Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993
302.2 KOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014
302.2 KOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wandita Wardhani
Abstrak :
Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi yang terjadi antara dua orang dengan latar belakang kebudayaan berbeda, meliputi suku bangsa, ras, dan kelas sosial. Penelitian ini menganalisis bentuk komunikasi antarbudaya yang terjadi pada tokoh utama dalam film Oeroeg, Johan, seorang Belanda yang membangun relasi dengan para penduduk asli Hindia Belanda. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Analisis bentuk komunikasi antarbudaya tokoh Johan dikaji menggunakan teori Semiotika Roland Barthes untuk memaknai simbol dan tanda yang ada pada film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk komunikasi antarbudaya pada hubungan tokoh Johan dengan para penduduk asli Hindia Belanda, seperti pada hubungan tokoh Johan dan Oeroeg dan interaksi Johan dengan Deppoh. Hasil penelitian menunjukkan adanya dinamika dalam proses komunikasi antarbudaya tokoh Johan dengan para penduduk asli Hindia Belanda akibat penerapan nilai dan sistem sosial dari situasi kolonialisme. Meski demikian, persoalan tersebut dapat diatasi karena adanya penerapan nilai budaya Hindia Belanda dan emosi khusus dari tokoh Johan kepada penduduk asli Hindia Belanda. Hadirnya nilai- nilai tersebut merupakan wujud dari berhasilnya proses komunikasi antarbudaya dibawah situasi politis kolonialisme yang membayangi hubungan ini. ......Intercultural communication is an interaction that occurs between two people with different cultural backgrounds, including ethnicity, race, and social class. This study analyzes the form of intercultural communication that occurs in the main character in the film Oeroeg, Johan, a Dutchman who builds relationships with the natives of the Dutch East Indies. This study uses a qualitative descriptive research method. The analysis of the form of intercultural communication of the character Johan is studied using Roland Barthes' Semiotics theory to interpret the symbols and signs in the film. The results of the study show that there is a form of intercultural communication in the relationship between the character Johan and the natives of the Dutch East Indies, such as in the relationship between Johan and Oeroeg and Johan's interaction with Deppoh. The results of the study show that there is a dynamic in the process of intercultural communication between the character Johan and the natives of the Dutch East Indies due to the application of values and social systems from the colonial situation. However, this problem can be ruled out due to the application of Dutch East Indies cultural values and the special emotion of the character Johan towards the natives of the Dutch East Indies. The presence of these values is a manifestation of the successful process of intercultural communication under the political situation of colonialism that overshadowed this relationship.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karunia Khairunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Berdiri dan berkembangnya perusahaan startup multikultural membuat komunikasi antarbudaya dalam konteks tempat kerja tidak terelakkan. Penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus empiris ini bertujuan untuk memahami pengalaman adaptasi dalam komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh karyawan asal Chengdu pada salah satu perusahaan startup di Jakarta dan bagaimana pengalaman adaptasi tersebut berperan dalam pembentukan budaya organisasi yang ada. Dalam studi ini ditemukan bahwa terdapat suatu pola adaptasi yang terbentuk dan berperan penting dalam pembentukan budaya organisasi; dan dengannya pula karyawan asal Chengdu berhasil melakukan proses adaptasi guna menjalankan pekerjaannya dan mencapai tujuan perusahaan.


The establishment and growth of multicultural startup company urge intercultural communication in work place context becomes inevitable. This qualitative research uses empirical case study attempts to comprehend the adaptation experience within intercultural communication that applies to Chengdu employee in a startup company in Jakarta and how the adaptation experience is taking role in order to form the existent organization culture. The study shows the pattern of adaptation and its significance in forming organization culture; within the adaptation pattern, Chengdu employee succeeding the adaptation process to run their job well and achieve the company goals.

2019
T52538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Meytika Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Banyak perusahaan milik pemerintah Tiongkok memperluas bisnis mereka di Indonesia saat ini. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan budaya yang ada antara karyawan Indonesia dan karyawan Tiongkok dalam perusahaan tersebut berdampak dalam proses komunikasi dan kegiataan perusahaan. Selain itu penelitian ini dibuat juga untuk menjelaskan negosiasi antarbudaya yang terjadi antar karyawan yang berbeda latar belakang budaya dalam perusahaan tersebut dengan membedah aspek-aspek negosiasi antarbudaya yang ada. Hasil studi ini menunjukkan bahwa aspek negosiasi antara karyawan Tiongkok dan Indonesia tidak jauh berbeda dan narasumber dapat mengelola kecemasan dan ketidakpastiannya teori AUM sehingga negosiasi dapat berjalan dan mengakomodir kepentingan kedua belah pihak.
ABSTRACT
Numerous Chinese state owned companies expand their business in Indonesia nowadays. This qualitative case study research made with the aim to know cultural differences between Indonesian employees and Chinese employees in the company, that have impacts the process of communication and corporate activity. In addition, this research is also made to explain the intercultural negotiations that occur among employees of different cultural backgrounds within the company by dissecting aspects of intercultural negotiations that exist. The results of this study indicate that resource persons can manage their anxiety and uncertainty AUM theory so that negotiations can proceed and accommodate the interests of both parties.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusmariah Rahayu
Abstrak :
ABSTRAK

 Perusahaan asing X merupakan salah satu pelaku bisnis mancanegara  di sektor perbankan yang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dengan berdirinya perusahaan ini, adanya interaksi antarbudaya dalam internal perusahaan berpotensi menimbulkan konflik  antara karyawan Indonesia dengan karyawan Tiongkok. Ting Toomey (dalam Gudykunts dan Kim, 2003) menjelaskan bahwa dalam penyelesaian konflik, individual atau kelompok memiliki situasi khusus untuk menyelamatkan muka atau harga dirinya yang terancam dan dipertanyakan. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus ini memfokuskan pada  face negotiation antara karyawan Indonesia dan Tiongkok dalam meresolusi konflik. Hasil studi menunjukkan bahwa penerapan face negotiation theory tidak bisa seutuhnya diterapkan dalam setiap situasi. Ketika komunikasi antarbudaya melibatkan kepemilikan modal, tendensi penyelamatan muka dapat dilakukan selama tidak menggangu upaya pencapian profit. Pihak-pihak yang terlibat pada komunikasi antarbudaya ketika dihadapkan pada penyelamatan muka tetap mempertahankan tujuan perusahaan


ABSTRACT

 


Foreign company X is one of the foreign company in the banking sector that develops its business in Indonesia. With the establishment of this company, the intercultural communication within the employee caused conflict between Indonesian and Chinese employees themself. Ting Toomey (in Gudykunts and Kim, 2003) explains that in conflict resolution, individuals or groups have special situations to saving their face or threatened and questioned self-esteem. This study  focuses on face negotiations between Indonesian and Chinese employees in resolving conflicts. The results of the study show that the application of a face negotiation theory cannot be fully applied in every situation. When intercultural communication involves capital ownership, the tendency to save face can be done as long as it does not interfere with efforts to capture profits. The parties involved in intercultural communication when faced with saving face still maintain the company`s goals

 

 

2019
T54224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yuanita
Abstrak :
Ekspatriat yang bekerja di Jakarta dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dan mengatasi hambatan antarbudaya agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Keberhasilan adaptasi ini adakalanya membuat ekspatriat menjadikan dirinya culture broker yang menjembatani interaksi antarbudaya dari dua budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan proses adaptasi dan mengidentifikasi kompetensi antarbudaya para ekspatriat industri hulu migas di Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif penelitian ini melakukan wawancara terhadap lima subjek penelitian. Kelima subjek dipilih menggunakan metode purposive recruitment dengan pertimbangan tertentu (deliberate) dan juga bersifat luwes (flexible). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak semua ekspatriat di Jakarta mengalami culture shock, namun pada akhirnya semua ekspatriat mencapai akulturasi yang ditandai dengan merasa betah bekerja di Jakarta. Keberhasilan adaptasi antarbudaya ini menghasilkan kompetensi antarbudaya yang membuat ekspatriat ada yang mengambil peran sebagai culture broker. Culture broker di Jakarta secara spesifik memiliki ciri-ciri yaitu bilingual, bikultural, multikultural, tertarik pada budaya tuan rumah, yakin bahwa budaya tuan rumah memiliki nilai-nilai khusus, mau mendengarkan pekerja tuan rumah dan mencintai negara tuan rumah. Sebagai catatan tambahan, mereka harus juga memiliki posisi dengan wewenang tertentu secara hierarki dalam organisasi perusahaan (misalnya merupakan pimpinan selevel manajer) untuk dapat menegaskan pengaruh dalam komunikasi walaupun perannya sebagai culture broker dijalani secara kasual dan informal. ......Expatriates who work in Jakarta are required to have the abilities to adapt and to overcome intercultural barriers in order to carry out their duties properly. The successful adaptation most likely nurtures expatriates into culture brokers that bridges intercultural interaction of two different cultures. This study aims to describe the process of intercultural adaptation and identify the intercultural competence of expatriates in the upstream oil and gas industry in Jakarta. By using an exploratory qualitative approach, this study convey in-depth interview to five of research subjects It selects five subjects using purposive recruitment with certain considerations (deliberate) and flexibilities. The result of the study states that not all expatriates experienced culture shock, however all expatriates managed to get through culture shock and completed acculturation to the level of enjoying their assignments in Jakarta. This success also allows expatriates to obtain good cultural competencies and take the role as culture brokers. Culture brokers in Jakarta have shown special characteristics, namely being bicultural, bilingual, multicultural, have a high interest to host country’s culture, certain that host country culture has special values, willing to listen the locals employee, and developed a love towards the host country. As an additional note, they must have positions with certain hierarchical authority in the corporate organizations (i.e. leaders at the manager level) to be able to assert impacts in communication even though their role as culture brokers is carried out casually and informally.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alo Liliweri
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2003
306 ALO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui “Bagaimana komunikasi antarbudaya etnis Sunda dalam masyarakat multikultur?”. Untuk mengungkap fenomena tersebut penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan model interaksionisme simbolik untuk melihat perilaku dan interaksi manusia yang dapat diperbedakan karena ditampilkan melalui melalui simbol dan maknanya. Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan telah terjadi adaptasi timbal balik antara etnis Sunda sebagai pendatang dengan etnis Rejang sebagai pribumi. Adanya sikap saling menghargai dan menghormati antara etnis pendatang dan pribumi memungkinkan setiap kelompok etnis tersebut untuk menjalankan kebudayaannya masing-masing. Masyarakat dari etnis Sunda dengan Rejang saat berdialog dapat menggunakan bahasa Sunda, bahasa Rejang atau bahasa melayu dialek Bengkulu. Hubungan antara kedua etnis tersebut sejauh ini telah berlangsung tanpa hambatan yang berarti karena masing-masing etnis telah saling menerima apa adanya.
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Eko Wicaksono
Abstrak :
ABSTRAK
Kompetensi komunikasi antarbudaya diartikan sebagai suatu kesan bahwa perilaku dalam suatu interaksi itu efektif dan layak dalam konteks yang ada. Suatu interaksi dikatakan efektif dan layak selama tujuan atau hasil yang diharapkan dapat terpenuhi dengan pengorbanan yang relatif rendah dan dilakukan dengan cara-cara yang selaras dengan nilai, norma, dan ekspektasi dari suatu hubungan. Kompetensi komunikasi antarbudaya relevan untuk dibicarakan, terutama bagi pemeriksa BPK, karena mereka sering berinteraksi dengan terperiksa yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan dirinya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki oleh pemeriksa BPK, khususnya mereka yang bertugas di Kantor Perwakilan BPK Provinsi Jawa Timur, ketika melakukan interaksi dan komunikasi dengan terperiksa yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang pada kegiatan pemeriksaan terinci atas LKPD TA 2015.

Menggunakan strategi studi kasus dan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif, penelitian ini meminjam teori atau model kompetensi komunikasi antarbudaya Brian H. Spitzberg untuk memperoleh pemahaman tentang tema yang dikaji. Penelitian ini menemukan bahwa, dalam konteks kegiatan pemeriksaan sebagai tempat kerja atau workplace, pemeriksa BPK telah memiliki motivasi, pengetahuan dan keterampilan yang efektif dan layak. Kesimpulan ini diperkuat oleh penilaian terperiksa yang menganggap interaksinya dengan pemeriksa BPK selama ini telah berjalan dengan layak sehingga hubungan diantara keduanya pun, baik sebelum ataupun setelah interaksi terjadi, selalu berjalan dengan baik
ABSTRACT
Intercultural communication competence is considered broadly as an impression that behavior is appropriate and effective in a given context. An interaction considered to be effective and appropriate as long as the valued goal or rewards can be accomplished at the minimum costs or alternatives and doing so in an appropriate manner, based on values, norms, and expectations of a relationship. An intercultural communication competence is a competence that has relevancy with the nature of the job of the BPK auditors because they usually interact with an auditee that culturally has a different background with them. This research is expected to give a broad picture about how the intercultural communication competence of the BPK auditors, especially the ones who work in The East Java Representative Office of BPK, when they are interacting and communicating with the auditee in Sampang regency, as part of audit work on a local government financial statement of fiscal year 2015.

Using a case study as a research strategy and a qualitative approach with an interpretive paradigm, this research elaborate the theme of the study using the Brian H. Spitzberg?s Model of Intercultural Competence to get an understanding about it. Later, this research found that, in a given context, the auditors of BPK already have an effective and appropriate motivation, knowledge, and skills. This conclusion is being strengthened with the auditee judgmenet that considered his relationship with the BPK auditors, before or after the interaction took place, has always been good.
2016
T45627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>