Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertin Rindawati
"ABSTRAK
Nama : Hertin RindawatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu MPASI dengan Kejadian Stunting pada Bayi di WilayahKerja Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung Tahun2017Stunting balita pendek memiliki efek terhadap masa depan anak sepertiberkurangnya tingkat kognitif anak, hambatan dalam peningkatan tinggi badan,kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari, dan mengurangi hasilkehadiran sekolah sehingga menyebabkan berkurangnya produktifitas pada masadewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dalamhubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi berusia 12 bulandari Januari-April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Katapang KabupatenBandung tahun 2017. Rancangan penelitian ini menggunakan desain case controlpada 28 kasus dan 56 kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017. Datadianalisis dengan uji regresi logistik sederhana untuk melihat hubungan antarvariabel dan uji regresi logistik ganda model prediksi untuk menemukan faktordominan dalam hubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi.Hasil penelitian menunjukkan faktor dominan dalam hubungan pemberian MPASIdengan kejadian stunting pada bayi adalah berat lahir bayi p=0,022 OR=5,177dan 95 CI=1,27-21,098 , diare p=0,027 OR=5,226 dan 95 CI=1,206-22,652 ,dan pemberian MPASI p=0,034 OR=3,884 dan 95 CI=1,106-13,649 . Faktordominan dari ketiga variabel tersebut yaitu variabel diare. Variabel diare memilikihubungan paling kuat dengan kejadian stunting pada bayi. Perlu adanya langkahlangkahdalam pencegahan stunting pada bayi dengan cara konseling pemberianasupan gizi optimal pada ibu hamil agar terhindar dari risiko kelahiran BBLR,pencegahan diare berulang pada bayi dan pemberian MPASI yang benar terutamaperbaikan asupan protein pada bayi.Kata Kunci : stunting, berat lahir, diare, pemberian MPASI

ABSTRACT
Name Hertin RindawatiStudy Program Public Health SciencesTitle The Relation of Complementary Feeding with Stunting inInfants at the Territory Work of Katapang Health CenterBandung Regency 2017Stunting has an effect on the child 39 s future such as reduced child 39 s cognitive level,obstacles in height increase, overweight or obesity later in life, and reduced schoolattendance resulting in reduced productivity in adulthood. This study aims todetermine the dominant factor in the relationship of gi with stunting in infantsaged 12 months from January to April 2017 in the work area of the KatapangHealth Center Bandung Regency in 2017. The design of this study used casecontrol design on 28 cases and 56 controls. This study was conducted in May2017. The data were analyzed by simple logistic regression test to see therelationship between variables and multiple logistic regression test predictionmodel to find the dominant factor in the relationship of complementary feedingwith stunting in infants. The results showed that the dominant factor in theassociation of complementary feeding with the incidence of stunting in infantswas birth weight p 0,022 OR 5,177 and 95 CI 1,27 21,098 , diarrhea p 0,027 OR 5,226 and 95 CI 1,206 22,652 , and giving of complementaryfeeding p 0,034 OR 3,884 and 95 CI 1,106 13,649 . The dominantfactors of these three variables are diarrhea which have the strongest relationshipwith the incidence of stunting in infants. Preventing stunting in infants bycounseling the optimal intake of nutrients in pregnant women to avoid the risk oflow birth weight, prevention of recurrent diarrhea in infants and provision ofappropriate complementary feeding, especially the improvement of protein intakein infants are needed.Keywords stunting, birth weight, diarrhea, complementary feeding"
2017
T48359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Apriluana
"Latar belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang banyak diderita balita di Indonesia. Kecamatan Pagedangan memiliki jumlah balita kurang gizi masih tinggi. Faktor penting pada pertumbuhan anak adalah asupan gizi. MPASI yang diberikan setelah balita berusia 6 bulan harus beraneka ragam dan adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sayangnya, di Indonesia sulit untuk mencapai asupan gizi cukup dari MPASI yang umumnya berbasis tradisional dan tidak difortifikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
Metode: Penelitian dilakukan dengan disain kasus kontrol dan rasio sampel 1:1,5. Penelitian dilakukan dari Maret-Mei 2019. Populasi adalah balita usia 24 bulan. Total sampel sebanyak 100 anak.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI (p=0,033) dan pekerjaan ibu (p=0,040) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan ibu (OR=7,6), pendapatan keluarga (OR=4,8), dan pemberian MPASI (OR=4,0).
Kesimpulan: Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pekerjaan ibu, setelah dikontrol pendapatan keluarga, pemberian MPASI, frekuensi minum susu, konsumsi susu, dan usia mulai minum susu. Saran: Meningkatkan program “Isi Piringku” dengan membuat menu makanan yang bergizi untuk balita disesuaikan ketersediaan pangan dan status sosial ekonomi warga.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that affects many children in Indonesia. Pagedangan district has a high number of malnourished children. An important factor in children's growth is nutritional intake. Complementary foods that given after a 6-month-old toddler must be diverse and adequate, so that it meets growth needs. Unfortunately, in Indonesia it is difficult to achieve sufficient nutritional intake from complementary foods which is generally traditional and not fortified. The purpose of study was to determine correlation between complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 24 months.
Methods: The study was conducted with case control design and sample ratio of 1: 1.5. The study was conducted from March to May 2019. The population was children aged 24 months. A total sample of 100 children.
Results: The results of bivariate analysis showed that there was a significant correlation between complementary feeding (p=0.033) and maternal occupation (p=0.040) with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed the most influential variables were maternal occupation (OR = 7.6), family income (OR = 4.8), and complementary feeding (OR = 4.0).
Conclusion: The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24 months is maternal occupation, after controlled family income, complementary feeding, frequency of drinking milk, milk consumption, and age start drinking milk. Suggestion: Improving the program "Fill my plate" by making nutritious food menus for toddlers adjusted for food availability and socio-economic status of the residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Eko Nurati
"Praktik pemberian makanan pada bayi dan anak masih belum memenuhi standar WHO, meskipun telah banyak dilakukan edukasi. Beragam faktor seperti suku, budaya serta informasi digital mempengaruhi pilihan ibu dalam pemberian MPASI di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pilihan ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-23 bulan di sepuluh suku di Indonesia. Desain penelitian ini adalah survei potong lintang dengan teknik pengambilan sampel consecutive. Sebanyak 443 ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan dari 13 kota yang mewakili 10 suku terbesar di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner elektronik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, suku ibu, penghasilan keluarga, perilaku ibu, dan kepercayaan/ tradisi ibu dengan pilihan ibu dalam pemberian MPASI pada bayi usia 6-23 bulan di Indonesia. Berbagai sumber informasi pengetahuan gizi seperti keluarga, buku, teman, internet, pelatihan dan sumber lainnya juga berhubungan signifikan dengan pilihan ibu dalam pemberian MP ASI. Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan pilihan ibu dalam pemberian MP ASI di sepuluh suku di Indonesia yaitu perilaku ibu, kepercayaan/ tradisi ibu dan sumber informasi dari internet. Simpulan yang didapat adalah faktor personal, interpersonal dan faktor sosial mempengaruhi pilihan ibu dalam pemberian MPASI. Oleh karena itu, kampanye mengenai pentingnya pemberian MPASI harus fokus pada kepercayaan lokal serta pemanfaatan teknologi internet dan media sosial untuk meningkatkan pemahaman dan praktik pemberian MPASI oleh ibu.

Feeding practices for infants and young children still do not meet WHO standards, despite extensive education efforts. Various factors such as ethnicity, culture, and digital information influence mothers' choices in providing complementary feedin g. This study aims to identify the factors related to mothers' choices in providing complementary feeding for infants aged 6-23 months across ten ethnic groups in Indonesia. This cross-sectional survey employed a consecutive sampling technique. A total of 443 mothers with children aged 6-23 months from 13 cities representing the ten largest ethnic groups in Indonesia participated in this study. Data were collected using electronic questionnaires. The results showed significant associations between mothers’ education, ethnicity, family income, mothers’ behavior, and mothers' beliefs/traditions with mothers' choices in providing complementary feeding. Various sources of nutritional knowledge, such as family, books, friends, the internet, training, and other sources, also significantly influence mothers' choices in providing MPASI. Multivariate analysis identified that the most dominant factors associated with mothers' choices in providing complementary feeding across the ten ethnic groups in Indonesia are mothers' behavior, beliefs/traditions, and information sources from the internet. The conclusion is that personal, interpersonal, and social factors influence mothers' choices in providing complementary feeding. Therefore, campaigns on the importance of complementary feeding need to focus on local beliefs and the use of internet technology and social media to enhance mothers' understanding and practices of complementary feeding."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitria Utami
"Baby-Led Weaning (BLW) menjadi salah satu metode pengenalan makanan yang baru-baru ini menjadi trend di kalangan ibu-ibu. Tujuan dari studi kualitatif ini adalah untuk menggali pegalaman ibu yang melakukan pengenalan makanan pendamping dengan metode BLW. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Partisipan yang didapat hingga mencapai saturasi adalah berjumlah 13.
Tema yang didapat sebanyak 10 antara lain membebaskan anak membuat keputusan, merasa khawatir dengan kondisi anak, anak tidak picky eater, menjaga kondisi yang kondusif selama anak makan, mencari tahu informasi sebelum dan selama menerapkan BLW, anak pernah tersumbat (gagging), anak mengalami tersedak (choking), merasa stress di awal BLW, anak lebih mandiri ketika proses makan, dan merasa senang walaupun sulit di awal saat melaksanakan BLW. Kendala dalam penelitian ini adalah susahnya perekrutan partisipan dan kurang variatifnya latar belakang partisipan.

Baby-Led Weaning (BLW) becoming one of the most happening methods in introducing complementary food among mothers nowadays. The aim of this qualitative study was to explore the mothers experience in introducing complementary food with a Baby-Led Weaning Method. The study design was descriptive phenomenology. In-depth structured interviews were conducted with 13 participants until we reached data saturation.
We identified 10 themes: letting the child make a decision, feeling worried about child condition, the children not being picky eater, the need to keep a conducive condition during the eating process, the need to looking for information before and after applying BLW, the child having gagged, the child having choked, stressful feeling at the beginning, the child becoming more independent at the eating process, and feeling happy about the achievement. The limitation of this study was the limited variety of the participants background.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Savitri Utami
"ABSTRAK
Selain metode konvensional, ada metode pemberian MPASI alternatif yang disebut Baby-Led Weaning BLW yang menjadi populer dikalangan ibu. Meski tak sedikit yang kontra karena menganggap metode ini dapat membuat bayi tersedak karena bayi makan dalam bentuk padat sejak awal, sebagian orang tua di Indonesia pro karena menganggap BLW dapa t melatih motorik dan sensorik bayi serta membuat bayi menjadi tidak susah makan sehingga memilih untuk menggunakan metode ini ketika memberikan MPASI pada bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perilaku pemberian MPASI pada bayi dengan metode BLW pada member aktif komunitas cerita BLW dan follower instagram @ceritablw tahun2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure, metode pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi terhadap informan ibu yang menggunakan metode BLW pada pemberian MPASI. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan, sikap, ketersediaan informasi, dan dukungan keluarga baik sehingga informan dapat melakukan perilaku pemberian MPASI dengan metode BLW dengan sebaik-baiknya yaitu dengan memerhatikan zat gizi dan keamanan. Saran bagi bidang penelitian sekiranya dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang metode ini dengan melibatkan jumlah populasi yang lebih besar dan bagi penentu kebijakan di Kementerian Kesehatan sekira nya dapat mempertimbangkan metode ini.

ABSTRACT
In addition to konventionall methods, there is an alternative feeding method called Baby Led Weaning BLW which is popular among mothers. Although not a few people who cons because in this method babies eat in solid form since the beginning of complementary feeding that can make babies choking, some parents in Indonesia pro because think BLW can train motor and sensory skill of their baby and make the baby not become a picky eater. This study aims to conduct behavioral analysis of MPASI in infants by BLW method on active member of cerita BLW community and follower instagram ceritablw in 2018. This study used a qualitative approach with Rapid Assessment Procedure design, in depth interview data collection method and observation of maternal informant which uses the BLW method. It was found that knowledge, attitude, availability of information, and family support of informants were good so that informants could perform the behavior of giving complementary food with BLW method as best as they can by paying attention to nutrition and savety. Suggestions for Puslitbang should be able to conduct more in depth research on this method by involving larger populations and for policy makers in the Kementerian Kesehatan Indonesia should consider this method as a complementary feeding method."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Andriani
"Malnutrisi sejak pembuahan hingga usia 2 tahun dapat menimbulkan gangguan otak, yang memengaruhi kemampuan kognitif, kesehatan fisik dan produktivitas anak di masa depan. Pada bayi malnutrisi umumnya disebabkan kesalahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Peran Dokter terutama dokter spesialis anak untuk memberikan edukasi kepada ibu mengenai praktik pemberian MPASI yang benar sangat diperlukan. Perlu modul edukasi yang dapat digunakan untuk memberikan konseling kepada ibu.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method dengan model eksploratori sekuensial yang terdiri atas tiga tahap penelitian. Tahap pertama studi kualitatif untuk penyusunan modul ABC-MPASI, diikuti dengan studi kuantitatif tahap I dan II. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2019–Juli 2021. Studi kualitatif penyusunan modul dilakukan dengan studi pustaka dan telaah pakar I, II dan III. Telaah pakar I menggunakan metode Delphi 2 putaran, wawancara mendalam, dilanjutkan dengan telaah pakar II menggunakan metode diskusi grup. Telaah pakar III dilakukan dengan metode wawancara mendalam dengan ahli dan target audiens. Dari studi kualitatif dihasilkan modul ABC-MPASI-Press dan ABC-MPASI- Vid. Selanjutnya modul yang dihasilkan diujicobakan dalam penelitian tahap I. Penelitian tahap I dilakukan dengan desain Randomized Control Trial, terdiri atas 3 kelompok subjek penelitian. Digunakan metode cluster sampling untuk membandingkan efektivitas modul yang dihasilkan (modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press) dibandingkan dengan kontrol (hanya mendapatkan buklet KIA). Penelitian tahap II menggunakan desain one group eksperimental pre dan post untuk menilai efektivitas modul ABC-MPASI-Vid dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu, asupan makan bayi dan pertumbuhan bayi.
Didapatkan hasil modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai praktik MPASI lebih baik dibandingkan buklet KIA, namun modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Peningkatan pengetahuan dan perilaku ibu meningkatkan asupan makan bayi berdasarkan perbaikan parameter Minimum Di- etary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF) dan Minimum Acceptable Diet (MAD) serta perbaikan asupan kalori, protein dan lemak pada kunjungan akhir pasca edukasi. Peningkatan antropometri secara bermakna dilihat dari tren pertumbuhan bayi dengan menilai weight increment dan length increment bayi pasca edukasi selama 3 bulan pemantauan.
Disimpulkan intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dan ABC-MPASI-Press dapat meningkatkan pemahaman materi MPASI dan pengetahuan ibu mengenai praktek MPASI yang benar. Modul ABC-MPASI-Vid lebih efektif dalam meningkatkan perilaku ibu dalam praktek pemberian MPASI yang benar dan dapat digunakan oleh ibu dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan. Intervensi dengan modul ABC-MPASI-Vid dapat meningkatkan asupan MPASI bayi dari segi jumlah asupan protein dan energi, perbaikan komposisi asupan MPASI terutama pemberian lemak dan zat besi, dan peningkatan persentase bayi yang memenuhi krite- rian MDD, MMF dan MAD. Bayi yang diasuh oleh ibu yang mendapatkan intervensi edukasi dengan modul ABC-MPASI-Vid memiliki perubahan bermakna tren pertumbuhan normal yang dinilai dengan weight increment dan length increment (nilai p = 0,015) dan penurunan bayi dengan nilai WI dan LI abnormal sebesar 22,9% pada periode sebelum intervensi ke periode setelah intervensi.

Malnutrition occurring during the critical period of children's growth may contribute to disturbances in the brain, affecting their future cognitive abilities, physical health, and productivity; and is generally caused by errors in complementary feeding practice. The role of physicians, especially pediatricians, is to provide education to mothers regarding the correct complementary feeding practice to overcome this problem. This research assessed the need for a practical educational module for complementary feeding practice to provide counseling to mothers from various backgrounds.
This study was carried out from February 2019–July 2021, utilizing a mixed-methods design and a sequential exploratory model consisting of three research stages. The first research stage is a qualitative study for the preparation of the complementary feeding practice module, followed by two quantitative studies. The qualitative study was carried out using a literature study, preliminary research, and three experts panels; with the latter applying the 2-round Delphi method, focus group discussion, and in-depth interviews with experts and the target audience. From the qualitative study, a booklet (ABC-MPASI-Press) and video (ABC-MPASI- Vid) modules were formulated, which were further studied during phase I of the quantitative research using a randomized control trial design with 3 intervention groups. This study aimed to determine the effectiveness of the formulated modules in comparison with the control group (only receiving the Maternal and Child Health (MCH) booklet. Phase II of the quantitative research utilized a one group experimental pre-post-test design to assess the effectiveness of the education modules in increasing mothers’ knowledge and behavior, and in turn, infants’ feeding intake and growth.
Both the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press modules resulted in a higher increase of mothers’ knowledge in complementary feeding practice compared to the MCH booklet, with the video module being more effective in improving mothers’ behavior. This increase of knowledge and behavior in mothers, in turn, increased their infants’ food intake, as shown by the improvements of the Minimum Dietary Diversity (MDD) and Minimum Acceptable Diet (MAD) parameters, as well as improvements in calorie, protein, fat and iron intakes during their final visit. A significant increase in weight increment (WI) and length increment (LI) was found after intervention.
It was concluded that the intervention with the ABC-MPASI-Vid and ABC-MPASI-Press mod- ules could improve mother's understanding of the complementary feeding material and mother's knowledge regarding the correct complementary feeding practice. The ABC-MPASI-Vid mod- ule is more effective in improving the behavior of mothers in correct complementary feeding practice and can be used by mothers with various educational backgrounds. Interventions with the ABC-MPASI-Vid module can increase complementary food intakes in terms of the amount of protein and energy intake, improve the composition of complementary foods, especially fat and iron intakes, and increase the percentage of infants who meet the criteria for MDD and MAD. Babies raised by mothers who received educational intervention with the ABC-MPASI- Vid module had a significant change in the normal growth trend, as assessed by weight incre- ment and length increment (p value = 0.015), with a decrease in infants with abnormal W1 and L1 values of 22.9% after the intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chita Yumina Karissima
"Dua tahun pertama kehidupan adalah adalah periode kritis yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan gizi selama periode ini dapat menyebabkan perkembangan kognitif yang terhambat, pencapaian pendidikan yang rendah, dan menurunkan produktivitas ekonomi. WHO merekomendasikan bayi diberikan MPASI kaya zat besi untuk menutupi kesenjangan kenaikkan kebutuhan zat besi. Banyak faktor yang telah diyakini mempengaruhi pemberian MPASI, namun masih sangat sedikit penelitian yang mengeksploarasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MPASI kaya zat besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian MPASI ASI kaya zat besi dan faktor determinannya yang berhubungan dengan pemberian MPASI kaya zat besi pada bayi usia 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan besar sampel sebanyak 2400 ibu yang memiliki bayi berusia 6-23 bulan di Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (random sampling) untuk memilih sampel yang diperlukan. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 73,7% bayi berusia 6–23 bulan menerima MPASI kaya zat besi. Tingkat pendidikan ibu [OR = 1,38; 95% CI: 1,035-1,831], akses media digital [OR = 1,44; 95% CI: 1,079-1,922], usia anak [OR = 1,76; 95% CI: 1,453-2,132], tingkat kesejahteraan keluarga [OR = 1,80; 95% CI: 1,409-2,310], dan postnatal care (PNC) [OR = 1,37; 95% CI: 1,117- 1,679] berpengaruh signifikan terhadap pemberian MPASI kaya zat besi. Tingkat kesejahteraan keluarga merupakan prediktor terkuat dalam memberikan MPASI kaya zat besi. Kementerian Kesehatan terus mengoptimalkan program intervensi gizi, khususnya pemberian MPASI kaya zat besi. Kementerian Pertanian disarankan menggalakkan program Rumah Pangan Lestari untuk menjamin ketersediaan makanan kaya zat besi. Fasilitas pelayanan kesehatan disarankan memberikan pelayanan edukasi gizi dan membuat media informasi digital terkait praktik pemberian makan bayi dan anak yang mudah diakses, dipahami, dan menarik untuk dibaca oleh ibu. Ibu sebagai pengasuh utama bayi disarankan untuk meningkatkan pemahaman tentang MPASI kaya zat besi melalui media digital ataupun berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

The first two years of life are critical periods that determine the growth and development of the child. Malnutrition during this period can lead to impairment of cognitive development, lower educational attainment, and decreased economic productivity. WHO recommends infants should be given iron-rich complementary foods to cover the gap in iron demand. Many factors have been believed to influence the practice of complementary feeding, but there are still very few studies that explore factors related to the practice of iron-rich complementary foods. The purpose of this study is to know the proportion of iron-rich complementary foods and its determinant factors related to the practice of iron-rich complementary foods in infants aged 6-23 months in Indonesia in 2017. The research design used is cross-sectional with a sample size of 2400 mothers who have infants aged 6-23 months in Indonesia. Sampling techniques are done with random sampling to select the necessary samples. Data analysis is performed using SPSS version 25. Based on the results of the study, as many as 73.7% of infants aged 6-23 months received iron-rich complementary foods. Maternal education [OR = 1,38;95% CI: 1,035-1,831], digital media access [OR = 1,44; 95% CI: 1,079-1,922] child age [OR = 1,76; 95% CI: 1,453-2,132], family welfare rate [OR = 1,80; 95% CI: 1,409-2,310], and postnatal care (PNC) [OR = 1,37; 95% CI: 1,117-1,679] significantly affect the administration of iron-rich complementary foods. The level of family welfare is the strongest predictor in providing iron-rich complementary foods. The Ministry of Health continues to optimize nutrition intervention programs, especially the provision of iron-rich complementary foods. The Ministry of Agriculture suggests promoting the Sustainable Food House program to ensure the availability of iron-rich foods. Health care facilities are recommended to provide nutrition education services and create digital information media related to infant and child feeding practices that are easily accessible, understood, and interesting to read by mothers. Mothers as the baby's primary caregivers are advised to improve their understanding of iron-rich complementary foods through digital media or consult with a health professional."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Rahmawati F.
"Stunting ialah kondisi kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh dalam waktu yang cukup lama sehingga anak lebih pendek jika dibandingkan dengan usianya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting dan praktik pemberian makan adalah usia ibu, pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, berat badan lahir anak.

Stunting is a condition of chronic malnutrition caused by the lack of nutrient intake of the body needs in a long time so that the child is shorter when compared with his age. Factors that may affect the incidence of stunting and feeding practices are maternal age, maternal employment, maternal education, child birth weight."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Novita Wirawan
"Asam amino menjadi zat gizi baru yang diduga berhubungan dengan pertumbuhan linier ketika banyak penelitian menemukan bahwa asupan protein cukup dan intervensi zat gizi mikro menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Kondisi stunting terjadi bersamaan dengan wasting karena kemungkinan berbagi jalur yang sama. Oleh karena itu, studi mengenai stunting dapat memiliki hasil yang berlebihan ketika wasting tidak dijadikan pengecualian. Studi potong lintang komparatif 2 fase ini bertujuan untuk membandingkan asupan asam amino dan konsentrasinya dalam darah antara anak stunted non-wasted (SNW) dan non-stunted non-wasted (NSNW) yang berusia 12-23 bulan dan menggunakan hasil dari fase 1 untuk mengembangkan rekomendasi pemberian makan dan makanan campuran (MC) dengan menggunakan makanan yang tersedia secara lokal yang kurang dimanfaatkan. Stunting didefinisikan sebagai panjang badan menurut umur (PB/U) dalam Z skor <-2 SD sedangkan untuk non-stunting dengan PB/U ≥-1 SD. Kedua kelompok memiliki Z skor berat badan menurut panjang badan yang normal (BB/PB antara -2 SD hingga +1SD). Pemrograman linier digunakan untuk pengembangan rekomendasi pemberian rekomendasi pemberian makan (Optifood) dan CG (Nutrisurvey2004). Sebanyak 151 data dianalisis. Tidak ada perbedaan signifikan pada asam amino dan asupan gizi makro mikro kecuali proporsi protein yang berisiko kekurangan lebih tinggi pada kelompok SNW. Arginin merupakan satu-satunya konsentrasi darah yang berbeda antar kelompok. Histidin menjadi sebuah masalah gizi mutlak pada kelompok SNW dan NSNW, sedangkan riboflavin dan zink rendah dalam kelompok stunting tetapi cukup pada kelompok normal. Selain itu, zat gizi makro dan mikro lainya kurang dalam kedua kelompok kecuali protein dan vitamin A. Zat gizi yang kurang adalah Ca, Vit C, Thiamin, Riboflavin, Niasin, B6, Folat, B12, Besi, Zink, dan Histidin. Rekomendasi yang diusulkan dapat memenuhi Vit C, Riboflavin, Besi, dan Zink tetapi tidak dapat mencukupi Ca, Thiamin, Niasin, B6, Folat, B12, dan Histidin. Dengan memasukkan kacang tunggak, buncis batik, ikan wader, dan susu sapi dalam pengembangan CG, zat gizi yang sebelumnya kurang dapat tercukupi.

Amino acids be the emerging nutrients that hypothesized to be associated with linear growth when many studies found that protein intake is considerably adequate and micronutrient intervention showed an unsatisfactory result. Stunting condition concurrently occurred with wasting as they may share similar pathways. Therefore, studies on stunting may have an exaggerated results when wasting was not an exclusion. This 2 phases comparative cross sectional study aimed to compare amino acid intake and its concentration in blood between stunted non-wasted (SNW) and non-stunted non-wasted (NSNW) children aged 12-23 months and using the results of phase 1 to develop a complementary feeding recommendation (CFR) and food multi-mix (FMM) by incorporating underutilized locally available foods. Stunted was defined as length for age z-score (LAZ) <-2 SD whereas for non-stunted with LAZ ≥-1 SD. Both groups have normal weight for length z-score (WLZ between -2 SD to +1SD). Linear programming was used for CFR (Optifood) and FMM development (Nutrisurvey 2004). A total of 151 data was analyzed. No significant different on the amino acid and macro micronutrients intake except the proportion protein at risk of inadequacy was significantly higher among SNW group. Arginine was the only blood concentration that significantly different between the groups. Histidine was an absolute problem nutrient in SNW and NSNW group, whereas riboflavin and zinc were inadequate among stunted group but adequate among normal group. In addition, other macro and micronutrients were inadequate in both groups except for protein and vitamin A. The inadequate nutrients were Ca, Vit C, Thiamin, Riboflavin, Niacin, B6, Folate, B12, Iron, Zinc and histidine. With the proposed recommendations, it can fulfil Vit C, Riboflavin, Iron and Zinc. But it cannot fulfil Ca, Thiamin, Niacin, B6, folate, B12 and histidine. With the incorporation of the selected underutilized cowpea, buncis batik, wader fish and cows’ milk in the FMM development, the nutrients that are challenging in CFR development, can be fulfilled."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sari
"Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-23 bulan. Kebiasaan makan sehat pada anak tidak hanya bergantung pada nutrisi yang diberikan, tetapi peran sentral orang tua baik ayah maupun ibu dalam pengasuhan dan praktik pemberian MPASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan praktik pemberian MPASI yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap respons anak saat makan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Responden pada penelitian ini terdiri dari ayah dan ibu yang mempunyai anak usia 6-23 bulan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode probability sampling dengan teknik multistage cluster sampling. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 293 orang, yang dibagi pada dua kota besar di Indonesia yakni Kota Jakarta dan Palembang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner elektronik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu, perbedaan yang bermakna signifikan terlihat pada lingkungan makan keluarga, terdapat korelasi positif dan cukup kuat (r=0,26-0,50) antara praktik pemberian MPASI oleh ayah dan ibu dengan respons anak saat makan, terdapat hubungan yang bermakna antara durasi, metode, dan lingkungan yang mendukung pemberian MPASI dengan respons anak saat makan; serta tidak terdapat hubungan bermakna antara waktu pengenalan dan jenis MPASI dengan respons anak saat makan (p-value> 0,05). Simpulan yang didapat adalah praktik pemberian MPASI oleh ayah cenderung lebih responsif dibandingkan ibu. Program edukasi dan intervensi yang melibatkan orangtua khususnya ayah perlu dikembangkan dalam pemberian makan anak.

Complementary feeding practice is a crucial for growth and development of children aged 6-23 months. Healhty eating habits in children are infleunced not only by nutrition provided but also by the pivotal role of both parents in caregiving and CF practices. This study aims to compare the complementary feeding practices performed by fathers and mothers in relation to the child’s response during feeding. This research employs a quantitative approach with a cross-sectional design. This quantitative study adopts a cross-sectional design. The inclusion criteria for the sample are parents who have children aged 6-23 months. The sampling method is probability sampling with multistage cluster sampling technique. The total sample size is 293, distributed across two major cities in Indonesia, Jakarta and Palembang. The data collection tool utilized is an online questionnaire. The study indicates significant differences in CF between mothers and fathers, particularly in the family meal environment. A significant and moderately strong positive correlation was found between CF and child’s response during feeding (r=0,26-0,50). Additionaly, there is significant relationship with duration, method, and the supportive environment, but no significant relationship was found with the timing of introdution, and type of CF, and the child’s response during feeding (p-value> 0,05). The study concluded that father tend more responsive compared to mother. Therefore, educational and intervention programs involving parents, particularly fathers, should be developed to enhance children’s feeding practices"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>