Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Shafira Keumala
"Pada mahasiswa, depresi merupakan suatu hal yang sangat umum dialami. Bahkan, ditemukan 50% siswa sedang berusaha menyelesaikan Depresi kompilasi dimulai masa perkuliahan. Depresi merupakan suatu keadaan subjektif yang dapat dilakukan menimbulkan berbagai dampak, hingga pikiran untuk mengeluarkan diri. Penelitian ini Terkait dengan memahami hubungan kualitas pertemanan, kesepian, dan faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, pengaturan tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Sampel diambil dengan metode non probability sampling, dan diperoleh 230 partisipan. Alat ukur yang digunkaan adalah HSCL-25, de Jong-Gierveld Loneliness Scale, dan MFQ-FF. Analisis data dialakukan dengan chi-square, ANOVA satu arah, dan pikirkan pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada interaksi positif yang signifikan antara kesepian (kesepian emosional dan sosial kesepian) dengan depresi pada mahasiswa UI, (2) tidak ada pertimbangan yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan depresi pada mahasiswa UI, dan (3) tidak terkait dengan yang signifikan antara faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, mengatur tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada Mahasiswa UI.

Depression is a common thing for students. In fact, 50% of students start get depressed once they start their studies. Depression is subjective conditions that can have many effects, including the idea of ​​suicide. This lesson aims to find out the relationship between the qualities of friendship, loneliness, and demographic factors (gender, class or group, housing arrangement, and faculty) and depression in University of Indonesia (UI) students. The sample is selected by the non-probability sampling method, of which 230 participants were present was obtained. The measuring instruments used in this study are as follows HSCL-25, de Jong-Giervelds Lonely Scale, and MFQ-FF. Data analysis is performed using chi-square correlation, one-way ANOVA, and Pearson. Results research shows that; (1) there is a significant positive correlation between lonely (emotional and social), (2) there is no significant correlation between the quality of friendship and depression in UI students, and (3) nothing significant correlation between demographic factors (gender, class or group, housing) settings, and faculty) and depression in UI students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosipana Kusnulhuda
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-monitoring dengan kualitas pertemanan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Self-monitoring diukur menggunakan Self-Monitoring Scale (Snyder & Gangestad, 1986) sedangkan kualitas pertemanan diukur menggunakan McGill Friendship Questionnaire (Mandelson & Aboud, 2012). Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa dengan jumlah 125 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-monitoring memiliki hubungan yang negatif dengan kualitas pertemanan (r = -0,165, n = 125, p < 0,05, one tailed). Ini berarti, semakin tinggi tingkatan seseorang dalam melakukan self-monitoring maka akan semakin rendah kualitas pertemanan yang ia miliki.

This research was conducted to find the correlation between self-monitoring and friendship quality. This research used the quantitative approach. Self-monitoring was measured using Self-Monitoring Scale (Snyder & Gangestad, 1986) and friendship quality was measured using McGill Friendship Questionnaire (Mandelson & Aboud, 2012). The partisipant of this research are 125 college student. The result of this research show that self-monitoring have negatif correlation with friendship quality (r = -0,165, n = 125, p < 0,05, one tailed). That is, the higher person level of self-monitoring, the lower friendship quality he/she have.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmita Aulia Dewi
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa remaja di DKI Jakarta memiliki tingkat kecemasan yang tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pola komunikasi keluarga dan kualitas pertemanan dapat bersama-sama menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja SMA di DKI Jakarta. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti melakukan pengambilan data kembali terhadap 584 siswa dari 5 SMA di wilayah urban provinsi DKI Jakarta, yang terlibat dalam penelitian serupa di tahun sebelumnya. Peneliti menggunakan data kecemasan tahun 2018 sebagai outcome variable serta data pola komunikasi keluarga dan kualitas pertemanan dari tahun 2017 sebagai variabel prediktor. Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kecemasan menggunakan instrumen Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 . Untuk mengukur pola komunikasi keluarga peneliti menggunakan Revised Family Communication Pattern RFCP, dan Friendship Qualities Scale FQS untuk mengukur kualitas pertemanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kecemasan di tahun sebelumnya dan dimensi conversation orientation ayah yang dapat bersama-sama menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan ibu dapat menjadi prediktor dari tingkat kecemasan pada remaja, terutama bagi remaja perempuan. Perbedaan terkait dengan jenis kelamin juga didiskusikan dalam penelitian ini.

Previous research showed that adolescents in DKI Jakarta have a high anxiety level. This study aimed at investigating whether family communication pattern and friendship quality will predict anxiety level among high school students in DKI Jakarta. We conducted a follow up study among 584 students from 5 high schools from five urban areas in DKI Jakarta. Those students had been participating in the same study in the previous year. We used the student rsquo s anxiety level from this year study as the outcome variable. Meanwhile, all the predictors were from 2017 data. We used the Hopkins Symptom Checklist 25 to measure anxiety level, the Revised Family Communication Pattern to measure family communication pattern, and the Friendship Qualities Scale to measure friendship quality. The result shows that the previous anxiety level and father 39 s conversation orientation can predict present anxiety level in adolescents. This study also finds that mother 39 s education level predicts anxiety level in girls, but not boys. The differences related to gender is also discussed in this study. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Youanita Gunawan
"Mahasiswa keperawatan merupakan populasi yang rentan mengalami stres sehingga diperlukan koping yang efektif. Hubungan pertemanan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang dapat diperoleh mahasiswa keperawatan. Masalah lainnya yang dapat memicu stres pada mahasiswa keperawatan yakni kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas pertemanan dan kesepian dengan strategi koping pada mahasiswa keperawatan. Jenis penelitian analitik yang digunakan adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel total sampling terhadap 291 mahasiswa keperawatan. Instrumen yang digunakan antara lain McGill Friendship Questionnaire-Friend's Functions (MFQ-FF), de-Jong Gierveld The Loneliness Scale, dan Brief COPE. Analisis uji statistik yang digunakan yakni uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menujukkan adanya hubungan antara kualitas pertemanan dengan strategi koping (p value = 0,000 r = 0,330) serta tidak adanya hubungan antara kesepian dengan strategi koping (p value = 0,485 r = -0,041). Institusi keperawatan diharapkan dapat memberikan edukasi serta pelatihan mengenai strategi koping, salah satunya dengan cara memaksimalkan dukungan sosial yang dimiliki oleh mahasiswa keperawatan seperti hubungan pertemanan.

Nursing students are a population that is prone to stress. Thus, effective coping is needed. Friendships can be a form of social support that can be obtained by nursing students. Another problem that can trigger stress in nursing students is loneliness. This study aims to identify the relationship between the quality of friendship and loneliness with coping strategies in nursing students. The type of analytic research used was a cross-sectional observational study with a total sampling method of 291 nursing students. The instruments used include the McGill Friendship Questionnaire-Friend's Functions (MFQ-FF), de-Jong Gierveld The Loneliness Scale, and Brief COPE. The statistical test analysis used was the Pearson correlation test. The results showed that there was a relationship between the quality of friendship and coping strategies (p value = 0.000 r = 0.330) and there was no relationship between loneliness and coping strategies (p value = 0.485 r = -0.041). Nursing institutions are expected to provide education and training regarding coping strategies, one of which is by maximizing the social support that nursing students have, such as friendships."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Saraswati
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan kualitas pertemanan pada remaja akhir dari keluarga utuh, bercerai, dan menikah kembali.
Resiliensi didefinisikan sebagai perwujudan kualitas pribadi atau kemampuan individu dalam melakukan coping untuk menghadapi dan dapat bertahan dari kesulitan atau perubahan. Kualitas pertemanan adalah penilaian individu terhadap seberapa baik teman dalam memenuhi fungsi-fungsi pertemanan. Pengukuran resiliensi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Resiliency Attitudes and Skills Profile (RASP) yang dikembangkan oleh Hurtes dan Allen (2001). Pengukuran kualitas pertemanan dilakukan dengan menggunakan alat ukur McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) yang dikembangkan oleh Mandelson & Aboud (2012). Partisipan penelitian berjumlah 75 remaja akhir yang tinggal bersama keluarga kandung, bercerai, dan atau tiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan kualitas pertemanan pada remaja akhir dari keluarga utuh, bercerai, dan menikah kembali. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pemeliharaan kualitas pertemanan bagi remaja dalam mengalami perceraian atau pernikahan kembali orang tua untuk mengembangkan resiliensinya.

ABSTRACT
This research was conducted to find the relationship between resiliency and friendship quality among late adolescence. Resiliency defined as the manifestation of individual quality or the ability to cope and survive from adversity or change. Friendship quality is an individual judgement of the degree to which a friend fulfills friendship functions. Resiliency was measured by Resiliency Attitudes and Skills Profile (RASP) (Hurtes and Allen, 2001). Friendship quality is measured by McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) (Mandelson & Boud, 2012). Participants of this research were 75 late adolescents living with biological, divorced, or step family. Results shows a positive significant correlation between resiliency and friendship quality among late adolescence from intact, divorced, or remarried families. The implication of this study is the
importance of maintaining a good friendship quality for late adolescence who has experienced parental divorce or remarriage in order to develop their resiliency., This research was conducted to find the relationship between resiliency and
friendship quality among late adolescence. Resiliency defined as the manifestation
of individual quality or the ability to cope and survive from adversity or change.
Friendship quality is an individual judgement of the degree to which a friend
fulfills friendship functions. Resiliency was measured by Resiliency Attitudes and
Skills Profile (RASP) (Hurtes and Allen, 2001). Friendship quality is measured by
McGill Friendship Questionnaire-Friends' Function (MFQ-FF) (Mandelson &
Boud, 2012). Participants of this research were 75 late adolescents living with
biological, divorced, or step family. Results shows a positive significant
correlation between resiliency and friendship quality among late adolescence from
intact, divorced, or remarried families. The implication of this study is the
importance of maintaining a good friendship quality for late adolescence who has
experienced parental divorce or remarriage in order to develop their resiliency.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadira
"Memeroleh kesempatan untuk lebih dapat terlibat dalam partisipasi sosial dan menjalin pertemanan dengan siswa reguler merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan inklusif. Dalam membahas mengenai pertemanan, kualitas pertemanan merupakan aspek yang paling penting untuk diteliti karena dapat menentukan tingkat kepuasan dalam pertemanan. Empati, diasumsikan merupakan salah satu faktor yang memprediksi kualitas pertemanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara empati dan kualitas pertemanan pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini bersifat korelasional dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Empati siswa diukur dengan menggunakan Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 , sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari lima wilayah di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan r=0,221, p.

Getting a chance to be more involved in social participation and establishing friendships with regular students is one of the key benefits from an inclusive education. In discussing about friendship, the friendship quality is the most important aspect to be studied because it can determine the level of satisfaction in friendship. Empathy, is assumed to be one of key factor that could predict friendship quality. This research was conducted to find out the relationship between empathy and quality of friendship among students with special needs, in inclusive elementary school. This is a correlational study and research variables are measured by self report questionnaire. Empathy was measured by Social Skills Improvement System SSIS developed by Gresham and Elliot 2008 , while Friendship quality was measured by Friendship Quality Questionnaire FQQ developed by Parker and Asher 1993 . Participants in this research were 108 special needs student from five area in Jakarta. The result shown that there is a significant relationship r 0.221."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Rahadianty
"Pertemanan merupakan salahsatu kunci keberhasilan dari dibentuknya pendidikan inklusif. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat permasalahan pada keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus yang dapat berpengaruh pada kemampuan membangun dan mempertahankan pertemanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Selian itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan jenis disabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang memiliki satu jenis disabilitas dengan tingkat keparahan ringan dan bersekolah di sekolah dasar inklusif N = 84. Rentang usia responden pada penelitian ini 7 tahun-12 tahun. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher, 1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan r = .321, p < .01. Hal ini menandakan semakin tinggi keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus, akan semakin tinggi kualitas pertemanannya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang antara kualitas pertemanan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan, namun tidak ada perbedaan pada keterampilan asertif. Hasil lain dari penelitian ini mengindikasikan tidak ada perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis disabilitas. Seluruh jenis disabilitas menunjukkan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan yang tergolong tinggi.

Friendship between special needs children and typical children is one of the keys to the success of inclusive education. Based on previous studies, we assume there is a lack in assertive skill among special needs children which can affect their ability to initiate and maintain friendship. The purpose of this study is to examine the relationship between assertive social skill and friendship quality of special needs children in inclusive setting. This study is also purposed to examine the difference between assertive skill and friendship quality based on gender differences and type of disability. This is a correlational study, using special needs children with one type of disability with mild severity as research sample, with age ranging from seven to twelve years old based N 84. Instruments used in this study are Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire FQQ Parker Asher, 1993 . Result shows there is a significant positive relationship between assertive skill and friendship quality r .321, p .01. The conclusion is the increase in assertive social skill on special needs children will increase their friendship quality. The study also shows there is a significance difference in friendship quality based on gender, but no significance difference found in assertive skill. Another results indicate there is no difference in both assertive skill and friendship quality based on types of disability. Both assertive skill and friendship quality are relatively high based on types of disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Pratiwi Dharkanti
"Studi ini bertujuan untuk meneliti tentang tingkat agresi sosial dengan meninjau hubungan antara persepsi terhadap agresi sosial dengan kualitas pertemanan, jenis kelamin, dan usia. Agresi sosial merupakan bentuk kekerasan non fisik yang bertujuan untuk merusak hubungan pertemanan, self-esteem, dan status sosial seseorang. Agresi sosial terdiri dari agresi sosial verbal dan non verbal. Contoh agresi sosial verbal adalah penyebaran rumor, pengucilan, dan manipulasi hubungan pertemanan. Sementara, agresi sosial non verbal meliputi ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang negatif.
Pengumpulan data dalam studi ini menggunakan metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner agresi sosial dan kuesioner kualitas pertemanan. Terdapat 120 partisipan yang terdiri dari 60 laki-laki dan 60 perempuan dalam studi ini. Usia partisipan berkisar antara 11 sampai dengan 20 tahun. Studi ini dilakukan di beberapa lembaga pendidikan golongan ekonomi menengah ke atas di Bogor dan di Jakarta.
Hasil dari studi ini menunjukkan adanya korelasi signifikan antara tingkat agresi sosial dengan dimensi-dimensi kualitas pertemanan yakni keintiman, reliabilitas aliansi, kesetaraan, eksklusivitas, dan konflik. Independent sample t-test sementara itu menunjukkan bahwa tingkat agresi sosial lebih tinggi pada remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan. One way ANOVA menggambarkan bahwa tingkat agresi sosial lebih tinggi pada remaja awal dibandingkan dengan tingkat agresi sosial pada remaja madya ataupun remaja akhir.

The purpose of this study is to examine the rate of social aggression based on friendship quality, gender, and age. Social aggression is defined as a non-physical form of aggression directed toward damaging another's friendship, self-esteem, and social status. Social aggression divided into verbal and non verbal social aggression. Spreading rumors, social exclusion, and friendship manipulation are included as verbal social aggression. Negative facial expression and body language, on the other hand, are classified as non verbal form of social aggression.
This study used social aggression and friendship quality questionnaires to gather the data. There were 120 participants, consisted of 60 boys and 60 girls, involved in this study. The age of the participants ranged from 11 to 20 years old. The study was held in several upper middle class education institutions in Bogor and in Jakarta.
The results showed that there are significant correlations between the rate of social aggression and dimensions of friendship quality which are intimate exchange, reliable alliance, balance of power, exclusivity, and conflict. Meanwhile, independent sample t-test showed that rate of social aggression was higher for boys than for girls. Furthermore, one way ANOVA revealed that the highest rate of social aggression was found in early teenager group as compared to the social aggression rate of middle or late teenager group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba Jamal
"Tuntutan akademik yang tinggi dan kesulitan integrasi pembelajaran teori dengan praktik membuat mahasiswa keperawatan rentan mengalami stress akademik. Stress akademik mengganggu kondisi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif, seperti menurunnya kinerja akademik, depresi, dan keinginan menyakiti diri. Mahasiswa membutuhkan dukungan sosial melalui hubungan pertemanan yang berkualitas sebagai sumber daya koping dalam penanggulan stress yang efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas pertemanan dengan tingkat stress akademik pada mahasiswa keperawatan. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional pada 242 mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia ini menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan MFQ dan SLSI dengan uji korelasi Pearson. Penelitian ini telah lolos uji etik fakultas dengan nomor registrasi SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kualitas pertemanan dengan stress akademik mahasiswa keperawatan reguler Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). Kesimpulan penelitian ini adalah ketidakefektifan kualitas pertemanan sebagai pemberi keamanan emosional dalam penanggulangan stress akademik disebabkan karena penurunan interaksi dan media komunikasi online yang berpotensi pada ketidakpuasan dan kesepian dalam pertemanan. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meninjau faktor kepuasan dalam pertemanan terhadap stress akademik pada populasi lainnya.

High academic pressure and challenges in integrating theoretical and practical learning lead nursing students vulnerable to academic-related stress. Academic stress interferes with physical, emotional, behavioral, and cognitive conditions, such as decreased academic performance, depression, and self-harm. Nursing students require good quality friendships as a coping resource to have effective stress management. The study’s purpose determined the correlation between friendship quality and academic stress levels in nursing student at Universitas Indonesia. The cross- sectional study of 242 participants used simple random sampling techniques using MFQ and SLSI as data collectors with Pearson correlation test. This study has passed the faculty ethics test with registration number SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. The results showed no significant corellation between the quality of friendship and academic stress of undergraduate nursing students of Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). This study concludes that the ineffectiveness of the quality of friendship as a provider of emotional security in dealing with academic stress is due to a decrease in online interactions and communication media which have the potential to cause dissatisfaction and loneliness in friendships. Further research could find the satisfaction factor in friendships to academic stress in other populations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.

The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>