Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oktaviani Kusuma Ardhy
"Penelitian ini berfokus pada fungsi hadaka matsuri sebagai sebuah sarana untuk mempererat interaksi sosial dalam masyarakat Jepang. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hadaka matsuri atau upacara yang biasanya dilakukan di musim dingin sebagai sebuah sarana untuk mempererat interaksi sosial masyarakat Jepang. Pengumpulan data dilakukan melalui metode kepustakaan dan pengamatan tidak terlibat salah satu jenis hadaka matsuri di Toyota-shi.
Dalam analisis digunakan teori folklor Jepang yang diteliti oleh James Dananjaya, teori hadaka no tsukiai, yaitu gaul telanjang oleh Scott Clark, dan teori hare, ke dan kegare atau teori suci, normal, dan kotor, yang diteliti oleh Namihira. Melalui analisis hadaka matsuri berdasarkan teori-teori yang dipakai, dapat disimpulkan bahwa hadaka matsuri merupakan kegiatan upacara yang dilakukan untuk mempererat interaksi sosial di antara seluruh komponen pelaku matsuri pada khususnya dan orang Jepang pada umumnya. Kepercayaan terhadap benda pembawa keberuntungan dan jimat pembuang sial membuat hadaka matsuri tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan tradisional Jepang.

This study focused on the function of hadaka matsuri as a way to tighten social interaction of the Japanese society. The purpose of this study is to give a clear description about hadaka matsuri, which is a ceremony usually done in winter as a way to tighten social interaction of the Japanese society. The data collected using literature and uninvolved observation method. The object of observation is one of the hadaka matsuri event held in Toyota city.
The study analysis used Japanese folklore theory by James Dananjaya, hadaka no tsukiai theory, also hare, ke by Scott Clark, and kegare theory by Namihira. It can be conlude from the analysis that hadaka matsuri is a ceremony which held to tighten the social interaction especially for the people who participate the matsuri and Japanese people in general. The believe in talismans made hadaka matsuri still exist and preserved as a part of Japan`s traditional culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13795
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Musthafa Arisun
"Penelitian mengenai bon odori uta sebagai pengiubur arwah leluhur dalam dalam bon matsuri telah dilakukan sejak semester gasal tahun ajaran 2004/2005 hingga semester gasal th. ajaran 2005/2006. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran yang jelas mengenai hubungan ban odori uta yang merupakan salah satu jenis dari minyo/ lagu rakyat Jepang dengan kepercayaan terhadap arwah leluhur yang tumbuh dalam masyarakat Jepang, khususnya menurut minkan shinko/ kepercayaan rakyat yang dipengaruhi oleh ajaran Buddhisme yang datang dari luar Jepang. Sehingga dapat diketahui seperti apa saja bon odori uta yang digunakan untuk menghibur arwah leluhur dalam ban matsuri. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca buku-buku dan berbagai tulisan yang relevan dengan kajian penelitian ini. Selain itu juga dilakukan pengamatan dengan mendengarkan beberapa rekaman dari bon odori via media digital audio.
Penelitian ini didasari oleh teori kepercayaan terhadap arwah leluhur yang dikemukakan oleh Horii Ichiro, Miyake Hitoshi dan Yanagita Kunio. Selain itu penelitian ini juga menekankan kepada asal usul bon odori uta sebagai pengiring bon odori yang berasal dari musik yang dipergunakan oleh para pendeta Buddha untuk menyebarkan ajaran Buddhisme di Jepang, sesuai denagn apa yang dikemukakan William P. Maim.
Hasilnya menunjukkan bahwa berbagai jenis bon odori uta berkaitan erat dengan kepercayaan terhadap arwah leluhur, yaitu sebagai penghibur arwah leluhur yang dianggap hadir dan berkunjung di bon matsuri. Caranya antara lain dengan menceritakan suasana kota tempat bon odori dilaksanakan sehingga muncul rasa kerinduan terhadap kampung halaman dan juga dengan menyambut arwah yang datang ke bon matsuri dengan berbagai sesaji serta doa-doa tertentu. Selain itu secara tidak langsung juga lahir kegunaan yang bersifat sosial, yaitu sebagai perekat kekerabatan baik antara orang yang masih hidup dengan arwah leluhurnya maupun antara sesarna orang yang masih hidup."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verlinton Waldo
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang inovasi, kesinambungan, dan komersialisasi yang terjadi dalam pelaksanaan yosakoi matsuri ( _?_______). Ketiga hal ini merupakan fenomena yang kerap hadir pada proses pelaksanaan maupun penciptaan produk budaya dewasa ini. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Melalui skripsi ini, akan terlihat hubungan antara inovasi 3 unsur, yaitu ongaku ( ?_S), odori ( ?__), dan ish__ ( ???_); kesinambungan dalam pelaksanaan; dan bentuk komersialisasi terhadap yosakoi matsuri (_?_______). Pada akhirnya, inovasi dan kesinambungan menjadi suatu dasar bagi lahirnya komersialisasi dalam kebudayaan.

Abstract
This research talks about innovation, sustainability, and commercialization occured in yosakoi matsuri (_?_______) event. These three aspects are phenomenons happened most often both in the performance and the creation of culture product at recent times. This research applies descriptive-analytical method. In this research, we can find the connection between three aspects ; ongaku (?_S), odori (?__), and ish__ (???_), sustainability in the performance, and commercialization form toward yosakoi matsuri (_?_______). Finally, innovation and sustainability has become the basic of the newborn commercialization in culture."
2010
S13989
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frieska Sekar Nadya
"Jepang memiliki kebudayaan-kebudayaan tradisional yang sampai sekarang masih terus dijaga dan diselenggarakan. Salah satu kebudayaan tradisional tersebut adalah matsuri. Matsuri merupakan suatu kegiatan keagamaan yang diselenggarakan sedikitnya oleh satu unit keluarga untuk melayani kamisama (dewa). Salah satunya adalah hadaka matsuri. Hadaka matsuri yang masih ada hingga sekarang adalah Saidaiji Eyou di Okayama. Dalam Saidarji Eyou, para peserta berusaha mendapatkan shingi untuk mendapatkan keberuntungan selama setahun mendatang.
Mutsuro Takahashi (Tamotsu Yato, 1968:149), mengungkapkan bahwa di dalam matsuri Jepang, ketelanjangan mempunyai konotasi yang lebih luas. Hadaka dapat diartikan sebagai ketelanjangan secara total, atau hanya menutupi salah satu bagian tubuh, atau sebagian tubuh yang tidak berbusana. Hal ini mungkin akan membingungkan, khususnya untuk orang asing. Ketika mendengar kata "hadaka matsuri", yang ada di dalam benak mereka adalah orang-orang yang berpartisipasi dalam matsuri tersebut pasti `telanjang bulat', mengikuti definisi yang ada di dalam kamus. Akan tetapi, ternyata pelaku ritual tidak benar-benar telanjang bulat, mereka masih memakai fundoshi (cawat), kain berwarna putih yang digunakan khusus menutupi alat kelamin pria.
Menurut Yoneyama Toshinao (1986: 171), Yanagita Kunio juga membedakan matsuri menjadi dua, yaitu matsuri itu sendiri dan sairei. Sairei merupakan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan dengan meriah dan disaksikan oleh banyak penonton. Saidayi Eyou, dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk sairei, karena diselenggarakan dalam bentuk yang besar dan meriah jika dibandingkan dengan penyelenggaraan awalnya. Akan tetapi, hal ini bukan berarti dengan adanya perubahan matsuri menjadi sairei, merupakan penurunan dalam kebudayaan atau keagamaan di Jepang. Sebaliknya hal ini dijadikan momen bagi bangsa Jepang untuk mempertahankan budaya matsuri tersebut."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 20686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hara Febriyanti
"Kepercayaan atau religi merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Sistem kepercayaan di Jepang tidak terlepas dari ritual. Salah satu budaya Jepang yang erat kaitannya dengan ritual kepercayaan yaitu matsuri, karena di dalam matsuri terdapat berbagai macam ritual. Di Jepang dalam setahunnya terdapat banyak matsuri. Nenchuugyouji adalah matsuri besar yang diadakan berdasarkan kalender yang telah ditetapkan. Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori Bocock dan Barth tentang ritual. Teori tersebut menjadi bahan acuan dalam meneliti hubungan sosial masyarakat Jepang didalam matsuri Nenchuugyouji. Analisis dari penelitian ini, disimpulkan bahwa : matsuri nenchuugyouji memiliki banyak unsur yang dapat menciptakan interaksi sosial, antara lain kagura, dashi, omikoshi, dan naorai. Keempat unsur tersebut mempunyai daya tarik yang membuat masyarakat ingin berpartisipasi, sehingga banyak masyarakat yang terlibat didalamnya. Keterlibatan seluruh masyarakat menimbulkan interaksi sesama mereka, sehingga matsuri nenchuugyouji dapat menjadi ruang untuk mempererat hubungan sosial masyarakat Jepang.

Belief is one part of culture. Japanese belief has close connection with ritual. Matsuri is one of Japanese culture which has close relation with ritual. Japan has a lot of kind matsuri. Nenchuugyouji is big matsuri which held every year stand on Japanese calendar. In this thesis, writer used Bocock and Barth`s theory about ritual to analyzes Japanese social relation in matsuri nenchuugyouji. Conclusion : matsuri nenchuugyouji has a lot of unsure which that unsure can make interaction among them, like kagura, dashi, omikoshi, and naorai. A lot of people contributed in this matsuri, because interested with kagura, dashi, omikoshi and naorai. Because of that, matsuri nenchuugyouji can make Japanese social relation to be closer and solid."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12341
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Ariati
"Pemanfaatan kebudayaan untuk parieisata memicu terjadinya komerseialisasi budaya yang dianggap dapat mengubah esensi kebudayaan itu sendiri. Skripsi ini membahas praktik komersial yang dilakukan oleh inddustri pariwisata melalui Kyoto Gion Matsuri, festival budaya Jepangyang telah memiliki nilai sebagai atraksi wisata. Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri pariwisata, berupa barang dan jasa, menggunakan Kyoto Gion Matsuri sebagai sarana praktik komersial karena potensi komersialnya. Esensi budaya Kyoto Gion Matsuri itu sendiri tidak banyak mengalami perubahan.

Utilization of culture to attract tourism has triggered cultural commercialization, which is believed to change the meaning of the culture itself. This script discussed about tourism industry's commercial practice through Kyoto Gion Matsuri, a Japanese Cultural Festival which recently has gained tourism value. This research was a literature study whit descriptive-analysis method. The result showed that tourism industry (ies) , such as goods and services, utilized Kyoto Gion Matsuri as a mean of commercial practice for its commercial potency. Cultural essentiality of Kyoto Gion Matsuri itself does not undergo many change."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1302
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kania Izmayanti
"Kyoto yang kini telah dikenal sebagai kota besar, namun tidak memiliki industri berat dan masih kaya akan hal-hal yang bersifat tradisional dan masyarakatnya sangat menyukai kreasi-kreasi yang kecil. Kyoto lebih menitikberatkan dalam hal cita rasa, cita rasa akan kerajinan, industri rumah tangga, adat istiadat, festival, pertunjukkan, makanan, toko-toko yang ada kalanya sangat sempurna bahkan bisa dikatakan berlebihan atau pemborosan (Japan today : 240) Cita rasa yang dimiliki oleh masyarakat Kyoto dituangkan dalam perayaan Gion matsuri.
Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat dengan jelas fungsi dan makna dari perayaan Gion matsuri yang dilaksanakan pada masyarakat Kyoto dewasa ini. Dan juga ingin memberikan sedikit pemahaman tentang kebudayaan Jepang khususnya tentang matsuri kepada orang-orang yang mempunyai minat terhadap Jepang dan khususnya tentang kebudayaan Jepang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengkaji buku-buku ilmiah, risalah, serta bahan tuisan lainnya yang relevan dengan penelitian. Data yang ada dikumpulkan dan dianalisa dengan teknik deskriptif interpretatif dengan melakukan pendekatan kwalitatif yaitu dengan menganalisa terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian untuk mendapatkan analisa yang seobjektif mungkin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T3048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Bayurina Dewanti
"Penulisan dilakukan dengan cara menganalisa data-data yang dikumpulkan dari buku-buku dan tulisan yang bgerkaitan dengan masalah. Data-data mengenai upacara Obon berasal dari berbagai buku panduan, diantaranya: Nihon No Matsuri, Tate Shakai No Ningen Kankei, ancestor Worship in Contemporary Japan, Bukyo Minzoku Jiten. Berdasarkan analisa dapat diuraikan mengenai upacara obon sebagai bagian dari religi orang Jepang menjadi sarana atau faktor yang mempererat kekerabatan dalam keluarga. Upacara pemujaan leluhur telah dilakukan oleh orang Jepang sejak dahulu dan merupakan tradisi yang hingga kini masih dijalankan. Di dalam upacara obon ini terjadi hubungan timbal balik di antara arwah leluhur dan keturunannya, di mana para arwah membutuhkan doa dan makanan yang diberikan melalui upacara, sedangkan keturunannya membutuhkan bimbingan dan perlindungan dari leluhurnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya berbagai pemujaan leluhur sejenis obon yang umumnya dilakukan secara berkelompok dan bersifat kekeluargaan menjadi mengakar dalam kehidupan religi orang Jepang dan menjadi sarana untuk melestarikan tradisi yang ada. Di samping itu upacara ini telah berperan sebagai faktor dalam mempererat kekerabatan dalam keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Windupeni Wulansari
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana orang Jepang melestarikan tradisi untuk mendoakan keselamatan pertumbuhan anak-anak perempuan melalui perayaan hina matsuri dengan segala upayanya seiring dengan berkembangnya zaman. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan dan metode observasi, sedangkan dalam analisa dicoba menggunakan teori kebudayaan yang bersifat hibrid, cair, dinamis dan sementara, dan selalu berubah. Selain itu, juga digunakan teori kebudayaan yang bersifat adaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perayaan hina matsuri mengalami pergeseran makna dari sebuah ritual penyucian menjadi sebuah acara yang bersifat hiburan yang kemudian memunculkan unsur komersialisasi di dalamnya. Kemeriahan dalam perayaan hina matsuri dijadikan sebagai ajang mencari keuntungan bagi sebagian masyarakat. Menjelang perayaan, berbagai pihak menyediakan barang-barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan matsuri. Kegiatan seperti ini terus berulang setiap tahunnya dan mengingatkan kepada masyarakat Jepang, khususnya orang tua yang memiliki anak perempuan, bahwa perayaan hina matsuri masih tetap ada.

The focus of this study is to give a description of how the Japanese effort to preserve their tradition with the changing times. This tradition is to worship the safetyness of girl_fs growth through the hina matsuri. The data collection used literature and observation methods. In addition, the analysis used cultural theory which are hybrid, liquid, dynamic, temporary, always changing. Moreover, the analysis also used an adaptive cultural theory. Based on the analysis, it can be concluded that hina matsuri festival has experience a change of meaning, from a purification ritual to an entertaining event which has commercialism in it. For some people, the event of hina matsuri is a chance to earn profits. They provide services and goods for preparation pof the ceremony. This activity has become a custom which continue annually. This festival also reminds the Japanese society, especially the parents who have daughters, that hina matsuri is still exist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13482
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Annisa Maulidya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas dinamika eisa sebagai bon odori khas Okinawa yang belakangan ini menjadi suatu fenomena di Jepang bahkan di luar Jepang. Eisa awalnya hanya merupakan suatu ornamen dalam pelaksanaan obon, namun seiring dengan perkembangannya, eisa kemudian dijadikan suatu kebudayaan khas Okinawa yang populer di Jepang dan dijadikan matsuri tersendiri yaitu eisa matsuri. Penulisan ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Dari analisis skripsi ini, terlihat kedinamisan suatu budaya yaitu eisa, terutama dalam eisa matsuri, sebagai ritual keagamaan sekaligus sebagai budaya populer yang tentu saja, layaknya suatu fenomena, mendatangkan prokontra dari masyarakat di seluruh Jepang.

Abstract
The focus of this study is about eisa as an Okinawan bon odori that recently, became a phenomenon in Japan and even outside Japan. In early time, eisa is just one of the ornament that people do in obon, however as its vast and wide development occur, eisa later known as one of Okinawan folk culture that go through with popularity in Japan, and eisa was changed the form itself becoming its own matsuri, called eisa matsuri. This study applies descriptive-analytical method. From the analysis, we can find out the dynamics of a culture, that presented by eisa, especially on eisa matsuri, as a religious rite in one side and as a popular culture in other side which of course, as a newborn phenomenon, this term was emerged many pro-contra responses from the people all over Japan."
2010
S13524
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>