Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Maulidya Sari
"Penyakit Jantung Koroner merupakan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun pekerja, serta menyebabkan kematian sebesar 36,5 kesakitan dan tidak mampu kerja. Prevalensi PJK tahun 2013 sebesar 1,5.Salah satu faktor risiko PJK adalah hiperglikemia yang berperan penting dalam proses aterosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperglikemia dengan risiko PJK pada pekerja sektor formal dengan menggunakan pendekatan Framingham Risk Score untuk menentukan risiko PJK pada pekerja. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala Pekerja Sektor Formal di Indonesia tahun 2015-2016. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regressi. Hasil analisis menemukan bahwa pekerja yang hiperglikemia berisiko 3,818 kali 95 CI 2,451-5,950) berisiko PJK dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemia setelah dikontrol dengan kadar trigliserida. Pekerja dapat menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah serta pemeriksaan kesehatan lain untuk mencegah hiperglikemia dan mengetahui risiko PJK"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahpien Yuswani
"Obesitas merupakan salah satu faktor dominan terjadinya penyakit degeneratif khususnya penyakit jantung koroner PJK Penelitian ini merupakan analisislanjut dari data baseline studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular PTM tahun 2011 yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan Obesitas denganKejadian Penyakit Jantung Koroner di Usia Lebih atau Sama Dengan 40 Tahunpada Kelompok Orang yang Memiliki Keluarga Riwayat Diabetes Melitus setelahdikontrol variabel konfounding dislipidemia tekanan darah penyakit DiabetesMelitus DM riwayat PJK di keluarga umur jenis kelamin pendidikan pekerjaan konsumsi alkohol kebiasaan merokok dan aktivitas fisik danmengetahui besar POR Prevalence Odds Ratio obesitas dengan kejadian PJK Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol 1 2 dengan analisis multivariatregresi logistik ganda Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 kasus dan113 kontrol Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi pada obesitas danpenyakit DM Setelah dikontrol dengan dislipidemia dan pendidikan maka orangyang obesitas dan sakit DM mempunyai nilai odds 3 97 95 CI 1 76 8 94 ataumempunyai risiko sebesar 80 untuk terkena PJK di usia lebih atau sama dengan40 tahun dibanding orang yang tidak obesitas dan tidak sakit DM pada kelompokorang yang memiliki keluarga riwayat DM Kata kunci obesitas PJK keluarga riwayat DM;Obesitas merupakan salah satu faktor dominan terjadinya penyakit degeneratif, khususnya penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data baseline studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) tahun 2011 yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Usia Lebih atau Sama Dengan 40 Tahun pada Kelompok Orang yang Memiliki Keluarga Riwayat Diabetes Melitus setelah dikontrol variabel konfounding (dislipidemia, tekanan darah, penyakit Diabetes Melitus (DM), riwayat PJK di keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik) dan mengetahui besar POR (Prevalence Odds Ratio) obesitas dengan kejadian PJK. Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol (1:2) dengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 kasus dan 113 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi pada obesitas dan penyakit DM. Setelah dikontrol dengan dislipidemia dan pendidikan maka orang yang obesitas dan sakit DM mempunyai nilai odds 3,97 (95% CI 1,76-8,94) atau mempunyai risiko sebesar 80% untuk terkena PJK di usia lebih atau sama dengan 40 tahun dibanding orang yang tidak obesitas dan tidak sakit DM pada kelompok orang yang memiliki keluarga riwayat DM.
......Obesity is one of the dominant factors of degenerative diseases particularlycoronary heart disease CHD This study is a further analysis of the baselinecohort study of risk factors for non communicable diseases in 2011 Aims of thisresearch are to know how big the relationship between obesity and the incidenceof CHD at age more or equal to 40 years to the group people who have familyhistory of diabetes mellitus DM after controlled variable confounding dyslipidemia blood pressure diabetes disease family history of CHD age gender education occupation alcohol consumption smoking habits and physicalactivity and large know POR Prevalence Odds Ratio of obesity on the incidenceof CHD The design of this research is case control 1 2 with multiple logistic regressionmultivariate analysis The number of sample in this research is 54 cases and 113controls The results showed an interaction on obesity and DM diseases Aftercontrolled with dyslipidemia and education the people who have obesity and DModds value of 3 97 95 CI 1 76 to 8 94 or by 80 at risk for developing CHD inage more or equal to 40 years than those who are not obese and are not DM in thegroup of people who have a family history of DM Keyword obesity CHD Family history of diabetes mellitus DM ;Obesity is one of the dominant factors of degenerative diseases, particularly coronary heart disease (CHD). This study is a further analysis of the baseline cohort study of risk factors for non-communicable diseases in 2011. Aims of this research are to know how big the relationship between obesity and the incidence of CHD at age more or equal to 40 years to the group people who have family history of diabetes mellitus (DM) after controlled variable confounding (dyslipidemia, blood pressure, diabetes disease, family history of CHD, age, gender, education, occupation, alcohol consumption, smoking habits, and physical activity) and large know POR (Prevalence Odds Ratio) of obesity on the incidence of CHD. The design of this research is case-control (1:2) with multiple logistic regression multivariate analysis. The number of sample in this research is 54 cases and 113 controls. The results showed an interaction on obesity and DM diseases. After controlled with dyslipidemia and education, the people who have obesity and DM odds value of 3.97 (95% CI 1.76 to 8.94) or by 80% at risk for developing CHD in age more or equal to 40 years than those who are not obese and are not DM in the group of people who have a family history of DM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wantiyah
"ABSTRAK
Efikasi diri diperlukan pasien penyakit jantung koroner (PJK) untuk mendukung kemandiriannya dalam mengelola penyakitnya. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pasien PJK. Desain penelitian analitik cross-sectional, dengan sampel 107 pasien. Analisis menggunakan Chi-square, uji T independen, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden, persepsi, keluhan, dan pengalaman tidak berhubungan dengan efikasi diri. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan efikasi diri (p: 006, α: 0.05), dan status emosi dengan efikasi diri (p: 0.014 α: 0.05). Perawat dapat meningkatkan efikasi diri pasien PJK dengan memberikan dukungan sosial dan mempertahankan status emosional pasien yang baik.

ABSTRACT
Self-efficacy was required for patients with Coronary Heart Disease (CHD) to managing the disease independently. This study identified factors that influence patients?s self-efficacy. This study was a cross-sectional analytic with 107 respondents. Statistical analysis used Chi-Square, Independent T-Test, and Multiple Logistic Regression. The results showed that characteristics of respondents, perceptions, cardiac symptoms, and experiences were not associated with self-efficacy. There was significant relationship between social support and self-efficacy (p: 0.006 α: 0.05), and between emotional state and self-efficacy (p: 0.014 α: 0.05). Nurses can improve patients?s self-efficacy by facilitating the social support and maintain patients?s emotional state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fariha Ramadhaniah
"Indonesia memiliki beban yang serius terhadap penyakit kardiovaskular, terutama PJK. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki angka kematian tertinggi akibat penyakit jantung. Prevalensi PJK berbasis diagnosis dokter tidak mengalami kenaikan, meski begitu, berdasarkan data Riskesdas 2013-2018, terjadi kenaikan terhadap prevalensi faktor risiko PJK. Beberapa faktor risiko PJK yang terjadi bersamaan menyebabkan sindrom metabolik, prevalensinya cukup tinggi di Indonesia dan meningkatkan risiko PJK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko sindrom metabolik terhadap terjadinya PJK di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, dengan median masa pengamatan 6,8 tahun, data skunder IFLS4 tahun 2007 dan IFLS5 tahun 2014 pada 6.571 responden usia 40-69 tahun. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik 20%, berdasarkan kriteria Joint Interim Statement. Kasus baru PJK 2,72%, dengan insiden rate 34 per 100.000 orang tahun. Analisis multivariat dengan uji cox regression mendapatkan HR 2,16 (95%CI 1,564-2,985), bahwa seseorang dengan sindrom metabolik memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami PJK dibanding tanpa sindrom metabolik setelah mengontrol variabel jenis kelamin, umur, status merokok, dan aktivitas fisik.
......Indonesia has a serious burden of cardiovascular disease, especially CHD. In Southeast Asia, Indonesia has the highest death rate from heart disease. The prevalence of CHD based on doctor's diagnosis did not increase, however, based on the Riskesdas 2013-2018, there was an increase in the prevalence of CHD risk factors. Several risk factors for CHD that occur together cause metabolic syndrome, the prevalence is quite high in Indonesia and increases the risk of CHD. The purpose of this study was to determine the risk of metabolic syndrome on the incidence of CHD in Indonesia. This retrospective cohort study, was followed up for a median of 6.8 years, secondary data from IFLS4 in 2007 and IFLS5 in 2014, population study 6,571 respondents, aged 40-69 years. The results of the study found that the prevalence of metabolic syndrome was 20%, based on the Joint Interim Statement criteria. New cases of CHD are 2.72%, with an incidence rate of 34 CHD per 100,000 person years. Multivariate analysis with cox regression test found HR 2.16 (95% CI 1.564-2.985), that someone with metabolic syndrome had a twice higher risk of developing CHD after adjusting gender, age, smoking status, and physical activity."
Depok: Fakultas Kesehatan dan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Todung Donald Aposan
"Intervensi koroner perkutan (IKP) terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Cedera pembuluh darah akibat IKP dapat menyebabkan timbulnya inflamasi dan stress oksidatif. Studi ini menunjukkan bahwa kurkumin memiliki efek menekan inflamasi dan antioksidan pada penderita PJK stabil pasca-IKP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas suplementasi kurkumin per oral dalam menurunkan kadar inflamasi dan stres oksidatif pasca-IKP pasien PJK stabil.
Pasien dewasa PJK stabil dilakukan IKP, dirandomisasi secara acak tersamar ganda ke dalam kelompok kurkumin atau plasebo. Kurkumin (45 mg/hari) atau plasebo diberikan selama 7 hari sebelum IKP hingga 2 hari setelah IKP. Kadar marker inflamasi (hsCRP dan sCD40L) dan marker oksidatif (MDA dan GSH) dalam serum dinilai dalam 3 fase, 7 hari pra-IKP, 24 jam pasca-IKP, dan 48 jam pasca-IKP.
Selama periode April–Juni 2015, terdapat 50 pasien yang direkrut (25 kurkumin dan 25 plasebo) di RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Jakarta. Konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada kelompok kurkumin dalam 3 fase cendrung menurun (p < 0,05) dibanding kelompok plasebo, tetapi konsentrasi hsCRP dan sCD40L pada tiap fase tidak berbedaan bermakna, sedang kadar MDA dan GSH tidak berbeda bermakna setiap fase, namun menunjukkan kecenderungan penurunan kadar MDA (p = 0,6) dan GSH (p = 0,3).
Pemberian kurkumin mempunyai kecenderungan menurunkan respons inflamasi pasca-IKP dan cenderung menghambat pembentukan stress oksidatif yaitu MDA serum melalui mekanisme peningkatan penggunaan antioksidan internal yaitu GSH serum.
......Background: Percutaneous coronary intervention (PCI) has been proven to improve morbidities and mortalities in stable coronary heart disease (CHD). However, ischemia-reperfusion injury resulted from PCI might induce inflammation and oxidative stress. Several studies suggested that curcumin exerts anti-inflammatory and antioxidant properties that may be beneficial in post-PCI stable CHD patients.
Objectives: To determine the efficacy of orally administered curcumin in reducing inflammatory response and oxidative stress in post-PCI of stable CHD patients.
Methods: A double-blind randomized controlled trial consisting of 50 adult patients of both sexes with stable CHD who underwent PCI were treated with curcumin or placebo. Either curcumin (45 mg/day) or placebo was given 7 days prior to PCI until 2 days after PCI. Inflammatory markers (hsCRP and sCD40L) and oxidative stress assessment (MDA and GSH) were measured in 3 phases (7 days pre-PCI, 24 hours post-PCI, and 48 hours post-PCI).
Results: During April–June 2015, 50 patients were recruited (25 curcumin and 25 placebo) from Cipto Mangunkusumo General Hospital and Jakarta Heart Center. The serum concentrations of hsCRP and sCD40L in curcumin group (p < 0.05) in all observation phases were significantly lower compared with placebo group; however, there were no significant differences between groups. No significant difference was observed among phases in MDA and GSH, but there was a trend of decreasing MDA and GSH levels (p = 0.6 and p = 0.3, respectively) in curcumin group.
Conclusion: Curcumin tends to reduce inflammatory response following PCI by decreasing oxidative stress (MDA) through the increase of internal antioxidant utilization (GSH)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Partina Wardani
"Obesitas, hiperlipidemia, dan hipertensi merupakan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia diketahui pegawai memiliki faktor risiko mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah. Upaya pencegahan perlu dilakukan agar faktor-faktor risiko yang telah ada tidak timbul menjadi penyakit. Penelitian ini melakukan upaya intervensi berupa promosi kesehatan dengan strategi promosi kesehatan dari Piagam Ottawa dan melihat pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan status kesehatan dengan indikator indeks masa tubuh, tekanan darah, gula darah dan kolesterol pada pegawai. Intervensi dilakukan selama 3 bulan berupa pemberian seminar kesehatan, pemasangan media promosi kesehatan, dan membuat duta kesehatan di setiap unit kerja. Hasil penelitian di dapatkan terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi serta terdapat penurunan nilai rata-rata pada indikator indikator indeks masa tubuh, tekanan darah, gula darah dan kolesterol.
......Obesity, hyperlipidemia, and hypertension are risk factors for coronary heart disease. Based on the results of medical check up in Universitas Indonesia employees in 2016 known employees have risk factors for coronary heart disease. Preventive action need to be done so that existing risk factors do not arise into illness. This research undertakes an intervention effort in the form of health promotion with health promotion strategies from the Ottawa Charter and examines the effect of health promotion on knowledge, attitudes, and health status with indicators of body mass index, blood pressure, blood sugar and cholesterol in employees. Intervention conducted for 3 months in the form of health seminars, installation of health promotion media, and create health ambassadors in each work unit. The results of the study found that there was an increase in knowledge and attitude before and after the intervention and there was a decrease in the mean values in indicators of body mass index, blood pressure, blood sugar and cholesterol."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Anasthasia Sagita
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner PJK adalah penyakit kardiovaskular utama yang menyebabkan kematian. Masalah terkait obat MTO pada pasien PJK menyebabkan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi intervensi apoteker terhadap penurunan jumlah MTO pasien PJK rawat inap di Rumah Sakit Umum RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian pra-ekperimental dengan pre-post design secara prospektif digunakan sebagai metode dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap 75 orang selama 4 bulan Januari-April 2017 di bangsal rawat inap RSU Kabupaten Tangerang. Kondisi klinis dan MTO didokumentasikan oleh apoteker. Klasifikasi MTO menggunakan Pharmaceutical Care Network Europe PCNE Versi 6.2. MTO yang teridentifikasi dilaporkan dan didiskusikan dengan dokter untuk intervensi. Identifikasi kembali kondisi klinis dan MTO dilakukan sesuai perubahan terapi dan klinis pasien. Karakteristik pasien yang dominan adalah umur 35-59 tahun, jenis kelamin laki-laki, jenis PJK non-SKA, penyakit penyerta le;2, jumlah terapi obat >5, tidak ada riwayat alergi, fungsi ginjal normal dan lama rawat le;5 hari. Masalah terkait obat yang teridentifikasi dan dilakukan intervensi sebanyak 443 masalah, terdiri dari 41.5 masalah efektivitas terapi, 56.4 masalah reaksi obat yang tidak dikehendaki dan 2 masalah biaya pengobatan. Intervensi apoteker bermakna p0,05 terhadap penurunan jumlah MTO. Intervensi apoteker dapat menurunkan jumlah MTO pada pasien PJK rawat inap di RSU Kabupaten Tangerang.

ABSTRACT
Coronary heart disease CHD is a major cardiovascular disease that causes death. Drug related problems DRP in CHD patients lead to an increased risk of morbidity and mortality. The objectives of the study were to evaluate pharmacist interventions against decreased DRPs of CHD inpatients at General Hospital of Tangerang District. Pre experimental studies with pre post design prospectively used as a method in this study. The study was conducted on 75 subjects for 4 month January April 2017 at inpatient ward of General Hospital of Tangerang District. Clinical and DRPs were documented prospectively by a pharmacist. The classification of DRPs used Pharmaceutical Care Network Europe rsquo s PCNE Version 6.2. The identified DRPs were reported and discussed with the physician for the intervention. Re identification of clinical and DRPs were completed following the treatment and clinical. The dominant patient characteristics were 35 59 years old, male gender, non ACS type, comorbidity le 2, the number of drugs 5, no history of allergy, normal renal function and length of stay le 5 days. The number of DRPs which identified and received intervention was 443, consisting of 41.5 as drug effect, 56.4 as adverse drug reaction and 2 as treatment cost. Pharmacist interventions decreased 88 of the number of DRPs p0.05 to decreased the number of DRPs. Pharmacist intervention decrease the number of DRP rsquo s CHD inpatient at General Hospital of Tangerang District."
2017
T49419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tasrif Mansur
"Latar Belakang: Hingga saat ini belum ada publikasi yang melakukan pembahasan mengenai sistem stratifikasi risiko pasien STEMI pada populasi dewasa muda. Selain itu rokok dan riwayat PJK dini dalam keluarga yang merupakan faktor risiko utama kejadian STEMI pada dewasa muda juga belum terlihat perannya dalam sistem stratifikasi risiko manapun. Skor TIMI yang paling banyak digunakan dalam menilai prognosis pasien STEMI juga masih dipertanyakan keakuratannya pada kelompok dewasa muda.

Tujuan: Studi ini bertujuan mengetahui proporsi mortalitas pasien STEMI dewasa muda yang di RS Cipto Mangunkusumo, melakukan validasi skor TIMI pada pasien dewasa muda, dan mengembangkan sistem stratifikasi risiko untuk pasien STEMI dewasa muda.

Metode: Penelitian ini adalah studi prognosis dengan desain kohort retrospektif menggunakan data rekam medis RSCM pada pasien berusia ≤50 tahun yang dirawat dengan STEMI dari tahun 2018 hingga tahun 2022. Dilakukan analisis univariat untuk mendapatkan data karakteristik subjek dan proporsi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda. Dilakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan merokok dan Riwayat PJK dini dalam keluarga dengan mortalitas 30 hari. Dilakukan uji validasi skor TIMI pada subjek penelitian dewasa muda. Dilakukan analisis multivariat untuk mendapatkan model prediksi baru dan dilakukan uji performa diskriminasi dan kalibrasi model modifikasi atau kombinasi baru.

Hasil: Didapatkan 164 subjek penelitian. Pasien yang memiliki faktor risiko merokok adalah sebanyak 107 orang (65,2%). Sementara yang memiliki riwayat PJK dini dalam keluarga adalah sebanyak 39 orang (23,9%). Pasien yang memiliki komorbid hipertensi sebanyak 80 orang (48,8%) dan yang menderita diabetes sebanyak 71 orang (43,3%). Proporsi mortalitas 30 hari pasien dewasa muda sebanyak 7,9% (13 orang). Tidak terdapat korelasi dengan mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda untuk riwayat merokok (HR 0,0441 (IK 95% 0,148-1,312) dan nilai p 0,141) dan riwayat PJK dini dalam keluarga (HR 0,567 (IK 95% 0,126-2,559) dan nilai p 0,461). Skor TIMI memperlihatkan kemampuan prediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda yang baik, dimana didapatkan nilai AUC 0,836 (IK 95% 0,717-0,956) dengan nilai p <0,0001. Kombinasi skor TIMI dengan variabel riwayat merokok memperlihatkan performa diskriminasi yang baik dalam prediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda dengan nilai AUC 0,875 (p<0,0001). Namun ketika dilakukan perbandingan antara nilai AUC skor TIMI dengan skor TIMI dengan tambahan faktor riwayat merokok tidak didapatkan peningkatan akurasi yang bermakna (nilai p 0,2146).

Simpulan: Proporsi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda adalah sebanyak 7,9%. Skor TIMI memiliki performa diskriminasi dan kalibrasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda. Skor TIMI dengan penambahan faktor riwayat merokok memiliki performa diskriminasi dan kalibrasi yang lebih baik dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dewasa muda dibandingkan skor TIMI murni, namun tidak memiliki signifikansi peningkatan akurasi.

......Background: Until now, there have been no publications discussing the risk stratification system for STEMI patients in the young adult population. Additionally, the role of smoking and a family history of early coronary artery disease (CAD) as major risk factors for STEMI in young adults has not been addressed in any risk stratification system. The accuracy of the widely used TIMI score in assessing the prognosis of STEMI patients in the young adult group is also questionable.

Objective: This study aims to determine the proportion of mortality among young adult STEMI patients at Cipto Mangunkusumo Hospital, validate the TIMI score in young adult patients, and develop a risk stratification system for young adult STEMI patients.

Methods: This research is a retrospective cohort prognosis study using medical record data from Cipto Mangunkusumo Hospital on patients aged ≤50 years who were hospitalized with STEMI from 2018 to 2022. Univariate analysis was conducted to obtain subject characteristics and the proportion of 30-day mortality among young adult STEMI patients. Bivariate analysis was performed to examine the relationship between smoking, a family history of early CAD, and 30-day mortality. The validation of the TIMI score was conducted in the young adult study subjects. Multivariate analysis was conducted to obtain a new prediction model, and performance tests for discrimination and calibration of the modified or combined model were performed.

Results: A total of 164 study subjects were included. There were 107 patients (65.2%) with a smoking risk factor, while 39 patients (23.9%) had a family history of early CAD. The proportion of 30-day mortality among young adult patients was 7.9% (13 individuals). There was no correlation between 30-day mortality in young adult STEMI patients and a history of smoking (HR 0.0441 (95% CI 0.148-1.312) and p-value 0.141) or a family history of early CAD (HR 0.567 (95% CI 0.126-2.559) and p-value 0.461). The TIMI score showed good predictive ability for 30-day mortality in young adult STEMI patients, with an AUC value of 0.836 (95% CI 0.717-0.956) and p-value <0.0001. The combination of the TIMI score with the smoking history variable demonstrated good discriminatory performance in predicting 30-day mortality among young adult STEMI patients, with an AUC value of 0.875 (p<0.0001). However, when comparing the AUC values between the TIMI score and the TIMI score with the addition of the smoking history factor, no significant increase in accuracy was observed (p-value 0.2146).

Conclusion: The proportion of 30-day mortality among young adult STEMI patients is 7.9%. The TIMI score demonstrates good discrimination and calibration in predicting 30-day mortality among young adult STEMI patients. The TIMI score, when combined with the smoking history factor, shows improved discriminatory performance and calibration in predicting 30-day mortality among young adult STEMI patients compared to the pure TIMI score but does not significantly enhance accuracy."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqah Indri Amalia
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang ada kaitannya dengan faktor gizi serta memiliki kontribusi besar dalam tingkat mortalitas di Indonesia. Melalui penelitian dengan disain studi cross sectional diharapkan dapat diketahui hubungan antara karakteristik demografi (status migrasi dan lokasi tinggal), asupan makanan (asupan energi, karbohidrat, lemak, kolesterol, serat dan asupan gorengan per hari), aktivitas harian (tingkat aktivitas fisik dan waktu tempuh) dan status gizi (Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut) dengan tingkat risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada karyawan laki-laki berusia 30 tahun ke atas di Perusahaan Alat Berat, Cikarang. Data diambil dengan metode wawancara untuk karakteristik demografi. Asupan makanan diketahui dengan wawancara menggunakan semi-kuantitatif FFQ, dan aktivitas fisik dengan wawancara menggunakan adaptasi kuesioner GPAQ versi 2. Tingkat risiko PJK diukur dengan metode skor Framingham data diperoleh dari hasil medical check-up bersama dengan data status gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat risiko PJK sebesar 12% dan masuk dalam kategori tingkat risiko sedang. Hubungan tingkat risiko penyakit jantung ditemukan bermakna secara statistik dengan status migrasi (p = 0,007), lokasi tinggal (p = 0,013), asupan gorengan per hari (p = 0,016), waktu tempuh (p = 0,036), IMT (p = 0,031) dan lingkar perut (p = 0,024).
......Coronary Heart Disease (CHD) is one of non-communicable disease related to nutrition factors and contribute to high rate mortality in Indonesia. This research using cross-sectional study and aims to know the association between demographic characteristic (migration status and household location), food consumption (consumption of calorie, carbohydrate, fat, cholesterol, fiber and fried foods), daily activity (physical activity level and travel duration), nutritional status (BMI and waist circumference) with risk of coronary heart disease which defined by Framingham Score in male employee of Heavy Equipment Company, Cikarang. Data collected by interview method in order to know demographic characteristic and also to know daily food consumptions using semi-quantitative FFQ and level of physical activity using adopted GPAQ version 2. Risk of CHD and nutritional status known from respondent medical check-up status. The results of this research show that mean of CHD risk is 12% and it classified as moderate risk of CHD. This research find out that there are significant statistical association between risk of CHD with migration status (p = 0,007), home location (p = 0,013), daily consumption of fried foods (p = 0,016), travel time (p = 0,036), BMI (p = 0,031) and waist circumference (p = 0,024)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>