Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 10 Document(s) match with the query
cover
Sidabutar, Tetty Nurkayani
"Ibu dengan post partum normal sering mengalami rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada luka perineum selama periode post partum. Hal ini akan berdampak pada aktivitas ibu sehari - hari. Rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada ibu post partum tersebut dapat diatasi dengan intervensi kompres dingin. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisis intervensi keperawatan dengan penerapan kompres dingin pada ibu post partum yang mengalami luka perineum. Kompres dingin efektif mengurangi nyeri luka perineum selain itu juga intervensi kompres dingin mudah dilakukan, tidak membutuhkan banyak biaya dan tidak memiliki efek samping. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus. Pada hasil intervensi keperawatan ditemukan bahwa ibu N mengalami penurunan nyeri yang signifikan setelah dikompres tanpa mengkomsumsi obat analgesik.

Mothers with normal postpartum often experience pain and discomfort in the perineal wound during the postpartum period. This will have an impact on the mother's daily activities. The pain and discomfort in postpartum mothers can be overcome by cold compress intervention. This scientific paper aims to analyze nursing interventions by applying cold compresses to post partum mothers who experience perineal injuries. Cold compresses are effective in reducing perineal wound pain, besides that cold compresses are easy to do, do not require a lot of money and have no side effects. This scientific paper uses the case study method. In the results of the nursing intervention, it was found that mother experienced a significant reduction in pain after cold compressed without taking analgesic drugs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Mauliddinah
"Postpartum adalah masa setelah plasenta lahir sampai dengan alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil yang secara normal berlangsung selama 6 minggu. Kondisi yang sering dialami oleh ibu postpartum yaitu luka perineum yang merupakan robekan pada daerah perineum yang terjadi karena robekan spontan ataupun tindakan episiotomi saat proses persalinan. Luka perineum tersebut menimbulkan nyeri yang mengarah pada gangguan rasa nyaman selama periode postpartum. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis masalah ibu postpartum dengan luka perineum menggunakan metode studi kasus. Kasus nyata terjadi pada Ny.A (24 tahun) yang melahirkan bayi keduanya secara spontan dengan luka perineum akibat robekan spontan saat proses persalinan sehingga mengeluhkan masalah ketidaknyamanan pasca partum. Pada saat pengkajian 12 jam postpartum, klien mengeluh tidak nyaman karena luka perineum yang terasa nyeri dengan skala nyeri 6, didukung dengan data ekspresi wajah meringis dan peningkatan tekanan darah. Intervensi yang diberikan adalah perawatan kenyamanan dengan tindakan pemberian kompres dingin pada luka perineum. Implementasi pemberian kompres dingin dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan durasi tiap pertemuan yaitu 30 menit, dan dievaluasi melalui ungkapan derajat kenyamanan klien terkait tingkat nyeri perineum menggunakan Numeric Pain Rating Scale. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan derajat kenyamanan dan penurunan tingkat nyeri perineum. Peneliti menyimpulkan bahwa penerapan terapi pemberian kompres dingin pada luka perineum efektif dalam meningkatkan derajat kenyamanan serta mengurangi tingkat nyeri perineum pasca persalinan. Pemberian kompres dingin ini dapat dijadikan salah satu pilihan intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas pada ibu postpartum dengan luka perineum.

Postpartum is a period from delivering placenta to recovering reproductive organ as before pregnancy which normally lasts for 6 weeks. Common condition which is often experienced by postpartum mothers is perineal wound as trauma on perineal area that occur due to spontaneous tear or episiotomy during labor. Perineal wound causes pain that leads to impaired comfort during postpartum period. This study is conducted to analyze problems of postpartum mothers with perineal injury using a case study method. A real case occurred in Mrs. A (24 years old) who gave birth to her second baby spontaneously with a perineal wound due to a spontaneous tear during the delivery process, then she complained about postpartum discomfort. When doing assessment on 12 hours postpartum, the client complained of discomfort because of perineal pain with a pain scale of 6, supported by data on facial expression and increased blood pressure. Intervention given is comfort care by giving cold compress on perineal wound. Implementation of giving cold compresses was carried out in three days with the duration of 30 minutes, and evaluated through comfort degree related to level of perineal pain using Numeric Pain Rating Scale. The result showed an increase in client's comfort degree and a decrease in pain level. The researcher concludes that application of cold compress on perineal wound is effective in increasing comfort degree and reducing perineal pain level. This cold compress can be used as an intervention option in providing maternity nursing care for postpartum mothers with perineal injury."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Satrya Wibawa
"Latar belakang: Nyeri perineum adalah keluhan umum di kalangan wanita setelah persalinan pervaginam yang dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang. Berbagai faktor determinan persalinan telah diidentifikasi berpengaruh terhadap peningkatan nyeri perineum setelah persalinan pervaginam. Studi sebelumnya telah berfokus pada nyeri persalinan dan manajemen nyeri pasca operasi caesar tetapi tidak pada faktor yang dapat memperberat derajat nyeri.
Tujuan: Menganalisis dan menilai hubungan faktor determinan persalinan pervaginam dan derajat nyeri perineum postpartum dalam 24 jam setelah persalinan pervaginam.
Metode: Ini adalah studi kasus-kontrol dengan subyek pasien yang menjalani persalinan pervaginam baik secara spontan atau dengan bantuan alat dengan indikasi apa pun di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, selama tahun 2020. Nyeri perineum dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS) dalam waktu 24 jam pasca persalinan setelah pemberian Asam Mefenamat 500mg dosis tunggal secara oral. Perbandingan dilakukan dengan Chi-square atau uji eksak Fisher dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 205 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Peningkatan nyeri perineum (VAS 4-10) ditemukan pada 41 kasus (20%). Peningkatan nyeri perineum banyak ditemukan pada subyek berusia di bawah 30 tahun (p=0,04). Ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir bayi baru lahir > 3.000 gram dengan nyeri perineum (p<0.001) dengan aOR 8.38 CI 95% (2,8–24,97). Terdapat juga hubungan bermakna antara derajat robekan perineum dengan nyeri perineum postpartum (p 0,006) dengan aOR 41,25. Prosedur episiotomi juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan nyeri perineum postpartum (p < 0,001) dengan aOR 45,2
Kesimpulan: Berat lahir bayi, derajat robekan perineum, dan episiotomi telah terbukti menjadi faktor yang dapat meningkatkan nyeri perineum setelah persalinan pervaginam. Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan dalam mengelola nyeri perineum postpartum untuk mencegah morbiditas jangka panjang dari persalinan pervaginam. Studi tambahan dengan sampel yang lebih besar diperlukan untuk kesimpulan yang tepat.

Background: Perineal pain is a common complaint among women after vaginal delivery that may lead to long term morbidity. Various determinant factors in labour have been identified have influence on increasing perineal pain after vaginal delivery. Previous studies have focused on labor pain and post-cesarean delivery pain management but not on the determinant factors.
Objective: Analyze and assess the association of determinant factors in vaginal delivery and the postpartum perineal pain within 24 hours after vaginal delivery.
Methods: This was case-control study including patient underwent vaginal delivery either spontaneously or with assisted vaginal delivery at any indication at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, during 2020. Perineal pain was assessed with Visual Analog Scale (VAS) within 24 hours post delivery after administration of Mefenamic Acid 500mg single dose orally. Comparisons were made with Chi-square or Fisher’s exact test continued with multivariate analysis with logistic regression.
Results: A total of 205 subjects were included in the study. Increased perineal pain (VAS 4-10) was found in 41 cases (20%). Increase perineal pain was commonly found in subjects under 30 years old (p = 0.04). Found significant association between newborn birthweight > 3.000 gram with perineal pain (p<0.001) with aOR 8.38 CI 95% (2,8–24,97). There was also significant association between degree of perineal tears with postpartum perineal pain (p 0.006) with aOR 41.25. Episiotomy procedure also shows significant association with increase postpartum perineal pain (p < 0.001) with aOR 45.2.
Conclusions: Neonatal birthweight, degree of perineal tear, and episiotomy have been shown to be determinant factors increasing perineal pain after vaginal delivery. These factors should be taken into consideration in managing postpartum perineal pain in order to prevent long-term morbidity from vaginal delivery. Additional studies with larger samples are needed for exact conclusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Iman Santoso
"Air mata perineum yang parah biasanya disebabkan oleh persalinan pervaginam komplikasi serius. Data tentang tren kejadian robekan perineum derajat berat di Indonesia dan faktor risiko terkait masih terbatas. Karena itu, kami melakukan penelitian untuk mengidentifikasi tren insiden robekan perineum derajat 3 dan 4 serta faktor risiko yang terkait di Indonesia. Penelitian kami adalah penelitian cross sectional observasional berbasis rumah sakit. Data diperoleh dari rekam medis termasuk data dari semua wanita hamil yang melahirkan di RSCM dan mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4 antara tahun 2011 dan 2014. Variabel lain yang diukur dalam penelitian ini adalah demografi data karakteristik, berat lahir bayi, usia ibu, paritas dan cara persalinan. Data dianalisis dengan SPSS versi 20.0 untuk komputer MAC dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan tren peningkatan dalam insiden, tetapi peningkatannya tidak konsisten untuk waktu tertentu dan memperoleh tren kejadian yang berbeda antara subjek dengan berbagai derajat air mata perineum. Satu-satunya faktor risiko signifikan yang terkait dengan derajat 3 dan 4 robekan perineum adalah multiparitas. Enam faktor lain yang ditemukan tidak signifikan, yaitu usia ibu, usia kehamilan, lamanya persalinan, metode persalinan, berat lahir neonatal dan episiotomi. Sebagai kesimpulan, ada kecenderungan bahwa insiden robekan perineum grade 3 dan 4 meningkat, meskipun peningkatan ini tidak konsisten. Selain itu, multiparitas adalah satu-satunya faktor yang secara signifikan terkait dengan robekan perineum derajat 3 dan 4.

Severe perineal tears are usually caused by vaginal delivery serious complications. Data on the incidence trend of severe degree perineum tears in Indonesia and the associated risk factors are still limited. Therefore, we conducted a study to identify trends in incidence of 3rd and 4th degree perineal tears as well as risk factors related in Indonesia. Our research is a cross sectional study hospital-based observational. Data obtained from medical records including data from all pregnant women who deliver at the RSCM and experience 3rd and 4th degree perineal tears between in 2011 and 2014. Other variables measured in this study are characteristic data demographics, baby's birth weight, maternal age, parity and mode of delivery. Data were analyzed with SPSS version 20.0 for MAC computers with univariate, bivariate and multivariate analysis. Results research shows an increasing trend in incidence, but the increase is not consistent for a certain time and obtained a different incidence trend between subjects with varying degrees of perineal tears. The only significant risk factor related to degree 3 and 4 perineal tears is multiparity. Six other factors found to be insignificant, namely maternal age, gestational age, length of time of two deliveries, method labor, neonatal birth weight and episiotomy. In conclusion, there is a trend the incidence of grade 3 and 4 perineal tears is increasing, although this increase is not consistent. In addition, multiparity is the only factor that is significantly related with 3rd and 4th degree perineal tears.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Damarini
"Angka kejadian ruptur perineum pada primipara persalinan normal adalah
sekitar 88,9%. Piper crocatum extract atau ekstrak daun sirih merah dike-
tahui mempunyai kandungan kimia yang berefek antiseptik dan antibakteri.
Sebagian besar persalinan normal di Kota Bengkulu mengalami ruptur
spontan atau episiotomi. Dari 10 persalinan, ada 7 pasien yang mengalami
robekan perineum dan kering rata-rata dalam 7 hari, dengan perawatan
menggunakan iodin atau merendam/ cebok rebusan daun sirih. Tujuan
penelitian ini adalah menilai efektivitas penyembuhan luka perineum ibu
nifas dengan menggunakan daun sirih merah dan obat antiseptik. Metode
penelitian quasi eksperimental, populasi ibu pospartum dengan luka peri-
neum yang ditolong oleh bidan praktik mandiri. Sampel perlakuan 35 orang
dan kelompok kontrol 35 orang. Sampel diambil secara accidental sam-
pling. Waktu penelitian bulan Mei ? Agustus 2012 di Kota Bengkulu.
Variabel lainnya yaitu status kesehatan, obat antibiotik dan status gizi.
Analisis menggunakan uji Mann _ Whitney Test. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa rata-rata lama penyembuhan luka perineum menggunakan
infusum sirih merah adalah 2 _ 3 hari sedangkan pada kelompok obat
antiseptik rata-rata lama penyembuhan 5 ? 6 hari, artinya bahwa daun
sirih merah lebih efektif dibandingkan dengan iodine dalam perawatan luka
perineum pada masa pospartum.
The incidence of perineal rupture in primiparous normal deliveries is 88.9%.
Piper crocatum Extract or red betel leaf extract are known contained anti-
septic and antibacterial effect. Mostly normal deliveries in Bengkulu City
experienced spontaneous rupture or episiotomy. From 10 births, 7 patients
experienced perineal laceration and were dry in 7 days by treatment using
iodine or soak/ wiping with betel leaf decoction. The aim of this study was
to determine the effectiveness of red betel leaf in healing perineal wound of
postpartum mother in Independent Practice Midwife in Bengkulu City 2013.
The method of this study was quasi-experimental. The population was
mothers with postpartum perineal wounds who attended by independent
midwive practice. 35 sample as treatment group and 35 people as control
group. Sample was taken by accidental samplingthis study doing at month
May ? August 2012 in The Bengkulu City. Other variables are health status,
antibiotics and nutritional status. Analysis using the Mann _ Whitney Test.
The result of this study showed that the avarage length of perineal wound
healing using infusum of red betel leaf was 2 _ 3 days, while in group
iodine was 5 _ 6 days, meaning that red betel leaf is more effective com-
pared with iodine in wound care in the puerperium."
Jurusan Kebidanan Polteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuddin Isaac Suryamanggala
"Latar Belakang: Terdapat dua teknik dalam reparasi robekan perineum derajat IIIb-IV yaitu teknik jahitan ujung ke ujung end-to-end dan tumpang tindih overlapping. Beberapa penelitian berbeda menunjukkan keterbatasan data untuk membandingkan teknik ujung ke ujung dengan tumpang tindih terhadap kejadian inkontinesia fekal.
Tujuan: Mencari perbedaan antara kedua teknik reparasi robekan perineum derajat IIIb-IV secara Fungsional Berdasarkan Skoring Inkontinensia Fekal.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan dengan mengulas data rekam medis RSCM periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2015. Empat puluh delapan rekam medis dengan 39 subjek mendapatkan teknik tumpang tindih dan 9 subjek mendapatkan teknik ujung ke ujung. Dilakukan penilaian skoring inkontinensia dengan SIKC Skoring Inkontinesia Klinik Cleveland dan SSKF Skala Skoring Kontinensia Fekal dan dilakukan analisa Chi-Square dengan alternatif Fischer.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan antara teknik ujung ke ujung dengan tumpang tindih berdasarkan skoring SSKF p = 0,627 dan SIKC p = 0,627 . Berdasarkan SSKF terdapat 2,1 Inkontinensia Komplit dan 79,2 Kontinensia Komplit pada teknik tumpang tindih dan 18,8 Kontinensia Komplit pada teknik ujung ke ujung. Berdasarkan SIKC terdapat 2,1 Inkontinensia Komplit, 6,2 Kontinensia Baik, 72,9 Kontinensia Sempurna pada Teknik Tumpang Tindih dan 18,8 Kontinensia Sempurna pada teknik lainnya.
Kesimpulan: Didapatkan bahwa 2,1 menderita inkontinensia fekal pada teknik tumpang tindih, sementara tidak didapatkan inkontinensia fekal pada teknik ujung ke ujung.

Background: There are two technique in repairing perineal ruptured grade IIIb IV which is End to End Technique and Overlapping Technique. Some studies showned differents outcome and also limited data that compare these two technique based on fecal incontinence.
Purpose: To show that there is a different between both technique on perineal reparation by functional based on Fecal Incontinence Scoring.
Methods: This cross sectional was done by reviewing medical record in RSCM from January 1st 2011 until 31st December 2015. Forty nine medical record taken as sample and found that 39 with overlapping technique and 9 with end to end technique. Performed by incontinencia fecal scoring using CCIS Cleveland Clinic Incontinence Scoring and FCSS Fecal Continence Scoring Scale and analyzed by Chi Square witn Fischer as alternative.
Results: There is no different between overlapping technique and end to end technique by FCSS p value 0,627 and CCIS p value 0,627 . Based on FCSS there are 2,1 compkete incontinence and 79,2 complete continence in Overlapping technique and 18,8 complete continence I End to End technique. Based on CCIS there are 2,1 complete incontinence, 6,2 good continence, 72,9 perfect continence in Overlapping technique and 18,8 perfect continence in other technique.
Conclusion: There are 2,1 found fecal incontinence in Overlapping technique, while no fecal incontinence in End to End technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendri Dewita Danarti
"ABSTRAK
TUJUAN: Mengetahui bahwa USG transperineal dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginamLATAR BELAKANG: Penurunan kepala yang tidak maju merupakan salah satu parameter untuk memprediksi partus tak maju atau partus macet, yang pada akhirnya memerlukan persalinan dengan seksio sesaria. Ketidakakuratan penentuan penurunan kepala janin dapat menyebabkan partus macet sering ditegakkan yang akan meningkatkan angka persalinan seksio sesaria. Dibutuhkan metode baru yang dapat memprediksi keberhasilan persalinan dengan tingkat kemungkinan tinggi atau rendah untuk kesuksesan persalinan pervaginam. Penentuan penurunan kepala yang tepat pada saat fase aktif sangat dibutuhkan, dan penggunaan ultrasonografi intrapartum sebagai alat bantu diagnostik sangat dibutuhkan. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan ultrasonografi transperineal intrapartum akurat dalam menilai sudut kemajuan dan jarak kepala ndash; perineum sehingga dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam.DESAIN DAN METODE: Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain Kohort yang berlangsung pada bulan Maret hingga Mei 2016 di RSU Daerah Karawang. Dengan kriteria inklusi adalah perempuan hamil aterm, presentasi kepala dan janin tunggal hidup yang sedang dalam persalinan kala I aktif, dan yang menjadikan kriteria eksklusi adalah malpresentasi, disproporsi kepala-pelvik, pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria pada saat pemantauan dengan indikasi bukan karena persalinan macet. Subyek penelitian sebanyak 323 orang, dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transperineal, dilakukan pengukuran jarak kepala-perineum dan sudut kemajuan pada saat fase relaksasi diantara kontraksi dan dipastikan kandung kemih kosong. Sebelumnya telah dilakukan uji kesesuaian antar observer. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, dan dicari masing ndash; masing titik potong optimal menggunakan ROC. Dari berbagai titik potong dilakukan analisis bivariat, seleksi variabel dimasukkan dalam analisis multivariat bila p < 0,25 , dan kualitas hasil dilihat dari nilai Area Under Curve AUC .HASIL: Sebanyak 306 subyek melahirkan spontan dan 13 subyek melahirkan berbantu alat. 4 subyek 1,3 melahirkan dengan seksio sesaria. Didapatkan titik potong untuk jarak kepala ndash; perineum adalah 43,5 mm, sensitivitas 91 , spesifitas 78 , sebanyak 89 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve untuk memprediksi persalinan pervaginam adalah 82 IK 95 , 69 - 95 p < 0.01 . Sedangkan titik potong sudut kemajuan sebesar 1070 dengan sensitifitas 80 , spesifitas 97 sebanyak 75 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve 96,4 IK 95 , 87- 99 p < 0.01 untuk memprediksi persalinan pervaginam.KESIMPULAN: Jarak kepala ndash; perineum dan sudut kemajuan dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam
ABSTRAK
Aim To evaluate the use of transperineal ultrasound in order topredict the successfulness of vaginal deliveryDesign and Methodology This is a prognostic study usingcohort design conducted in Karawang district hospital withinMarch until May 2016. Inclusion criteria include termpregnancy, singleton live head presentation, active phase oflabor. Using transperineal ultrasound, fetal head perineumdistance, and angle of progression within relaxation phasebetween contraction was being calculated. Analysis was carriedout using Mann Whitney test, and optimal cut off was foundusing ROC.Result s There are 306 subjects was delivered vaginally. Cutoff for fetal head perineum distance as a predictor of vaginaldelivery is 43,5 mm sensitivity 91 , specificity 78 , withArea under curve is 82 95 CI 69 95 , p 0,01 whileangle of progession is 1070 sensitivity 80 , specificity 97 ,with Area under curve is 96,4 95 CI 87 99 , p 0,01 .Conclusion Fetal head perineum distance and angle ofprogression can predict the successfulness of vaginal delivery."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Herdyanto
"Air mata pada derajat ketiga dan keempat perineum dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai insiden tersebut robekan perineum atau OASIS di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu Apa faktor risiko yang berhubungan dengan derajat robekan perineum tiga dan empat di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Sampel data diambil dari data sekunder berupa rekam medis. Kemudian, data tersebut dikelompokkan menjadi numerik dan kategorikal, dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil data menunjukkan distribusi yang tidak normal, sehingga digunakan metode non parametrik yaitu metode Mann-Whitney. Data bivariat diolah menggunakan metode Chi-Square dan regresi logistik biner untuk menaikkan nilai P dan OR (Odd Ratio). Setelah itu, data dianalisis menggunakan metode multivariasi untuk mengecualikan data yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan kala II, jenis persalinan, anestesi, induksi persalinan, distosia bahu, berat lahir bayi, usia kehamilan, dan presentasi kepala terbukti menjadi faktor risiko yang signifikan, sedangkan induksi persalinan tidak menunjukkan hubungan dengan air mata perineum.

Tears of the third and fourth degrees of the perineum can affect the quality of life woman. However, few studies have been conducted regarding incidence perineal tear or OASIS in Indonesia. This research was made to find out What are the risk factors that have an association with a degree of perineal tear three and four at RSCM (Cipto Mangunkusumo Hospital) from 2011 until 2014. Data samples were taken from secondary data in the form of medical records. Then, the data are grouped into numerical and categorical, and processed using the SPSS program. The results of the data show a distribution that is not normal, so a non-parametric method is used, namely the Mann-Whitney method. Data bivariates were processed using the Chi-Square method and binary logistic regression for raises the P value and OR (Odd Ratio). After that, the data were analyzed using the multivariate method to exclude insignificant data. The results show that the second stage of labor, type of delivery, anesthesia, induction labor, shoulder dystocia, birth weight of the baby, gestational age, and head presentation proved to be a significant risk factor, whereas labor induction was not showed an association with perineal tears.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novida Ayu Lestari
"Sebagian besar Ibu bersalin di Indonesia dengan metode spontan mengalami robekan pada perineum. Nyeri perineum dapat memengaruhi kenyamanan ibu postpartum dalam melakukan aktivtitas terutama perawatan bayi selama 7 hari pertama masa nifas. Oleh karena itu, edukasi manajemen nyeri perineum secara non-farmakologi menjadi penting termasuk dalam discharge planning ibu postpartum dan juga sebagai pendamping dari terapi anti nyeri secara oral yang diberikan oleh dokter. Adapun, kompres dingin perineum termasuk dalam salah satu penanganan nyeri perineum tersebut, yang secara evidence telah dapat menurunkan nyeri perineum. Dalam karya ilmiah ini, analisis asuhan keperawatan penerapan intervensi kompres dingin perineum dilakukan pada dua periode postpartum, yaitu periode immediately postpartum (intervensi direk 4 jam pasca partum) dan periode early postpartum (selama 3 hari selanjutnya dengan follow-up secara online). Metode yang dipakai iala case report dari penerapan asuhan keperawatan terhadap salah satu pasien postpartum dengan metode spontan di Puskesmas Sukmajaya, Depok yang mengeluhkan nyeri perineum intensitas sedang dan alami rupture perineum grade kedua. Kompres dingin dilakukan dengan ice gel yang dilapisi dengan waslap bersih selama 20 menit. Kriteria evaluasi yang digunakan ialah skala nyeri Numeric Rating Scale dan Shortened General Comfort Questionaire. Hasil evaluasi intervensi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dari 5/10 menjadi 3/10 setelah intervensi direk hari pertama, yang kemudian nyeri menjadi 2/10 pada evaluasi hari keempat. Selain itu, skor tingkat kenyamanan Ibu juga menunjukkan peningkatan dari 122/168 menjadi 132/168 pada hari pertama dan alhasil menjadi 158/168 pada hari terakhir.

Majority mothers who gave birth in Indonesia by spontaneous method experienced perineal tears. Perineal pain can affect the comfort of postpartum mothers while doing activities, especially baby care during the first 7 days of the puerperium. Therefore, non-pharmacological perineal pain management education is important to be included in postpartum discharge planning and also as a companion to oral anti-pain therapy given by the doctors. Meanwhile, perineal cold compresses are has been proved reducing perineal pain. In this case report, the analysis of nursing care for the application of the perineal cold compress intervention was carried out in the two postpartum periods, namely the immediate postpartum period (4 hours postpartum direct intervention) and the early postpartum period (3 day after with online follow-up). The method used is a case report from the nursing care to a postpartum patient with a spontaneous method at the Puskesmas Sukmajaya, Depok whose complained of moderate intensity perineal pain and experienced 2nd grade of perineal rupture. Cold compresses are done with ice gel covered with a clean washcloth for 20 minutes. The evaluation criteria used were the Numeric Rating Scale and the Shortened General Comfort Questionnaire. The results of the intervention evaluation showed a decrease in pain scale from 5/10 to 3/10 after the first day of direct intervention, then pain became 2/10 on the fourth day of evaluation. In addition, the mother's comfort level score also showed an increase from 122/168 to 132/168 on the first day and finally to 158/168 on the last day.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Aristida
"ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum derajat III dan IV pada persalinan
pervaginam telah menarik perhatian yang cukup tinggi di kalangan praktisi medis.
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan robekan tersebut perlu diketahui
karena dapat menyebabkan inkontinensia alvi di kemudian hari dan menimbulkan
keluhan-keluhan pada ibu
Tujuan: Mengetahui insidensi terjadinya robekan perineum derajat III dan IV
tahun 2013 di RSCM, titik potong berat lahir janin yang berisiko menyebabkan
terjadinya robekan dan sistem skor untuk memprediksi terjadinya robekan
tersebut.
Metode: Penelitian observasional dengan menggunakan metode potong lintang
dilakukan di IGD Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo pada
Januari–Desember 2013. Semua subyek bersalin per vaginam sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek
minimal terpenuhi. Dengan metode ROC AUC ditetapkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko terjadinya OASIS. Semua faktor risiko dianalisis dengan
analisis regresi logistik. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap terjadinya
OASIS akan dinilai probabilitasnya dengan menggunakan rumus p= 1/(1+e-y).
Hasil: Dari 466 sampel penelitian, Subjek yang mengalami OASIS adalah 43
(9.2%) sampel. Dengan metode ROC AUC didapatkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko yaitu 2910 gram. Setelah analisis regresi logistik didapatkan 4
variabel sebagai faktor risiko robekan perineum derajat III-IV yaitu persalinan
forcep (p<0.001;OR 0.043,IK 95% 0.015-0.123), persalinan vakum (p<0.001;OR
0.131, IK 95% 0.054-0.317), berat lahir janin >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; IK
95% 0.157 -0.807) dan multiparitas (p<0.001;OR 6.388; IK 95% 2.57-15.84). Dengan
menerapkan rumus probabilitas p= 1/(1+e-y) didapatkan persalinan dengan alat
dan berat lahir janin >2910 gram meningkatkan probabilitas terjadinya OASIS.,
sedangkan multiparitas bersifat sebaliknya.
Kesimpulan: Insidensi OASIS perlu diketahui tiap tahunnya untuk menjadi tolak
ukur tata laksana yang telah dilakukan. Titik potong berat lahir janin >2910 gram
dapat menjadi nilai ukur baru pada penelitian-penelitian selanjutnya karena lebih
mewakili subjek orang Indonesia. Sistem skor probabilitas yang sederhana ini
dapat membantu klinisi dalam memprediksi terjadinya OASIS pada saat proses
persalinan sehingga diharapkan dapat mengurangi insidensinya di masa
mendatang.

ABSTRACT
Background: Obstetrical Anal Sphincter Injuries (OASIS) during vaginal deliveries have been highly concerned in daily practices. Risk factors that lead to OASIS must be identified. OASIS may eventually cause faecal incontinence in the future that can cause complaints among patients.
Objectives: To identify the incidence of OASIS at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2013, to determine cut off point of fetal birth weight that may lead to OASIS and to acquire the probability scoring system for risk factors causing OASIS.
Methods: We conducted cross sectional observational research in delivery suite Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari to December 2013. After inclusion and exclusion criteria screening, all subjects who underwent deliveries vaginally took part in the research. Receiver Operating Characteristic, Area Under The Curve (ROC) method was performed to determine fetal birth weight cut off point that may cause OASIS. Logistic regresion analysis was performed to analyze all the risk factors. Risk factors that significantly lead to OASIS were calculated and analyzed by equational probability formula p= 1/(1+e-y).
Result: Among 466 research samples, we identified there were 43 (9.2%) subjects suffered from OASIS. ROC AUC method were applied to determine fetal birth weight cut off point that may lead to cause OASIS which resulted >2910 gram. As logistic regresion analysis performed, there were four risk factors that may cause OASIS. There were forceps delivery (p<0.001;OR 0.043,CI 95% 0.015-0.123), vacuum delivery (p<0.001;OR 0.131, CI 95% 0.054-0.317), fetal birth weight >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; CI 95% 0.157-0.807) and multiparit y (p<0.001;OR 6.388; CI 95% 2.57-15.84). The equation probability formula p= 1/(1+e-y) was conducted. It resulted that assisted vaginal delivery and fetal birth weight >2910 gram increase the probability of OASIS incidence, while multiparity resulted conversely.
Conclusion: OASIS incidence is crucial to be identified each year so that we can evaluate the treatment that has been conducted. Fetal birth weight cut off point of >2910 gram can be applied in the next researches in the future because it respresents more proportionally for Indonesian people. This simple probability scoring system can help clinicians to predict OASIS during delivery process so it may reduce the incidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library