Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Mulya
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zein Renaldy
Abstrak :
Latar Belakang : Penyakit akibat panas masih menjadi masalah umum di era globalisasi seiring dengan pembangunan di sektor industri. Di dalam proses produksi pembuatan keramik yang memerlukan pembakaran dengan suhu tinggi hingga mencapai 2000°C adalah sumber panas bagi para pekerja Hilangnya cairan melalui proses evaporasi akan berakibat terjadinya dehidrasi yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya heat cramp. Metode: Metode penelitian cross sectional digunakan untuk mengevaluasi insiden hear cramp Pengumpulan data dilakukan melalui distribusi kuesioner, pemeriksaan suhu tubuh dan pengumpulan sampel urin. Pengukuran berat jenis urin menggunakan refreactometer ATAGO Uricon NE. Dinyatakan status dehidrasi apabila nilai berat jenis urin >l,030. Pengukuran suhu tubuh setelah bekenja menggtmakan temnometer badan. Apabila suhu tubuh Z 38° dapat dipertimbangkan sebagai faktor risiko terjadinya heat cramp. Suhu lingklmgan kerja diukur dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Global Temperature) QUESTemp°36 setiap 30 menit pada titik yang telah ditentukan pada waktu yang berbeda. Hasil Penelitian: Insiden terjadinya kram otot ditemukan pada 79 dari total 179 responden (44.I3%). Data menunjukkan bahwa ll responden (6.15%) mempunyai nilai BJ urine >l.030 dan 4 responden (2.23%) dilaporkan dengan suhu tubuh > 38°C setelah 4 jam bekenja. Nilai rata-rata /mean pengukuran suhu dengan WBGT ) > TLV ditemukan pada divisi Glaze (30.25°C; SD =2.82) dan pada divisi Firing (33.25°C; SD=3.25). Dari 39 responden yang bekexja di lokasi kerja dengan suhu > 28°C; 28 respondcn dilaporkan mengeluh kram. Dari 30 responden yang memiliki lama kelja < 1 tahun; 8 dilaporkan mengeluh kmm. Analisa data multivariat menunjukkan bahwa risiko terkena heat cramp lebih rendah pada masa kerja >1 tahun (P=0.04; RR=0.l39) akan tetapi lebih tinggi pada suhu kelja panas \VBGTi >28°C (P=0.0I; RR=3.39). Kesimpulau: Tekanan panas dan masa kerja berhubungan dengan insiden heat cramp. ......Background: Heat stress is still a common health problem in this globalization era throughout development in industrial sector. Production process on manufacture machine which using fumace until 2000°C to make ceramic products, is the main source of heat stress for workers. Water lost due to evaporation process will lead to dehydration state, could make tightening of the muscle. This will increase incidence of heat cramps. Method: Cross sectional study was conducted to evaluate incidence of heat cramp. Data was collected based on distribute Questionnaire, Body temperature and mine sample. Refractometer ATAGO Uricon NE. was used to access urine specific gravity (USG) before and after work; state of dehydration is deiine by USG score >l,030. Body temperature after work was measured by body thermometer; should temperature hit 238°C, will consider as a risk factor for heat crarnp. Working environment condition was measured with Wet Bulb Global Temperature (WBGT) QUESTemp°36 every 30 minutes each spot in different time. Result: Incidence of CIZIIII5 was found on 79 from total 179 respondents (44.l3%). Data showed that ll respondents (6.15%) have Urine Specilic Gravitation >l.030 and only 4 respondents (2.23%) were reported have body temperature after work > 38°C. The mean score of heat measure in Glaze division (30.25°C; SD =2.82) and Firing division (33.25°C; SD=3.25) >TLV. F rom total 39 respondents whom work in environment with temperature > 38°C; 28 respondents among them had cramps problems. From 30 respondents whom have working experiences less than I year, only 8 reported have cramps. Multivariate analysis showed that possibility risk of having heat cramp is low by respondents with working period > 1 year (P=0.04; RR=0.l39) but high possibility whom work in heat stress environment, WBGTi > 28°C (P=0.0l; RR=3.39). Conclusion: Working period and heat environment are associated with risk of having Heat cramp.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32362
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Allin Hendalin Mahdaniar
Abstrak :
Keberhasilan suatu program berhubungan dengan kinerja petugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja petugas Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan hubungan antara variabel indepeden yang terdiri dari faktor individu (umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi), dan faktor organisasi (pelatihan, fasilitas, kepemimpinan) dengan variabel dependen yaitu kinerja petugas MTBS. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 50 responden petugas MTBS.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuesioner dan wawancara serta observasi.Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak computer, analisis data dengan univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square dan multivariat dengan uji statistik multipel regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% petugas MTBS mempunyai kinerja baik. Terdapat hubungan antara umur, masa kerja, pengetahuan, motivasi, fasilitas dan kepemimpinan dengan kinerja petugas MTBS. Faktor dominan yang mempengaruhi kinerja petugas MTBS adalah masa kerja dan kepemimpinan. ......The success of a program related to the performance of its officers This study aims to determine the performance of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) officers and determine the relationship between the independent variables consisting of individual factors (age,length of work, knowledge and motivation) and organizational factors (training, facilities, leadership) with the dependent variable which is the performance of IMCI officer. This type of research is quantitative with cross sectional study design. The sample of 50 respondents IMCI officer.Collecting data by filling the questionnaire and interviewing and observation.Processing data using computer software, data analysis with univariate, bivariate statistical test chi-square and multivariate multiple logistic regression statistical test. The results of this study showed that 62% good performance of IMCI officer. There was correlation between age, length of work,knowledge, motivation, training and leadership with performance of IMCI officer. The dominant factor affecting performance is the IMCI officers working life and leadership.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yose Daniel
Abstrak :
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan konflik antar-peran seseorang di keluarga dan/atau pekerjaan yang dapat mengakibatkan penurunan performa hingga depresi. Petugas sampah Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur rentan mengalami konflik dengan bekerja hingga 8 jam sehari atau lebih dari 40 jam/minggu. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan lama kerja objektif dan masa kerja terhadap terjadinya konflik pekerjaan-keluarga pada Petugas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur. Penelitian cross sectional dilakukan pada 61 petugas sampah di Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur melalui consecutive sampling dimana responden mengisi kuesioner konflik pekerjaan-keluarga untuk menentukan adanya konflik pekerjaan-keluarga pada subjek. Uji chi square dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara lama kerja objektif dan masa kerja dengan konflik pekerjaan-keluarga. Rata-rata lama kerja objektif pekerja yaitu 49,31 jam/minggu dan masa kerja 7 tahun. Prevalensi konflik pekerjaan-keluarga 29,5%. Pekerja dengan lama kerja objektif ≥ 49,5 jam/minggu mengalami kejadian konflik pekerjaan-keluarga lebih tinggi dibanding dengan lama kerja objektif ≤ 49,5 jam/minggu (p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Masa kerja di bawah atau di atas 7 tahun tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7).......Work-family conflict is an inter-role conflict on a person where either family interferes with work or work interferes family which in turn can cause performance decrement and depression due to the problems occuring. Trashbin crews at Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur work for 8 hours daily up to 40 hours/week which makes them vulnerable to work-family conflict. The aim of this study is to observe the interaction between working hours and organisational tenure to the occurrence of work-family conflict in trashbin crew at Dinas Lingkunan Hidup Jakarta Timur. This study uses 61 sample of trashbin crew using consecutive sampling by asking the respondent to fill out the work-family conflict questionnaire to determine the presence of work-family conflict in a subject. Chi-square test is used to find out the correlation between working hours and organisational tenure with work-family conflict. Mean of working hours of sample is 49,31 hours/week and organisational tenure of 7 years. Crew with working hours more than 49,5 hours/week experienced more work-family conflict than those who works less(p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Organisational tenure above or below 7 years have no significant relation with the occurrence of work-family conflict (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nirwana
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keluhan penyakit kulit pada pekerja di bagian Sewing dan Cutting, Departemen Preparing/Upper Sole, perusahaan manufaktur sepatu di Kabupaten Sukabumi pada Bulan Mei 2016. Dari 1.350 responden, ditemukan 777 orang menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja sedangkan573 orang lainnya tidak menderita keluhan ini. Menggunakan teknik systematic random sampling, diperoleh sample sebanyak 817 orang, dimana hasil penelitian menunjukkan sebesar 58% diantaranya menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Secara statistik tidak terdapat hubungan signifikan antara paparan pelarut organik dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar debu organik berisiko 2,5 kali untuk menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun memiliki risiko 2,4 kali untuk terkena keluhan penyakit kulit pada pekerja dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja > 3 tahun.Pekerja dengan kebiasaan tidak mencuci tangan memiliki resiko 2,6 kali untuk terkena keluhan penyakit kulit pada pekerja dibandingkan dengan pekerja dengan kebiasaan mencuci tangan yang baik. Pengaruh pemakaian sarung tangan menjadi faktor dominan dimana pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan memiliki risiko 4,7 kali terkena keluhan penyakit kulit dan pekerja dengan riwayat alergi memiliki risiko 6,7 kali berisiko menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan dan edukasi, serta kontrol administratif dan penyediaan sarana dalam upaya promotif dan prefentif yang optimal, seperti penyediaan wastafel, pemakaian APD yang sesuai, skrining serta pengobatan. ...... The aim of this study was to determine the factors that led to occupational skin disease complaints on Sewing and Cutting workers at the Preparing/ Upper Sole Department, one of the shoe manufacturing in Sukabumi, May 2016. Out of the 1.350 respondents, found that 777 workers suffering from occupational skin disease complaints, while 573 others do not suffer from this complaint. Using the systematic random sampling technique, obtained a sample of 817 workers, of which the result showed 58% of them suffer from occupational skin disease complaints. Statistically there was no significant association between exposures to organic solvents with occupational skin disease complaints in workers. Furthermore, the study result indicates that workers exposed to organic dust 2.5 times are at risk of suffering from occupational skin disease complaints. Workers with ≤ 3service years had 2.4 times the risk of developing occupational skin disease complaints compared to workers who have > 3 years of service. Workers who have the habit of not washing their hands have 2.6 times the risk of occupational skin disease complaints. Workers who do not wearing gloves are at risk 4.7 times of occupational skin disease complaints, and workers with a history of allergies had 6.7 times risk to occupational skin disease complaints. Control can be done by educating the workers and do the monitoring, as well as administrative control and provided the facilities in health promotion and optimum preventive, such as to provide a sink, use appropriate PPE, screening and do the treatment as well
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cisilia Prilestari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara leader-member exchange (LMX) dengan work engagement serta melihat pengaruh masa kerja sebagai moderator terhadap hubungan kedua variabel tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur efektivitas intervensi pelatihan coaching dalam meningkatkan LMX dan work engagement. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pegawai Negri Sipil (PNS) pada Dinas XYZ sebanyak 194 partisipan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis moderasi Hayes process pada SPSS. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa LMX berhubungan positif serta memprediksi work engagement secara signifikan, namun peran masa kerja sebagai moderator tidak terbukti. Intervensi yang dilakukan untuk dapat meningkatkan LMX dan work engagement adalah pelatihan coaching kepada atasan. Evaluasi terhadap intervensi dilakukan dalam waktu 2 minggu dengan melihat skor pretest dan posttest menggunakan wilcoxon signed rank test. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku para atasan tentang coaching terbukti mengalami peningkatan secara signifikan.
This study aims to determine the relationship between leader-member exchange (LMX) and work engagement and measure the effect of tenure as a moderator on the relationship between the two variables. In addition, this study also focused to measure the effectiveness of coaching training in improving LMX and work engagement. The sample used in this study is Civil Servants (PNS) at Dinas XYZ. The data collected were 194 participants, which processed using the Hayes process moderation analysis technique in SPSS. Based on the results of data analysis, it was found that LMX is positively related and predicts work engagement significantly, meanwhile the role of tenure as a moderator is not proven. The intervention carried out to be able to improve LMX and work engagement is coaching training for superiors. Evaluation of the intervention was held within 2 weeks using the Wilcoxon signed rank test. The results of the analysis showed that the supervisor`s learning and behavior changing about coaching proved to be significantly improved after the intervention.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erita Narhetali
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi beban kerja mental pemandu dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.. Persepsi beban kerja pada gilirannya juga akan memberi informasi tentang bagaimana interaksi pemandu dengan sistem teknologi yang digunakannya selama ini, berikut letak masalah yang mereka alami. Penelitian ini merupakan studi lapangan yang bersifat non-eksperimental karena tidak memanipulasi variabel yang diteliti. Ada dua jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran respon subyektif (subjective measure) berupa rating subyektif, dan pengukuran performa psikologis (performance measure) berupa kemampuan deteksi sinyal. Teknik statistik yang digunakan adaiah Uji Korelasi Pearson's Product Moment, Uji One-Way Multivariate Analysis of Covariance, dan Uji Korelasi Parsial. Sampel diambil berdasarkan kemudahan, dengan tetap melihat pada kriteria sampel. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 21 orang pemandu lalu lintas udara Bandara Soekamo-Hatta, Cengkareng. Data didapat melalui dua alat ukur, yaitu rating subyektif multidimensi NASA TLX dan Signal Balance. Skala yang diukur oleh NASA TLX adalah kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, tingkat performa, tingkat usaha, dan tingkat frustrasi. Sedangkan Signal Balance mengukur performa subyek dalam kecepatan dan akurasi mendeteksi sinyal. Hasil pengolahan data menyatakan bahwa pemandu lalu lintas udara di Bandara Soekamo- Hatta mempunyai rata-rata tingkat beban kerja sedang, dan tingkat kemampuan deteksi sinyal di atas rata-rata. Penelitian ini mengidentifikasi adanya korelasi yang signifikan antara masa kerja dengan beban kerja. Juga ditemukan adanya pengaruh masa kerja dan jenis tugas terhadap kombinasi variabel-variabel beban kerja, faktor sistem dan faktor manusia. Namun tidak ditemukan hubungan antara kemampuan deteksi sinyal dengan beban kerja dan masa kerja. Beban kerja yang berasal dari aspek psikologis dipersepsi lebih berat daripada beban kerja yang berasal dari aspek teknis pekerjaan. Hal ini berarti bahwa beban kerja pemandu masih didominasi oleh beban dari faktor manusia daripada beban yang berasal dari aspek pekerjaan. Oleh sebab itu, rendahnya performa kerja subyek dapat diidentifikasi sebagai adanya masalah dalam interaksi manusia dengan sistem teknologi dan organisasi yang diterapkan saat ini. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, terlebih mengingat bahwa ternyata dari segi performa mendeteksi sinyal para pemandu menunjukkan hasil yang amat baik. Maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk, mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
2002
S3003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reggia Aldiana Wayasti
Abstrak :
Untuk mencapai kesuksesan bisnis, elemen paling penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mempersiapkan dan mengelola karyawannya dengan baik agar dapat berkontribusi secara optimal sehingga produktivitas perusahaan meningkat. Salah satu strategi yang dapat dibuat yaitu untuk mempertahankan karyawan agar tetap bekerja di perusahaan, atau lebih dikenal dengan retensi karyawan. Banyaknya karyawan yang mengundurkan diri menyebabkan turnover meningkat dan dapat merugikan perusahaan. Dalam penyusunan strategi yang berkaitan dengan hal tersebut, salah satu cara untuk menggali informasi dan mendapatkan pemahaman tambahan yaitu dengan menggunakan workforce analytics yang menggunakan data yang berhubungan dengan karyawan seperti profil, dan menggunakan pendekatan data mining dalam pengolahannya. Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan fast-moving consumer goods FMCG di Indonesia yang memiliki turnover tinggi karena banyaknya karyawan yang mengundurkan diri. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi atribut profil yang berpengaruh terhadap masa kerja karyawan di perusahaan. Penelitian ini menggunakan data profil karyawan yang menjabat sebagai asisten manajer pada divisi penjualan. Data tersebut bersumber dari divisi human resources perusahaan dan jejaring sosial LinkedIn. Untuk mencapai tujuan, digunakan pendekatan data mining, khususnya metode klasifikasi dengan teknik decision tree dan algoritme C4.5. Hasil dari penelitian ini berupa atribut profil yang berhubungan dengan masa kerja karyawan, yang dapat digunakan untuk membantu memberikan pertimbangan pada perusahaan dalam penyusunan strategi seleksi dan retensi karyawan.
To achieve business success, the most important element that must be considered by the company is its employees. Therefore, the company must be able to prepare and manage its employees well so that they can contribute optimally and increase company 39 s productivity. One strategy that can be made is to keep employees to stay and work in the company, or also known as employee retention. The number of employees who are resigned can cause increasing turnover and harm the company. In the development of such strategy, one way to explore information and gain additional understanding is using workforce analytics that uses employee related data such as profiles, and data mining approach in its processing. This research was conducted on one of the fast moving consumer goods FMCG company in Indonesia which had high turnover due to many resigned employees. The purpose of this study is to identify the profile attributes that affect the working period of employees in the company. This study used employee profile data who had become assistant manager in the sales division at the company on the period of 2009 to 2016. The data was obtained from the company 39 s human resources division and LinkedIn social networking site. To achieve the goal, data mining approach is used, namely classification method with decision tree technique and C4.5 algorithm. The results of this study were profile attributes that relate to the employment period of employees, which could be used to help giving consideration to the company in the development of employee selection and retention strategies.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matakupan, Henry Victor
Abstrak :
Industri Minyak dan Gas Lepas Pantai PT M Tahun 2018 Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran. ......Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Massaid Bimo Setyawan
Abstrak :
Dengan adanya konsentrasi kepemilikan di perusahaan Indonesia, permasalahan agensi di Indonesia menjadi berbeda dengan negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pertimbangan karier CEO pada kebijakan perusahaan. Penelitian menggunakan metode regresi atas sampel CEO emiten Bursa Efek Indonesia tahun 2012 ? 2014. CEO baru terbukti melakukan manajemen laba riil dan akrual untuk meningkatkan laba di periode awal masa kerjanya, sedangkan CEO yang meninggalkan jabatan hanya melakukan manajemen laba riil untuk meningkatkan laba pula pada tahun terakhir masa kerjanya. Karakteristik asal karier dan hubungan afiliasi dengan pemegang saham tidak terbukti mempengaruhi praktik manajemen laba oleh CEO baru. Penelitian ini menyimpulkan adanya preferensi CEO untuk menggunakan manajemen laba riil sepanjang masa kerjanya serta mendorong lebih lanjut pengawasan implementasi peraturan pasar modal terkait pengungkapan profil Direksi perusahaan. ......Consensus about ownership concentration in Indonesian firms makes agency problem in Indonesia expected to be different from other countries. This study aimed to review the impact of CEO career concern on firms policy. The study used regression method with samples of CEO on the Indonesia Stock Exchange in 2012 - 2014. Newly-appointed CEO have been proved to use real and accruals earnings management to increase profits in the early period of his tenure, while leaving CEO only used real earning management to increasing earning in his last year of appointment. CEO career origin and shareholder affiliation haven't been proved to effecting newly-appointed CEO's earning management. The study concluded the CEO?s preference to use real earning management during his tenures and encouraged the enforcement of regulation related to disclosure of management's profile.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>