Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Magdalena Anastasia Hanipraja
"ABSTRAK
Integrasi teknologi dalam kehidupan membawa urgensi untuk mempelajari kegiatan virtual yang dilakukan dalam konteks hubungan romantis, dan salah satunya adalah sexting, atau pertukaran pesan sensual melalui teknologi komunikasi. Sebelumnya dipandang sebagai perilaku seksual yang berisiko, baru-baru ini para peneliti telah menemukan perspektif baru dalam memandang sexting sebagai aktivitas positif yang dilakukan dalam hubungan romantis, terutama dalam hubungannya dengan kepuasan seksual. Kepuasan seksual dapat ditingkatkan dengan sexting karena dapat berfungsi sebagai bentuk komunikasi seksual serta berbagai aktivitas seksual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara sexting dan kepuasan seksual, terutama dengan sexting sebagai prediktor kepuasan seksual. Untuk mengukur variabel, penelitian ini akan menggunakan skala sexting yang dikembangkan oleh Gordon-Messer, Bauermeister, Grodzinski, dan Zimmerman (2013) serta GMSEX untuk mengukur kepuasan seksual. Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis dan hasilnya menunjukkan bahwa sexting secara signifikan memprediksi kepuasan seksual (F (1,70) = 8.602, p = 0,005, <0,01) dengan koefisien determinasi 0,109 yang dapat diartikan sebagai 10, Variasi 9% dari kepuasan seksual dijelaskan oleh sexting.

ABSTRACT
Integrasi teknologi dalam kehidupan membawa urgensi untuk mempelajari kegiatan virtual yang dilakukan dalam konteks hubungan romantis, dan salah satunya adalah sexting, atau pertukaran pesan sensual melalui teknologi komunikasi. Sebelumnya dipandang sebagai perilaku seksual yang berisiko, baru-baru ini para peneliti telah menemukan perspektif baru dalam memandang sexting sebagai aktivitas positif yang dilakukan dalam hubungan romantis, terutama dalam hubungannya dengan kepuasan seksual. Kepuasan seksual dapat ditingkatkan dengan sexting karena dapat berfungsi sebagai bentuk komunikasi seksual serta berbagai aktivitas seksual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara sexting dan kepuasan seksual, terutama dengan sexting sebagai prediktor kepuasan seksual. Untuk mengukur variabel, penelitian ini akan menggunakan skala sexting yang dikembangkan oleh Gordon-Messer, Bauermeister, Grodzinski, dan Zimmerman (2013) serta GMSEX untuk mengukur kepuasan seksual. Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis dan hasilnya menunjukkan bahwa sexting secara signifikan memprediksi kepuasan seksual (F (1,70) = 8.602, p = 0,005, <0,01) dengan koefisien determinasi 0,109 yang dapat diartikan sebagai 10, Variasi 9% dari kepuasan seksual dijelaskan oleh sexting.
The integration of technology in life brings urgency to study virtual activities carried out in the context of romantic relationships, and one of them is sexting, or exchanging sensual messages through communication technology. Previously seen as risky sexual behavior, recently researchers have found a new perspective in viewing sexting as a positive activity carried out in romantic relationships, especially in relation to sexual satisfaction. Sexual satisfaction can be improved by sexting because it can function as a form of sexual communication and various sexual activities. Therefore, this study aims to prove the relationship between sexting and sexual satisfaction, especially with sexting as a predictor of sexual satisfaction. To measure variables, this study will use a sexting scale developed by Gordon-Messer, Bauermeister, Grodzinski, and Zimmerman (2013) and GMSEX to measure sexual satisfaction. Regression analysis was used to test the hypothesis and the results showed that sexting significantly predicted sexual satisfaction (F (1.70) = 8,602, p = 0.005, <0.01) with a coefficient of determination of 0.109 which could be interpreted as 10, 9% variation of satisfaction Sexually explained by sexting."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Yunita Suryaputri
"Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan perkawinan Wanita dan pria dewasa lnuda yang dimediasi oleh frekuensi hubungan seksual dan kepuasan seksual. Penulis memprediksi citra tubuh akan meningkatkan frekuensi seksual yang kemudian meningkatkan kepuasan seksual lalu kepuasan perkawinan. Namun karena perbedaan peran gender, penelitian ini memprediksi citra tubuh akan berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan Wanita melalui peningkatan frekuensi hubungan seksual lalu kepuasan seksualnya, sedangkan pada pria, citra tubuh diprediksi berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan tidak melalui meningkatnya frekuensi hubungan seksual hanya melalui kepuasan seksualnya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan metode kroseksional. Jumlah partisipan dalam penelitian ini ialah 98 partisipan Wanita dan 50 partisipan pria yang bukan merupakan pasangan.
Hasil yang didapat diketahui bahwa variabel citra tubuh, sexual attractiveness, weight concern, Serta physical condition,berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan Wanita sebesar 23,3% (R2= O,233), sedangkan pada pria, diketahui bahwa variabel citra tubuh, upper body strenght, physical attractiveness, dan physical condition berpengaruh terhadap kepuasan perkawinannya sebesar 14,4% (R2= O,144). Berbeda dengan prediksi, pada Wanita, citra tubuh berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan, tidak melalui frekuensi hubungan seksual namun hanya melalui kepuasan seksual. Sedangkan pada pria, citra tubuh tubuh tidak berpengaruh pada kepuasan perkawinan, baik melalui peningkatan frekuensi hubungan seksual maupun kepuasan seksualnya. Kesirnpulan penelitian ini ialah pada Wanita, citra tubuh berpengaruh pada kepuasan perkawinannya melalui kepuasan seksual sedangkan pada pria citra tubuh tidak berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan.

This study is about the role of body image on marital satisfaction in young adult Women and men mediated by sexual frequency and sexual satisfaction. We predict that body image will increase sexual frequency thus sexual satisfaction and marital satisfaction. But, because of gender role differences between men and Women, We predict body image Will affect marital satisfaction through increasing sexual frequency and sexual satisfaction in Women but in men, We predict body image will affect marital satisfaction through sexual satisfaction not sexual frequency. This research is quantitative with cross sectional method. Participants in this research are 98 Women and 50 men, and they were not couple.
The results show, body image variable, sexual attractiveness, Weight concern, and physical condition affected to marital satisfaction in Women about 23,3% (R2= 0,233), in men, body image variable, upper body strenght, physical attractiveness, and physical condition affected to marital satisfaction about l4,4% (R2= O,l44). ln Women, body image components affect marital satisfaction through sexual satisfaction only not sexual frequency. In men, body image components do not affect marital satisfaction through sexual frequency or sexual satisfaction. The summary of this study are in Women, body image affect marital satisfaction through sexual satisfaction, but in men body image do not affect marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Moulina
"Hubungan seksual anal dikalangan lelaki seks lelaki (LSL) dilakukan untuk memperoleh kepuasan seksual. Setiap peran dalam hubungan seksual anal (top, bottom, versatile) memberikan pengalaman kepuasan seksual berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan preferensi peran seksual dengan kepuasan seksual pada ODHA LSL. Desain studi penelitian menggunakan cross sectional, dilakukan di Female Plus Kota Bandung dengan teknik consecutive sampling sebanyak 107 responden. Instrumen penelitian menggunakan The New Sexual Satisfaction Scale dan kuesioner preferensi peran seksual. Analisis data yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan (p value 0.491) antara preferensi peran seksual dengan kepuasan seksual. Kepuasan seksual tinggi terlihat pada penelitian ini, hal tersebut dapat menjadikan motif lelaki seks lelaki dalam melakukan hubungan seksual anal. Diperlukan edukasi mengenai dampak negatif hubungan seksual anal pada lelaki seks lelaki.

Anal intercourse among men who have sex with men (MSM) has been done to get sexual satisfaction. Every role in anal intercourse (like top, bottom, and versatile) are giving different sexual satisfaction. This research aims to identify the relationship between sexual role preference and sexual satisfaction among MSM with HIV/AIDS. The design of this research is using cross sectional and has been done at Bandung Female Plus with consecutive sampling technique of 107 respondents. This research is using The New Sexual Satisfaction Scale and sexual role preference questionnaire. Data analysis that has been used is univariate and bivariate with chi square test. The result of this research shows that there is no relationship (p value .491) between sexual role preference with sexual satisfaction. High sexual satisfaction has shown on this research, and it can make MSM motive to do anal intercourse. So that education needs to be done about negative impact of anal intercourse to MSM group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Maria Cristissa Windanti
"Pasangan hubungan jarak jauh semakin umum di Indonesia yang mana memiliki keterbatasan dalam bertemu dan berinteraksi secara fisik. Keterbatasan tersebut berdampak pada aktivitas seksual yang biasa dilakukan bersama pasangan sehingga dapat berpengaruh pada menurunnya kepuasan seksual. Namun seiring berkembangnya teknologi, aktivitas seksual dapat dilakukan secara daring yang salah satunya adalah sexting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perilaku sexting terhadap kepuasan seksual pada dewasa muda berusia 20 – 30 tahun (M = 22.04, SD = 1.833) yang menjalani hubungan jarak jauh. Penelitian ini dilakukan pada 411 partisipan (93.2% perempuan, 6.8% laki-laki) yang berpacaran selama minimal enam bulan (M = 28.38, SD = 24.34), menjalani hubungan jarak jauh, melakukan aktivitas seksual dan sexting dengan pasangan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur perilaku sexting yang dikembangkan oleh Gordon-Messer et al. (2013) dan The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sexting berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan seksual (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) dengan rata-rata frekuensi menerima sext sebesar 10.06 (SD = 4.003) dan rata-rata frekuensi mengirimkan sext sebesar 10.61 (SD = 4.265) sepanjang menjalin hubungan pacaran dengan pasangan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pasangan berpacaran jarak jauh untuk menjaga aspek seksual dalam hubungan dengan melakukan sexting.

Long-distance relationship couples are increasingly common in Indonesia and which has limitations in meeting and interacting physically. This limitation has an impact on sexual activity that is usually done with a partner so it can affect the decrease in sexual satisfaction. However, as technology develops, sexual activity can be carried out online, one of which is sexting. This study aims to see the effect of sexting behavior on sexual satisfaction among young adults who establish long-distance relationships. This research was conducted on 411 participants (93.2% female, 6.8% male) who had been dating for at least six months (M = 28.38, SD = 24.34), establish long distance relationship, had sexual activity and sexting with partner, which were obtained by convenience sampling. The measurement tool used in this research is the sexting behavior measurement tool developed by Gordon-Messer et al. (2013) and The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). The results showed that sexting had a positive and significant effect on sexual satisfaction (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) with average frequency of receiving sext is 10.06 (SD = 4.003) and average frequency of sending sext is 10.61 (SD = 4.265) during the dating relationship. The result of this study can be a reference for long-distance dating couples to maintain sexual aspects in their relationship by doing sexting"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astridiah Primacita Ramadhani
"Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk kehidupan seksual dan kepuasan hidup masyarakat Indonesia. Penelitian ini berusaha mengetahui lebih lanjut bagaimana perubahan dan hubungan antara aktivitas seksual, kepuasan seksual, dan kepuasan hidup masyarakat dewasa yang aktif secara seksual pada periode sebelum pandemi (Februari 2019 - Februari 2020) dan selama pandemi (Maret 2020 - Juni 2020). Hasil penelitian dengan 1006 partisipan menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan pada aktivitas seksual berpelukan, nonpenetrasi, masturbasi, seks oral, dan penetrasi, namun tidak pada aktivitas sexting akibat pandemi COVID-19. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan pada kepuasan seksual dan kepuasan hidup akibat pandemi COVID-19. Selain itu, hubungan antar aktivitas seksual dengan kepuasan seksual dan kepuasan hidup menunjukkan hubungan yang beragam pada kedua periode. Terlepas ada tidaknya pandemi COVID-19, kepuasan seksual dan kepuasan hidup berkorelasi positif dan signifikan pada masyarakat dewasa di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan seksual merupakan aspek penting, terutama ketika menghadapi stressful life event seperti pandemi COVID-19.

COVID-19 pandemic has an impact on people's lives around the world, including sexual life and life satisfaction for Indonesian adults. This study further measures changes and the relationship between sexual activities, sexual satisfaction, and life satisfaction in sexually active adults before the pandemic (February 2019 - February 2020) and during the pandemic (March 2020 - June 2020). The results with 1006 participants showed that there was a significant decrease in sexual activities (hugging, non-penetrative sex, masturbation, oral sex, and penetrative sex), but not in sexting due to the pandemic. The results also showed a significant decrease in sexual satisfaction and life satisfaction despite gender and relationship status. In addition, the relationship between sexual activity and sexual satisfaction and life satisfaction showed diverse results between the two periods. Regardless of COVID-19 pandemic, sexual satisfaction and life satisfaction have a positive and significant correlation in Indonesian adults. The results of this study indicate that sexual life is an important aspect, especially when facing stressful life events like the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwarini
"Kepuasan seksual perempuan dalam masyarakat, selama ini lebih banyak dipahami melalui aspek biologis dan psikologis, tanpa melibatkan pengalaman perempuan secara langsung. Hal ini berimplikasi pada pengabaian hak seksualitas perempuan seperti yang tercantum dalam ICPD 1994, dan hak keadilan hukum bagi perempuan yang mengeluarkan cairan di vagina pada kasus perkosaan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemaknaan kepuasan seksual perempuan secara konstekstual yang berkesetaraan gender, serta digunakan untuk aspek praktis terkait permasalahan kepuasan seksual perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus berperspektif feminis dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi dan pengamatan.
Subjek penelitian terdiri dari lima orang subjek utama dan satu orang subjek pendukung. Subjek utama dalam studi ini merupakan perempuan heteroseksual yang aktif melakukan hubungan seksual, sedangkan subjek pendukung adalah dokter perempuan yang pernah menangani kasus disfungsi seksual dan menjadi saksi ahli dalam kasus perkosaan, yang berada di Jakarta dan Tangerang. Dalam melihat kompleksitas pemaknaan kepuasan seksual perempuan, digunakan teori kepuasan seksual dalam perspektif medis Rosemary Basson, teori Politik Seksual Kate Millett, teori orgasme dalam perspektif feminis Anne Koedt, konsep seksualitas dalam perspektif psikologis dari Joan Rollins, serta konsep Sexual Compliance Impett dan Peplau.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa orgasme perempuan adalah sebuah kondisi yang terjadi pada aktivitas seksual yang diinginkan perempuan, yang ditandai dengan perasaan kenikmatan yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan secara tepat, tanpa perubahan ciri pada vagina dan bagian tubuh lainnya yang khas. Orgasme perempuan hanya dapat didefinisikan oleh perempuan yang mengalaminya, karena orgasme bersifat unik dan individual. Pemaknaan kepuasan seksual perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dalam hubungan seksual, perempuan membutuhkan orgasme, dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya.

Women's sexual pleasure in society have been understood mostly through biological and psychological aspects, without involving direct experience of women. This has implications for the abandonment of women 39 s sexuality rights as stated in the ICPD 1994 and the right of legal justice for women who secrete vaginal fluids in cases of rape. This research is expected to contribute to the interpretation of women's sexual pleasure in the contextual of gender equality, and used for practical aspects related to women's sexual pleasure problem. This research uses qualitative approach of case study with feminist perspective and using in depth interview and observation methods to collecting data. The subjects consist of five main subjects and one supporting subject.
The main subjects in this study were heterosexual women who were sexually active, while the supporting subjects were female physicians who had treated sexual dysfunction and became expert witnesses in cases of rape, located in Jakarta and Tangerang. In looking at the complexity of the meaning of women's sexual pleasure, there are some theories used as analysis tool i.e. the sexual pleasure theories by Rosemary Basson in the medical perspective, Sexual Politics theory by Kate Millett, orgasm theory in the feminist perspective by Anne Koedt, the concept of sexuality in the psychological perspective by Joan Rollins, and the concept of Sexual Compliance by Impett and Peplau.
The results of this study found that women's orgasm is a condition that occurs in the desired sexual activity of women, characterized by a feeling of pleasure that is extraordinary and can not be described precisely, without typical change from the characteristics of vagina and other body parts. Women's orgasm can only be defined by women who experience it, because orgasm is unique and individual. The meaning of sexual pleasure of women is influenced by socio cultural constructions that surround it. In sexual relationships, women need orgasm, and make every effort to get it.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library