Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vera Fitra Molina
Abstrak :
Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah berjalan selama empat tahun. Saat ini pelaksanaan beberapa kegiatan mengalami penurunan. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program tersebut ditinjau dari manajemen dan organisasi dengan pendekatan sistem. Pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam, Focus Group Discussion. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor manajemen yang terdiri dari komitmen, kepemimpinan, komunikasi dan kerjasama dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo masih rendah disebabkan program tersebut belum menjadi prioritas utama dan seringnya terjadi pergantian pimpinan yang diikuti dengan perubahan kebijakan. Organisasi pelaksana program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial secara struktural belum melibatkan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan belum ada pembagian tugas antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Pelaksanaan tugas komite pencegahan dan pengendalian infeksinosokomial masih rendah terbukti dengan tidak terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi, pengawasan dan umpan balik. Saran yang dapat dilakukan dengan restrukturisasi organisasi dan meningkattkan kembali kegiatan sosialisasi, pertemuan, rapat dan orientasi agar informasi tentang program dapat dipahami dan dilaksanakan.
Programs of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo been running for four years. Currently the implementation of some activities has decreased. Descriptive qualitative study conducted to know the description of the programs in terms of management and organizational systems approach. The collection of data through document review, observation, depth interviews, focus group discussions. Based on the results of the study concluded that the factor of management commitment, leadership, communication and cooperation in the implementation of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo still low because the program has not been a top priority and the frequent change of leadership, followed by policy changes. Organizations implementing prevention and control of nosocomial infections are structurally not involve people who have influence and there is no division of tasks between policy makers and policy implementers. Implementation of prevention and control committee assignment infeksinosokomial low as evidenced by not meeting the implementation of activities, socialization, supervision and feedback. Suggestions to do with organizational restructuring and re-socialization meetings and orientation to information about the program can be understood and implemented.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31746
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar Djauhari
Abstrak :
ABSTRAK
lnfeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama seseorang berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial tidak hanya menyerang yang dirawat tetapi juga penderita yang berobat dan setiap orang yang berada di rumah sakit. Dengan persyaratan pada waktu masuk rumah sakit penderita belum terinfeksi dan tidak berada dalam masa inkubasi penyakit tersebut.

Selain meyebabkan morbiditas dan mortalitas, infeksi nosokomial akan menambah beban tenaga dan biaya baik bagi rumah sakit maupun penderita dan keluarganya.

Ada empat macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi (ILO), infeksi saluran kemih (ISK), infeksi saluran napas (ISN) dan bakteriemia.

Dari keempat macam infeksi nosokomial itu, 42% adalah infeksi nosokomial saluran kemih (INSK) dengan angka infeksi 2,39 per 100 kunjungan dan 47 - 75 persen infeksi nosokomial saluran kemih terjadi akibat tindakan urologik terutama sekali kateterisasi kandung kemih.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih pada penderita yang memakai kateter kandung kemih di unit rawat inap RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jupri Kartono
Abstrak :
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius yang dapat menjadi penyebab kematian secara langsung atau tidak langsung. Hal yang paling ringan yang dapat dirasakan dengan terjadinya infeksi nosokomial adalah menjadi panjangnya lama rawat inap, dengan demikian biaya perawatan yang harus dibayar oleh pasien juga menjadi lebih besar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial di Ruang instalasi rawat anak rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Metode penelitian dengan metode case control di rumah sakit dengan 26 pasien sebagai kasus dan 78 sebagai kontrol dari pasien yang dirawat kurun waktu juni 2008 sampai dengan mei 2009 dengan melihat data sekunder rekam medis pasien. Pengambilan data pada bulan mei sampai juni 2009. Analisis yang digunakan adalah dengan analisis univariat, bivariat dengan chi square, multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan pada 95% Cl tidak ada pengaruh usia terhadap infeksi nosokomial (p= 1,000), jenis kelamin terhadap infeksi nosokomial (p=0,256) dan status gizi terhadap infeksi nosokomial 0,710), faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap infeksi nosokomial adalah lama tindakan invasif (p=0,001), penggunaan antibiotik (p=0,003) sedangkan tindakan invasif tidak berpengaruh (p=l,000). Faktor keperawatan yang berpengaruh terhadap infeksi nosokomial adalah faktor lama rawat (p=0,001) sedangkan kelas ruang rawat tidak berpengaruh dengan nilai p=0,507. Dari analisis multivariate menunjukkan faktor yang paling berpengaruh adalah penggunaan antibiotik (p_0,025, OR=5,23). Pencegahan infeksi nosokomial diharapkan dapat dilakukan dengan penerapan prinsip aseptik dan antiseptik selama prosedur tindakan invasif, pelaksanaan prinsip patient safety, penggunaan alat pelindung diri yang baik, dan juga dengan penggunaan antibiotik secara rasional. Kerjasama yang baik antara staf dari berbagai profesi yang terlibat dalam perawatan pasien sangat penting dalam program pengendalian infeksi. ......Nosocomial Infection is a serious problem which can be a cause of death directly or indirectly. The most light that can be perceived with the occurrence of nosokomial infection is a long inpatient, so that treatment costs should be paid by the patient also becomes larger. Research aims to identify risk factors that influence the occurrence of nosocomial infection installation child care unit of Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung hospital. The research method with the case control method in the hospital base with 26 patients as cases and 78 as the control of the patient treated period June 2008 to May 2009 with the secondary data view patient medical record. The data collection on May to June 2009. Analysis is used by the univariat analysis, bivariat with chi square, multivariat with multiple logistic regression. Results of research shows at the 95% Cl does not have the influence of age on the nosocomial infection (p = 1,000), gender on the nosocomial infection (p = 0,256) and nutritional status on the nosocomial infection (p=0,710), ekstrinsik factors that affect the infection is long nosokomial action invasif (p = 0.001), use of antibiotics (p = 0,003) while the action invasif no effect (p = 1,000). Nursing factors affecting infection is a factor nosokomial old treated (p = 0,001) while the class room is not treated with a value of p = 0,507. Multivariate analysis shows from the most influential factor is the use of antibiotics (p = 0,025, OR = 5,23). Prevention of nosocomial infection can be expected with the implementation of the principle of aseptic and antiseptic action during invasif procedure, implementation of patient safety principles, use of protective equipment ourselves well, and also with use the antibiotics rationally. The good cooperation between staff from all professions involved in patient care is very important in the infection control program.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26571
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rohani
Abstrak :
Infeksi nosokomiaJ penting mendapatkan perhatian, karena infeksi nosokomial menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Menurut Thamrin (1993) penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab utama infek:si nosokomial. Karena itu kepatuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sangat penting sebagai upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit. Salah satu upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan memutus malaran!al infeksi nosokomial melalui perllaku perawat yang lebih ascptik dan menerapkan tindakan keperawatan berdasarkan prinsip standard precaution. Hasil penelitian infeksi nosokomial infeksi luka infus di RSUD Kota Bekasi tahun 2007 didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sangat tinggi yaitu rata-rata 15,2% sedangkan Depkes (2007) menetapkan angka infeksi nosokomial harus <1,5%. Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana gambaran perilaku kepatuhan perawat dalam tindakan pencegahan INOK pada saat melak-ukan tindakan keperawatan di ruang rawat inap serta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian survei dengan desain cross sections dengan tujnan memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuban perawat dalam pencegahan INOK di ruang rawat inap. Populasi meliputi semua perswat yang uktif beke!ja di 8 ruangan rawat inap kecuali kepala ruangan yang beijumiah 148 orang Sampel penelitian 80 orang. Pengumpulan data diJakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabel independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan mengunakan dalblr tilik. Variabel dependen adalah kepetuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sedangkan variabel independen adalah fuktor predispesisi (pendidikan perawat, pengetahuan, siknp), fuktor pemungkin (ketersediaan sarana, ketersediaan pedaman/SOP INOK, lama kruja perawat), dan faktor penguat (pelatiban, supervisi dan sanksi). Hasil penelitian menunjukkan proporsi perawat yang patuh terbndap upaya pencegaban INOK sebesar 52,5% dan yang tidak patuh 47,5%. Dari sembilan variabel yang dianalisis bivariat ada 4 {empat) variabel yang terbnkti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK, dan supervisi. Sedangkan pada basil akhir analisis multivariat (mu!tivariat tahap II) dari 4 (empat) variabel didapstksn keempat variabel terbukti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK dan lama kerja. V ariabel lama keg a memiliki hubungan kearab negatif yaitu semakin lama bekerja semakin tidak patuh, sedangkan yang lainnya mcmiliki hubungan kearah positif. Dari keernpat variabel tersebut kerersediaan sarana terbukti sebagai faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku kepatuban perawat ruang rawat inap dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Kota Bekasi dengan p value= 0,008 dan nilal odd ratio 4,350 (CI 1,478 sd 12,804). Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya kornitmen dari Direksi RSUD Kota Bekasi terhadap pentingnya pengendalian dan pencegahan INOK dalam bentuk duknngan nyata berupa perbaikan sarana, kemudaban dalam mendapatkan instrumen dan baban habis paka1 dalam jumlah sesuai kebutuban, serta menyediakan alokasi anggaran program PPIN dengan prioritas program peningkatan pengetahuan perawat secara terns menerus dan berkesinambungan balk melalui pembuatan baku saku pencegaban INOK. pelatihan, seminar serta penyampaian informasi terbaru,dimana pengetahuan menjadi dasar dari berkelanjutannya suatu perilaku yang baik. ......Nosocomial infection need to be noticed as the one of mortality and morbidity causes. According to Thamrin (1993}, the infection spreading via nurses is the main cause of Nosocomial infection. Therefore. adherence of the nurses in efforts to prevent nosocomial infection is very important to maintain the quality of hospital service. One of the efforts is to cut·off chain of nosocomial infection through improving aseptic behavior to the nurses and implementing actions based on the principle of standard precaution. Research of the nosocomial infection (Nl) by intravenous feeding injury at Bekasi Hospital in 2007 have resulted that a number of nosocomial infection incidence was very high that the average was about 15.2% while the Ministry of Health (MOH-2007) set the number of nosocomial infection must be
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32498
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Lina Iswaraningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat yang dihuni oleh pasien yang umumnya memiliki daya tahan tubuh yang rentan. Oleh karena itu, rumah sakit, terutama kamar operasi haruslah berada dalam keadaan relatif steril. Adanya mikroorganisme dalam kamar operasi dikhawatirkan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang terdapat dalam ruang Instalasi Bedah Pusat-Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (IBP-RSCM), Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka cawan petri yang berisi medium Tauge Extract Agar (TEA) selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan sebelum dan sesudah ruangan dibersihkan. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasikan pada suhu kamar dan pengamatan dilakukan selama lima hari berturut-turut. Kapang dipelihara pada medium Potato Dextrose Agar (FDA). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan medium Czapek's Dox Agar (CDA), Malt Extract Agar (MEA), dan FDA. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 18 jenis kapang yang dapat diisoiasi dan diidentifikasi dari IBP-RSCM. Kapang yang ditemukan merupakan kapang dari marga Aspergillus, Chaetomium, Cladosporium, Curvularia, Fusarium, Humicola, Mortierella, Penicillium, dan Wallemia. Kapang yang memiliki persentase keberadaan terbesar sebelum ruangan dibersihkan adalah Aspergillus sedangkan sesudah ruangan dibersihkan adalah Penicillium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK Infeksi nosokomial masih menjadi masalah utama dunia, kejadian infeksi ini menyebabkan length of stay (LOS), mortalitas dan healthcare cost meningkat. Penelitian ini ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang hand hygiene di Gedung Wijayakusuma RSUP Persahabatan tahun 2014. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sample adalah 75 orang diambil dengan total sampling. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisa data univariat. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar 81,3%. Disarankan perawat meningkatkan tingkat pengetahuan tentang hand hygiene sehingga dapat melakukan prosedur cuci tangan dengan baik.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Yeni
Abstrak :
Prevalensi infeksi nosokomial masih menjadi masalah serius di seluruh pelayanan kesehatan di rumah sakit seluruh dunia. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah buruknya pelaksanaan hand hygiene. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan hand hygiene mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2013. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan teknik total sampling, 110 responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan hand hygiene WHO dan kuesioner rancangan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik terkait hand hygiene berjumlah 3 orang (2,7%), berpengetahuan cukup berjumlah 92 orang (83,6%), dan berpengetahuan kurang berjumlah 15 orang (13,6%). Disarankan kepada seluruh mahasiswa dan petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan hand hygiene yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku hand hygiene yang tepat dan benar. ......Nosocomial infection is still a serious problem in world wide health care facilities. One of the main factors that affects the infection is the poor practice of hand hygiene. The study aimed to identify the prevelance of knowledge level of hand hygiene among nursing students in University of Indonesia. Cross sectional design was used with 110 respondents. This research used a combination of World Health Organization questionnaire and self made questionnaire to complete the survey. The result showed that only 3 respondents (2,7%) have good knowledge of hand hygiene, 92 respondents (83,6%) with moderate knowledge, and 15 respondents (13,6%) with poor knowledge. Students and health care providers are recommended to improve hand hygiene knowledge to increase hand hygiene practice.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrinda Mega Kencana
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut Kemenkes No.129 tahun 2008 angka kejadian infeksi luka operasi adalah le;1,5 dimana di RSIA Selasih Medika terdapat 5,9 pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran lingkungan sebagai pengendalian infeksi nosokomial di RSIA Selasih Medika. Jenis penelitian ini disusun dengan desa indeskriptif. Menilai gambaran lingkungan rumah sakit melalui hasil laboratorium,observasi dan wawanvara. Penelitian ini menunjukan sistem ventialasi dengan suhu rata rata ruang perawatan nifas Mawar 25.10C dengan kelembaban udara 62.5 dan ruang perawatan nifas Aster dengan rata-rata suhu 27.50C dengan kelembaban74.02 , ruang operasi memiliki ventilasi udara yang baik yaitu suhu udara 25.2 0C dengan kelembaban udara 46,75 . Angka kuman udara dalam ruang adalah 5000C FU/m pada ruang perawatan nifas Mawar dan 36000 CFU/m pada ruangan nifas Aster. Angka kuman dilantai ruang Mawar 0 CFU/cm dan Aster 7 CFU/cm juga ruang operasi memenuhi standar. Alat operasi pada set 1 terdapat 15 CFU/cm dan pada set 2 terdapat 13 CFU/cm dan alat pengganti verban yaitu terdapat 0 CFU/cm. Angka kuman dalam linen set 1 terdapat 0 CFU/cm dan linen set 2 terdapat 6CFU/cm. Perilaku cuci tangan petugas kesehatan RSIA Selasih Medika adalah sebesar 82.7 baik dan 17.3 tidak baik.
ABSTRACT
According to Ministry of Health No.129 year 2008 the incidence of wound infection is ≤ 1.5% where in RSIA Selasih Medika there is 5.9% in 2016. This research is very useful to identify environmental picture as control of nosocomial infection at RSIA Selasih Medika. Type of research is prepared with descriptive design. Assess the hospital environment overview of laboratory, observation and wawanvara results. This study shows the ventation system with the average temperature of 255 ° C maturity treatment with air humidity of 62.5% and the Aster nifas room with an average temperature of 27.50C with humidity 74.02%, the operating room has good air ventilation ie 25.2 0C air temperature with humidity Air 46.75%. The number of indoor airborne germs is 5000 CFU / m³ in the treatment room of the Mawar and 36000 CFU / m³ in the Aster room. The germ on the floor of the Rose room 0 CFU / cm² and Aster 7 CFU / cm² also the operating room meets the standards. The operational tool on set 1 is 15 CFU / cm² and in the 2nd set there is 13 CFU / cm² and the verban replacement tool is 0 CFU / cm². The number of germs in linen set 1 is 0 CFU / cm² and linen set 2 is 6 CFU / cm². Behavior of handwashing health officer RSIA Selasih Medika is equal to 82,7% good and 17,3% not good.
2017
S68857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Alya Putri
Abstrak :
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif, membentuk pigmen kuning, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Bakteri ini seringkali ditemukan pada saluran pernapasan atas dan kulit. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya seperti bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. S. aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif yang banyak ditemukan di lingkungan medis yang berpotensi menimbulkan infeksi tak berbahaya maupun gejala lebih serius terhadap pasien rawat inap di rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi ringan maupun serius akibat bakteri S. aureus, maka dilakukan metode sterilisasi bakteri. Dalam studi kali ini dilakukan perbandingan efikasi menggunakan metode sterilisasi UV-C dan ozon terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Bakteri dipaparkan ozon dan sinar UV-C dengan durasi 15, 30 dan 45 menit. Dilakukan pula uji lanjutan sterilisasi stetoskop. Selanjutnya dilakukan analisa Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui tingkat kematian bakteri dan dilakukan uji statistik berupa ANOVA, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis sehingga dapat ditentukan metode sterilisasi yang paling efektif terhadap S. aureus. Penelitian menunjukkan bahwa sterilisasi menggunakan sinar UV-C dan ozon paling efektif pada durasi paparan 30 menit. ......Staphylococcus aureus is a facultatively anaerobic bacteria, producing yellow pigments, generally grown in pairs or groups. These bacteria are often found in the upper respiratory tract and skin. S. aureus infection is associated with several pathological conditions, including ulcers, acne, pneumonia, meningitis, and arthritis. S. aureus is one of the Gram-positive bacteria found in many medical environments that have the potential to cause harmless infections or more serious symptoms to hospitalization patients. As an effort to prevent the occurrence of mild and serious infections due to S. aureus bacteria, the method of sterilization of bacteria is carried out. In this study, efficacy comparisons were conducted using UV-C and ozone sterilization methods against Staphylococcus aureus bacteria. Bacteria are exposed to ozone and UV-C light with durations of 15, 30 and 45 minutes. Further tests of stethoscope sterilization are also carried out. Furthermore, Total Plate Count (TPC) analysis is performed to determine bacterial mortality rates and statistical tests in the form of ANOVA, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis can be determined so that the most effective sterilization methods against S. aureus can be determined. Research shows that sterilization using UV-C light and ozone is most effective at an exposure duration of 30 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien, tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28 spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobacter sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan 85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp sudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin. Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik diIndonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polabakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yangberpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat BedahRSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metodeobservasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat BedahRSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udararuangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitasantibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisissecara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteriditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogensebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagaipenyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalahStaphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobactersp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikutidengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitifterhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehinggabakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanyasensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasilESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongancephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter spsudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon danmeropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin.
610 JKY 20:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>