Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Miranti Verdiana Azra
Abstrak :
Penelitian ini berfokus untuk meningkatkan kepuasan kerja terhadap kesiapan untuk berubah pada karyawan level manajerial di PT X. Kesiapan untuk berubah sangat terkait dengan perubahan yang akan dilakukan oleh PT X. Perubahan organisasi yang akan dilakukan, memiliki dampak besar kepada semua karyawan pada level manajerial, dan sebagai manajer mereka juga bertanggung jawab menjadi agen dari perubahan, untuk mensosialisasikan perubahan kepada bawahan. Berdasarkan diagnosa awal, kesiapan untuk berubah karyawan di PT X mungkin dipengaruhi oleh kepuasan kerja karyawan, sehingga peneliti mengukur hubungan antara kepuasan kerja dan kesiapan untuk berubah. Alat ukur kesiapan untuk berubah yang digunakan merupakan adaptasi dari Holt et al, (2007) sedangkan alat kepuasan kerja yang digunakan merupakan adaptasi dari Spector (1997). Hasil perhitungan dari 36 orang partisipan level manajerial menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja terhadap kesiapan untuk berubah (R²=0.437, p<0.05). Hasil perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa aspek kepuasan terhadap komunikasi paling berpengaruh kepada kesiapan untuk berubah. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menetapkan program intervensi dengan memberikan workshop "effective interpersonal communication" kepada para karyawan level manajerial dengan tingkat kepuasan komunikasi yang rendah. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi level pembelajaran pada workshop yang diberikan dan hasilnya yaitu terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan workshop "effective interpersonal communication" pada karyawan level manajerial ......This research focuses on improving job satisfaction on readiness to change for employees in managerial level at PT X. Readiness for change is related to the changes that will be implemented by PT X. Changes in the organization that will do, have a major impact to all employees at the managerial level, and as managers, they are also responsible for being an agent of change, to promote changes to the subordinates. Based on the initial diagnosis, readiness to change employees at PT X may be influenced by employee satisfaction, so the researchers measured the relationship between job satisfaction and readiness for change. Readiness to change measurement tool used is an adaptation of Holt et al, (2007), while job satisfaction tool used is an adaptation of Spector (1997). The results of the 36 people who participated in the managerial level indicates that there is significant influence of job satisfaction on readiness for change (R ² = 0437, p <0.05). The results also show that satisfaction to communication aspects most affect the readiness for change. Based on these results, researchers establish intervention programs by provide workshops "effective interpersonal communication" to employees at managerial level with a low level of communication satisfaction. Researchers also evaluated the level of learning of the workshop already implemented and the result is that there is an increase in knowledge after the workshop ?effective interpersonal communication" given for employees at managerial level.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cakra Putra
Abstrak :
Terdapat beberapa penelitian mengenai kepuasan kerja dan kesiapan untuk berubah yang telah dilakukan dan sebagian besar menunjukkan hasil yang positif. Namun, Judson (2000) menerangkan bahwa individu juga dapat menjadikan kepuasan kerja sebagai salah satu alasan penolakan terhadap perubahan karena merasa takut mengalami penurunan kepuasan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara kepuasan keija dan kesiapan untuk berubah. Penelitian ini menjadi penting karena kesiapan untuk berubah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya proses perubahan yang direncanakan oleh perusahaan. Karyawan yang tidak siap untuk berubah akan cenderung resisten terhadap perubahan dan cenderung kurang mendukung perubahan yang direncanakan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 78 karyawan PT.X dengan menggunakan adaptasi instrumen the Job Satisfaction Survey (JSS) dari Spector (1985) dan Readiness For Change Scale (RFCS) yang dibuat oleh Hanpachem (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara kepuasan kerja dan kesiapan untuk berubah sebesar 0.478 dan signifikan pada LOS 0.01 sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan kerja maka akan disertai dengan semakin tinggi tingkat kesiapan untuk berubah pada karyawan PT. X. There have been several research about job satisfaction and readiness for change, and most they were likely to show positive results. Nevertheless, Judson (2000) suggests that individuals can also recognize job satisfaction as one of the reasons to refiise toward a planned change due to fear that they might get less satisfied with their job because of the change. The objective of this research is to identify and analyze the relationship between job satisfaction and readiness for change. This research is considered essential in view of the fact that readiness for change is one of key factors which may affect the completion of a planned change by the organization. Employees who are not yet ready to change are more likely to be resistant and not supportive toward the planned change. This research was conducted toward 78 employees of company X by utilizing adaptations of the Job Satisfaction Survey (JSS) by Spector (1985) and Readiness For Change Scale (RFCS) by Hanpachem (1997). The result of this research shows that correlation between job satisfaction and readiness for change is 0.478 and significant within LOS 0.01, meaning that the higher the job satisfaction, the higher the readiness for change will be.
2010
S3680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Fajar Purnama
Abstrak :
Perubahan merupakan suatu kondisi yang akan selalu dihadapi oleh perusahaan di bidang industri kreatif. Industri kreatif perlu berubah menyesuaikan dengan pasar untuk dapat tetap bertahan. Kesiapan untuk berubah merupakan hal penting dalam industri kreatif untuk melakukan perubahan. Terdapat beberapa atribut individu yang dapat mendukung kesiapan karyawan untuk berubah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan kesiapan untuk berubah pada karyawan industri kreatif. Responden penelitian ini sebanyak 58 karyawan di industri kreatif. Resiliensi diukur menggunakan Resilience Scale (RS-14) (Wagnild & Young, 2009) dan kesiapan untuk berubah diukur menggunakan Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara signifikan dengan kesiapan untuk berubah (r = .514, p = .000, dan signifikan pada LOS .01). Artinya, semakin tinggi tingkat resiliensi individu, maka semakin tinggi pula kesiapan individu untuk berubah. ...... Change is a condition that will always be faced by companies in creative industries. Creative industries need to change to adjust to the market in order to survive. Readiness for change is important in creative industries to make changes. There are many individual attributes that can support the readiness of employees to change. This research was conducted to examine correlation between resiliency and readiness for change. The respondents for this research are 58 employees who worked at creative industry. Resiliency was measured using Resilience Scale (RS-14) (Wagnild & Young, 2009) and readiness for change was measured using Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997). The main result of this research showed that resiliency correlated significantly with readiness for change (r = .514, p = .000, and significant at LOS .01). That is, the higher employee resiliency, the higher employee readiness for change.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Sita Wibowo
Abstrak :
Tesis ini terfokus pada usaha untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis terhadap kesiapan individu untuk perubahan organisasi. Pemberdayaan psikologis terkait dengan faktor individual dalam menghadapi perubahan organisasi, yaitu penggunaan sistem digitalisasi pada proses kerja sumber daya manusia. Karyawan pada level manajerial mempunyai tanggung jawab dalam implementasi perubahan terkait dengan implementasi dari sistem digitalisasi yang akan digunakan. Berdasarkan penggalian awal, masalah yang muncul merupakan kurangnya motivasi dalam diri karyawan pada level manajerial karena perubahan dianggap sebagai penambahan pekerjaan. Peneliti mengukur korelasi konstruk motivasional pemberdayaan psikologis dan kesiapan untuk berubah. Alat ukur pemberdayaan psikologis yang digunakan mengacu pada Spreitzer (2008) dan alat ukur kesiapan untuk berubah mengacu pada Holt, dkk (2007). Hasil perhitungan menggunakan Pearson Correlation dari 36 responden menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis berkorelasi positif secara signifikan dengan dimensi change-self efficacy pada kesiapan untuk berubah. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menetapkan program intervensi berupa workshop "Appreciative Inquiry" kepada karyawan di level manajerial. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi level kedua program workshop dan hasilnya yaitu terdapat peningkatan skor pengetahuan setelah diberikan workshop "Appreciative Inquiry" pada karyawan level manajerial. ......This thesis was focused on the efforts to improve psychological empowerment on readiness to change. Psychoogical empowerment is related to individual factor in facing organizational change, which is digitalization system used for human resources" process of work. Manajerial level has responsible as organizational change implementation in which digitalization will use. Based on the initial diagnosis, existing problems can be attributed to low motivation of managerial level, in which organizational change as considered to extra work. Researcher measured the correlation between psychological empowerment as motivational contruct and readiness to change. Psychological empowerment scale for this research was developed by Spreitzer (1995) and readiness to change scale was developed by Holt et. al (2007). Result calculated using Pearson Correlation of 36 respondents showed that psychological empowerment, significantly positively correlated change self-efficacy dimension of readiness to change. Based on this result, researcher determined that intervention program was to provide an "appreciative inquiry" workshop to managerial level employees. Furthermore, researchers conducted a second level evaluation workshop program and the result that there was an increase in knowledge after the "appreciative inquiry" workshop was given to managerial level employees.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Dian Trisari
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka reformasi birokrasi, perubahan menjadi hal yang harus dihadapi oleh lembaga pemerintah agar dapat menunjukkan kinerja lebih baik yang diharapkan oleh masyarakat dan sesuai dengan semangat orientasi pelayanan, namun pada umumnya masih banyak lembaga yang belum berhasil melakukan perubahan karena kurangnya kesiapan untuk berubah dan adanya sikap negatif pegawai terhadap perubahan. Pegawai untuk menjadi siap dalam menghadapi perubahan memerlukan iklim psikologis yang aman. Rasa aman psikologis dapat memfasilitasi kebutuhan belajar dan berkembang melalui rasa aman pada pegawai untuk mengambil risiko dianggap salah atau tidak mampu oleh atasan dan lingkungan kemudian berani mengambil inisiatif untuk terlibat dalam perubahan. Untuk mendukung suasana rasa aman dibutuhkan gaya kepemimpinan pelayan. Kepemimpinan pelayan dipandang sebagai kepemimpinan yang bermanfaat melalui caranya dalam membangun, melibatkan, dan mengembangkan pegawai. Hal ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat peran rasa aman psikologis sebagai variabel penengah pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dan kesiapan untuk berubah. Penelitian dilakukan kepada pegawai negeri sipil pada salah satu lembaga pemerintah dengan mengukur persepsi terhadap kepemimpinan pelayan, rasa aman psikologis dan kesiapan untuk berubah yang dirasakan oleh pegawai. Hasil penelitian menunjukkan rasa aman psikologis dapat berperan sebagai variabel penengah sebagian pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dengan kesiapan untuk berubah. Dalam hal ini kepemimpinan pelayan memiliki efek langsung dan tidak langsung, yaitu melalui rasa aman psikologis, terhadap kesiapan untuk berubah.
ABSTRACT
Abstract In the bureaucracy reform, the changes become the things that government agencies have to deal with in order to show better performance that is expected by the community and in line with the spirit of service orientation, but in general there are still many institutions that have not succeeded in making changes due to lack of readiness to change and attitude negative employees to change. Employees to be ready for change need a psychological safety climate. Psychological safety can facilitate learning needs and evolve through a sense of security for employees to risk being perceived as either incapable or inadequate by their bosses and the environment and then taking the initiative to engage in change. To support a sense of security requires a servant leadership style. Servant leadership is seen as a useful leadership through the way they build, engage and develop employees. This is a reference in research to see the role of psychological safety as an mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. The study was conducted for civil servants in one government agency by measuring perceptions of servant leadership, psychological safety and readiness for change perceived by employees. The results indicate that psychological safety may serve as a partial mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. In this case the servant leadership has a direct and indirect effect, namely through psychological security, to the readiness for change.
2018
T51636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Fadhila
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas tentang kesiapan untuk berubah pada organisasi pemerintah A. Penelitian ini adalah penelitian terapan kuantitatif non-eksperimental dengan desain penelitian pre-post test design. Variabel dependen yaitu Kesiapan untuk Berubah yang diukur melalui adaptasi skala Readiness for Change (Hanpachern, 1997) variabel independen yaitu Pemberdayaan Psikologis yang diukur dengan adaptasi skala Psychological Empowerment (Spreitzer, 1995) dan Persepsi terhadap Kepemimpinan Atasan diukur menggunakan adaptasi skala Leadership Practices Inventory (Kouzes dan Posner, 2004). Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberdayaan psikologis dan persepsi terhadap kepemimpinan atasan dengan kesiapan untuk berubah (R=0,538 p<0,05) Pemberdayaan psikologis diintervensi melalui pelatihan Appreciative Inquiry for adaptive change. Setelah pelaksanaan intervensi diperoleh hasil terdapat perbedaan antara pre-test dan post-test (t=2,748 p=0,01). Dengan demikian, organisasi A perlu mempersiapkan pegawai untuk berubah dengan melakukan pelatihan Appreciative Inquiry pada seluruh pegawainya.
Abstract This thesis discusses the readiness for change in a government organization which is conducting the reform process of substantial organizational change. This research is applied research with a quantitative non-experimental design ( pre-post test design). Readiness for Change - the dependent variable is measured by an adaptation from Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997) and Psychological Empowerment measured with Psychological Empowerment scale (Spreitzer, 1995) and Perceptions of Leadership was measured using a Leadership Practices Inventory Scale (Kouzes and Posner, 2004). The results conclude there is significant influence between psychological empowerment and perceptions of superordinate?s leadership with readiness to change (R=0,538 p<0,05). Psychological empowerment intervened by Appreciative Inquiry for Adaptive Change Training. After implementation of the intervention there is a difference between the results obtained in the pre-test and post-test measurement (t=2,748 p=0,01). Thus, Organization A need to prepare its employees to change by holding an Appreciative Inquiry training to all employees.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31193
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Sutanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesiapan untuk berubah (Readiness for Change!RFC) yang terdiri dari dimensi promotillg, participating, dan resisting terhadap penyimpangan perilaku organisasi (Organization Misbehavior/OMB) di Kepolisian Negara Republik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian correlation study atau riset korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabeL Hasil analisis data diperoleb kesimpulan bahwa kualitas kesiapan untuk berubah (Readiness for Change/ RF'C) memiliki korelasi negatif (invers correlation) dan signiftkan dengan penyimpangan perilaku organisasi (Organization Misbehavior/OMS) dan implementasi promoting memiliki korelasi negatif dengan OMB. Penulis menyarankan agar para pimpinan di jajaran kepolisian untuk lebih memperhatikan implementasi promoting dengan memberikan peran kepada karyawan yang potensial untuk berperan aktif dalam proses pernbahan serta dengan meningkatkan keterlibatan karyawan da!am perubahan sebingga siap berubah dari perilaku lama yang dimata masyarakat dianggap sebagai dtra burok organisasi kepolisian ke arab pembangunan citra yang positif dengan mengutamakan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat sebagai upaya pencapaian visi dan misi organisasi. ......The focus of this study is the relationships between the quality of the readiness for change (RFC) and organizational misbehavior (OMB) in Indonesia National Police. This research is correlation study to find the correlation between variables. The result of analysis we proved that the quality of readiness for change (RFC) have a negative relation (inverse correlation) to intention to misbehave (OMB) significantly and promoting implementation have a negative correlation with OMB. The researcher suggest that middle up commander give priority on promoting implementation with active participating of potential officers in the process of changes and increasing influences of employee in the changes then they have the readiness for change and avoid from organizational misbehavior that makes a bad image of organization to build the positive perfom1ance and give priority to shelving. protecting and service to community as an efforts of vision and mission organization achievement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T32430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angga Firdauzie
Abstrak :
Tesis ini membahas konten, konteks dan proses pembangunan kesiapan untuk berubah pada pegawai PT Askes (Persero), yang berubah akibat penetapan Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Penelitian ini adalah studi kuantitatif pada 483 orang karyawan PT Askes (Persero) dalam kurun waktu November s.d Desember tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat spiritualitas individu, budaya keterlibatan, dan konsistensi memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kesiapan untuk berubah. Selanjutnya, studi ini juga menemukan bahwa tingkat kesiapan untuk berubah memiliki pengaruh yang negatif terhadap penyimpangan perilaku organisasi. Penelitian ini menyarankan agar PT Askes (Persero) harus membangun keterlibatan dan konsistensi karyawan melalui nilai-nilai immaterial serta posisi yang spiritual dalam meningkatkan kesiapan untuk berubah individu. Peningkatan kesiapan untuk berubah penting dalam mencegah penyimpangan perilaku organisasi baik selama periode transformasi maupun dalam operasionalisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan mendatang.
The study discusses the content, context, and process development readiness for change on employees of PT Askes (Persero), which changed as a result of the establishment of Act No. 40 of 2004 on National Social Security System and Law No. 24 of 2011 of the Social Security Agency. This research is a quantitative study on 483 employees of PT Askes (Persero) in the period of November to December 2013. Results showed that the level of individual spirituality, involvement culture, and consistency culture has a positive effect on the level of readiness for change. Furthermore, the study also found that the level of readiness for change has a negative effect on organizational misbehavior. This study suggested that PT Askes (Persero) has to build employee involvement and consistency culture through immaterial values and spiritual position in increasing individuals? readiness for change. Increasing readiness for change is important in preventing the organizational misbehavior during the period of transformation as well as the operationalization of Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan to come.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>