Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Revina Dewanti
Abstrak :
ABSTRAK
Diskriminasi etnis Tionghoa-Indonesia masih ada sampai sekarang, salah satu konteks untuk melihat diskriminasi tersebut melalui hubungan intim, spesifiknya hubungan romantis pada pasangan Tionghoa-Indonesia dan Indonesia asli. Peneliti pun mengangkat fenomena ini untuk melihat hubungan antara perceived discrimination dan kualitas hubungan romantis pada pasangan tersebut. Metode kuantitatif dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak 40 partisipan penelitian beretnis Tionghoa-Indonesia dengan rentang umur 20-40 tahun dan sedang menjalani hubungan romantis dengan Indonesia asli selama minimal 6 bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur adaptasi PEDQ (Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire) dan adaptasi PBSC (Partner Behaviours as Social Context). Sebanyak 2 subjek menjadi partisipan untuk diwawancarai lebih mendalam. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara perceived discrimination dan dimensi-dimensi kualitas hubungan romantis (autonomy support, warmth, structure, chaos, rejection), sementara tidak ditemukan hubungan antara perceived discrimination dan dimensi coercion.
ABSTRACT
Discrimination against Chinese-Indonesian is still happening in Indonesia. It can be seen in the context of intimate relationship, specifically romantic relationship between Chinese-Indonesian and Native Indonesian. The purpose of this research is to identify the relationship between perceived discrimination and romantic relationship quality among these couples. Both quantitative and qualitative methods were used in this research. Forty Chinese-Indonesian around the age of 20-40 years old who have been in romantic relationship with Native Indonesian for at least 6 months were recruited as participants for this study. Perceived discrimination was measured with adapted versions of PEDQ (Perceived Ethnic Discrimination Questionnaire) and PBSC (Partner Behaviours as Social Context). Two participants were interviewed to discover more detailed informations. Results showed there was a significant correlation between perceived discrimination and dimensions of romantic relationship quality (autonomy support, warmth, structure, chaos, rejection), while significant correlation between perceived discrimination and coercion was not found.
2016
S63086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaeri Marifah
Abstrak :
Hubungan Peningkatan Kualitas Hubungan Atasan-Bawahan terhadap Kesiapan Individu untuk Berubah dengan Memberikan Workshop Pembekalan Softskill Mentoring pada Atasan di Institusi X Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan peningkatan kualitas hubungan atasan-bawahan terhadap kesiapan individu untuk berubah dengan Workshop Softskill Mentoring pada Atasan di Institusi X, salah satu institusi pemerintahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian action research. Jumlah responden penelitian terdiri dari 30 orang bawahan eselon IV yang merupakan perwakilan dari masing-masing unit kerja. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang diadaptasi dari LMX-MDM dari Liden Maslyn 1998 dan alat ukur kesiapan individu untuk berubah dari Holt, dkk 2007 . Hasil penghitungan uji statistik korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan sebesar r = 0.52; p.
The Relationship of Improving the Quality of Leader Member Exchange to Individual Readiness for Change with Providing Softskill Mentoring Workshop for Manager at Institution X The purpose of this research is to see the relationship of quality improvement of leader member exchange to individual readiness to change with Softskill Mentoring Workshop on Manager at Institution X, one of government institution in Indonesia. This research uses the type of action research research. The number of research respondents consisted of 30 manager level who were representatives of each work unit. The measuring tool used in this study is a questionnaire adapted from LMX MDM from Liden Maslyn 1998 and an individual readiness tool for change from Holt et al. 2007 . The result of the correlation statistic test shows that there is a significant relationship of r 0.52 p.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ariana Novadian A.K.
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagaimana diketahui, perkawinan di Indonesia bukan sekedar menyatukan dua individu tetapi berikut juga dengan keluarganya, maka sosok mertua menjadi perlu diperhatikan keberadaannya karena dapat mempengaruhi kebahagiaan perkawinan seseorang. Disukai atau tidak, kondisi tersebut harus disadari oleh pasangan, apalagi bagi mereka yang harus menetap sementara di rumah orang tua karena pertimbangan tertentu, sedangkan antara pasangan muda tersebut pun, masih harus melakukan usaha penyesuaian diri, maka dapat dilihat bahwa pilihan untuk tinggal dengan orang tua setelah menikah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, perlu pemikiran dan persiapan sebelumnya. Jadi membina dan mempertahankan hubungan yang baik dengan mertua jelas harus dapat tercipta karena dampaknya bukan saja pada kehidupan perkawinan tetapi juga pada hubungan dengan keluarga besar pasangan.

Hubungan menantu-ibu mertua, khususnya menantu perempuan merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah. Tampaknya, hubungan mereka seperti ibu- anak tetapi tidak sepenuhnya demikian, karena berkaitan dengan keberadaan suami sebagai ?penghubung" yang menyebabkan mereka menyandang status menantu dan mertua. Belum Iagi adanya steriotip negatif yang melingkupi hubungan dengan ibu mertua ataupun tentang sosoknya. Hal tersebut memang secara penelitian, khususnya di indonesia belum dibuktikan namun melalui pengamatan sehari-hari, baik dari percakapan maupun dari media-media massa, cukup memperlihatkan kecenderungan ke arah tersebut. Bila meIihat pada tahapan perkembangan keluarga, kerawanan dalam hubungan menantu dan mertua memang dapat mungkin terjadi. Sebagaimana diketahui, bahwa akan ada suatu tahap di mana terjadi pengalihan beberapa tugas dari ibu kepada istri, dan bukan tidak mungkin, hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan, apalagi jika mereka tinggal seatap. Dengan tinggal bersama, berarti penerimaan dari pengalihan beberapa tugas menjadi Iebih transparan daripada bila pasangan muda langsung pisah rumah. Bagaimanapun hal tersebut juga terkait dengan kesamaan tuntutan mereka sebagai perempuan yang sudah menikah.

Biia ditelaah dari sudut pandang gender, hubungan antara dua orang perempuan seharusnya dapat menciptakan suatu hubungan yang intim, tapi ternyata dapat juga sebaliknya, yaitu tercipta hubungan yang rawan. Jadi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan menantu-ibu mertua yang tenyata khas, maka dilakukan penelitian ini, dengan melihat dan sudut pandang menantu. Hal tersebut disadari karena sebagai ?pendatang?, menantu akan Iebih dituntut untuk menyesuaikan diri, apalagi jika diperhatikan, keluhan yang ada biasanya datang dari pihak menantu. tidak heran steriotip yang muncul pun adalah tentang ibu mertua bukan menantu perempuan. Jadi melalui penelitian ini, ingin dilihat bagaimana persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua.

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, menggunakan wawancara dan observasi, agar dapat tergali apa yang terjadi dalam hubungan menantu-ibu mertua, sehingga Iebih dapat memahami kualitas hubungan mereka. Penelitian ini menggunakan 4 orang menantu sebagai subyek. Hasil yang diperoleh adalah 2 orang mempersepsikan hubungan dengan ibu mertuanya dekat dan 2 Iainnya ?biasa saja". maksudnya tidak dekat ataupun jauh, namun keempatnya masih merasakan adanya keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan ibu mertua. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengungkapan diri, topik pembicaraan menjadi kurang beragam dan mendalam serta gaya komunikasinya yang cenderung diam bila menghadapi masalah dengan ibu mertua. Disarankan agar kedua belah pihak dapat mengembangkan komunikasi efektif dengan melakukan teknik ?pesan diri' dan ?mendengar aktif". Penelitian ini temyata perlu mempertimbangkan beberapa saran Iain, seperti subyek penelitian dapat pula ditujukan suami karena perannya sebagai mediator sangat penting dalam pengembangan hubungan istri dengan ibunya. Selain itu penelitian ini dapat ditujukan pada ibu merlua sebagai pihak ?penerima", yang perlu melakukan penyesuaian diri pula. Juga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.
1998
S2582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheren Shusmita
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kesesuaian diri konsumen anak dengan brand (self-congruity) yang memengaruhi loyalitas brand (brand loyalty). Pengaruh antara self-congruity dan brand loyalty tersebut dimediasi oleh kualitas hubungan dengan brand (brand relationship quality). Sebanyak 104 responden, yang merupakan konsumen brand MILO berusia 11-14 tahun, berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan Structural Equation Modelling (SEM) yang diolah menggunakan program SPSS 22 dan AMOS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-congruity tidak memengaruhi brand loyalty secara signifikan. Sementara itu, self-congruity berpengaruh signifikan terhadap brand relationship quality dan brand relationship quality berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty. Maka penelitian ini menunjukkan bahwa self-congruity dapat berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty apabila dimediasi oleh brand relationship quality. ABSTRACT
This research examines the impact of self-congruity on brand loyalty. The impact of self-congruity to brand loyalty is mediated by brand relationship quality. 104 children, which are consumers of MILO chocolate drink aged between 11-14 years old, participated in this study. Researcher uses Structural Equation Modelling (SEM) to analyze the data with SPSS 22 and AMOS 21 programs. This research finds that self-congruity does not have significant impact toward brand loyalty. However, self-congruity impacts brand relationship quality significantly and brand relationship quality also impacts brand loyalty significantly. Hence, this research indicates that self-congruity can impact brand loyalty significantly if it is mediated by brand relationship quality.;This research examines the impact of self-congruity on brand loyalty. The impact of self-congruity to brand loyalty is mediated by brand relationship quality. 104 children, which are consumers of MILO chocolate drink aged between 11-14 years old, participated in this study. Researcher uses Structural Equation Modelling (SEM) to analyze the data with SPSS 22 and AMOS 21 programs. This research finds that self-congruity does not have significant impact toward brand loyalty. However, self-congruity impacts brand relationship quality significantly and brand relationship quality also impacts brand loyalty significantly. Hence, this research indicates that self-congruity can impact brand loyalty significantly if it is mediated by brand relationship quality., This research examines the impact of self-congruity on brand loyalty. The impact of self-congruity to brand loyalty is mediated by brand relationship quality. 104 children, which are consumers of MILO chocolate drink aged between 11-14 years old, participated in this study. Researcher uses Structural Equation Modelling (SEM) to analyze the data with SPSS 22 and AMOS 21 programs. This research finds that self-congruity does not have significant impact toward brand loyalty. However, self-congruity impacts brand relationship quality significantly and brand relationship quality also impacts brand loyalty significantly. Hence, this research indicates that self-congruity can impact brand loyalty significantly if it is mediated by brand relationship quality.]
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Dwi Monica
Abstrak :
Kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang marak terjadi namun seringkali terabaikan. Kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan psikologis, fisik, dan seksual. Meskipun demikian, tak sedikit pelaku dan korban kekerasan berpikir bahwa hal tersebut merupakan ekspresi kasih sayang serta merasa bahwa hubungannya baik-baik saja. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran memersepsikan kualitas hubungan romantis serta melihat apakah terdapat perbedaan di antaranya. Kekerasan diukur dengan The Revised Tactics Conflict Scales, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context. Penelitian yang dilakukan kepada 431 dewasa muda menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi kualitas hubungan romantis pada pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran secara umum. Namun demikian, apabila kualitas hubungan romantis ditinjau dari persepsi individu terhadap pasangannya, terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok pelaku dan korban.
Dating violence is a common phenomenon yet often ignored. The violence can manifest in the forms of psychological, physical, and sexual coercion. However, many offenders and victims of dating violence perceive the violence as the expression of affection. They also think that their relationship is not affected in any way because of it. This research aims to see how the offenders, victims, and victim-offenders of dating violence perceive the quality of romantic relationships and to see if there are differences among them. Dating violence is measured by The Revised Conflict Tactics Scales, while the quality of romantic relationships is measured by Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context. Data from 431 young adults with dating violence shows that there is no difference in the perception of romantic relationships quality between the offenders and victims of dating violence. On the other hand, if the quality of romantic relationships is seen from the individual perception of their partner, there are significant differences between offenders and victims.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Cahyani Putri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komponen cinta dan kualitas hubungan romantis pada pasangan berpacaran dewasa muda yang menggunakan layanan online dating. Partisipan dalam penelitian ini adalah 97 dewasa muda (20-40 tahun), sedang menjalani hubungan berpacaran minimal tiga bulan, dan bertemu dengan pasangannya melalui layanan online dating. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah Sternberg?s Theory of Love Scale (TLS) untuk melihat tingkat komponen cinta, dan Partners Behaviors as Social Context (PBSC) dan Self Behavior as Social Context (SBSC) untuk melihat gambaran kualitas hubungan romantis. Hasil dari penelitian adalah ketiga komponen cinta Sternberg pada pengguna layanan online dating tetap tinggi dan jumlah responden yang mempunyai kualitas hubungan romantis yang tinggi tidak banyak berbeda dengan jumlah responden dengan kualitas hubungan romantis yang rendah. Analisis tambahan menemukan bahwa umur dan lama hubungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat komponen cinta Sternberg dan kualitas hubungan romantis.
The purpose of this study is to form a description on love component using the theory Triangular Theory of Love from Robert J. Sternberg and the romantic relationship quality in dating young adulthood couple who uses online dating services. Participants within this research consisted of 97 young adulthood with the age criteria around 20-40 years old, currently within a relationship for minimum three months, and met their partners through the online dating services. According to data, participants of this research are within the age of 20 to 26 years old, and around 79,4% of them are females. This research is a descriptive research and use th Sternberg's Triangular Theory of Love Scale questionaire (TLS) (α = 0,985) to measure the component of love, and also Partners Behaviors as Social Context (PBSC) (α = 0.906) and Self Behavior as Social Context (SBSC) (α = 0.838) to measure the quality of the romantic relationship. Results of this research indicates that most of the respondents has high scores in three components, and most of the respondents has lower quality in their romantic relationship.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti Rahayu Ciptoningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai salah satu kategori foodservice Indonesia yang sedang berkembang, independent cafe? memiliki keterbatasan modal untuk melakukan kegiatan pemasaran, maka hal yang dapat dilakukan oleh independent cafe? adalah memanfaatkan kualitas hubungan dengan pelanggan yang sudah ada untuk mendapatkan pelanggan baru melalui electronic word of mouth eWOM . Penelitian ini bertujuan untuk mengalisa pengaruh relationship quality pada foodservice terhadap eWOM intention pada independent cafe? di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa food quality, physical environment quality, personal interaction, dan perceived value merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Selanjutnya, satisfaction tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap commitment dan eWOM intention, kemudian trust tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap eWOM intention. Oleh karena itu untuk mencapai eWOM intention, independent cafe? harus mencapai beberapa tahapan pada relationship quality terlebih dahulu yaitu kepuasan pelanggan satisfaction yang menjadi kepercayaan pelanggan trust, kemudian menjadi komitmen pelanggan commitment.
ABSTRACT
One of the most rapid growth in Indonesia rsquo s foodservice industry is independent cafe . This category is facing limited budget for its marketing activities, so for this matter independent cafe can improve its relationship quality with its existed customers and encourage them to spread information about their experience with independent cafe to prospective customers by electronic word of mouth eWOM . This study aims to analyze the influence of relationship quality in foodservice towards eWOM in Jakarta rsquo s independent cafe s. The result of this research shows that Food Quality, Physical Environment Quality, Personal Interaction Quality and Perceived Value have positive effect on satisfaction. Furthermore, satisfaction doesn rsquo t affect commitment and eWOM intention significantly, also trust doesn rsquo t affect eWOM intention significantly. In conclusion, independent cafe can achieve eWOM intention from its customers through several steps of relationship quality, they are satisfaction to trust then to commitment.
2017
S69297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alefa Passadhya Raihani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas hubungan romantis dan kemampuan stress-coping pada masa pandemi COVID-19. Partisipan (N=245) terdiri dari individu berusia 18-29 tahun yang berpacaran atau sudah menikah. Berdasarkan teknik korelasi Pearson, ditemukan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan di antara kedua variabel, namun hubungan tersebut dinyatakan lemah. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas hubungan romantic hanya sedikit berpengaruh terhadap kemampuan stress-coping. ......The aim of this study is to find the relationship between romantic relationship quality and stress-coping ability during the COVID-19 pandemic. Participants (N=245) consist of individuals aged 18-29 who are dating or married. Using the Pearson correlation method, it is found that there is a positive and significant correlation between the two variables, but the relationship is weak. This study found that the quality of a romantic relationship has only a small effect on the ability to cope with stress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3   >>