Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Josephine Johanna
Abstrak :
Partisipasi pengguna internet lewat user-generated-content di media sosial bisa memberikan andil dalam penyebaran informasi. Kemampuan tersebut kemudian dipakai dalam digital marketing. Pada aplikasinya, konsep digital marketing bisa disesuaikan dengan kebutuhan dari strategi nation branding. Hal ini memperlihatkan hubungan antara nation branding dengan pemanfaatan media sosial. YouTube sebagai media sosial yang banyak dipakai di Indonesia pun dipilih sebagai fokus pembahasan kali ini. Jurnal makalah ini menggunakan pendekatan narrative literature review untuk mengeksplorasi dan memahami konsep nation branding serta kaitannya dengan content creator yang mempromosikan produk budaya Indonesia di media sosial YouTube. Kajian ini juga menggunakan qualitative content analysis untuk memperkaya analisis konten para YouTuber sebagai influencer yang mampu memengaruhi khalayak eksternal maupun internal dalam memaknai produk budaya Indonesia. Nation brand sendiri sebagai produk bisa dipromosikan untuk membangun citra positif Indonesia. Nation brand berupa produk budaya Indonesia seperti makanan khas kedaerahan kemudian dibahas dalam gastronomi yang menghubungkan makanan dengan kebudayaan yang melekat. Dalam memperkuat identitas nation brand, peran khalayak internal yang merupakan masyarakat Indonesia menjadi penting karena memosisikan nation brand sebagai elemen krusial untuk membangun reputasi Indonesia. Adanya orientasi terhadap khalayak internal tersebut dijelaskan sebagai internal nation branding. ......Internet user participation through user-generated-content on social media can contribute to the dissemination of information. This ability is used in digital marketing. In its application, digital marketing can be adapted to the needs of the nation branding strategy. This shows the relation between nation branding and the use of social media platforms. YouTube, as one of the commonly used social media in Indonesia, was chosen as the focus of this discussion. This journal paper conducts studies using a narrative literature review approach to explore and understand the concept of nation branding and its relation to content creators who promote Indonesian cultural products on YouTube. In addition, this study is also analyzed using qualitative content analysis to enrich the research regarding YouTuber as influencers who are able to influence external and internal audiences in interpreting Indonesian cultural products. Nation brand as product can be promoted to build a positive image of Indonesia. Nation brand in the form of Indonesian cultural products, such as regional cuisine, are then discussed in gastronomy which links food with inherent culture. In strengthening the identity of the nation brand, the role of internal audiences who are Indonesian citizens is also essential because it determines the position of the nation brand as a crucial element in building Indonesia's reputation. This orientation towards the internal audience is explained as internal nation branding.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Damayanti Kumala
Abstrak :
Indonesia perlu menciptakan citra positif dan identitas yang kuat untuk memperkuat hubungan diplomatik dalam rangka menguatkan posisi negara dalam skala internasional. Hubungan diplomasi umumnya bersifat jangka panjang, dengan menuntut negara untuk terus membangun dan memperkuat citra positif secara berkala. Untuk itu, negara perlu mendorong usaha-usaha menciptakan citra positif melalui aktivitas nation branding. Salah satu aktivitas nation branding yang dilakukan oleh Indonesia adalah penyelenggaraan Festival Indonesia di Korea Selatan. Dalam melihat implementasi branding Indonesia melalui Festival Indonesia, tulisan ini menggunakan metode studi literatur untuk mengumpulkan data, informasi dan referensi yang berkaitan dengan Festival Indonesia. Festival Indonesia diusung sebagai ajang diplomasi budaya antar dua negara. Namun dalam pelaksanaannya, Festival Indonesia juga berhasil menjadi ajang nation branding Indonesia untuk publik Korea Selatan dan bahkan publik internasional. Festival Indonesia mampu mengadakan branding dengan menjawab pertanyaan seperti produk apa saja yang dimiliki, mengapa publik perlu memperhatikan produk tersebut dan apa keistimewaan produk. Implementasi branding dijawab melalui mata acara yang dibawakan seperti penampilan kebudayaan hingga lokakarya membuat produk budaya Indonesia seperti batik. Keberhasilan Festival Indonesia mengimplementasikan aspek-aspek branding mendapatkan apresiasi dari pihak-pihak eksternal. ......In order to strengthen the country's position on an international scale, Indonesia needs to create a positive image and strong identity to strengthen diplomatic relations. Diplomatic relations are generally run in long-term periods, thus requiring the state to continue to build and strengthen a positive image on a regular basis. For this reason, the state must boost efforts to create a positive image through nation branding activities. One of the nation branding activities carried out by Indonesia is ‘Festival Indonesia’ in South Korea. This paper uses the literature study method to collect data, information and references related to the ‘Festival Indonesia’ in looking at the implementation of Indonesian branding through the ‘Festival Indonesia’. The ‘Festival Indonesia’ is promoted as a place for cultural diplomacy between the two countries. However, in its implementation, ‘Festival Indonesia’ has also succeeded in becoming a momentum to nation brand Indonesia in front of the South Korean public and even the international public. Festival Indonesia is able to implement branding by answering questions such as what products are owned, why the public needs to pay attention to these products and what is the specialty of the product. The implementation of branding is answered through events that are presented, such as cultural performances to workshops on making Indonesian cultural products such as batik. The success of Festival Indonesia in implementing aspects of branding has received appreciation from external parties.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putri Shafira
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengetahuan tentang bagaimana suatu negara menciptakan identitasnya dengan menggunakan “nation branding”. Studi ini berfokus menganalisa bagaimana Korea Selatan menggunakan “Korean Wave”, fenomena budayanya, dan media global, untuk mengubah identitas nasionalnya. Menggunakan teori kultivasi analisis, penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan literatur pada database jurnal, katalog perpustakaan dan database surat kabar online, dengan mempelajari bagaimana Korea Selatan digambarkan dalam artikel media dan jurnal penelitian. Hasil mengungkapkan bahwa Korea Selatan telah berhasil mengubah identitasnya. Dahulu nya Korea Selatan dikenal karena perang Korea dan krisis keuangan yang parah, namun karena fenomena global telah berdampak pada industri pariwisata, ekonomi dan hiburan, Korea Selatan sekarang telah dikenal akan hiburan dan pariwisatanya. ...... The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.
The study aims to seek knowledge of how a nation creates its identity using the application of nation branding. The study focuses on analysing how South Korea use Korean Wave, its cultural phenomenon, and the global media, to alter its national identity. Using the cultivation analysis theory, the study was carried out using literature reviews on journal databases, library catalogue and online newspaper databases. It examines how South Korea was visualised in media articles and research journals. Results revealed that South Korea has succeeded in changing its identity. In the past, South Korea was known for the Korean War and the severe financial crisis, but because the global phenomenon has had an impact on the tourism, economic and entertainment industries, South Korea is now known for its entertainment and tourism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni Mardianti
Abstrak :
ABSTRAK
Praktik diplomasi Amerika Serikat kepada Indonesia salah satunya berbentuk diplomasi digital (eDiplomacy) yang terwujud melalui Twitter atamerica. eDiplomacy yang Amerika Serikat lakukan menyasar generasi muda pengguna media sosial karena berada dalam usia produktif dalam melakukan kehidupan bernegara. Dalam praktik eDiplomacy terdapat penyampaian nilai-nilai Amerika (American values) dan nation branding yang Amerika Serikat lakukan kepada masyarakat Indonesia. Penelitian ini fokus pada pertanyaan (1) bagaimana eDiplomacy sebagai bentuk konsep nation branding diterapkan oleh america di Indonesia sejalan dengan poin nilai-nilai Amerika (American values) dan (2) bagaimanakah nation branding @atamerica hadir dalam bentuk citra yang ingin disampaikan oleh Amerika Serikat kepada masyarakat Indonesia? Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian digunakan teori diplomasi publik oleh Joseph Nye, teori diplomasi digital oleh Wilson Dizard Jr., dan konsep nation branding oleh Leslie de Chernatory. Teori diplomasi publik digunakan untuk memahami konsep masuknya lembaga perwakilan Amerika Serikat di tengah masyarakat Jakarta, Indonesia. Teori diplomasi digital membantu penulis untuk memahami praktik diplomasi dalam media sosial, dan konsep nation branding berguna untuk memahami citra apa yang ingin disampaikan oleh Amerika Serikat melalui akun atamerica. Metode penelitian adalah kualitatif dengan acuan kepada Twitter milik america, dokumen resmi, dan situs berita internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun Twitter atamerica mengandung nilai-nilai Amerika (American values) dalam kontennya dan nation branding hadir untuk mempertahankan persepsi dan citra baik di masyarakat Indonesia atas Amerika Serikat
ABSTRACT
One of the form United States of Americas diplomacy practice for Indonesia, digital diplomacy (eDiplomacy), was realized through Twitter atamerica. eDiplomacy conducted by the United States targeting the young generation of social media users because they are in a productive age. In practice, eDiplomacy is the delivery of American values and American nation branding to the Indonesian people. This study focuses on the question (1) how eDiplomacy as a form of the concept of nation branding applied by atamerica in Indonesia is in line with the points of American Values and (2) how does atamericas nation branding come in the form of the image that the United States wants to convey to Indonesian society. To answer the research questions, I public diplomacy theory by Joseph Nye, digital diplomacy theory by Wilson Dizard Jr., and the concept of nation branding by Leslie de Chernatory. Public diplomacy theory is used to determine the concept of the entry of representative institutions in the United States of Jakarta, Indonesia. The digital diplomacy theory will facilitate the practice of diplomacy on social media, and the concept of nation branding is useful for understanding what images the United States wants to convey through the atamerica account. The research method is qualitative and take americas Twitter as the main source, official documents, and internet news sites. The results of the study show that the atamerica Twitter account contains American values in its content and presents the United States good image and improve positive perceptions about the State itself in Indonesian society
2019
T52283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Shabrina Hidayati
Abstrak :
ABSTRAK
Malaysia adalah negara multikultural dengan Melayu sebagai etnis asli dan terbesar, karena itu lah budaya Melayu menjadi dasar perkembangan budaya di Malaysia. Baju kurung dan baju Melayu yang tadinya milik etnis Melayu kini menjadi pakaian nasional Malaysia yang menunjukkan identitas nasional dan nation branding. Menurut Hall 1990 , identitas bukan lah sesuatu yang tetap dan bergantung pada positioning. Sedangkan Anholt 2013 berargumen bahwa identitas merupakan bagian dari nation branding. Penelitian kualitatif ini melihat bagaimana penerimaan kaum muda Malaysia terhadap baju kurung dan baju Melayu sebagai identitas nasional dan nation branding. Penulis menemukan bahwa identitas yang ditampilkan melalui keduanya dapat berupa identitas Melayu dan identitas nasional Malaysia karena keduanya dipakai oleh seluruh etnis di Malaysia. Di dunia internasional, keduanya juga menjadi pakaian yang menunjukkan identitas Malaysia, sehingga citra yang ditampilkan melalui nation branding dapat terlihat melalui baju kurung dan baju Melayu. Kata kunci:Malaysia; baju kurung; baju Melayu; identitas; nation branding
ABSTRACT
Malaysia is a multicultural country with Malay as the indigenous and the largest ethnic, hence Malay culture is the foundation of the development of Malaysia rsquo s culture. Baju kurung and baju Melayu belonged to the Malays have became Malaysia rsquo s national costume that shows national identity and nation branding. According to Hall 1990 , identity is not fixed and has positioning. Anholt 2013 argues that identity is a part of nation branding. This qualitative research examines on how youths in Malaysia is accepting baju kurung and baju Melayu as their national clothing and nation branding. The author found that the identity that is shown through baju kurung and baju Melayu could be the Malay and Malaysia rsquo s national identity due to both costumes are worn by all ethnics in Malaysia. In the international world, those costumes have become the clothing which represent Malaysia rsquo s identity, so that image is shown through nation branding could be seen by means of baju kurung and baju Melayu. Keywords Malaysia baju kurung baju Melayu identity nation branding
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqah Sajidah
Abstrak :
Seiring dengan meningkatnya popularitas media sosial dalam aktivitas politik dan pemerintahan, berbagai negara gencar untuk melakukan diplomasi digital sebagai instrumen untuk membangun citra positif, mempromosikan nilai-nilai, kebijakan, dan kepentingan nasionalnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya Presiden Barack Obama dalam membentuk wacana mengenai Amerika Serikat melalui Twitter/X sebagai salah satu strategi dari nation branding. Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Wacana Kritis oleh Norman Fairclough. Data yang dikumpulkan adalah serangkaian tweet resmi yang diunggah melalui akun Twitter/X @POTUS44 selama tahun 2015-2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima tema utama mengenai citra Amerika Serikat yang kerap disampaikan oleh Presiden Obama dalam akun Twitter/X miliknya. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana seorang kepala negara kerap mempertahankan ide-ide tertentu mengenai negaranya dalam wacana yang disampaikan melalui media sosial sebagai salah satu strategi dalam membangun citra mengenai negaranya kepada publik domestik maupun internasional. ......Alongside the increasing popularity of social media in political and governmental activities, various countries are actively engaging in digital diplomacy as an instrument to cultivate a positive image, promote values, policies, and national interests. This research aims to analyze President Barack Obama's efforts in shaping discourse regarding the United States through Twitter/X as a strategy of nation branding. The research method employed is Critical Discourse Analysis by Norman Fairclough. The data collected consist of a series of official tweets uploaded via the Twitter/X account @POTUS44 during the years 2015-2017. The findings of this research indicate that there are five main themes regarding the image of the United States frequently conveyed by President Obama through his Twitter/X account. This study offers new insights into how a head of state often upholds specific ideas about his country in discourse conveyed through social media as one strategy in building the image of his country to both domestic and international audiences.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirna Larasati
Abstrak :
Strategi Cool Japan merupakan sebuah strategi yang dikelola oleh pemerintah Jepang dengan fokus terhadap budaya populer dan industri kreatif. Tujuan utama dari Cool Japan adalah menarik perhatian dunia secara positif. Pada mulanya Cool Japan berada di bawah pengawasan Kementrian Luar Negeri Jepang atau MOFA. Hingga pada tahun 2011 Cool Japan menjadi bagian dari program kerja Kementrian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang atau METI. Penelitian ini menemukan formulasi teori nation branding yang dikemukakan Simon Anholt dalam program-program yang dilaksanakan oleh Cool Japan.
'Cool Japan rdquo is a Japan's goverment strategy which is focused on pop culture and creative industry. The main aim of'Cool Japan rdquo is attract the world in positive way. At first'Cool Japan rdquo is being supervised by Ministry of Foreign Affair MOFA . Up to 2011'Cool Japan rdquo is being a part of Ministry of Economy, Trading, and Industry or METI's program. This research found that nation branding's theory by Simon Anholt formulated in Cool Japan's activities.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Ayu Rahimainita
Abstrak :
Skripsi ini menggunakan kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah 18th Asian Games 2018mendatang, sebagai studi kasus tentang bagaimana penyelenggaraan sport mega-eventmeningkatkan nation branding sebuah negara. Skripsi ini juga memaparkan strategipemanfaatan media sosial 18th Asian Games 2018 pada periode Agustus ndash; Oktober 2017dalam mengomunikasikan nation branding Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metodekualitatif dengan melakukan studi deskriptif dan paradigma konstruktivisme pada objekpenelitiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan, administrasi,ekonomi, dan prestasi merupakan indikator utama dalam sebuah penyelenggaraan sportmega-event yang membentuk nation branding negara penyelenggaranya. Hasil penelitianjuga menemukan bahwa dengan cakupan wilayah khalayak sasaran yang begitu luas, mediasosial merupakan media yang efektif membentuk nation branding melalui penyelenggaraansport mega-event apabila melalui tahapan manajemen strategis dalam branding, yaitupenentuan dan implementasi identitas.
This thesis uses Indonesia rsquo s opportunity as the host country for the upcoming 18th AsianGames 2018 as a case study on how a sport mega event can shape and escalate nationbranding of a country. In a connection with social media marketing as concept, this thesis isalso explains the social media marketing strategy of 18th Asian Games 2018 in the period ofAugust ndash October 2017 in order to communicate nation branding of Indonesia through the18th Asian Games Jakarta Palembang 2018. This thesis conducted under qualitative approachwith descriptive study and constructivist paradigm to the object of research. The finding of this thesis shows that management of the event, sport achievement, administrative, andeconomic are the main indicators in a sport mega event that shaped nation branding of thehost country. Besides, the finding also shows that social media is the best media to shapenation branding through a sport mega event which targeting audience from varieddemographical backgrounds.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeka Minami Kalpika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya nation branding Jepang di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga kebudayaan pemerintah Jepang yaitu The Japan Foundation Jakarta (JF Jakarta) dengan melihat dari perspektif kehumasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa humas JF Jakarta melaksanakan upaya nation branding melalui diplomasi budaya, dan telah berperan dalam melaksanakan tiga instrumen diplomasi budaya yaitu bahasa, misi budaya, dan promosi kesenian Jepang di Indonesia dengan cara menyelenggarakan kegiatan berbasis budaya dan bahasa, mengelola media sosial, dan membangun hubungan dengan komunitas pencinta Jepang. JF Jakarta juga sudah menuju pada proses nation branding yang strategis meskipun belum sempurna. JF Jakarta belum merancang strategi komunikasi yang jelas, dan belum mengimplementasikan kontrol serta evaluasi penyampaian pesan inti yang dilakukan sehingga pesan tersebut belum tersampaikan dengan baik kepada khalayaknya. Pendekatan kehumasan dalam nation branding yang dijalani humas JF Jakarta sebagian besar telah memenuhi karakteristik pembangunan hubungan (relationship building) dibandingkan dengan pengelolaan citra (image management). Pendekatan kehumasan yang dilakukan JF Jakarta ini sudah tepat, kini yang perlu dilakukan adalah bagaimana supaya hubungan yang dibangun ini dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan keuntungan lainnya yang lebih dari sekedar mendapatkan citra Jepang yang baik di mata masyarakat Indonesia.
This study aims to describe Japan's nation branding in Indonesia through Japan's government cultural institution named The Japan Foundation Jakarta (JF Jakarta) from public relations perspective. This study uses a qualitative approach with case studies method. The results showed that the public relations of JF Jakarta carried out the efforts of nation branding through cultural diplomacy, and had taken a role in implementing three cultural diplomacy instruments, which are language, cultural mission, and promotion of Japanese arts in Indonesia by organizing cultural and language-based activities, managing social media, and building relationships with Japan enthusiasts' communities. JF Jakarta has also carried out a strategic branding process even though it is not yet perfect. JF Jakarta has not designed a clear communication strategy, and has not implemented controls and evaluation of the delivery of the core messages so the message has not been conveyed properly to the audience. Public relations' approach in nation branding carried out by JF Jakarta public relations in nation branding had largely fulfilled relationship building approach's characteristics compared to image management approach. This public relations approach taken by JF Jakarta is right, now what needs to be done is to find out how the relationship that is built can be managed properly to produce other benefits that are more than just getting a good image of Japan in the eyes of the Indonesian people.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladisya Putri Pusparini
Abstrak :
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka dengan topik soft power Korea Selatan. Pemilihan ini berangkat dari negara Korea Selatan yang dalam perkembangannya telah mengalami perkembangan signifikan dari ekonomi dan budaya yang semakin mengglobal akibat budaya populernya, Korean Wave. Terdapat total 38 literatur kontemporer yang diterbitkan dari tahun 2010 hingga 2021. Tinjauan pustaka ini dibagi menjadi enam tema utama, yakni: 1) soft power dalam upaya kepemimpinan Korea Selatan; 2) kajian soft power dalam institusi politik Korea Selatan; 3) peranan aktor non-negara dalam soft power Korea Selatan; 4) kebijakan luar negeri Korea Selatan dalam soft power; 5) soft power nilai politik demokrasi dan sentimen nasionalisme Korea Selatan; dan 6) soft power kebudayaan Korea Selatan. Dari keenam tema dan kategorisasi literatur ini, penulis kemudian menganalisis tentang konsensus, perdebatan, dan sintesis yang ada. Penulis menemukan bahwa perkembangan kajian soft power Korea Selatan dalam studi Ilmu Hubungan Internasional termasuk baru berkembang dan memiliki beberapa kesenjangan untuk pembahasannya, ditambah dengan konsep soft power yang juga masih sangat diperdebatkan. Banyak dari bahan bacaan yang sama-sama melihat Korea Selatan sebagai debat tentang motivasi dan intensi Korea Selatan di balik penggunaan soft power. Kajian softpower Korea Selatan masih memiliki ruang untuk dibahas, salah satunya dari perspektif post-positivisme. ......This paper is a literature review on the topic of South Korean soft power. The topic of this paper was chosen due to South Korea’s significant economic development and its popular culture or Korean Wave success. With a total of 38 literatures published between 2010 to 2021, this literature review found six main themes, namely: 1) soft power in South Korean leadership efforts; 2) soft power studies in South Korean political institutions; 3) the role of non-state actors in South Korea's soft power; 4) South Korea's foreign policy in soft power; 5) soft power of South Korean democratic political values ​​and sentiments of nationalism; and 6) the soft power of South Korean culture. This literature review then discusses the existing consensus, debate, and synthesis. The author found that the growth of South Korean soft power studies in the study of International Relations is relatively new and has several gaps for discussion, in addition to the idea of soft power which is also extensively discussed. Many of the literatures share the same view of South Korea as a middle power, while arguing over South Korea’s motivations and intents behind the deployment of soft power. There is still area for debate in the study of soft power of South Korea, one of which is from the perspective of post-positivism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>