor-faktor lain seperti psikis dan ekonomi. Serial kasus ini merupakan empat pasien kanker kepala dan leher berusia 30-57 tahun yang sedang menjalani kemoradioterapi dan telah mengalami penurunan berat badan bahkan sebelum dilakukan kemoradioterapi. Dalam perjalanan penyakitnya pasien mengalami efek samping terapi yang mempengaruhi status nutrisi pasien. Kebutuhan nutrisi pasien pada kasus serial ini dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dengan faktor stres 1,5 dan diberikan protein sebanyak 1,5-2,0 g/kgBB/hari serta lemak 25-30%. Pemberian mikronutrien disesuaikan dengan RDA. Hasil dari kasus serial ini menunjukkan bahwa pasien yang status nutrisinya dapat dipertahankan menghasilkan outcome yang lebih baik daripada pasien yang status nutrisinya menurun. Untuk itu pada kasus keganasan kepala dan leher yang menjalani kemoradiasi sebaiknya diberikan konseling dan terapi nutrisi sejak awal sebelum timbul efek samping kemoradioterapi.

This case studies aims to provide nutritional management of head and neck cancer patients undergoing chemoradiation therapy. Nutritional status of a patient's cancer is one of the predictors in determining QOL and survival. Nnutritional status is influenced by many factors, such as cancer cell metabolism, metabolic changes, the side effects of radiation and chemotherapy, as well as other factors such as psychological and economic. This is a case series of four head and neck cancer patients aged 30-57 years who were undergoing chemoradiotherapy and has lost weight even before chemoradiotherapy. In the course of illness of patients experience side effects of therapy affects the nutritional status of patients. Nutritional needs of patients in the case series were calculated using the Harris Benedict formula and stress factor 1.5. Protein was given 1.5 to 2.0 g protein/kgBW/day and 25-30% of fat. Micronutrient was provide as RDA. Results of this case series suggests that the nutritional status of patients who can be maintained produced better outcomes than patients whose nutritional status declined. For it is in the case of head and neck malignancies who underwent chemoradiation should be given counseling and nutrition therapy early before any side effects of chemoradiotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Adam
"Pendahuluan : Radioterapi pada kanker kepala dan leher menggunakan teknik Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT) atau Intensity-modulated Radiotherapy (IMRT) membutuhkan akurasi yang tinggi dalam pelaksanaannya. Upaya ini dilakukan dengan mengetahui kesalahan set-up melalui proses verifikasi yang disesuaikan dengan beban kerja setiap unit radioterapi. Dengan demikian dapat diterapkan margin CTV-ke-PTV yang ideal untuk mendapatkan dosis yang adekuat pada area target radiasi.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mengambil data verifikasi menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dari 9 pasien kanker kepala dan leher yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) antara bulan Oktober 2013 hingga Desember 2013. Pergeseran pada lapangan radiasi yang didapatkan dari hasil verifikasi dalam lima fraksi awal dianalisis untuk memperoleh kesalahan sistematik dan kesalahan acak, yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan margin CTV-ke-PTV.
Hasil : Sebanyak 135 data verifikasi CBCT dianalisa. Besar kesalahan sistematik dan kesalahan acak yang didapatkan berturut-turut sebesar 1.5 mm dan 2.7 mm pada sumbu laterolateral, 2.2 mm dan 3.1 mm pada sumbu kraniokaudal, serta 2.2 mm dan 1.9 mm untuk sumbu anteroposterior. Margin CTV-ke-PTV yang diperoleh sebesar 4.9 mm, 6.6 mm dan 5.8 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal dan anteroposterior.
Kesimpulan : Verifikasi menggunakan CBCT dalam lima fraksi awal merupakan metode yang efektif untuk deteksi dan koreksi kesalahan set-up. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi pemberian margin CTV-ke-PTV dan menunjukkan pemberian margin sebesar 5 mm sudah cukup adekuat dalam pelaksanaan radioterapi kanker kepala dan leher dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan koreksi kesalahan set-up dengan memperhitungkan beban kerja unit radioterapi.

Introduction : Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT) or Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) for head and neck cancer is a highly accurate procedure. Verification is needed to detect and correct set-up errors, adjusted according to workload of each radiotherapy center. Therefore, an ideal CTV-to-PTV margin can be applied to ensure adequate target volume coverage.
Methods : This is a cross-sectional study using Cone Beam Computed Tomography (CBCT) verification data of 9 head and neck cancer patients treated with 3DCRT/IMRT in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital between October 2013 and December 2013. Translation errors from the first five fractions were analyzed to count for systematic and random errors. These errors were then calculated to acquire CTV-to-PTV margin.
Results : A total of 135 CBCT data were analyzed. Systematic and random errors were respectively 1.5 mm and 2.7 mm in laterolateral direction, 2.2 mm and 3.1 mm in craniocaudal direction, and 2.2 mm and 1.9 mm in anteroposterior direction. CTV-to-PTV margin were 4.9 mm, 6.6 mm and 5.8 mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction, respectively.
Conclusions : CBCT verification in first five fractions was effective in detecting and correcting set-up errors. The calculated CTV-to-PTV margin can be used as recommended margin and showed that 5 mm margin was adequate in planning 3DCRT/IMRT technique for head and neck cancer in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital. An extra effort might be done to improve the correction of set-up errors adjusted to workload.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Eka Purwani
"[ABSTRAK
Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu keganasan yang dapat menyebabkan malnutrisi. Radioterapi dan kemoterapi merupakan bagian dari terapi pasien yang dapat menimbulkan berbagai efek samping sehingga dapat memperburuk status gizi pasien. Tujuan tatalaksana nutrisi adalahmeningkatkan asupan pasien, mempertahankan berat badan dan meminimalkan penurunan berat badan selama radiasi dan kemoterapi, meningkatkan kualitas hidup, menurunkan angka mortalitas pasien KKL pasca radioterapi dan kemoterapi. Tatalaksana nutrisi yang diberikan meliputi pemberian makronutrien, mikronutrien, nutrien spesifik serta konseling dan edukasi.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dan berusia antara 41 hingga 57 tahun. Ketiga pasien menjalani kemoradiasi dan hanya satu pasien yang menjalani radioterapi. Hasil skrining pada semua pasien dengan menggunakan malnutrition screening tool (MST) mendapatkan nilai ≥2. Kebutuhan energi pasien dihitung dengan menggunakan rumus Harris Benedict selanjutnya dihitung kebutuhan energi total dengan faktor stres 1,5. Pemantauan yang dilakukan pada pasien meliputi keluhan subyektif, kondisi klinis, tanda vital, antropometri, kapasitas fungsional, dan analisis asupan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara teratur untuk memantau pencapaian target nutrisi.
Hasil: Dukungan nutrisi yang diberikan pada keempat pasien dapat meningkatkan asupan dan menaikkan berat badan pasien ketiga, mempertahahankan berat badan pasien pertama dan keempat, serta meminimalkan penurunan berat badan pasien kedua. Kapasitas fungsional pasien tidak mengalami penurunan.
Kesimpulan: Dukungan nutrisi yang diberikan pada pasien kanker kepala dan leher dalam terapi radiasi dapat meminimalkan, mempertahankan, dan meningkatkan berat badan, serta mempertahankan kapasitas fungsional pasien.

ABSTRACT
Introduction: Head and Neck Cancer is malignant disease associated with malnutrition. Radiotherapy and Chemotherapy will give side effect which can worsen nutritional status. The goal of nutritional management are to maintain or increase nutritional status, improve quality of life, and prolong survival of patients. Nutrition management include provide macronutrient, micronutrient, specific nutrients, counseling, and education.
Methode: Patient in this case series were between 41 to 57 years old. Three of patients undergoing chemoradiation and one of patients on radiation therapy. All patients had a screening score ≥2 using a Malnutrition Screening Tool (MST). Nutritional status of patients were obese, normoweight with risk of malnutrition, and normoweight. Basal energy requirement were calculated using Harris Benedict Formula then calculated with stress factor 1.5 for total energy requirement. Monitoring included subjective complaints, clinical condition, vital signs, anthropometric, functional capacity and nutrition analysis. Monitoring and evaluation were done for accomplishment of nutritional targets.
Results : Nutritional support could increase intake and weight gain in third patients, weight maintaining in first and fourth patients, and for second patients were minimizing weight loss. There was no decrease in functional capacity.
Conclusion: Nutritional support in head and neck cancer with radiotherapy could minimizing, maintaining, and increasing body weight also maintaining functional capacity., Introduction: Head and Neck Cancer is malignant disease associated with
malnutrition. Radiotherapy and Chemotherapy will give side effect which can
worsen nutritional status. The goal of nutritional management are to maintain or
increase nutritional status, improve quality of life, and prolong survival of
patients. Nutrition management include provide macronutrient, micronutrient,
specific nutrients, counseling, and education.
Methode: Patient in this case series were between 41 to 57 years old. Three of
patients undergoing chemoradiation and one of patients on radiation therapy. All
patients had a screening score ≥2 using a Malnutrition Screening Tool (MST).
Nutritional status of patients were obese, normoweight with risk of malnutrition,
and normoweight. Basal energy requirement were calculated using Harris
Benedict Formula then calculated with stress factor 1.5 for total energy
requirement. Monitoring included subjective complaints, clinical condition, vital
signs, anthropometric, functional capacity and nutrition analysis. Monitoring and
evaluation were done for accomplishment of nutritional targets.
Results : Nutritional support could increase intake and weight gain in third
patients, weight maintaining in first and fourth patients, and for second patients
were minimizing weight loss. There was no decrease in functional capacity.
Conclusion: Nutritional support in head and neck cancer with radiotherapy could minimizing, maintaining, and increasing body weight also maintaining functional capacity.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Primahastuti
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu kanker yang berisiko tinggi malnutrisi. Pada kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal, radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi merupakan terapi pilihan dan berkaitan dengan berbagai efek samping yang berperan dalam penurunan asupan makan dan berefek negatif pada status nutrisi. Tata laksana nutrisi bertujuan untuk mengurangi risiko malnutrisi, mendukung keberhasilan terapi kanker, meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Pemberian terapi nutrisi berupa konsultasi individu yang meliputi perhitungan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik, serta pemberian medikamentosa bila diperlukan.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dengan rentang usia 3055 tahun. Dua dari empat pasien mendapat kombinasi kemoterapi. Hasil skrining keempat pasien dengan malnutrition screening tools (MST) didapatkan skor ≥2. Kebutuhan energi total dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict yang dikalikan dengan faktor stres sebesar 1,4. Pemantauan yang dilakukan berupa anamnesis keluhan subyektif dan analisis asupan, pemeriksaan fisik, antropometri, massa otot skelet, massa lemak, kekuatan genggam tangan, dan hasil laboratorium. Pemantauan dilakukan secara rutin dengan frekuensi satu kali per minggu untuk menilai pencapaian target nutrisi.
Hasil: Terapi nutrisi dapat meningkatkan asupan protein dan nutrien spesifik, namun tidak dapat mencegah penurunan BB, massa otot skelet, dan kekuatan genggam tangan pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi kanker dapat memberikan efek positif pada asupan nutrien pasien.

Introduction: Head and neck cancer is one of malignancy with higher risk of malnutrition. Treatment of choice for locally advanced head and neck cancer is radiotherapy with or without chemotherapy and is associated with various side effects that may decrease food intake and negatively affect nutritional status. The aim of nutrition management is to reduce the risk of malnutrition, to support the success of cancer therapy, to enhance the quality of life, and to reduce morbidity and mortality. Nutrition therapy in the form of consultation includes calculation of energy needs, macronutrient, micronutrient, and specific nutrients, as well as drug therapy when needed.
Methods: This case series consist of four patients between 3055 years old. Half of the patients received combination with chemotherapy. All patients had screening score with malnutrition screening tools (MST) ≥2. The total energy requirement was calculated using Harris-Benedict equation then multiplied with stress factor 1.4. Monitoring was done by anamnesis of subjective complaints and food intake, physical examination, anthropometric, muscle mass, fat mass, hand grip strength, and laboratory results. Monitoring was performed frequently once a week to assess the accomplishment of nutritional target.
Results: Nutrition therapy could improve intake of protein and specific nutrients, but couldn't prevent weight loss, a decrease in muscle mass and hand grip strength in locally advanced head and neck cancer patients receiving radiation therapy with or without chemotherapy.
Conclusion: Nutrition management in locally advanced head and neck cancer patients receiving anticancer therapy positively affect patient's nutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Ananda Rianto
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Penurunan Kualitas Hidup terkait Kanker Kepala dan Leher banyak dirasakan oleh pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker tersebut. Pengukuran dari perubahan kondisi ini membutuhkan suata alat ukur valid yang dapat diimplementasikan untuk pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. EORTC QLQ-H N 35 merupakan suatu kuesioner kualitas hidup khusus Kanker Kepala dan Leher yang telah divalidasi ke berbagai bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan EORTC QLQ-H N 35 versi Bahasa Indonesia yang memiliki validitas bahasa yang baik dapat diujicobakan lebih lanjut untuk uji kesahihan dan keandalan.METODE: Penelitian ini merupakan suatu studi kualitatif yang melaporkan proses penerjemahan kuesioner EORTC QLQ-H N 35 ke dalam Bahasa Indonesia berdasarkan persyaratan yang ditulis didalam EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 serta respons pasien terhadap hasil terjemahan tersebut. Populasi terjangkau untuk fase uji coba kuesioner adalah laki-laki dan perempuan usia 18-70 tahun dengan diagnosa kanker kepala dan leher yang datang ke poliklinik rawat jalan Rehabilitasi Medik dan poliklinik rawat jalan THT Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang memenuhi kriteria penelitian. Pemilihan sampel untuk fase uji coba kuesioner dilakukan secara consecutive sampling. Peserta diminta mengisi kuesioner EORTC QLQ-H N35 versi 1 Bahasa Indonesia dan diwawancarai untuk menilai respons mereka terhadap kuesioner. Wawancara ulang dilakukan untuk mengkonfirmasi pemahaman pasien terhadap pertanyaan yang diduga bermasalah saat penyusunan terjemahan kuesioner.HASIL: Sebanyak 14 subyek mengikuti uji coba kuesioner. Dari wawancara awal dan wawancara konfirmasi didapatkan masih ada 13 dari total 35 pertanyaan yang dirasa pasien sulit dijawab, membingungkan, menggunakan kata yang sulit dipahami, atau membuat tidak nyamanKESIMPULAN: Masih banyak pertanyaan yang yang dipersepikan berbeda dari makna aslinya oleh pasien. Adaptasi EORTC QLQ-H N35 dalam Bahasa Indonesia versi 1 belum dapat dipahami dan digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien Kanker Kepala dan Leher di Indonesia. Uji coba dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menghasilkan hasil terjemahan yang valid.
ABSTRACT BACKGROUND Head and Neck Cancer related changes in Quality of Life has been reported by patients undergoing cancer treatment. A valid measurement tool that can detect the changes in Quality of Life of Head and Neck Cancer patient can enhance the quality of treatment and management of this type of cancer. The EORTC QLQ H N 35 is a specific quality of life assessment module for Head and Neck Cancer patients that had been validated into many languages. This study aims to translate EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia so that it may be used for validity and reliability study.METHODS This is a descriptive qualitative study that reports the translation process of The EORTC QLQ H N 35 into Bahasa Indonesia as described in the EORTC Quality of Life Group Translation Procedure, 4th edition, 2016 and the patient rsquo s response to the translation result. The sample for the pilot testing phase of the study are men and women age 18 70 years old, diagnosed with Head and Neck Cancer who came to the outpatient Rehabilitation and ENT clinic Cipto Mangunkusumo Hospital that fulfilled the study criteria. Sampling for the pilot testing phase is done via consecutive sampling. The participants were asked to fill the EORTC QLQ H N35 version 1 Bahasa Indonesia and interviewed to record their response of the the questionnaire. A second interview was conducted to confirm the patients understanding of the questions that are noted to be problematic during the translation phase.RESULTS Fourteen subjects participated in the questionnaire pilot testing phase. From the first and second interview, it is found that out of 35 set of questions, there are 13 questions that are deemed by the patients to be difficult to answer, confusing, using difficult words, or upsettingCONCLUSION There are still many questions that had been perceived differently by the patient from what had been intended. Version 1 of the EORTC QLQ H N 35 Bahasa Indonesia cannot be fully understand by the patient and cannot be used to measure the Quality of Life of Head and Neck Cancer patient in Indonesia. Further tests and research is required to produce a valid translation of the questionnaire."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Adhelia Sulisfianty
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher dinyatakan sebagai kanker ketujuh yang paling umum ditemukan di dunia dan hingga saat ini prevalensinya kian meningkat. Kanker kepala dan leher umumnya disebabkan karena tingginya kebiasaan merokok dengan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Mahasiswa perguruan tinggi yang menginjak usia dewasa muda umumnya memiliki keterlibatan dengan kedua faktor risiko kanker kepala dan leher, yaitu paparan tembakau dan konsumsi alkohol. Penelitian yang menilai pengetahuan mahasiswa mengenai kesehatan umumnya dilakukan pada mahasiswa medis yang telah terpapar pembelajaran yang berfokus pada ilmu-ilmu kesehatan. Belum ada penelitian tentang kesadaran dan pengetahuan tentang kanker kepala dan leher pada mahasiswa nonmedis di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang pada 570 mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM UI menggunakan kuesioner tentang kesadaran dan pengetahuan kanker kepala dan leher yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia.
Hasil: Secara keseluruhan, sebagian besar mahasiswa mengetahui istilah kanker kepala dan leher. Namun, berdasarkan variabel-variabel kesadaran dan pengetahuan lain yang diteliti, masih banyak mahasiswa yang tidak dapat mengidentifikasi gejala awal dan faktor risiko kanker kepala dan leher.
Kesimpulan: Kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker kepala dan leher pada mayoritas mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM kurang memadai.

Background: Head and neck cancer is declared as the seventh most common cancer in the world with its increasing prevalence. Head and neck cancer is caused due to the high habit of tobacco use and excessive alcohol consumption. College students generally have an involvement with tobacco exposure and alcohol consumption, as are the two most important risk factors of head and neck cancer. Research that assesses students’ knowledge of health is generally conducted on medical students who have been exposed to a curriculum that focuses on health sciences. There has never been any research in Indonesia assessing awareness and knowledge regarding head and neck cancer on non-medical students.
Methods: A descriptive cross-sectional study was conducted on 570 non-medical students using a cross-cultural adapted questionnaire.
Results: In general, most of the students knew the term head and neck cancer. However, based on other awareness and knowledge variables studied, there were still many students who were not able to identify the early symptoms and risk factors for head and neck cancer.
Conclusion: This study shows that the awareness and knowledge about head and neck cancer in the majority students of Engineering and Technology Cluster and Social Sciences and Management Cluster Universitas Indonesia is inadequate.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis
"Kanker kepala dan leher merupakan kanker yang menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestif atas, yang meliputi kanker pada mata, telinga, rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring, kelenjar saliva, dan kelenjar tiroid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur manual terhadap kadar MDA dan skor NAS dibandingkan dengan akupunktur manual sham pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol dilakukan terhadap 30 pasien kanker kepala dan leher yang dibagi secara acak menjadi kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Pemeriksaan kadar MDA dilakukan sebelum perlakuan dan setelah sesi ke-12. Penilaian skor NAS dilakukan pada saat sebelum perlakuan, setelah sesi ke-6, dan setelah sesi ke-12.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok akupunktur manual dengan kelompok akupunktur manual sham terhadap penurunan kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan p=0,787. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok manual dengan akupunktur manual sham terhadap penurunan skor NAS sebelum dan sesudah perlakuan yang diukur pada sesi ke-6 p=0,001 dan sesi ke-12 p=0,003.
Kesimpulan penelitian ini terapi akupunktur manual efektif untuk menurunkan skor NAS, namun kurang efektif untuk menurunkan kadar MDA pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi.

Head and neck cancer encompasses a wide range of malignant tumours arising from the upper aerodigestive tract, includes eyes, ears, nasal cavities, paranasal sinuses, nasopharynx, oropharynx, hypopharynx, larynx, salivary glands, and thyroid gland.
This study aims to determine the effect of manual acupuncture therapy on MDA levels and NAS scores compared with manual sham acupuncture in patients with head and neck cancer post radiation therapy. Single blinded randomized clinical trials with control were performed on 30 head and neck cancer patients divided randomly into manual acupuncture groups n = 15 and the sham manual acupuncture group n = 15. The examination of MDA levels is performed before treatment and after the 12th session. Assessment of NAS scores is performed before the treatment, after the 6th session, and after the 12th session.
The result showed no significant difference between manual acupuncture group and sham manual acupuncture group to decrease MDA level before and after treatment p = 0,787. There was a significant difference between manual group and sham manual acupuncture on NAS score decrease before and after treatment measured at 6th session p = 0,001 and 12th session p = 0,003.
The conclusion: manual acupuncture therapy effectively decrease NAS scores, but statistically less effective to reduce levels of MDA in patients with head and neck cancer after radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Angelia Suwignjo
"Pada kanker kepala dan leher ditemukan adanya peningkatan kadar radikal bebas dan penurunan aktivitas antioksidan, yaitu Superoksida Dismutase SOD. Salah satu terapi utama pada pasien kanker kepala dan leher adalah terapi radiasi. Efek tidak langsung terapi radiasi adalah meningkatkan kadar radikal bebas. Selain itu efek samping terapi radiasi menyebabkan penurunan kualitas hidup.
Penelitian ini dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Penelitian ini menggunakan titik GV20 Baihui, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, dan LR3 Taichong. Terapi dilakukan tiga kali seminggu selama 30 menit sebanyak 12 kali.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selisih skor SOD tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok p=0.695 tetapi adanya perbedaan bermakna secara statistik pada selisih skor Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC QLQ-C-30 sebelum dan setelah dua belas kali terapi antara kedua kelompok.

In head and neck cancer found an increase in free radical levels and decreased antioxidant activity, namely Superoxide Dismutase SOD . One of the main therapies in head and neck cancer patients is radiation therapy. The indirect effect of radiation therapy is to increase the levels of free radicals. In addition, side effects of radiation therapy lead to a decrease in the quality of life.
The study was randomly divided into two groups, the manual acupuncture group n = 15 and the manual acupuncture group sham n = 15. This study uses GV20 Baihui point, LI4 Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjao, and LR3 Taichong. Therapy is done three times a week for 30 minutes as much as 12 times.
The results of this study showed that there was no statistically significant difference in the difference between the two groups p = 0.695 but there was a statistically significant difference in the difference between the QLQ-C-30 Organization for Research and Treatment of Cancer EORTC score before and after twelve times of therapy between the two groups p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library