Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizla Syabanni
"Stunting merupakan keadaan status gizi anak yang ditandai dengan tinggi badan yang pendek dan nilai TB/U < -2 SD. Prevalensi stunting di Indonesia terbilang cukup tinggi dan berstatus masalah menurut batasan WHO. Untuk menurunkan prevalensinya perlu mengetahui faktor risiko yang mungkin. PHBS merupakan serangkaian perilaku yang mempengaruhi status kesehatan setiap anggota keluarga, khususnya status gizi seorang anak yang masih bergantung pada orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan uji chi-square ini bertujuan untuk mengetahui hubungan PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priuk. Sampel penelitian ini berjumlah 97 pasangan ibu dan balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan p>0.05, ?=0.05 . Perlu untuk dikembangkan kembali cara penilaian pelaksanaan PHBS yang baku dan asupan nutrisi balita terhadap kejadian stunting perlu untuk diteliti pada penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Anindita Rahmawati
"Pendahuluan: Diare merupakan penyakit pembunuh kedua pada balita dengan prevalensi sebesar 14,3 dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Indonesia. Lebih dari 100.000 balita meninggal akibat diare dengan estimasi hilangnya biaya ekonomi sebesar Rp. 7,2 Triliun.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh balita Indonesia usia 0-59 bulan pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan sampling dengan metodesistem random sampling dengan jumlah sampel 5.961 balita.
Hasil: Prevalensi kejadian diare pada balita yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei SDKI 2012 adalah sebesar 15,2 907 balita dan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia balita 6-35 bulan POR: 1,977; 95 CI: 1,500-2,518; p 0,001, jenis kelamin POR: 1,298; 95 CI: 1,125-1,497; p 0,001, pendidikan ibu POR: 1,365; 95 CI: 1,180 ndash; 1,576; p 0,001 , sosial ekonomi menengah POR: 1,309; 95 CI: 1,064 ndash; 1,610; p 0,011, sosial ekonomi bawah POR: 1,623; 95 CI: 1,376 ndash; 1,913; p 0,001, sumber air minum POR: 1,326; 95 CI: 1,134-1,551; p 0,001, ketersediaan jamban POR: 1,424; 95 CI: 1,228-1,650; p 0,001, ketersediaan tempat cuci tangan POR: 1,248; 95 CI: 1,062-1,465; p 0,008, dan daerah tempat tinggal POR: 1,250; 95 CI: 1,085=1,440; p 0,002 dengan kejadian diare pada balita di Indonesia tahun 2012. Dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, perlu adanya kesadaran bersama baik pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, maupun orang tua dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS.

Introduction: Diarrhea is a second killer disease in under five children with a prevalence of 14,3 and have potential to outbreak in Indonesia. More than 100,000 under five children died from diarrhea with an estimated loss of economic costs of 7.2 Trillion Rupiah.
Objective: This study aims to determine factors are related to diarrhea occurrence among under five children in Indonesia based on data Indonesia Demographic and Health Survey IDHS 2012.
Method: This is a cross sectional study with study population were all Indonesian under five children 0 59 months in SDKI 2012 that meet the criteria of inclusion and exclusion. Then sampling by simple random sampling method with the number of sample is 5.961 responden.
Results: The prevalence of diarrhea occurrence in under fives with diarrhea 2 weeks before survey was 15.2 907 and there was a statistically significant relationship between age 6 35 months POR 1,977 95 CI 1,500 ndash 2,518 p 0,001, sex POR 1,298 95 CI 1,125 ndash 1,497 p 0,001, maternal education POR 1,365 95 CI 1,180-1,576 p 0,001, middle socioeconomic POR 1,309 95 CI 1,064-1,610 p 0,011, low socioeconomic POR 1,623 95 CI 1,376 ndash 1,913 p 0,001, drinking water source POR 1,326 95 CI 1,134 ndash 1,551 p 0,001, latrine availability POR 1,424 95 CI 1,228 ndash 1,650 p 0,001, handwasher availability POR 1,248 95 CI 1,062 ndash 1,465 p 0,008, and residence area POR 1,250 95 CI 1,085-1,440 p 0,002 on the incidence of diarrhea among under five children in Indonesia 2012. To decreasing the incidence of diarrhea among under five children, need a common awareness of government, health workers, community, and parents to improving sanitation and healthy life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Wida Rahayuningtias
"Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang berperan serta dalam membentuk kebiasaan hidup sehat bagi anak usia sekolah. Kebiasaan tersebut dapat dibentuk melalui program pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta di kecamatan Pasar Rebo. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif perbandingan dengan menggunakan sampel anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di dua jenis sekolah dengan total sampel sebanyak 108 responden yang dipilih melalui teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari kuesioner PHBS milik Ayu Widya Lestari, dkk dengan modifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak yang bersekolah di sekolah dasar negeri dengan sekolah dasar swasta p = 0,001, p = 0,05 . Dari total 66 siswa sekolah dasar negeri didapatkan sebanyak 44 67 siswa ber-PHBS dan 22 33 siswa tidak ber-PHBS, sedangkan untuk siswa sekolah dasar swasta didapatkan sebanyak 9 21 siswa ber-PHBS dan 33 79 siswa tidak ber-PHBS. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik siswa sekolah dasar dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.

School is one of educational tools that participate in establishing healthy living habits for school aged children. These habits can be established through health education programs of clean and healthy life behaviour. The aim of this study to see difference of implementation clean and healthy living behavior between public primary school and private elementary school. This is a descriptive comparison design, using sample of 4 and 5 grade in two types of schools with 108 respondent selected through cluster sampling technique. The instrument used in this study sourced by PHBS questionnaire from Ayu Widya Lestari, et al with modification. The results of this study indicate that there are differences in the implementation of clean and healthy life behavior in children who attend public primary school and private elementary school p 0,001, 0,05. There are 44 67 students who implemented PHBS and 22 33 students who didn't implemented PHBS in public primary school. There are 9 21 students who implemented PHBS and 33 79 students who didn rsquo t implemented PHBS in private primary school. Further researcher suggested to relate the characteristics of public primary school and private elementary school student to the application of clean and healthy living behaviors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhilah Zhafirah
"Permasalahan kebersihan menjadi salah satu masalah yang sulit untuk diatasi di Desa Sedari, khususnya sanitasi pada rumah tangga. Karena sanitasi rumah yang buruk adalah mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS yang buruk juga. Jika kualitas sanitasi buruk maka akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit, salah satunya adalah gangguan pernapasan. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectionaldengan system proportionate stratified random sampling pada 90 sampel di 6 dusun.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 5 poin PHBS yang diteliti perilaku merokok orang tua, status gizidan imunisasi dasar, ASI eksklusif, mencuci tangan, mengonsumsi sayur dan buah, didapatkan bahwa hanya imunisasi dasar yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari p= 0,013, sedangkan dari faktor lingkungannya Kepadatan hunian, pencahayaan dan ventilasi rumah, yang memiliki hubungan bermakna adalah kepadatan hunian p= 0,002.
Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa kepadatan hunian OR = 7,858 dan Imunisasi dasar OR = 2,685 adalah faktor risiko yang paling dominan terhadap gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari. Sebaiknya dilakukan intervensi mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar dan sosialisasi mengenai kegiatan pemberian imunisasi, serta melakukan perluasan ventilasi rumah dan mengurangi penumpukan orang pada satu ruangan.

Hygiene issues are one of the most difficult issues to solve in Desa Sedari, especially sanitation on households. Poor home sanitation is a reflection of how Healthy and Clean Living on Household PHBS implementation on their life. If the quality of sanitation is poor, then it will affect and increase the risk of disease transmission, one of which is respiratory distress especially in toddlers. This study was conducted using a cross sectional design with proportionate stratified random sampling with 90 samples to take on 6 hamlets.
The results of this study conclude that 5 indicators of Healthy and Clean Lifestyle parental smoking behavior, nutritional status and basic immunization, exclusive breastfeeding, hand washing behavior, healthy eating, resulting with only basic immunization had significant association with respiratory distress in toddler in Deas Sedari p 0,013, while from the environmental factors density of occupancy, lighting and house ventilation, the only one that has a significant relationship is the density of occupancy p 0,002.
From the result of the logistic regression test was found that the density of occupancy OR 7,858 and basic immunization OR 2,685 is the most dominant risk factors for respiratory distress in toddlers in Desa Sedari. Intervention must be held due to promoting the importance of basic immunization and to socialize the vaccine administration among mothers and pregnant woman, as well as expansion of house ventilation and reduce the accumulation of people in one room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Nathasa Arastone
"Peningkatan kasus COVID-19 menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia terkhusus Kota Depok sebagai kota kemunculan kasus pertama. Pengetahuan mengenai COVID-19 serta perilaku pencegahan berupa perilaku hidup bersih dan sehat berperan penting dalam memutuskan rantai penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai COVID-19 dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan teknik cluster sampling. Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Kota Depok yang melibatkan 454 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner pengetahuan mengenai COVID-19 dan PHBS yang disebar secara online melalui media sosial. Uji Pearson Chi-Square yang dilakukan antara variabel independen dan dependen menghasilkan nilai p value = 0.015. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai COVID-19 dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan lebih lanjut dan pemberlakuan PHBS oleh seluruh pihak berkaitan direkomendasikan untuk memaksimalkan pencegahan penularan COVID-19.

The increase in COVID-19 cases has become a major health problem in Indonesia, especially Depok as the city where the first cases appeared. Knowledge regarding COVID-19 and preventive behavior in the form of clean and healthy living behavior play an important role in breaking the chain of transmission. This study aims to determine the relationship between knowledge regarding COVID-19 with clean and healthy living behavior in residents of Depok City. This is a quantitative research that uses a cross-sectional research design with cluster sampling technique. The subjects in this study are the residents of Depok City which involves 454 respondents. Data collection was done using a knowledge questionnaire regarding COVID-19 and PHBS (clean and healthy living behavior) which was distributed online through social media. The Pearson Chi-Square test conducted between the independent and dependent variables resulted in a p value = 0.015. This result indicates that there is a significant relationship between knowledge regarding COVID-19 with clean and healthy living behavior. Therefore, it is recommended to increase further knowledge and implement PHBS by all relevant parties to maximize the prevention of COVID-19 transmission."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Anggrahitha
"Banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah semakin menguatkan kita bahwa penanaman nilai-nilai PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) di sekolah masih minimal dan belum dapat mencapai tingkat yang diharapkan. Sedangkan kita tahu bahwa sekolah merupakan sebuah tempat dimana anak-anak selain memperoleh ilmu pengetahuan juga belajar berinteraksi dan bersosialisasi terhadap sesama. Di sekolah pula anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beraktivitas sehingga hal itu bisa menjadi ancaman bagi penularan penyakit jika sekolah tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan intervensi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek PHBS pada anak sekolah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pengetahuan dan perilaku anak sekolah besarnya perubahan pengetahuan dan perilaku PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) setelah kegiatan intervensi. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pre-eksperimental dengan rancangan one group pre test and post test design. Sampel dari penelitian ini siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN Cisalak I Depok, yang berjumlah 136 siswa dan diambil secara purposif.
Dari pengolahan data didapat hasil penelitian bahwa terjadi peningkatan mengenai pengetahuan dan praktek PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) dari sasaran penelitian sebesar 21,33% untuk aspek pengetahuan dan 32,11% untuk aspek perilaku. Dan peningkatan tersebut sebagian besar terjadi pada kelompok perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata kegiatan intervensi yang dilakukan pada sasaran penelitian (anak usia sekolah dasar), dengan menggunakan metode penyuluhan dan simulasi terbukti dapat menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan praktek PHBS (kebersihan diri dan lingkungan) secara signifikan.
Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan intervensi yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktek siswa-siswi SDN Cisalak I Depok mengenai PHBS (kebersihan diri dan lingkungan). Sehingga diharapkan pihak sekolah dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan yang berorientasi kesehatan di sekolah agar dapat meningkatkan derajat kesehatan anak didiknya. Agar kegiatan atau program kesehatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif, maka dibutuhkan suatu bentuk kerjasama dengan pihak puskesmas dan dinas kesehatan terkait."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Saat ini kondisi status gizi anak usia sekolah di Indonesiacukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari data Departemen Kesehatan (2004), bahwa pada tahun 2003, bahwa 27,5% anak Indonesia kurang gizi. Untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan perbaikan pada semua aspek kesehatan termasuk status gizi. Program perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berkaitan erat dengan kebersihan diri diharapkan dapat meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi msyarakat pula. Akan tetapi, belum terdapat bukti yang jelas yang membahas keterkaitan langsung antara tingkat pengetahuan menjelaskan hubungan antara hubungan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan diri dengan status gizi khususnya pada kelompok anak usia sekolah.
Metode: Penelitian ini dilakukan terhadap 78 anak usia sekolah di bawah binaan Yayasan X, penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk menilai tingkat pengetahuan responden, kondisi status gizi di Yayasan X, dan mencari hubungan di antara keduanya.
Hasil: Jumlah subjek laki-laki pada penelitian ini (45 anak)lebih banyak dibanding jumlah subjek perempuan (33 anak) Usia rata-rata anak tersebut adalah 10,10 tahun ± 1,43 tahun, dengan berat badan rata-rata 26,18 kg ± 5,55kg dan tinggi badan rata-rata 130,67cm ± 8,32cm. Semua data yang didapat dianalisis dengan menggunakan Chi-square test untuk melihat ada tidaknnya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan X. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dan status gizi yang diukur berdasarkan indikator persenti berat badan terhadap umur (p=0, 212), tinggi badan terhadap umur (p = 0,318), dan persentil body mass index(p = 0,117). Akan tetapi, dapat dilihat bahwa anak dengan tingkat pengetahuan yang baik cenderung memiliki status gizi yang baik pula.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kebersihan diri dengan status gizi pada anak usia sekolah, namun terlihat adanya efek positif dari kebersihan diri dalam kaitannya dengan status gizi.

Background: Nowadays, nutritional status of school-aged children in Indonesia is devastating. According to Ministry of Health (2004), in 2003 27,5% of Indonesia children is undernourished. In order to achieve the vision of Indonesia Sehat 2010, a full sector improvement is required, including improvement of nutritional status in school-aged children. The Healthy and Hygiene Lifestyle Programme (Program Perilaku Hidup bersih dan Sehat) which include personal hygiene improvement is expected to be able to improve the nutritional status in Indonesia. However, there are no sufficient evidence proving the effectiveness of personal hygiene improving nutritional status, especially in school-aged children group.
Methods: The research was conducted in X Foundation, with 78 school-aged children as the subjects. This research uses cross-sectional designed to identify the personal hygiene knowledge of subjects, nutritional status of subjects, and associationbetween the personalhygiene knowledge and nutrional status.
Result: The total of male subjects (45 kids) is more than the total of female subjects (33 kids). The avarage age for the subject is 10,10 years old ±1,43 years old, the avarage weight for the subject is 26,18kg ± 5,55kg, and the avarege height for the subject is 130,67cm ± 8,32cm. The collected data is analyzed usingchi-square test to prove the association between personal hygiene knowledge and nutritional status in school-aged children in KampungKids Foundation. The result shows there is no significant association between personal hygiene knowledge and nutritional status indicators, such as, weight-age-percentils (p=0,212), height-age-oercentils (p = 0,318), dan body mass index percentils(p = 0,11 7). However, school-aged children with better personal hygiene knowledge tend to have better nutrional status.
Conclusion: There are no significant association between hygiene knowledge and nutritional status of school-aged children in X Foundation. However, personal hygiene knowledge shows positive benefits to improve nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Puspa Yuanna
"Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bertujuan untuk mengurangi masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa mengenai PHBS serta status gizi siswa. Disain deskriptif sederhana dengan pendekatan cross-sectional dengan 60 sampel siswa kelas 4 dan 5 di SDN Ciracas 06 Pagi yang dipilih secara acak sederhana digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa dan sikap siswa mengenai PHBS masih cenderung negatif, yaitu sebesar 50,0 % dan 61,7 %. Status gizi siswa tergolong rendah. Hasil penelitian diharapkan menjadi dasar tindakan orang tua dan guru dalam menerapkan PHBS pada anak usia sekolah.

Clean and healthy behaviors (PHBS) aim to reduce health problems. This study aims to describe the level of students' knowledge and attitudes about PHBS and nutritional status of students. This study applied simple descriptive design with cross-sectional, 60 samples selected randomly of Grade 4 and 5 at SDN Ciracas 06 Pagi. Results showed that the level of students' knowledge and attitudes about PHBS still tend to be negative, amounting to 50.0 % and 61.7 %. Nutritional status of students is low. The results are expected to be the basis of the actions of parents and teachers in implementing PHBS in school-age children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Anggraeni
"Indonesia telah berupaya untuk membudayakan kebiasaan praktik PHBS dikalangan anak sekolah dasar yaitu melalui peran kader sebaya dalam pelaksanaan dokter kecil. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dalam pelaksanaan dokter kecil dengan praktik PHBS siswa. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah responden 73 orang. Penelitian dilakukan di SDSN Kayu Putih 09 Pagi. Hasil uji Pearson Correlation didapatkan p value 0,02 artinya terdapat hubungan antara pelaksanaan dokter kecil dengan praktik PHBS siswa. Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada pembina UKS untuk melakukan pengawasan dan pengontrolan kader sebaya dalam pengamatan kebersihan ataupun memotivasi teman sebaya dengan cara menyusun jadwal kegiatan harian yang harus dilakukan kader sebaya.

Indonesia, there is peer cadres role as the implementation of little doctor program that aims to cultivate the habbit of CHL practice among primary school. The purpose of this study is to determine the relationship between little doctor implementation perceptions with CHL practices. This study used descriptive correlation with cross sectional approach by the number of respondents 73 people. The study was conducted in National Standard Elementary School Kayu Putih 09 Pagi. Pearson Correlation results obtained p value of 0,02, which means there is a relationship between the implementation of little doctor and CHL practice. The results of this study recommend to the constructor School Health Unit for monitoring and controlling a cadre activity such as peer observation of cleanliness or motivate peers by arranging cadre?s daily activity schedule."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ii Sumarni
"Kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Ciamis telah terjadi beberapa kali, satu di antaranya terjadi di Pondok Pesantren X. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian hepatitis A siswa/siswi di Pondok Pesantren X Kabupaten Ciamis. Rancangan penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah kasus 40 orang dan kontrol 80 orang, total sampel 120 orang. Populasi penelitian adalah siswa/siswi madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah negeri yang tinggal di asrama pondok pesantren. Data kasus merupakan data sekunder yang diperoleh dari Tim Surveilans Kabupaten Ciamis, dengan hasil pemeriksaan serologis positif. Sedangkan kontrol berdasarkan tidak adanya gejala klinis. Data kondisi kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh langsung dengan observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil analisis bivariat menunjukan, usia, kebiasaan minum air masak, kebiasaan makan bersama antar teman, tukar menukar alat makan, dan kebiasaan jajan merupakan variabel yang berhubungan dengan kejadian hepatitis A. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian hepatitis A, yaitu kebiasaan makan bersama dalam satu tempat (OR = 21,48), kebiasaan tukar menukar alat makan (OR = 6,15), dan status imunisasi sebagai faktor pencegah hepatitis A (OR = 0,056). Risiko responden apabila belum diimunisasi hepatitis A serta terbiasa tukar menukar alat dan makan bersama dalam satu tempat adalah 3, 36 kali untuk terjadinya hepatitis A.

Hepatitis A outbreaks in Ciamis District has occurred several times, one of them has occurred in X Islamic Boarding School in 2012. This research aimed to analyze environment health condition dan personal hygiene with incident of hepatitis A among students in X Islamic Boarding School Ciamis District. The research used case control with 40 cases and 80 controls, total 120 subjects. The research population are students of tsanawiah madrassa and aliyah public madrassa who stayed at Islamic boarding school. The case data was secondary data gained from Ciamis District Surveilance Team, with the examination result was serologically positive. Meanwhile, the control was based on no clinical symptoms found. The data of environment health condition and personal hygiene was gained directly from the observation and interview by questionnaire. The Chi-Square test analysis showed that age, drinking habit, food sharing habit, utensil exchanging, and snack habit were the variables which related to hepatitis A incidence. The logistic regression analysis test gained of three variables which related to hepatitis A incidents, they are food sharing habit (OR = 21.48), utensil exchanging habit (OR = 6.15), and immunization status as prevention factor (OR = 0.056). The risk of respondents who did not had hepatitis A immunization and had utensil exchanging habit and food sharing was 3,36 times for hepatitis A infection.
"
Ciamis: Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>