Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ayub Famila Perdana
Abstrak :
Pada pembentukannya ETF ditujukan untuk mereplikasi pergerakan indeks acuannya sehingga perlu adanya sebuah penelitian apakah pergerakan harga ETF XIIC, RLQ45 dan XIJI sesuai dengan tujuannya yaitu mereplika indeks acuan. Pada penelitian ini pergerakan harga ETF di uji menggunakan uji johansen dan VECM agar mengetahui pergerakan harganya apakah mengikuti indeks acuanya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa ETF RLQ45 dan XIJI memiliki kointegrasi jangka panjang dengan indeks acuannya dan IHSG namun ETF XIIC hanya memiliki kointegrasi jangka panjang dengan indeks acuannya saja dan tidak terkointegrasi jangka panjang dengan IHSG. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa pergerakan jangka pendek XIIC tidak dipengaruhi oleh indeks acuannya namun lebih dipengaruhi oleh IHSG. ...... ETF aimed to replicate the benchmark index movement so that the need for a study of whether the ETF price movements XIIC, RLQ45 and Xiji accordance with the objective being to replicate the benchmark index. In this study, the ETF price movement in a test using Johansen test and VECM in order to determine whether price movements follow acuanya index. This study found that ETF RLQ45 and Xiji has a long-term cointegration with benchmark index and stock index ETF XIIC but only have a long-term co integration with its benchmark index only and is not a long-term cointegrated with JCI. In this study also found that short-term movements XIIC not influenced by the benchmark index but more influenced by JCI.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Hikmawaty
Abstrak :
Suatu reksa dana merupakan sebuah bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Terdapatnya faktor-faktor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja reksa dana. Ketiga faktor ini akan mempengaruhi return yang akan dihasilkan oleh reksa dana, maupun risiko yang akan ditimbulkannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kinerja reksa dana itu sendiri yang akan diukur melalui return yang akan dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peringkat kinerja reksa dana terbaik selama periode 2001-2003 dengan menggunakan metode Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure dan untuk mengetahui pengaruh return Indeks Harga Saham Gabungan, return Suku Bunga Bebas Risiko dan return Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja reksa dana terbaik yang diukur dengan metode Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure. Penelitian ini mengambil sample 40 reksa dana yang terdaftar yaitu selama tahun 2001 sampai dengan 2003. Dari masing-masing reksa dana tersebut akan dihitung return dari risiko-nya. Kemudian setelah didapatkan variable-variabel yang dibutuhkan untuk pcnghitungan kinerja reksa dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode evaluasi kinerja reksa dana yaitu Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure. Dilanjutkan dengan melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap kinerja reksa dana yang dihitung dengan 3 metode. Dalam pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi linier berganda, dimana untuk mengukur kinerja digunakan 3 metode yaitu Sharpe's Measure, Treynor's Measure, dan Jensen's Measure yang merupakan variabel dependen (Y) dan faktor-faktor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) sebagai variabel independen (X). Setelah diperoleh kinerja terbaik sctiap bulannya untuk masing masing metode, akan diteliti seberapa besar pengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs). Dengan confidence interval 90%, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan Treynor's Measure, dan Jensen's Measure, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) hanya mempengaruhi kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan metode Jensen's Measure serta Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh secara signifikan pada kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan metode Sharpe's Measure dan Treynor's Measure.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jiwa Adisetya
Abstrak :
ABSTRAK
Investasi pada instrumen reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup menarik karena dikelola oleh manajer investasi yang profesional dengan mendiversifikasikan aset, yang sulit dilaliukan oleh sendiri karena keterbatasan pengelahuan. Namun berkaca pada pengalaman yang terjadi tahun 2005 lalu, yang menyebabkan banyak produk reksa dana terutama reksa dana pendapatan tetap yang memberikan kerugian akibat redemption besar-besaran, akan lebih baik sebagai investor reksa dana, mengalokasikan dan investasi tersebut tidak hanya pada satu produk saja Dengan pendiversivikasian produk, risiko dapat diminimalisasi, terutama jika produk yang dipilih adalah reksa dana saham yang merniliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana lainnya. Seiring dengan membaiknya kondisi pasar saham di Indonesia sepanjang tahun 2005 dan diawal 2006 lalu, reksa dana saham menunjukkan tren peningkatan minat dan investor. Dengan pendiversifikasian produk reksa dana saham dan mengalokasikan dana pada beberapa produk terpilih secara tepat, dapat dihasilkan portofolio yang optimal. Pada portofolio optimal diharapkan diperoleh kombinasi return dan risiko yang optimal pula, dibandingkan hanya menginvestasikan pada salu produk reksa dana saham saja. Dalam penelitian ini, untuk penyusunan portofolio yang optimal, digunakan metode single index model dan efficient frontier Markowitz. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksa dana saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal anlara metode single index model dan efficient frontier Markowitz adalah sama, yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas, dan Si Dana Saham. Namun proporsi pada tiap-tiap reksa dana saham, untuk menghasilkan kombinasi return dan risiko yang optimal antara kedua metode berbeda. Sehingga agar dapat memberikan rekomendasi kepada investor, mana kombinasi proporsi yang harus dipilih, maka dalam penelitian ini dilakukan berhilungan reward to variability ratio. Berdasarkan indels reward to variability ratio, kombinasi proporsi yang lebih baik dipilih dalam penelilian ini adalah proporsi berdasarkan hasil metode to variability ratio Markowitz, karena merniliki indeks reward to variability ratio yang lebih tinggi. Namun kesimpulan ini bukan berani menunjukkan bahwa metode efficient frontier akan selalu lebih unggul, karena tiap metode memiliki kelebihannya masing-masing. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya pada reksa dana saham, namun tidak menjamin kinerja porlofolio yang akan diperoleh di masa yang akan datang akan tetap sama.
ABSTRACT
Mutual fund is on interesting investment instrument because it is managed by professional investment manager, thus. it eases investor to diversify their investment assets. In view of what happened in 2005, where many of fixed income mutual funds incurred losses because of wave of redemptions, it is better for mutual fund investors to allocate their fund in more than one mutual fund Product diversification could minimize the risk, especially when one invests in equity mutual fund Along with the improvement of stock market condition in Indonesia in 2005 and early 2006, the interest toward equity mutual fund has an increasing trend. By diversifying in equity mutual fund products and allocating fund in several select products, one could create an optimal portfolio. This optimal portfolio is expected to deliver optimal risk and return profile, compared to a single equity mutual fund product investment. This research applies single index model and Markowitz 's efficient frontier methods to compose an optimal portfolio. The single index model and Markowitz ?s efficient frontiers suggest the same equity mutual funds to compose an optimal portfolio. These equity mutual funds are, TRIM Kapital, Rencana Cerdas, and Si Dana Saham. But he proposed fractions of each mutual find in the optimal portfolio differ. Therefore the portfolio reward to variability ratio is calculated to determine which portfolio will be proposed to the investors. Based on the reward to variability index, the better mutual funds proportion is the one that proposed by Markowitz 's efficient frontier method, because it yields higher reward to variability ratio. This conclusion did not mean that efficient frontier method is superior to single index method because each method has their own advantages. This research result could be used as reference for investors that want to invest their funds in equity mutual funds, but does not guarantee the portfolio performance will be consistent in the future.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Julita Minangsari
Abstrak :
Reksa Dana adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang merupakan wadah menghimpun dana masyarakat secara kolektif untuk selanjutnya diinvestasikan dalam saham, efek hutang, maupun pasar uang oleh Manajer Investasi. Pada periode Januari 2003 - Februari 2005 reksa dana pendapatan tetap mengalami pertumbuhan yang sangat pesat , hat ini disebabkan oleh reksa dana dapat memberikan imbal hasiI atau return di atas rata-rata tingkat suku bunga deposito. Pertumbuhan reksa dana yang cepat tidak hanya disebabkan oleh return tadi, tetapi juga disebabkan oleh Bank yang berperan sebagai agen penjual reksa dana sehingga nasabah bank banyak yang menjadi investor baru di industri reksa dana. Kondisi yang sangat menguntungkan bagi investor tadi temyata tidak selamanya, kehandalan para Manajer Investasi teruji dengan berbagai kondisi makro ekonomi yang dialami oleh Indonesia yang ditandai dengan naiknya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, Suku Bunga The Fed (Federal Reserve USA), harga Minyak dunia yang mendorong Pemerintah untuk rnenaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang terns merosot, aksi penjualan unit reksa dana yang mulai menimbulkan kepanikan di kalangan investor diawal Maret 2005. Hal tersebut mengakibatkan tekanan terhadap reksa dana pendapatan tetap yang banyak ditempatkan dalam obligasi sehingga pasar obligasi mengalami over supply sehinga menekan harga obligasi menjadi semakin turun. Dan sebagai dampak akhimya adalah NAB turun dan apabila investor melakukan pencairan akan mengurangi nilai pokok awal dari dana yang diinvetasikan. Investor banyak yang mengeluhkan nilai pokok awal investasi yang berkurang, hal ini terjadi karena para investor yang tidak memahami dengan jelas risiko produk reksa dana pendapatan tetap tadi dan memiliki anggapan bahwa akan selalu mendapat imbal hasil yang tetap seperti deposito. Kesalah pahaman ini terjadi karena andiI dari agen penjual yang banyak menginformasikan keuntungan yang diperoleh dalam berinvestasi tetapi tidak transparan dalam menjelaskan risiko dalam berinvestasi di reksa dana. Untuk mengetahui kinerja dari 11 (sebelas) reksa dana yang dipilih dan termasuk kinerja dari Manajer Investasi digunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Dalam melakukan pengukuran kinerja reksa dana dibandingkan dengan kinerja pembanding yaitu indeks obligasi. Kinerja reksa dana yang balk adalah yang memiliki nilai positif dan dapat dianggap layak untuk dipilih untuk investasi jika memiliki nilai diatas kinerja pembanding yang disebut outperformed dan memiliki kinerja yang buruk apabila berada dibawah pembanding yang disebut sebagai underperformed. Untuk investasi periode 2003-2005, reksa dana Trimegah Dana Tetap memiliki imbal hasil (return) yang paling tinggi sedangkan reksa dana yang memiliki imbal hasil paling rendah adalah Si Dana Obligasi Plus. Dari hasil pengkuran Sharpe measure untuk periode 2003-2005 tidak terdapat reksa dana yang outperformed . Pengukuran Traynor measure untuk periode 2003-2005 memberi basil atau peringkat yang berbeda dari Sharpe measure, terdapat beberapa reksa dana yang outperformed yaitu Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara dan Trimegah Dana Tetap. Dari basil pengukuran Jensen measure untuk periode 2003-2005 reksa dana yang memiliki kinerja outperformed adalah Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara. dan Trimegalh Dana Tetap. Untuk periode Pasca redemption tahun 2005 yaitu dari Januari-Maret 2006 terdapat perbaikan kinerja reksa dana, hal ini banyak didorong oleh mulai menurunnya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. Dan basil penulisan karya akhir ini, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat reksa dana yang menunjukkan kinerja yang positf dan terdapat juga reksa dana yang menunjukkan kinerja yang negatif dan berada dibawah nilai pasar. Untuk dapat menumbuhkan kembali minat para investor untuk berinvestasi dalam reksa dana pendapatan tetap, perlu aturan yang lebih jelas dari BAPEPAM perihal, kode etik dalam menjual reksa dana baik untuk Manajer Investasi maupun untuk Agen Penjual. Edukasi mengenai risiko dan keuntungan dalam berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap perlu disampaikan secara berimbang kepada para investor sehingga keputusan membeli dan menjual dapat dilakukan lebih rasional.
Mutual Fund is Contract of Collective Investment ( KIK) representing basin muster fund socialize collectively is henceforth invested in share, debt effect, and also money market by Investment Manager At period of January 2003 - February 2005 mutual fund of fixed income to experience of very fast growth , this matter because of mutual fund can give return above average return of deposit rate. The quickly growth of mutual fund which do not only because of mentioned return, but also because of Bank which personating as selling agent of mutual fund so that customer of bank, a lot become new investor in mutual fund industry. The high return season for investor is not realty forever, Fund Manager were tested with various condition of macro economics experienced by Indonesia which triggered by increasing the interest rate of Certificate Bank Indonesia, interest rate of The Fed ( Federal Reserve of USA), increasing of world oil price pushing Government to increase price of BBM to lessen burden subsidize, exchange rate of Rupiah to US Dollar declined, action of sale of mutual fund which start to generate panicity among investor, early March 2005. The mentioned result pressure to mutual fund of earnings which remain to a lot of placed in bond so that the bond market tend to face over supply and depress price of bond become progressively descend. And as impact finally is NAB descend and if investors do redemption will lessen fundamental value of principal. Investor do complain towards of decreasing value of principal, this matter was happened because all investor which do not clearly understand about the risk of product and thinking about receiving the stable earning as time deposit. The selling agent contributed to wrong perception of investors where they much more explain about return and do not explain transparently about the risk. To know about performance of 11 (eleven) mutual fund which has been selected from Investment Manager used the method of Sharpe Measure, Treynor Measure and Jensen Measure. Measuring the performance of mutual fund were compared to Bond Index. Good performance of mutual fund owned positive value and can be assumed competent to be selected for investment if owning value above the comparator performance and called as Outperformed, and if performance is under the comparator called as underperformed . For investment of period 2003-2005, mutual fund of Trimegah Dana Tetap had the highest return while mutual fund of Si Dana Obligasi Plus had the lowest return. The result of Sharpe measure for period 2003-2005 showed that there are no mutual fund which had outperformed. Measurement of Treynor measure for period 2003-2005 giving different result from Sharpe measure, there are some mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara and Trimegah Dana Tetap_ From result of measurement Jensen measure for period 2003-2005 mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara, and Trimegah Dana Tetap. For period of post redemption 2005 that is from Januari-Maret 2006, there is increasing of performance mutual fund, it is pushed by decreasing of interest rate SBI. This writing concluded that there are mutual fund showing positive performance and there are also mutual fund showing negative performance and below market value. To grow the enthusiasm of investment in mutual fund of fixed income, BAPEPAM must act to clear the code of ethic in selling mutual fund to Investment Manager and also to the Seller Agent. Educating about risk and return in balance will help the investor to make rational decision for investment.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tariza Putri Ramayanti
Abstrak :
Terdapat dua aspek yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan kinerja manajer investasi yaitu kemampuan pemilihan saham (selectivity ability) dan kemampuan penetapan waktu (market timing ability). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja manajer investasi yang meliputi kemampuan pemilihan saham dan penetapan waktu pada reksa dana saham di Indonesia periode Januari 2009 s.d. Desember 2016 dengan menggunakan data return bulanan. Model Treynor& Mazuy dan Henriksson & Merton digunakan pada sampel sebanyak 33 reksa dana. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa secara keseluruhan dari reksa dana yang dijadikan sampel penelitan tidak ada satupun reksa dana yang memiliki kemampuan selectivity baik dengan metode Treynor & Mazuy maupun Henriksson & Merton. Reksa dana yang manajer investasinya memiliki market timing ability sebanyak 11 reksa dana yang menunjukkan nilai koefisien market timing positif dan signifikan berdasarkan model Treynor & Mazuy dan terdapat 10 reksa dana yang menunjukkan nilai koefisien market timing positif dan signifikan berdasarkan model Henriksson & Merton.
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah, 2018
650 ESENSI 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bontrissa Lesmana
Abstrak :
Reksadana mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1990-an. Tetapi mulai meningkat dengan pesat pada sekitar tahun 2003 hingga 2005. Pertumbuhan yang cepat ini antara lain dipengaruhi oleh rendahnya tingkat suku bunga SBI yang berada di level 7% sampai dengan 8%. Dalam waktu singkat, reksadana telah menjadi primadona alternatif investasi baru di masyarakat pada periode tersebut. Hal ini terlihat dari pertumbuhan dana kelolaan yang sangat pesat yaitu dari hanya 46 trilyun pada tahun 2002 meningkat pesat menjadi 69,5 trilyun rupiah pada tahun 2003 dan bahkan puncaknya mencapai lebih dari 120 trilyun rupiah pada bukan Januari 2005. Pada masa ini reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang paling bersinar. Jumlah dana kelolaannya meningkat sangat pesat. Dui dana kelolaan 57 trilyun rupiah pada tahun 2003, meningkat pesat hainpir 50 % menjadi 85 triltun pada tahun 2004. Peningakatan dana kelolaan pada reksadana pendapatan tetap ini sangat jauh jika dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Pada tahun 2004 dari total dana kelolaan sebesar 100 trilyun, 85%nya adalah reksadana pendapatan tetap. Bapepam mulai tanggal 1 Januari 2005 menerapkan peraturan tentang penetapan harga obligasi sesuai dengan harga pasar (marked to market), dimana harga pasar tersebut mengacu pada referensi tertentu. Dengan berlakunya harga referensi untuk acuan harga wajar obligasi, pencatatan aset-aset obligasi dari manajer investasi tidak boleh dicatata berdasarkan harga histories atau harga teoritis lagi, namun berdasarkan harga referensi, sehingga naik turunnya harga obligasi di pasar, akan langsung tercermin di dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana. Penelitian ini berusaha untuk melihat kinerja dan volatilitas NAB reksadana sebelum dan sesudah kebijakan marked to market diberlakukan, khususnya reksadana pendapatan tetap di Indonesia. Waktu penelitian yang dipilih adalah dengan membandingkan kinerja dan volatilitas NAB reksadana pendapatan tetap selama setahun sebelum dan sesudah penerapan kebijakan marked to market tanggal 1 Januari 2005. Hasil yang didapat penulis ternyata kinerja reksadana pendapatan tetap, setelah penerapan marked to market ternyata mengalami penurunan tajam, terlihat dari hasil kinerja Sharpe positif reksadana yang sebelum penerapan marked to market terdiri dari 13 reksadana, menurun menjadi hanya 2 reksadana yang memiliki kinerja Sharpe positif. Sedangkan dengan menggunakan metode Treynor, kinerja reksadana pendapatan tetap, setelah penerapan marked to market ternyata juga mengalami penurunan tajam, terlihat dari hasil kinerja Treynor positif reksadana yang sebelum penerapan marked to market terdiri dari 12 reksadana, menurun menjadi hanya 5 reksadana yang memiliki kinerja Treynor positif. Sedangkan volatilitas reksadana pendapatan tetap mengalami peningkatan setelah diterapkannya marked to market. Dianalisa dengan menggunakan standar deviasi, ternyata olatilitas reksadana pendapatan tetap setelah penerapan marked to market menjadi lebih tinggi dibanding sebelum penerapan marked to market. Jika diuji dengan F test, hasilnya adalah hanya dua reksadana yang volatilitas setelah marked to market dipengaruhi secara signifikan oleh volatilitas sebelum /narked to market. Artinya terjadinya volatilitas yang tinggi pada sebagian besar reksadana yang diteliti, bukan dipengaruhi oleh data historis volatilitas reksadana yang bersangkulan, namun lebih disebabkan oleh faklor-faktor lain yang terjadi pada saat itu.
Mutual Fund was introduced in Indonesia in early 1990's. The growth rate of mutual fund in Indonesia started to increases significantly in 2003 to 2005. The low interest rate played a big role in the booming of mutual fund. Mutual fund became a favorite alternative investment in this period, where mutual fund could give the investors with return more than 10% while the interest rate can only offers 7% return. The most popular mutual fund on this period is the fixed income mutual fund. Started from 1 January 2005, Bapepam implemented the policy about marked to market value, where the mutual fund price refers to certain reference price based on the market price quotation results. Therefore, all the bond assets owned by the mutual fund has to be recorded based on the price reference and not by historical or theoretical price anymore. This research aims to analyze the performances and volatilities of Mutual Fund's Net Asset Value (NAV) before and after the implementation of the marked to market regulation. Furthermore, this research will focus on the performances and volatilities of the fixed asset type of mutual fund. The time period of this research will be one year before and after 1 January 2005. The results of this research support the arguments that the performances of mutual fund are declining, while the volatilities are increasing. This research is using the Sharpe and Treynor methods for performance measurement and standard deviation as well as f-test method for volatility measurement. The f-test result shows that the volatilities of mutual fund after the implementation of marked to market regulations are not affected by the volatilities before the marked to market regulations implemented, however, significantly influenced by other factors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Ferdinand Hasiholan
Abstrak :
ABSTRAK
Investor tertarik untuk melakukan investasi karena investasi dianggap menghasilkan nilai lebih jika dana yang tadinya digunakan untuk dikonsumsi, pada akhirnya disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Demikian juga tujuan traders melakukan trading adalah untuk mendapatkan profit. Mereka dapat memilih varian instrumen (asset class) yang diinginkan sesuai dengan ketersediaan dana, profil risiko dan biaya dalam melakukan transaksi. Bagi trader ritel, selain saham, terdapat pilihan trading seperti obligasi ritel indonesia, sukuk ritel indonesia ataupun reksa dana. Namun pada saat memilih kemana dana harus diinvestasikan, trader juga harus mempertimbangkan berapa biaya transaksi yang harus ditanggung oleh trader dan apakah biaya tersebut dapat ditutup oleh imbal hasilnya. Dari hasil penelitian, setelah menghitung net return keseluruhan obligasi return mempunyai return yang positif. Namun, disisi lain terdapat reksa dana yang mempunyai net return yang positif dan negatif. Hal ini berarti terdapat reksa dana yang returnnya tidak menutupi transaction cost. Tesis ini membahas analisis deskriptif obligasi, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
ABSTRACT
Investors are willing to invest because investment is considered generating more value if the money invested in a certain assets rather than used for consumption. Even so, traders are trading to make profit. They can choose a variant of instruments or asset class desired according to availability of fund, risk profile and cost of doing transaction. For retail traders, in addition to stocks, there are many choices to trades such as retail bond, retail sukuk or any mutual fund. However, traders must consider how the transaction costs will be covered by all the asset return. After calculated transaction cost and sort all the results, the mutual funds have positive and negative net returns but all retail government bonds have positive returns. It means, all of the retail government bonds can cover their costs therefore result in positive return. But on the other hand, not all of mutual funds produce positive results which means these mutual funds are unable to cover their transaction costs
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Windu Pratama
Abstrak :
Tesis ini dilakukan untuk meneliti faktor internal dan external return reksadana saham return reksadana pendapatan tetap. Kepemilikan asing dan konsentrasi keluarga dirasa penting untuk dikaji lebih dalam, mengingat pada penelitianpenelitian sebelumnya kedua faktor tersebut jarang dipertimbangkan sebagai penentu return saham. Sampel yang digunakan adalah Reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan aktif diperdagangkan selama periode januari 2013 sampai desember 2017. Jumlah reksadana yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 76 Reksadana saham dan 99 reksadana pendapatan tetap. Bentuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Alat analisis yang digunakan adalah regresi dengan program statistik EViews 9.0. Hasilnya, variabel independen yang terdiri dari dana kelolaan, volatility dan sharpe ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja reksadana saham). Secara parsial, dana kelolaan tidak berpengaruh terhadap kinerja reksadana namun volatility dan sharpe ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksadana saham. Pada reksadana pendapatan tetap variabel independen yang terdiri dari dana kelolaan, volatility dan sharpe ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja reksadana pendapatan tetap). Secara parsial, dana kelolaan, volatility dan sharpe ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
This thesis is conducted to examine the internal and external factors of mutual funds fixed income mutual fund stock returns. Foreign ownership and concentration family is considered important to be studied more deeply, given the research studies previously these two factors were rarely considered determinant of stock returns. The sample used is stock mutual funds and fixed income mutual funds that are listed on the Indonesia Stock Exchange and are active traded during the period of January 2013 to December 2017. Amount mutual funds that meet the research criteria of 76 mutual funds and 99 fixed income funds. The form of data used in this study is panel data. The analytical tool used is regression with the program EViews 9.0 statistics. The result, an independent variable consisting of funds managed, volatility and sharpe ratio together influence on dependent variable (stock mutual fund performance). Partially, managed funds do not affect mutual fund performance, but volatility and sharpe ratio in a manner significant positive effect on the performance of equity funds. In mutual funds fixed income independent variable consisting of managed funds, volatility and sharpe ratio together affect the dependent variable (fixed income mutual fund performance). Partially, managed funds, volatility and sharpe ratio significantly has a positive effect on mutual fund performance fixed income.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irkham Wibisono
Abstrak :
Skripsi membahas mengenai kemampuan market timing dan selectivity dari manajer investasi reksa dana saham dan reksa dana campuran di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode Henriksson Merton (HM) Rentang waktu penelitian adalah Januari 2008 sampai Desember 2013 dengan menggunakan data harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode penelitian tidak ada manajer investasi reksa dana saham dana reksa dana campuran yang secara signifikan positif mempunyai kemampuan selectivity. Sedangkan hasil analisis kemampuan market timing terdapat delapan manajer investasi reksa dana saham yang memiliki kemampuan market timing dan satu manajer investasi reksa dana campuran yang memiliki kemampuan market timing. ......This undergraduate thesis discusses about testing market timing and selectivity of mutual funds investment manager in Indonesia. The Method used is Henriksson Merton, sampel research uses equity mutual funds and balanced mutual fund that active during the period January 2008 until December 2013. The results show that the fund manager of equity mutual fund and fund manager of balanced mutual fund do not exhibit selectivity. While the results of market timing ability are eight fund manager of equity mutual fund have the ability and a fund manager of balanced mutual fund have this ability.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Sarah Irawidya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja lima reksa dana saham di Indonesia pada periode 2014-2016 dengan menggunakan metode sharpe ratio dan modified sharpe ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja market index secara konsisten berturut-turut selama periode 2014-2016. Pada umumnya reksa dana cenderung bisa melampui kinerja market index pada tahun 2014 dan 2015 meski saat pasar mengalami penurunan. Namun sebaliknya, reksa dana tersebut tidak berhasil melampaui kinerja market index saat pasar mengalami peningkatan di tahun 2016. Masing-masing reksa dana cenderung untuk mempertahankan peringkat yang relatif sama selama periode penelitian.
This research aimed to analyze the comparison of five equity mutual funds performance in Indonesia for period 2014 2016 using sharpe ratio and modified sharpe ratio method. The result of this research shows that there is no mutual fund that can outperformed market index performance consistently from 2014 2015 in a row. Generally, the equity mutual funds tend to outperformed market index in 2014 and 2015 although the market is decreasing. Otherwise, the mutual funds can not outperformed the market index performance in 2016 while the market is increasing. Each mutual funds tend to maintain the similar rank during the research periods.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>