Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sarmawadi
"Perhitungan dan analisis biaya kualitas merupakan tahapan awal dalam manajemen kualitas. Biaya kualitas mencakup seluruh biaya yang berkenaan dengan kegiatan pengendalian kualitas, perencanaan sistem kualitas, pencegahan, dan perbaikan ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi dan karakteristik kualitas yang telah ditetapkan. Hasil perhitungan biaya kualitas dapat digunakan sebagai informasi awal untuk mengidentifikasi peluang peningkatan kualitas produk dan proses. Melalui perhitungan biaya kualitas tersebut, perusahaan juga diharapkan dapat mengetahui biaya potensial yang dapat diselamatkan, yang pada akhimya nanti dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan marjin keuntungan perusahaan.
Perhitungan biaya kualitas pada fine trimning final assy project Pick-Up PT X diawali dengan mengidentifikasi aktivitas produksi dan pendukung produksi fine trimning yang tergolong ke dalam elemen biaya kualitas. Biaya kualitas untuk periode tertentu merupakan akumulasi dari biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan fine trimning yang terjadi pada periode tersebut. Hasil perhitungan untuk periode januari-April 2005 menunjukkan proporsi terbesar biaya kualitas pada fine rrinmring PT X berada dalam bentuk biaya pencegahan yaitu sebesar 76%, diikuti biaya penilaian sebesar 21%, sedangkan kategori biaya kegagalan memiliki persentase terkecil, yaitu sebesar 3% dari total biaya kualitas. Potensi penurunan biaya kualitas terdapat pada kategori biaya kegagalan. Suatu usulan teknis dikemukakan untuk menurunkan angka biaya kegagalan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, David Ika Bhakti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaiti Hafmaya
"ABSTRAK
Untuk dapat mengetahui biaya manufaktur komponen produk secara akurat,
maka PT XYZ bermaksud untuk mengubah sistem kalkulasi biaya manufaktur yang
selama ini diterapkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan penetapan harga jual
produk dan perhitungan biaya manufalctur aktual komponen kendaraan yang
bervariasi. Selama ini perhitungan biaya hanya dilakukan terhadap unit kendaraan
dcngan menggimakan koeiisien konsumsi biaya manufaktur satu jenis kenclaraan
yang memiliki volmne produksi terbesar. Biaya manufalcmr komponen kendaraan
diperkirakan berdasarkan persentase bagian komponen terhadap total unit
kendaraan.

Skripsi ini dimaksudkan untuk mengembangkan metode perhitungan biaya
manufaktur pada proyek percontohan perbaikan sistem perhitungan biaya
manufaktur dengan menggunakan metodologi statistik, penelusuran biaya,
identifikasi driver biaya dan alokasi biaya dua tahap- Penelitian untuk
pengembangan metode perhitungan biaya manufaktur dilakukan pada proyek
percontohan perbaikan sistem kalkulasi biaya manufaktur di PTXYZ dilakukan
pada salah satu bagian dari Shell Body Sub Assy Welding I/Issembly Plant. Pada
bagian ini di produksi pintu depan, pintu belakang, pintu tengah, kap mesin, dan
penutup tangki bahan bakar kendaraan bermotorjenis KF.
Metode penelusuran biaya dilakukan dengan 2 cara, yaitu penelusuran
langsung dan penelusuran faktor penggerak biaya (driver biaya). Biaya
dikelompokkan ke dalam cost pool dan untuk setiap cost pool diidentifikasi driver
biaya yang paling tepat sebagai basis alokasi biaya. Penelusuran basis alokasi biaya
dilakukan dengan menggunakan metode regresi dan analisis hubungan sebab akibat
dengan pertimbangan biaya pengukuran dan efek perilaku. Setelah basis alokasi
biaya diidentifikasi, dilakukan pembebanan biaya manufaktur ke setiap cost center
dan setiap produk dengan menggunakan basis alokasi tersebut. Dengan
mengunakan alokasi biaya dua tahap, dihasilkan suatu usulan metode perhitungan
biaya manufaktur komponen produk yang dapat digunakan untuk kebutuhan
perhitungan biaya manufaktur aktual, penetapan harga produk, sert alat kontrol
fluktuasi biaya.

"
2001
S49926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Anom Ratmaya
"Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pembiayaan kamar operasi dan tingkat pemulihan biaya dari hasil kamar operasi untuk tiap jenis operasi di Rumah Sakit Umum Puri Raharja berdasarkan activity based costing. Studi ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dan kwantitatif.
Hasil perhitungan dengan menggunakan ABC system terhadap 54 jenis pembedahan di Rumah Saakit Umum Puri Raharja diperoleh nilai perhitungan tertinggi pada jenis operasi Extended Pyelolithomy dengan nilai Rp 581,190.- sedangkan nilai perhitungan terendah pada jenis tindakan EKEK+IOL sebesar Rp 298,726.- dan nilai rata-rata penghitungan berdasrkan jenis operasi adalah sebesar Rp 456,018.-.Hasil perhitungan Activity Based Costing dibandingkan dengan hasil pendapatan didapatkan tingkat pemulihan biaya perjenis tindakan rata rata 286,4% atau hasil pendapatan yang didapatkan dari kamar operasi sudah dapat munutupi biaya opersional kamar operasi berdasarkan jenis operasi.
Disarakan agar dilakukan perhitungan kembali pada beban untuk tenaga kerja, pembaharuan peralatan, dan evaluasi pada beberapa tindakan yang memiliki nilai CRR dibawah 100%, untuk menghasilkan profit untuk pengembangan rumah sakit ke depan.

This research was carried out on the operating room cost and cost recovery level of operating room resulted for each kind of operation at Puri Raharja General Hospital based on activity based costing. This study is in analytic descriptive with qualitative and quantitative approaches.
The research result for 54 kind of surgery based on activity based costing shows highest calculated values obtained on the Extended Pyelolithomy operation with a value of Rp 581.190, while the lowest value calculated on the EKEK+IOL is Rp 298.726. - and the average value calculation based on type of operation is Rp 456.018. -. The result of cost calculation with Activity Based Costing compared with the average revenue is in average 286.4% or the revenue which is gained from operating room can cover the operational cost of operating room based on the kind of the operation.
It is suggested to do the recounting on the burden of the workers, renewal the equipments and evaluation on some activities, which have CRR value fewer than 100%, so that the operating room can function properly and can be revenue centre which results profit to the development of the hospital in the future."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31795
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Arman Zulkarnain
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan perbankan di Indonesia, telah
menempatkan usaha di sektor perbankan sebagai suatu usaha yang highly regulated dan beresiko tinggi. Berbagai deregulasi yang terjadi seperti pada Juni 1983, Oktober 1988, Mei 1993 dan berbagai deregulasi lanjutannya serta kemungkinan adanya intervensi oleh otoritas moneter, menyebabkan pengelola perbankan harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut Hal ini sangat disadari terutama dalam rangka mendapatkan net interest income (Nil) yang diharapkan. Karena besamya Nll sangat bergantung pada struktur neraca maupun tingkat bunga, maka pengelqla perbankan menggunakan pendekatan asset liability management (ALM) dalam pengelolaan keuangannya. ALM merupakan suatu pendekatan terpadu atas kedua sisi neraca untuk mencapai target retur yang diharapkan, dalam batasan-batasan resiko yang telah ditentukan. Dalam perbankan, ALM dilakSanakan oleh suatu lembaga yang bernama asset liability committee (ALCO). Karena merupakan sebuah komite, untlik pelaksanaan tugas sehari-hari ALCO dibantu oleh staff supporting group-ALCO (SSG-ALCO)
Dalam kaitannya dengan ALM, pennasalahan yang ditangani SSG-ALCO PT Bank
Persero dapat diKelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, adanya hambatan internal berupa coriflict of interest dalam gapping strategy. Kedua, metode perhitungan biaya dana yang digunakan sebagai penentuan base lending rate tidak menjamin maksimisasi 1aba dan tidak mencerminkan harga pengorbanan yang sebenamya dalam meraih pendapatan. Ketiga, pemanfaatan secondary reserves sebagai swnber likuiditas yang sekaligus memberikan tambahan pendapatan, masih belum optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi tingkat bunga pasar yang tidak
berubah, upaya yang dilakukan untuk merubah tingkat bunga kredit atau deposito dalam rangka membentuk posisi GAP yang diinginkan, selalu mendapat hambatan dari pengelola sisi asset maupun pengelola sisi liabilitas. Selain itu, penggunaan metode weighted average cost of fund dalam perhitungan biaya dana lebih sesuai untuk menilai kinerja bank dimasa lalu. Sedangkan marginal cost of fund lebih sesuai untuk keperluan ekspans~ karena biaya dana untuk base lending rate mengikuti fluktuasi tingkat bunga yang berlaku. Strategi yang digunakan untuk memanfaatkan idle fund dilakukan secara pasif, yaitu menernpatkan kelebihan dana path rekening penempatan path bank (placement) dan surat-surat berharga (marketable securities) berjangka pendek dengan tujuan untuk menyangga likuiditas
minimum yang ditentukan Bank Indonesia. Hal liii terjadi karena relatif sedikitnya produkproduk treasury di Indonesia. Disampmg itu, Bank Indonesia membatasi perbankan untuk melakukan kegiatan spekulatif, misalnya untuk memiliki portfolio saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Untuk membentuk slruktur neraca sesuai dengan yang diinginkan (gapping strategy), perubahan formula bunga antar kantor (internal transfer pricing) dapat dianggap sebagai jalan yang cukup kompromistis. Perubahan formula mi diharapkan dapat menghindari terjadinya conflict of interest diantara pengelola kedua sisi neraca Bank. Selanjutnya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan marginal cost of fund, formula weighted average cost of fund tetap dapat dipergunakan dengan sedikit modifikasi. Kesulitan dalam mengalokasikan servicing cost dapat diatasi dengan menghitung besamya
servicing cost tersebut atas dasar selisih antara biaya overhead dengan pendapatan bukan bunga. Selanjutnya, servicing cost dialokasikan sesuai dengan besarnya komposisi rupiah dan valuta asing yang dapat dihimpun Bank. Dengan cara i, maka biaya bunga dapat ditekan melalui peningkatan kegiatan yang menghasilkan fee based income. Akhimya, untuk mengoptimalkan kelebihan dana path secondary reserves, Bank dapat beipartisipasi di pasar modal secara tidak langsung. Partisipasi tersebut dilakukan melalui perusahaan
reksadana, dengan cara memanfaatkan core of excess fund yang dimiliki Bank untuk membeli sekuritas reksadana yang memiliki portfolio obligasi. Pendekatan ini lebih diarahkan untuk memperoleh pendapatan daripada sebagai sumber dana yang menopang likuiditas minimum. Dengan cara im, Bank diharapkan memperoleh return yang relative lebih tinggi dengan resiko yang relatif lebih rendah, disamping tetap dapat menyangga likuiditas minimum.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reniati
"Pelayanan kesehatan di Indonesia makin hari semakin berkembang dengan pesat, hal ini memberi dampak pads meningkatnya pembiayaan kesehatan Setelah texjadi krisis, beban pembiayaan itu menjadi semakin berat terutama disebabkan oleh infiasi yang sangat tinggi. Krisis ekonimi juga menambah behan biaya kesehatan yang berasal dari pemerintah karma pemerintah hams mensubsidi pelayanan kesehatan bagi pcnduduk miskin. Selain itu juga menyebabkan alokasi pembiayaan untuk kesehatan menjadi semakin minim. Dalam melaksanakan program pokok yang menjadi tugasnya, maka biaya
Puskesmas tems meningkat. Biaya yang tersedia sekarang, baik yang berasal dari Pusat, Propinsi dan Kabupatcn dirasakan semakin tidak mencukupi, disamping itu tuntutan masyarakal akan pelayanan kesehatan tems meningkat pula, Dikaitkan dengan persiapan otonomi daerah, tanggung jawab para pemimpin daerah khususnya
yang berkaitan dengan pembiayaan bidang kesehatan akan lebih besar, Kabupaten
Tangerang harus berupaya untuk memobilisasi dana masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan daui masyarakat untuk menutupi biaya pelayanannya. Penyesuaian tarif yang rasional merupakan salah satu altematif untuk mengatasi
beban biaya tersebut. Hal ini dimungkinkan asalkan scsuai dengan tingkat kemampuan membayar (ability ro pay) dan kemauan mcmbayar (willingnes to pay) masyarakat setempat.
Tarif pelayanau kesehatan di Kabupaten Tangerang perlu dilihat sebagai salah satu altematif unutk meningkatkan pendapatan Puskesmas guna memcukupi kebutuhan biaya operasional maupun pemeliharaannya dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih bermutu. Namun demikian, dalam kebijakan sektor kesejahteraau (welfare policy), seyogyanya pelayanan yang bersifat public goods dibiayai bersama oleh masyarakat melalui tangan Pemerintah dalam bentuk subsidi yang berasal dari masyarakat sendiri. A Sampai saat ini belum diketahui besamya tarif rasional Puskesmas di Kabupaten Tangerang, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besamya biaya total produksi, biaya satuan aktual, biaya satuan normati besarnya revenue, dan besarnya cost recovery Puskesmas dan tentu saja diperolehnya
gambaran kemampuan membayar masyarakat di Kabupaten Tangerang dengan mempenimbangkan juga tarif pesaing setara sebagai dasar dalam melaksanakan penyesuaian tarif Penelitian ini dilaksanakan di Kahupaten Tangerang pada 4 Puskesmas yang diambil secara purposive dan diharapkan dapat mewakili 40 Puskesmas yang ada
yaitu di Puskesmas Balaraja, Puskesmas Sukadiri, Puskesmas Pamulang dan Puskesmas Dangdnng Analisis hiaya Puskesmas menggunakan data sekunder, yaitu data Puskesmas tahun 1999/2000 dan data kemampuan membayar masyarakat memakai data Susenas tahun 1999 berdasarkan kemampuan pengeluaran non esensial.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tarif yang sekarang berlaku di Semua unit produksi Puskesmas jauh di bawah biaya tuannya. Untuk biaya satuan di unit produksi dengan output yang heterogen dilakukan penghitungan Relative Value Unit HU/U). Cos! Recovely Rate Puskesmas Kabupaten Tangerang masih rendah dan semua unit produksi mengalami deiisit. CRR paling tinggi di unit produksi laboratozium Puskesmas Balaraja yaitu sebesar 48,1%. ATP Kabupaten Tangerang hasil Susenas tahun 1999 berdasarkan pcngeluaran non esensial (tembakau sirih) sebesar Rp.36,847,- dengan pengeluaran terendah Rp.l5.235,- dan tertinggi sebesar Rp.s5_24o,-
Hasil dari simulasi tarif dengan berdasarkan biaya satuan, kemampuan membayar masyarakat, Cos! Recovery Rate sorta mempertimbangkan tarif pesaing setara malta tarif yang diusulkan untuk tmit produksi Balai Pengobatan (BP) adalah sebesar Rp.5.000,- perkunjungan dengan 88,17 % masyarakat mampu membayar, sisanya sebanyak ll,83% termasuk kelompok tersingkir dan hams mendapat subsidi salah satunya adalah dengan pembelian kartu sehat. Untuk tarif lain di luar unit produksi BP hendalmya mengacu kepada biaya satuan yang telah dihitung dalam penelitian ini. Apabila akan diberlakukan tarif nmggal (seragarn) di semua Puskesmas Kabupaten Tangerang dengan subsidi sllang antar Puskesmas hendaknya didasari hasil analisis biaya masing-masing Puskesmas.

Health services in Indonesia is getting more and more developed rapidly and it
increases the health financing. After the crisis hit, the Enancing burden is getting
more and more unbearable due to the very high inflation. The economic crisis is also burdening the govemment on how to finance the health cost because the govemment has to subsidize the health services for the poor people. Besides it also minimizes the allocation of health cost. In implementing the main programs of their relevant tasks, PI-[Cs under go the increasing costs. The now available fluid, either from the Central, Provincial, and Regional Governments is felt more insuicient , mean while the society
demands on health services keep increasing as well. ln line with the Regional Autonomy preparation, the Regional leaders, specially those who are dealing with the health service financing are bearing greater responsibilities. Tangerang Regional Govemment has to try to mobilize the public iitnds for raising income collected fiom the society to cover their health services. The rational adjustment of tariif is an altemative solution to the cost biuiden. It is possible as long as it is considering the ability to pay adan willingness to pay. The tariff of health services in Tangerang Region should be viewed as one
altemative to increase the income of a PHC to cover the operational and maintenance costs so that it can give more quality services. However in the welfare policy , the public goods services should be financed collectively through the govemment subsidy collected liom the society it self Up to now the rational tariff for PHC in Tangerang is not known yet _
Therefore this research is carried out to find out the total production cost, actual unit cost, normative unit cost, the revenue amount, and recovery cost in a PHC. lt is also aimed at finding out the illustration of the paying power of Tangerang society by considering the competitors tariff as the basis of the tariff adjustment. This research is carried out in Tangerang District at 4 PHCS which have been
selected purposively and they are expected to represent 40 existing PHCs in Tangerang. The 4 PHCs were PHC Balaraja, PHC Sukadiri, PHC Pamulang and PHC Dangdang. PHC cost analysis uses the secondary data ie.1999/2000 PHCs and 1999 Susenas on non-essential eaqaenses. The analysis result shows that the existing tariff eH ective in all PHC production units is titr below the unit cost. For the unit cos in a production tmit with the heterogeneous output, the RVU was calculated. Tangerang District PHC cost recovery rate is still low and all production units suffer deficit. The highest CRR in It production unit is Balaraja PHC laboratorium with 48,1 %. The ATP of Tangerang
Region in 1999 msenas on non-essential elqaeoses is Rp 36.847, with the lowest expense ofllp 15.235 and the highest exp se is Rp 55.240. From the tariff simulation on unit cost, society paying power, CRR and considering the competitors? tari&, the suggested tarif for a production unit in a Clinic (BP) is Rp 5000.- per visit. With that 88, 17 % of the society can it and the rest 11,83 % cannot alford it so that they need to be subsidized. One way of
giving the subsidy is providing them with the health cards. Tariffs other than the
Clinic production unit should refer to the unit costs which have been calculated in this
research. 1999. We suggested that the price charged by The PHC was best levied regionally
in accordance to the group of society based on unit cost, affordability and acceptance
applicable to the patiens of each particular PHC. In the future, it is therefore
unavoidable thateach district could have more then otielevel of prices. References ; 47 (1983-200l)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Bertaria S.
"
ABSTRAK
Peningkatan permintaan akan mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan. Ha! ini disebabkan kapasitas yang tersedia tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan yang meningkat sedangkan permintaan dari pelanggan harus tetap dipenuhi. Karenanya, perlu bagi perusahaan untuk memutuskan cara memenuhi permintaan tersebut, yaitu apakah tetap dibuat sendiri ataukah membeli dari subkontraktor yang merupakan mitra usaha perusahaan. Analisis untuk memutuskan hal itu disebut analisis keputusan buat atau beli (make or buy decision analysis)
Sebelum menganalisis, maka diperlukan pemilihan parts yang potensial untuk dianalisis. Pemilihan ini temtama berdasarkan proses permesinan dan jumiah komponen. Dalam hal ini dilakukan perhitungan kapasitas dan kebutuhan waktu proses sehingga diketahui mesin-mesin yang berbeban tinggi.
Parts yang dipiiih tersebut dihitung biayanya dan dibandingkan biaya pembelian dan pembuatan sehingga diketahui biaya yang diperlukan dalam mengambil keputusan.
Selain itu juga dilakukan metode peramalan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan dari keputusan yang diambil untuk tahun yang akan datang, dan dipilih parts mana yang sangat potensial untuk tetap dibuat dan untuk dibeli dari subkontraktor berdasarkan keputusan ekonomis. Dari hasil perhitungan biaya tersebut, maka didapatkan kriteria-kriteria parts yang sebaiknya tetap diproduksi sendiri ataupun diproduksi subkontraktor.
"
1997
S36185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Suzianti
"ABSTRAK
Kualitas merupakan fenomena yang sangat dekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kualitas merupakan parameter terhadap nilai yang diberikan oleh perforrna suatu produk atau pelayanan. Dalam era globalisasi sekarang ini dan menjelang era perdagangan bebas tahun 2003 yang akan datang setiap perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan apabila ia ingin memenangkan persaingan.
Dalam dunia kesehatan kualitas dan fenomenanya baru mulai diperhitungkan pada era akhir 80-an. Mengingat dunia kesehatan berkaitan dengan kondisi fisik dan psikis manusia, maka penjabaran kualitas pelayanan rumah sakit biasa hanya dijabarkan secara kualitatif. Program-program peningkatan kualitas dibuat dengan memperhitungkan tingkat kepuasaan pelanggan dan indikator keberhasilan program adalah tercapainya kepuasan konsumen.
Biaya Kualitas sebagai piranti pengukuran kualitas secara kuantitatif merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan program peningkatan kualitas dengan tepat dan terstruktur. Karena dengan biaya kualitas setiap alokasi dana yang dikeluarkan untuk masing-masing kategori program akan terlihat dengan jelas dan dapat dilihat korelasinya dengan tingkat pendapatan perusahaan. Program peningkatan kualitas perusahaan akan dikatakan berhasil apabila alokasi dana untuk biaya kualitas dapat meningkatkan jumlah pendapatan perusahaan yang merupakan indikator kepuasan konsumen dan berhasilnya program peningkatan kualitas.
Oleh karena itu penerapan biaya kualitas dalam rumah sakit perlu dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan penerapan program peningkatan kualitas secara kuantitatif."
2000
S49899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virna Wita
"Dalam era globalisasi tumbuhnya rumah sakit menyebabkan terjadinya kompetisi antar rumah sakit yang makin keras untuk dapat merebut pasar yang semakin terbuka lebar. Hal ini mendorong pihak rumah rumah sakit maupun stakeholder untuk menghitung secara riil berapa biaya pelayanan yang dibutuhkan sehingga dapat menjadi alat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan tanpa mengurangi mutu pelayanan yang diberikan, yaitu dengan melakukan analisis perhitungan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran biaya satuan tindakan appendiktomi akut di kamar operasi rumah sakit X dengan menghitung biaya langsung dan tidak langsung yang terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian operational research dan bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder rumah sakit tahun 2010 di RS X Jakarta. Metode perhitungan biaya menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) dan distribusi sederhana. Metode ABC untuk mengalokasikan biaya langsung dengan menghitung biaya dari kegiatan yang terjadi menggunakan cost driver berdasarkan waktu kegiatan. Metode distribusi sederhana untuk mengalokasikan biaya tidak langsung yang secara tidak langsung terlibat dalam pelayanan appendiktomi dengan melakukan pendistribusian biaya dari unit penunjang ke unit produksi (kamar operasi). Biaya satuan aktual appendiktomi sebesar Rp. 5.344.551,48,- dan biaya satuan normatif sebesar Rp. 5.312.912,-. Biaya operasional jasa medis dan paramedis merupakan biaya yang terbesar.
In an era of growing globalization of the hospital which led to competition among hospitals is increasingly more difficult to capture the wide open market. This prompted the hospital as well as the stakeholders to quantify how much the real cost of services is needed, and could be a reference tool in health care financing without reducing the quality of service provided by analyzing the cost calculation. The objective of this study is to determine the amount of unit cost in acute appendectomy surgery at operating room of hospital X by calculating the direct costs and indirect costs. This research type is operational research and descriptive analysis by using secondary data from hospital X Jakarta for the year 2010. Methods of cost calculation are ABC (Activity Based Costing) and simple distribution. ABC method is used for allocating direct costs by calculating the cost of activities that occur using time-based cost driver activity. Simple distribution method is used for allocating indirect costs that are not directly involved in appendectomy service by distribution of unit costs which supports the production unit (operating room). Actual unit cost of appendectomy surgery is Rp. 5.344.551,48, - and normative unit cost is Rp. 5.312.912, -. Operational costs of medical and paramedical consumable materials become the largest consumption."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31513
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jazmin Nabila
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen biaya yang dibutuhkan dan penetapan harga yang memungkinkan untuk layanan konsultasi dan laboratorium untuk setiap DRG atas tiga penyakit Canine Atopic Dermatitis, Canine General Demodecosis, dan Ringworm di salah satu cabang klinik hewan Laras Satwa. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Penelitian ini menyimpulkan adanya dua belas komponen biaya yang dibutuhkan untuk setiap penyakit dengan biaya di bagian laboratorium sebagai biaya yang memberikan kontribusi besar pada setiap DRG dan perlunya perusahaan mempertimbangkan perubahan strategi harga setelah mengetahui komponen biaya yang sebenarnya diperlukan untuk setiap DRG.

This research aims to find out the cost components that are required for each DRG from three diseases Canine Atopic Dermatitis, Canine General Demodecosis, and Ringworm and appropriate pricing for consulting and laboratory services for each DRG in one branch of Laras Satwa rsquo s veterinary clinic. This research is a case study. This research concludes there are twelve components of cost that are required for each DRG with the cost at the laboratory contributes most to each DRG and clinic needs to change its pricing strategy after cost components for each DRG are being known.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>