Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danur Febri Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penggunaan economic value added sebagai kriteria pembentukan portofolio saham pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2005-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan seluruh laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2005-2014.Hasil dari penelitian ini adalah dari semua variabel yang telah diuji, menunjukan hasil yang positif dan dapat dikatakan bahwa perhitungan Economic Value Added (EVA) dapat menjadi sebuah kriteria pembentukan portofolio pada perusahaan yang tergabung dalam bursa efek indonesia periode 2005-2014.
ABSTRACT
This focus of this study is to analyze the use of economic value added as criteria for the establishment of a stocks portfolio in companies that listed in Indonesia Stock Exchange from 2005 until 2014. This research is using a quantitative study with secondary data collection techniques to collect the financial statements of the companies that listed on the Indonesia stock exchanges from 2005 until 2014. The results of this study are all the variables that have been tested, showed positive results and it can be said that the calculation of Economic Value Added (EVA) can be a criteria for the establishment of a portfolio in companies that listed in Indonesia Stock Exchange from 2005 until 2014.
2016
S64029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suirwan
Abstrak :
Tesis ini membahas pengukuran risiko pasar portofolio saham dengan Value at Risk dan Expected Shortfall model volatilitas GARCH pada PT XYZ yang terdiri 29 emiten dengan periode observasi tahun 2008-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa perhitungan return portofolio tidak memenuhi distribusi normal, sehingga estimasi kerugian dengan menggunakan VaR distribusi normal dapat menjadi bias. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesa parametrics VaR dengan model volatilitas GARCH pada confidence level 99% dan 95% terbukti valid setelah dilakukan kupiec test pada periode 2010-2011, sementara hipotesa Expected Shortfall sebagai alternatif pengukuran risiko terbukti valid hanya pada confidence level 99%. Hasil perhitungan risiko portofolio saham dengan VaR dan ES model volatilitas GARCH menunjukkan bahwa nilai risiko lebih optimum dibandingkan undiversified portofolionya. ......This thesis discusses the measurement of portfolio market risk by using Value at Risk and Expected Shortfall with GARCH volatility model on 29 listed companies PT XYZ?s during observation periods of 2008-2010. The analysis showed that the calculation of portfolio return do not meet the normal distribution so that the expected loss using normal distribution VaR can be biased. The hypothesis of Parametrics VaR with GARCH volatility at 95% and 99% confidence level proved valid after Kupiec test in the periods of 2010-2011, while hypothesis of Expected Shortfall as an alternative risk measurement proved valid only at 99% confidence level. Risk calculation using VaR and Expected Shortfall with GARCH volatility suggests more optimum value than the undiversified portfolio.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29503
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Jesslyn
Abstrak :
ABSTRAK
Selama ini, banyak yang telah percaya bahwa strategi rebalancing merupakan salah satu metode manajemen risiko portofolio yang juga dapat memberikan tambahan tingkat pengembalian (rebalancing bonus) bagi yang melakukannya, dan, penelitian ini membuktikan jika rebalanced portfolio menghasilkan risiko yang lebih rendah pada saat masa krisis 2008 dan 2013, serta hasil investasi yang lebih tinggi daripada unrebalanced portfolio selama periode investasi 10 tahun. Tetapi ternyata, pengujian secara statistik menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil rebalanced portfolio dengan unrebalanced portfolio, dan strategi rebalancing lebih tepat jika diterapkan pada industri progresif daripada industri defensif. Simulasi penelitian ini juga sudah melibatkan biaya transaksi.
ABSTRACT
During this time, many have believed that rebalancing strategy is one of portfolio risk management methods which can also provide additional returns (rebalancing bonus), and this research found that rebalanced portfolio resulted in a lower risk at the time of the 2008 crisis and 2013, as well as higher investment returns than non-rebalanced portfolio during the investment period of 10 years. But it turns out that statistically testing concluded that there was no significant difference between the results of the non-rebalanced portfolio versus rebalanced portfolio, and rebalancing strategies are more appropriate when applied to a progressive industry than defensive industry. This simulation study also involves transaction costs variable.
2016
S63357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Adiyansyah
Abstrak :
Manusia memiliki kebutuhan untuk melangsungkan hidupnya. Seiring waktu harga-harga kebutuhan akan naik dikarenakan inflasi. Untuk mengantisipasi inflasi, manusia melakukan investasi. Investasi dapat bermacam-macam seperti membeli aset-aset riil (tanah, emas, dsb), ataupun membeli surat-surat berharga (efek) di pasar modal. Saham merupakan jenis efek yang paling sering diperjualbelikan. Dalam melakukan investasi saham, seorang investor memiliki permasalahan untuk memilih saham-saham yang dapat menghasilkan nilai imbal balik yang diharapkan. Permasalahan ini akan coba dijawab oleh Support Vector Machine (SVM) dengan mengklasifikasikan saham-saham apa saja yang menghasilkan imbal hasil ≥1%, dan imbal hasil <1%. Atribut yang digunakan terdapat 22, terdiri dari indikator teknikal dan nilai yang diolah dari data historis saham. Data historis saham yang digunakan adalah data perdagangan harian 30 saham dari indeks IDX30 pada jangka waktu 1 September 2020 hingga 31 Agustus 2021. Data historis saham dari 1 September 2020 hingga 5 Juni 2021 digunakan sebagai data training, dan data historis saham dari 6 Juni 2021 hingga 31 Agustus 2021 digunakan sebagai data testing. Model SVM yang dihasilkan memiliki akurasi sebesar 99,44%. Setelah didapatkan saham-saham yang berpotensi menghasilkan keuntungan yang diharapkan melalui SVM, selanjutnya akan dibuat sebuah portofolio investasi dari kumpulan saham tersebut dengan metode Mean Variance (MV). Bobot tiap saham yang dipilih adalah bobot saham yang meminimalkan variansi dari portofolio. Sebagai pembanding digunakan model pembentukan portofolio Equal Weight Portofolio (EWP) dan kinerja dari indeks IDX30. Imbal hasil dari portofolio yang dibentuk oleh SVM+MV dan SVM+EWP jauh lebih baik dari indeks IDX30. Variansi portofolio dari SVM+MV lebih kecil daripada portofolio dari SVM+EWP. ......Human must has basic need to survive. The price of basic need will increase over time because the effect of inflation. To anticipate the inflation, human tend to invest. There are two kind of investment, real asset such as land and gold, and securities such as stock and obligation. Stock is the most actively traded. When an investor decide to invest on stock, investor have to choose which stocks that will generate enough return for himself. This problem would be solved by using Support Vector Machines. SVM is one of the machine learning technique for classification, in this case we will classify the the stock based on the return ≥1% or <1%. There are 22 attribute that used for SVM. Data come from historical stock data of 30 stocks from IDX30 index. The range is from 1 September 2020 untill 31 August 2021. Data from 1 September 2020 through 5 June 2021 would be training data and data from 6 June 2021 untill 31 August 2021 would be testing data. The result from SVM model has accuracy of 99,44%. The next thing to fo after we have which stock that will be choose is to build a portofolio from it. The portofolio theory of Mean Variance will be used to build portofolio from the result of prediction stock SVM. Mean Variance method will determine how much the portion of respective stock to be invested that would be maximize returns and also minimize investment risk. For measure how well the model perform, we used Equal Weight Portofolio (EWP) method and return of IDX30 index. The result is SVM+MV model and SVM+EWP model generate more return than the underlying index. The variance of portofolio that generated from SVM+MV are smaller than portofolio generated from SVM+EWP.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Arianto
Abstrak :
Sebagian masyarakat sadar bahwa dana yang mereka miliki dari waktu ke waktu nilainya akan berkurang apabila tidak dimanfaatkan atau dibiarkan menganggur ( time value of money ).

Menentukan tingkat harapan atau expected return dari sebuah sekuritas dapat dilakukan dengan beberapa metodae, salah satu di antaranya yang cukup popular digunakan oleh praktisi keuangan khususnya pasar modal adalah dengan menggunakan CAPM. Metoda ini pada dasarnya memerlukan asumsi - asumsi yang sebenamya sangat sulit dipenuhi oleh dunia nyata. Namun penggunaannya cukup dipercaya dan membantu dalarn menentukan tingkat pengharapan pengembalian atau expected return dari suatu sekuritas.

Metoda ini memperhitungkan aspek resiko sistematis dan risk premium yang dimiliki oleh suatu sekuritas serta opportity cost / suku bunga bebas resiko yang berlaku, di mana tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan tingkat resiko (diwalkikan oleh indeks tunggal beta ).

Pada kondisi pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Jakarta mempunyai karakter sekuensi tidak merata, hanya sedikit emiten yang mempunyai kapitalisasi besar menggerakan fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusbiantono
Abstrak :
Risiko investasi saham terdiri dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko perusahaan). Penjumlahan kedua risiko tersebut adalah risiko total yang merupakan variabilitas return dari suatu saham. Risiko sistematis merupakan bagian dari risiko total yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah bagian dari risiko total yang dapat diperkecil atau dihilangkan dengan diversifikasi. Didalam model pasar (market model), beta digunakan sebagai pengukur risiko sistematis dan varian kesalahan residual sebagai pengukur risiko tidak sistematis. Salah satu asumsi model ini adalah bahwa beta dan varian kesalahan residual masing-masing merupakan variabel acak, karenanya secara teoritis kedua variabel tersebut tidak berkorelasi. Dan ini berimplikasi bahwa dalam pembentukan portofolio, besar kecilnya nilai beta saham pembentuk portofolio tidak mempengaruhi tingkat diversifikasi portofolio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara risiko sitematis dan risiko tidak sitematis, baik pada saham individual maupun portofolio saham, serta pengaruhnya terhadap diversifikasi saham di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan periode pengamatan 1994-1996, dimana pada periode tersebut terdapat dua kondisi pasar yaitu bearish dan bullish. Dari bulan Januari 1994 sampai dengan Mei 1995 dianggap sebagai bear market (IHSG cenderung bergerak turun, yaitu dari 589,646 pada tanggal 3 Januari 1994 menjadi 415,322 pada tanggal 1 Mei 1995), sedangkan dari Juni 1995 sampai dengan Desember 1996 dianggap sebagai bull market (IHSG cenderung bergerak naik, yaitu dari 485,781 pada tanggal I juni 1995 menjadi 637,432 pada tanggal 27 Desember 1996). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 perusahaan yang ditetapkan dengan teknik purposive sampling. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian dan sahamnya termasuk dalam kriteria sebagai saham yang aktif. Perhitungan korelasi antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dilakukan dengan metoda Pearson Product Moment dan Spearman Rank Correlation. Dan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat korelasi negatip antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis pada saham individual, sedangkan pada portofolio saham terdapat korelasi positip antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan nilai beta rendah mempunyai risiko tidak sistematis lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko tidak sistematis portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan nilai beta tinggi. Ukuran portofolio saham mempengaruhi tingkat diversifikasi portofolio saham yang bersangkutan. Semakin besar jumlah saham didalam suatu portofolio, semakin baik tingkat diversifikasi portofolio tersebut yang ditunjukkan oleh semakin besarnya prosentase penurunan risiko tidak sistematis dibandingkan dengan rata-rata risiko tidak sistematis saham individual penyusun portofolio. Untuk mencapai tingkat diversifikasi yang sama, portofolio saham yang dibentuk dari saham¬saham dengan beta tinggi memerlukan jumlah saham yang lebih banyak dibandingkan dengan portofolio saham yang dibentuk dari saham-saham dengan beta rendah.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T18851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Kartika
Abstrak :
Karya akhir ini memberikan penjelasan mengenai penerapan strategi cornerstone growth, modifikasi cornerstone value dan kombinasi kedua strategi, pada transaksi saham di Bursa Efek Jakarta. Strategi cornerstone growth dan strategi cornerstone value telah diuji pada transakai saham di New York Stock Exchange oleh James P. O?Shaughnessy dan ternyata kombinasi kedua strategi menghasilkan portofolio dengan return yang lebih tinggi dari return pasar dan risiko yang lebih rendah dari risiko pasar. Analisis tethadap penerapan strategi tersebut di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tahap pertama adalah pemilihan saham dengan strategi cornerstone growth. Dilakukan dengan kriteria: (1) dipilih dari seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mempunyai minimal 52 hari perdagangan dalam satu tahun, (2) earning bertumbuh secara konsisten dalam tiga tahun terakhir, (3) Price-to-Sales Ratio di bawah 1,5, (4) harga saham berkinerja bagus dalam satu tahun terakhir. Terbentuk 3 portofolio daiam tiga periode penelitian. 2. Tahap kedua adalah pemilihan saham dengan strategi modifikasi cornerstone value. Dilakukan dengan kriteria: (1) mempunyai nilai kapitalisasi pasar di atas rata-rata pasar, (2) jumlah common stock outstanding di atas rata-rata pasar, (3) cash flow per share 75% terbes dan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, (4) nilai penjualan 1,5 kali rata-rata pasar, (5) dividend yield dalam peningkat 100 perusahaan terbaik (modifikasi A) dan 150 perusahaan terbaik (modifikasi B). Terbentuk 3 portofolio sirategi cornerstone value modifikasi A untuk tiga periode dan 2 portofollo strategi cornerstone value modifikasi B untuk periode 1 dan periode 2. (Portofolio periode tiga modifikasi B sama dengan modifikasi A). 3. Tahap ketiga dibuat kombinasi masing-masing 50% antara strategi cornerstone growth dan modifikasi cornerstone value, terbentuk 5 portofolio kombinasi. 4. Tahap keempat adalah mengukur kinerja setiap portofolio yang terbentuk. Return diukur dengan arithmetic mean of return, risiko diukur dengan deviasi standar, risk adjusted return diukur dengan sharpe index dan treynor índex dibandingkan dengan IHSG dan LQ45 sebagai ukuran kinerja pasar, terakhir dihitung market adjusted return, yaitu; return yang sudah dikurangi return pasar. Periode pengujian dibagi dalam tiga periode, ynitu periode 1 sebelum krisis (1 Januari 1996 - 30 Juni 1997), periode 2 dimasa krisis (1 Juli 1999 - 31 Desember 1998) dan periode 3 setelah krisis (1 Januari 1999 - 30 Juni 2000). Hasil penelitian pada periode satu dan tiga menunjukkan bahwa portofolio yang terbentuk dengan strategi cornerstone growth dapat mengalahkan kinerja pasar secara significant. Kinerja portofolio yang terbentuk dengan strategi modifikasi cornerstone value hanya sedikit di atas kinerja pasar. Dan penggabungan kedua strategi akan memperburuk kinerja portofolio strategi cornerstone growth tapi meningkatkan kinerja portofolio sirategi modifikasi cornerstone value. Hasil penelitian pada periode dua (di masa krisis) menunjukan bahwa arithmetic mean of return semua portofolio yang terbentuk termasuk arithmetic mean of return pasar adalah bilangan negatif dengan nilah terkecil adalah return pasar, walaupun secara risiko portofolio dengan strategi cornerstone growth Growth mempunyai risiko yang Iebih kecil dari resiko pasar. Jelas bahwa dalam masa krisis penerapan kedua strategi akan menyebabkan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi investor untuk mengetahui dengan jelas keadaan perekonomian sebelum melakukan investasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa di luar masa krisis ekonomi sebaiknya dipilih strategi cornerstone growth untuk investasi saham di Bursa Efek Jakarta
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Alie Naviekhar
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal pertengahan 1997 telah memporak porandakan kondisi ekonomi Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, ingin diketahui a) investasi yang paling menguntungkan antara investasi pada instrumen investasi saham, mata uang dan komoditi emas yang dilakukan pada periode Januari sampai Juni 1998, b) tingkat pengembalian per minggu, serta C) adanya interaksi antara return masing-masing instrumen dengan return per minggu. Ke tiga hal yang ingin diketahui tersebut dituangkan dalam bentuk hipotesis.

Langkah yang dilakukan adalah dengan membentuk portofolio saham, portofolio mata uang dan mengambil satu harga emas di pasar emas dunia. Portofolio saham akan diambil dan 45 saham yang masuk dalam Indeks LQ-45, portofolio mata uang akan diambil dari 5 mata uang kertas utama (major currency) yang diperdagangkan Bank Indonesia, dan harga emas akan diambil dari quotation harga emas di pasar Hongkong. Selain itu juga akan digunakan deposito bank sebagai salah satu indikator kebijakan moneter pemerintah dalam masa krisìs.

Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan perhitungan portofolio dan dibuktikan dengan pengujian statistik dengan menggunakan analysis of variance (Anova). Karena penelitian ini menggunakan dua variabel, yaltu variabel return masing masing instrumen investasi dan variabel return per minggu dari masing-masing instrumen investasi, maka Anova yang dipakai adalah two way anova.

1. Untuk Hipotesis I, bahwa dengan nilal a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengembalian masing-masing instrumen investasi. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian dari ke tiga instrumen investasi tersebut adalah sama.

2. Untuk Hipotesis II, bahwa dengan nilai a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengembalian per miriggu dari masing masing instrumen investasi Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kondisi transaksi yang bersifat seasonal yang dapat mempengaruhi investor dalam berinvestasi.

3. Untuk Hipotesis Ill, bahwa dengan nilai a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat interaksi antara tingkat pengembalian masing-masing instrumen dengan tingkat pengembalian per minggu. Hal ini menunjukkan bahwa investor dapat melakukan investasi dengan bebas di ke tiga instrumen tersebut, karena ke tiganya mempunyai return yang sama, serta investasi di minggu manapun juga akan memberikan return yang sama.

Berdasarkan hasil tersebut disarankan bagi investor untuk memilih risiko yang terkecil yang bisa dilihat dari instrumen investasi yang memiliki coefficient of variation yang terkecil, yaltu instrumen investasi saham.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kario Tientien
Abstrak :
Karya akhir ini bertujuan untuk membentuk dan membandingkan optimal portofolio saham yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan non LQ 45 yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Saham dibagi menjadi lima kelompok yang terdiri dari satu kelompok saham LQ 45 dan empat kelompok saham non LQ 45. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Markowitz. Hasil penelitian selain menunjukkan bahwa kelompok saham non LQ 45 (1) memiliki return dan kinerja portofolio yang lebih baik dibandingkan kelompok saham LQ 45, juga menunjukkan bahwa saham pada sektor keuangan hampir selalu muncul pada setiap kelompok saham sebagai bagian dari kombinasi saham pembentuk portofolio optimal, diikuti dengan saham pada sektor industri barang konsumsi......This research aimed to form and compare optimal portfolio of LQ 45 and non-LQ 45 stocks. The stocks were divided into five groups; one group of LQ 45 stocks and four groups of non-LQ 45 stocks. A quantitative analysis using Markowitz model was performed. The result showed that non-LQ 45 (group I) has a better return and portfolio performance than LQ 45 stocks group. It also showed that the stocks in financial sector are the most often appear in every stocks group as a portion that forms the optimal portfolio, followed by stocks in consumer sector.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Zetira
Abstrak :
Dampak pandemi Covid-19 di pasar saham menyebabkan pergerakan indeks JII dan LQ45 sangat fluktuatif, sehingga mempengaruhi return dan risiko portofolio saham syariah dan konvensional. Penelitian ini menganalisis volatilitas portofolio JII dan LQ45, membandingkan kinerja kedua portofolio, dan merekomendasikan portofolio dengan keuntungan optimal. Penelitian dilakukan pada periode Maret 2020-2021 dengan metode kuantitatif risk adjusted return, serta uji signifikansi dengan uji Mann-Whitney. Hasil pengolahan data dan analisis adalah return, volatilitas, indeks Sharpe, Treynor, Jensen, dan Sortino, portofolio JII lebih baik dibanding portofolio LQ45, dengan selisih masing-masing 0,004%, 0,034%, 4,866%, 1,111%, 0,203% dan 0,756%. Artinya, portofolio JII lebih menguntungkan untuk berinvestasi di masa pandemi karena sektor yang terdapat dalam portofolio JII lebih tahan terhadap ketidakpastian ekonomi, terutama sektor pertambangan yang kinerjanya meningkat signifikan. Sementara indeks Roy menunjukkan portofolio JII lebih buruk dibanding portofolio LQ45 dengan selisih -0,032% karena portfolio JII tidak mampu memaksimalkan keuntungan dengan asumsi MAR 0%. Hasil uji signifikansi adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return, Sharpe, Treynor, dan Jensen antara kedua portofolio, dengan nilai z masing-masing -0,310, -1,560, -1,227, dan -1,214. Artinya, pandemi tidak berpengaruh pada return dan kinerja karena saham syariah yang terdaftar di indeks JII beririsan dengan saham di LQ45. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan pada volatilitas, Sortino, dan Roy antara kedua portofolio, dengan nilai z -4,103, 19,730, dan 19,730. Artinya, volatilitas portofolio JII lebih tinggi karena terjadi peningkatan return portofolio JII. Indeks Sortino menunjukkan kinerja portofolio JII lebih baik karena mampu menekan kerugian saat risiko kerugian sangat tinggi. Indeks Roy menunjukkan kinerja portofolio JII lebih buruk karena portofolio JII tidak terdapat empat saham bank terbesar di Indonesia yang memiliki kapitalisasi pasar sangat besar, likuiditas sangat tinggi, dan secara fundamental sangat baik sehingga dapat bangkit lebih cepat di masa pemulihan ekonomi. Penelitian ini merekomendasikan portofolio JII kepada investor syariah, khususnya di masa krisis, karena kinerjanya yang baik. ......The emergence of Covid-19 pandemic has led to an increased volatility of JII and LQ45 indices, therefore affecting the performance of Islamic and conventional stock portfolios, especially returns and risks. This study attempts to analyze the volatility of JII and LQ45 portfolios, to compare the performances of the two portfolios, and to recommend portfolio with the optimal return. The period of analysis is from March 2020 to March 2021 with quantitative methods, which are risk adjusted return and the significance test using the Mann-Whitney test. Data processing and analysis find that the return, risk, and Sharpe, Treynor, Jensen, and Sortino indices of JII portfolio are better than LQ45 portfolio, with the differences of 0.004%, 0.034%, 4.866%, 1.111%, 0.203%, and 0.756%, meaning that JII portfolio is more profitable because JII sectors are more resilient during economic uncertainty, especially mining sector whose performance increases significantly. However, Roy index shows that JII portfolio is worse than LQ45 portfolio with the difference of -0.032% because JII portfolio is unable to make a positive profit above 0%. Further, the significance test shows that there is no significant difference between returns of JII and LQ45, and among Sharpe, Treynor, and Jensen indices of both portfolios, with z values of -0.310, -1.560, -1.227, dan -1.214. This means that pandemic has no effect on returns and performance because Islamic stocks listed in the JII index coincide with stocks in LQ45. However, there are significant differences in JII and LQ45 portfolio risk, also shown in Sortino and Roy indices with z value of -4.103, 19.730, and 19.730. This means that the volatility of the JII portfolio is higher due to an increase in the return of the JII portfolio. Sortino index shows JII portfolio performance is significantly better because it has the ability to suppress losses when the risk of loss is very high. Roy index shows that JII portfolio performance is worse because JII portfolio does not contain the four largest bank stocks in Indonesia which have very large market capitalization, very high liquidity, and very good fundamentals so that they can rise faster during the economic recovery period. This study recommends JII portfolio to Islamic investors, especially during crisis due to robust portfolio performance.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>