Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damayanti
"Latar belakang : Pandemi Covid-19 telah menimbulkan perubahan dalam pola bekerja yaitu yang semula bekerja di kantor sepenuhnya menjadi kombinasi bekerja dari rumah dan bekerja di kantor. Perubahan ini berpotensi menyebabkan konflik pekerjaan keluarga dan stress pada pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konflik pekerjaan keluarga dan stress yang dialami pegawai Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan di masa pandemi Covid-19.
Metode : Penelitian dilakukan di Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan dengan jumlah subyek penelitian 103 pegawai yang menjalani work from home minimal selama 6 bulan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner Skala Konflik Pekerjaan Keluarga dan Perceived Stress Scale-10 yang sudah divalidasi dalam Bahasa Indonesia.
Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki persepsi stress berat adalah sebanyak 14.6%, yang mengalami stress sedang 59.2%. Prevalensi konflik pekerjaan keluarga yang dialami sebesar 67%. Secara statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara konflik pekerjaan keluarga dan persepsi stress di mana pegawai yang mengalami konflik pekerjaan keluarga memiliki risiko 9,6 kali lebih tinggi untuk mengalami stres sedang (OR: 9,59, 95% CI: 2,42-37,98).
Kesimpulan : Sebagian besar subyek penelitian mengalami konflik pekerjaan keluarga dan stress sedang selama bekerja dengan pola kerja yang berubah di masa pandemi Covid-19; dan ternyata terdapat hubungan antara konflik pekerjaan keluarga dan stress.

Background: The Covid-19 pandemic has caused a change in work patterns, which were originally working in the office completely to a combination of working from home and working in the office. This change has the potential to cause work-family conflict and stress on employees. This study aims to describe the work-family conflict and stress experienced by employees of the Directorate General of Public Health, Ministry of Health during the Covid-19 pandemic.
Methods: The study was conducted at the Directorate General of Public Health, Ministry of Health with the number of research subjects 103 employees who underwent work from home for at least 6 months. The research was conducted using Work- Family Conflict Scale and Perceived Stress Scale-10 questionnaires which has been validated in Indonesian.
Results: It was found that respondents who had experienced severe stress were 14.6% and moderate stress were 59.2%. The prevalence of work-family conflict is 67%. Statistically, there was a significant relationship between work-family conflict and perceived stress where employees who experienced work-family conflict had a 9.6 times higher risk of experiencing moderate stress (OR: 9.59, 95% CI: 2.42-37, 98).
Conclusion: Most of the research subjects experienced work-family conflict and moderate stress while working with changing work patterns during the Covid-19 pandemic; and it turns out that there is a relationship between work-family conflict and stress.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yose Daniel
"Konflik pekerjaan-keluarga merupakan konflik antar-peran seseorang di keluarga dan/atau pekerjaan yang dapat mengakibatkan penurunan performa hingga depresi. Petugas sampah Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur rentan mengalami konflik dengan bekerja hingga 8 jam sehari atau lebih dari 40 jam/minggu. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan lama kerja objektif dan masa kerja terhadap terjadinya konflik pekerjaan-keluarga pada Petugas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur. Penelitian cross sectional dilakukan pada 61 petugas sampah di Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur melalui consecutive sampling dimana responden mengisi kuesioner konflik pekerjaan-keluarga untuk menentukan adanya konflik pekerjaan-keluarga pada subjek. Uji chi square dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara lama kerja objektif dan masa kerja dengan konflik pekerjaan-keluarga. Rata-rata lama kerja objektif pekerja yaitu 49,31 jam/minggu dan masa kerja 7 tahun. Prevalensi konflik pekerjaan-keluarga 29,5%. Pekerja dengan lama kerja objektif ≥ 49,5 jam/minggu mengalami kejadian konflik pekerjaan-keluarga lebih tinggi dibanding dengan lama kerja objektif ≤ 49,5 jam/minggu (p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Masa kerja di bawah atau di atas 7 tahun tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7)
.Work-family conflict is an inter-role conflict on a person where either family interferes with work or work interferes family which in turn can cause performance decrement and depression due to the problems occuring. Trashbin crews at Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur work for 8 hours daily up to 40 hours/week which makes them vulnerable to work-family conflict. The aim of this study is to observe the interaction between working hours and organisational tenure to the occurrence of work-family conflict in trashbin crew at Dinas Lingkunan Hidup Jakarta Timur. This study uses 61 sample of trashbin crew using consecutive sampling by asking the respondent to fill out the work-family conflict questionnaire to determine the presence of work-family conflict in a subject. Chi-square test is used to find out the correlation between working hours and organisational tenure with work-family conflict. Mean of working hours of sample is 49,31 hours/week and organisational tenure of 7 years. Crew with working hours more than 49,5 hours/week experienced more work-family conflict than those who works less(p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Organisational tenure above or below 7 years have no significant relation with the occurrence of work-family conflict (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Puspito Ningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari realistic job preview dalam praktik realistic recruitment apakah berpengaruh terhadap konflik yang terjadi antara pekerjaan-keluarga (work interference with family). Hubungan realistic job preview dan work family conflict juga di uji secara tidak langsung, dengan met expectation sebagai mediasinya. Dengan demikian, penelitian ini meneliti anteseden baru sebagai pelindung work family conflict. Selanjutnya, work-family centrality pada penelitian ini dihipotesiskan sebagai moderasi hubungan antara realistic job preview dengan met expectation. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan hipotesis secara empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan survei cross sectional yang diambil dari 210 sampel karyawan yang bekerja di wilayah DKI Jakarta.
Hasil penelitian ini memberikan dukungan untuk hipotesis realistic job preview yang menjadi pencegah sebelum terjadinya work family conflict. Artinya, responden dalam penelitian ini yang menerima praktek perekrutan secara realistis cenderung merasakan work family conflict yang lebih rendah. Hubungan ini ditemukan juga mediasi melalui met expectations. Implikasi untuk teori, praktik, dan penelitian kedepan akan dibahas kemudian.

This research considered how the realistic recruitment practices of Realistic Job Preview (RJP) may assist employees in reducing perceptions of Work-Family Conflict (WFC). This relationship was theorized as indirect, with Met Expectations mediating the relationship between realistic recruitment and WFC. As such, the current research sheds new light on a protective antecedent of WFC. Furthermore, the disposition of work-family centrality was tested also hypothesized to moderate the relationship between realistic recruitment and Met Expectations. The study was conducted in order to empirically test the hypothesized relationships. Study was a cross-sectional survey utilizing a broad sample of working adults in the DKI Jakarta.
Results the study provide initial support for RJP being protective antecedents of WFC. That is, those individuals who received a realistic recruitment tended to have fewer perceptions of WFC. This relationship was found to be mediated through Met Expectations. Implications for theory, practice, and future research are discussed."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Audrey Hana
"Dalam menjalankan perannya, generasi sandwich memiliki berbagai tantangan yang salah satunya berkaitan dengan aspek finansial. Untuk mengatasi tantangan tersebut, generasi sandwich perlu mengatasinya dengan bekerja. Namun, bekerja berpotensi untuk memunculkan konflik pekerjaan-keluarga pada generasi sandwich yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektifnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara konflik pekerjaan-keluarga dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Sebanyak 111 partisipan berusia 35–65 tahun yang merupakan pekerja diukur menggunakan Skala Kesejahteraan Subjektif serta Skala Konflik Pekerjaan-Keluarga. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Pearson Correlation, ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara konflik pekerjaan-keluarga dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan intervensi seperti apa yang perlu diberikan kepada generasi sandwich agar dapat mengurangi konflik pekerjaan-keluarga yang dirasakan.

The sandwich generation faces several challenges in fulfilling its roles, one of which is financial. The sandwich generation had to work hard to overcome these challenges.  However, the sandwich generation may experience work-family conflict as a consequence of employment, which may affect their subjective well-being. The purpose of this study is to examine the relationship between subjective well-being and work-family conflict in sandwich generation. 111 employed participants between the ages of 35 and 65 were assessed using the Work-Family Conflict Scale and the Subjective Well-Being Scale. According to the findings with an analysis using the Pearson Correlation, there is a significant negative relationship between work-family conflict and subjective well-being in the sandwich generation. Given the result of this research, it can be decided what kinds of interventions should be provided for the sandwich generation to minimize their perceived work-family conflict."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieke Hediyanti Moertono
"
ABSTRAK
Wanita berperan ganda memiliki peran dalam dua lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan pekerjaan dan lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga, wanita dituntut mampu memenuhi harapan akan perannya sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga. Sedangkan dalam lingkungan pekerjaan, sebagai seorang pegawai / karyawati suatu perusahaan, wanita dituntut mampu melakukan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kerjanya dengan baik. Adanya tuntutan dari masing-masing peran tersebut menimbulkan suatu masalah dan konflik dalam dirl wanita, yang disebut sebagai konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga merupakan suatu bentuk konflik antar peran yang dialami wanita berperan ganda dalam usahanya menyelmbangkan tuntutan dari kedua peran yang dimilikinya. Adanya konflik pekerjaan-keluarga menyebabkan wanita mengalami tekanan dan beban yang berlebihan sehingga menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Dalam hal ini konflik pekerjaan-keluarga dikatakan sebagai sumber stres bagi wanita berperan ganda.
Dalam konflik pekerjaan-keluarga, yang seringkali terjadi adalah peran individu dalam pekerjaan kemudian akan mengganggu perannya dalam keluarga. Oleh karena itu adanya dukungan sosial dari lingkungan tempat kerja akan sangat bermanfaat bagi wanita dalam meredakan ataupun mengatasi konflik pekerjaan keluarga. Dukungan sosial berfungsi dalam melindungi individu terhadap akibat akibat negatif yang ditimbulkan oleh stres. Daiam hal ini diasumsikan bahwa wanita yang menerima dukungan sosial yang tinggi dari tempat kerjanya akan mengalami konfiik pekerjaa tv keluarga yang rendah. Sebaliknya wanita yang menerima dukungan sosial yang rendah darl tempat kerjanya akan mengalami konflik pekerjaan-keiuarga yang tinggi. Dengan demlkian yang menjadi permasalahan dalam penetitian adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dari tempat kerja dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda ?
Penelitian dilakukan terhadap 88 wanita berperan ganda yang bekerja sebagai karyawati pada Kanlor Pusat PT. Bank "X" di Jakarta. Subyek penelitian yang dipilih adalah karyawati dengan pendidikan minimal SLTA, memiiiki suami yang juga bekerja dan masih memiiiki anak yang berusla 0 sampai 18 tahun. Pengukuran terhadap variabel-variabel yang hendak diteliti dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner yang mengukur dukungan sosial dari empat kerja dengan kuesioner yang mengukur konflik pekerjaan-keiuarga. Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dari tempat kerja dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda. Hasil lain yang diperoleh daiam penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial darl atasan dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda serta ada hubungan yang signifikan antara dukungan jaringan sosial dari tempat kerja dengan konflik pekerjaan-keluarga pada wanita berperan ganda.
"
1997
S2561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziza Dina Rahmi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat konflik pekerjaan-keluarga sebagai moderator pada hubungan antara grit dan kepuasan kerja. Partisipan penelitian ini berjumlah 183 orang yang merupakan karyawan organisasi yang telah menikah dan sudah bekerja minimal selama dua tahun. Pengukuran grit menggunakan. The Grit Scale, kepuasan kerja menggunakan. The Generic Job Satisfaction Scale dan konflik pekerjaan-keluarga menggunakan Work-Family Conflict Scale. Hasil penelitian menemukan bahwa grit memiliki hubungan yang positif signifikan dengan kepuasan kerja dan konflik pekerjaan-keluarga berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Akan tetapi, konflik pekerjaan-keluarga tidak memoderasi hubungan antara grit dan kepuasan kerja.

ABSTRACT
This research is aimed to see the work family conflict as a moderator in relationship between grit and job satisfaction. The participant of this research is 183 people who are marriage employees of organization. The employees have worked at least two years. The measurement of grit uses The Grit Scale, job satisfaction uses The Generic Job Satisfaction Scale and work family conflict uses the Work Family Conflict Scale. The results of the research found that grit has as positive relationship and significant with job satisfaction and work family conflict has negative relationship with job satisfaction. However, work family conflict does not moderate the relationship between grit and job satisfaction."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Pramesti, Author
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis domain personal (konflik pekerjaan-keluarga, tingkat stress, dukungan sosial) dan domain kepuasan atas pekerjaan (kepuasan kerja, kepuasan finansial) terhadap kepuasan hidup. Desain penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode sampling non-probability secara purposive. Populasi ditetapkan menjadi 2 kategori, yaitu buruh pabrik garmen di KBN Cakung, DKI Jakarta dan buruh konveksi di PIK Penggilingan, DKI Jakarta. Kriteria sampel yang ditetapkan adalah buruh perempuan yang sudah menikah, bekerja minimal selama 1 tahun dan bekerja di bagian produksi. Terdapat 350 responden dari pabrik garmen dan 279 responden dari pabrik konveksi. Periode pengumpulan data dilakukan selama bulan Mei sampai September 2021. Pada model kepuasan hidup buruh perempuan di pabrik garmen dan konveksi menunjukkan kemiripan hasil uji. Perbedaan diperlihatkan pada pengaruh dukungan sosial terhadap kepuasan hidup, konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan finansial, dan peran mediasi kepuasan finansial antara konflik pekerjaan-keluarga dan kepuasan hidup. Studi ini menyimpulkan bahwa domain kepuasan atas pekerjaan berpengaruh pada kepuasan hidup buruh pada kedua kategori sampel. Kepuasan finansial berpengaruh positif lebih kuat dibandingkan kepuasan kerja. Kepuasan finansial juga terbukti berpengaruh positif signifikan pada kepuasan kerja. Pada buruh garmen, domain personal tidak berpengaruh pada kepuasan hidup. Pada buruh konveksi, domain personal yang berpengaruh pada kepuasan hidup, hanyalah dukungan sosial. Ditemukan peran mediasi pada domain kepuasan (kepuasan kerja dan kepuasan finansial) antara domain personal (konflik pekerjaan-keluarga, tingkat stress dan dukungan sosial) dan kepuasan hidup. Namun, pada buruh pabrik garmen, kepuasan finansial tidak terbukti memediasi konflik pekerjaan-keluarga dan kepuasan hidup

This study aims to analyze the personal domain (work-family conflict, stress level, social support) and the domain satisfaction on the job (job satisfaction, financial satisfaction) on life satisfaction. The research design used was a quantitative approach with a purposive non-probability sampling method. The population is divided into 2 categories, namely garment factory workers at KBN Cakung, DKI Jakarta and factory workers at PIK Milling, DKI Jakarta. The sample criteria set are female workers who are married, work for at least 1 year and work in the production department. There were 350 respondents from garment factories and 279 respondents from clothing factories. The data collection period was carried out from May to September 2021. The life satisfaction model for female workers in garment and garment factories shows similar test results. Differences are shown in the effect of social support on life satisfaction, work-family conflict on financial satisfaction, and the mediating role of financial satisfaction between work-family conflict and life satisfaction. This study concludes that the domain of job satisfaction affects the life satisfaction of female workers in both categories. Financial satisfaction has a stronger positive effect than job satisfaction. Financial satisfaction is also proven to have a significant positive effect on job satisfaction. For garment workers, the personal domain has no effect on life satisfaction. For convection workers, the only personal domain that influences life satisfaction is social support. It is found a mediating role in the satisfaction domain (job satisfaction and financial satisfaction) between the personal domain (work-family conflict, stress level and social support) and life satisfaction. However, for garment factory workers, financial satisfaction was not proven to mediate work-family conflict and life satisfaction"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alsyifa Mawira Aura
"Flexible working arrangements (FWA) yang didukung oleh work-family culture (WFC) – dapat menjadi solusi untuk mengurangi persepsi karyawan tentang work-family conflict (WFCON) yang pada akhirnya akan meningkatkan job satisfaction (JS) karyawan. Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya intervensi organisasi untuk mendukung keterkaitan antara peran pekerja dalam kehidupan pribadi dan profesional karyawannya. Belum banyak penelitian tentang topik ini di Asia dimana kasus work-family conflict lebih banyak dialami oleh karyawan perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh hubungan antara FWA dan WFC dengan memediasi WFCON terhadap JS karyawan wanita. Penelitian ini menggunakan hasil survei terhadap 295 karyawan wanita dari perusahaan jasa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sebagai metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan wanita memiliki persepsi positif tentang flexible working arrangements (FWA), yang memengaruhi job satisfaction (JS) secara keseluruhan. Variabel work-family culture (WFC) berperan signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi work-family conflict (WFCON). Sedangkan pada hubungan pengaruh tidak langsung, diidentifikasi bahwa WFCON memediasi hubungan WFC terhadap JS serta pada hubungan FWA terhadap JS. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penelitian bagi manajer SDM khususnya pada organisasi tentang dampak penerapan FWA dan budaya kerja-keluarga bagi JS melalui peran mediasi konflik kerja-keluarga untuk dapat menggali lebih jauh terkait hal-hal tersebut.

Reduced employee perceptions of work-family conflict (WFCON) can be achieved by flexible working arrangements (FWA) supported by work-family culture (WFC), which will ultimately lead to an increase in job satisfaction (JS). Several studies highlight the value of organizational interventions in establishing connections between employees' roles in their personal and professional life. Yet, research on this subject is lacking in Asia, where female employees are more likely to face work-family conflicts. This research aims to clarify how FWA and WFC affect on JS of female employees through the mediating role of WFCON. This study uses the results of a survey of 295 female employees from Information and Communication Technology (ICT) service companies using Structural Equation Modeling (SEM) as a data analysis method. The results showed that most female employees positively perceived flexible working arrangements (FWA), which influenced overall job satisfaction. The work-family culture variable plays a significant role in increasing job satisfaction by reducing work-family conflict. In the indirect influence relationship, the identification of WFCON mediates the relationship between WFC and JS also between FWA and JS. This research is expected to contribute to the form of research for HR managers, especially in organizations about the impact of implementing FWA and work-family culture for JS through the mediation role of work-family conflicts to be able to explore further related to these things."
Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library