Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulasri Suwarno
Abstrak :
Rabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat dan disebabkan oleh virus rabies. Kasus rabies di Kecamatan Makale dari tahun 2010-2011 terjadi peningkatan kasus yang disebabkan oleh perilaku kontak dengan anjing, keterbatasan pengetahuan dan cara memelihara anjing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mayarakat dan hubungannya dengan perilaku pencegahan rabies di Kecamatan Makale tahun 2013. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif, menggunakan desain studi cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 171 responden yaitu pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Makale dan berdomisili di Kecamatan Makale. Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada ketiga instansi yaitu camat makale, petugas peternakan dan petugas puskesmas yang menangani rabies. Analisa dengan menggunakan Chi Square pada 7 variabel dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pencarian pengobatan dan keterpaparan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pencarian pengobatan (OR=5,80) dan keterpaparan informasi (OR=1,99) terhadap perilaku pencegahan rabies.Variabel karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan) dan pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan rabies. ...... Rabies is the acute infection disease which assault central nerves system and it is caused by rabies virus. The case of rabies at sub district of Makale from 2010-2012 has increase caused by contact with dog behavior, limitation of knowledge and the way of raising the dog. The observe of research is to determine the people’s knowledge and its relationship to rabies prevention at Sub District of Makale District of Tana Toraja South Sulawesi Province in 2013. Research design is quantitative and qualitative. In quantitative, cross sectional design is conducted by questionnaire and interview. Sampling used is Systematic Random Sampling. Sample taken is 171 respondents of the people visit Makale Public Health Center and live in Sub District of Makale. In qualitative, comprehensive interview is conducted in three departments which are Head of Makale Sub Distirct, livestock officer, and Public Health Center officer who deal with rabies. The analysis is using Chi Square with seven variables which are age, gender, education, occupation, knowledge, treatment, and information exposure. Research result showed that there is a meaningful relationship between treatment (OR= 5,80) and information exposure (OR=1,99) to rabies prevention action. Characteristics variable (age, gender, education and occupation) and knowledge do not have any relationship to rabies prevention action.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London : Elsevier, 2011
579.2 ADV LXXIX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Ganefa
Abstrak :
Rabies merupakan suatu penyakit zoonosa terpenting di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 100% dan diperkirakan kematian karena rabies pada manusia diseluruh dunia mencapai 35.000 - 40.000 kasus setiap tahunnya. Di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, rabies masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat karena cakupan vaksinasi rabies pada anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar belum mencapai target 100% dari total populasi anjing setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tahun 2000. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 153 kasus yaitu pemilik anjing yang tidak memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, dan 153 kontrol yaitu pemilik anjing yang memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden pemilik anjing dan kemudian dianalisa dengan analisa univariat, bivariat (Chi Square) dan multivariat (Logistic Regression). Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya beberapa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, yaitu variabel pendidikan (OR=2,73; p=0,001), pengetahuan (OR=3,19; p=0,x02), sikap (OR=2,84; p=0,005), keterpaparan terhadap media penyuluhan rabies (OR=2,77; p=0,016) dan anjuran petugas (OR=15,76; p=0,000). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pemerintah baik di daerah maupun di pusat untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang pentingnya pemberian vaksinasi rabies pada anjing peliharaannya yang dapat dilakukan secara interpersonal melalui petugas vaksinasi dan secara massal melalui kegiatan penyuluhan terutama menggunakan media televisi dengan peningkatan kwantitas penayangan informasi tentang rabies. Selain itu perlu pula meningkatkan kwalitas petugas vaksinasi dengan memberikan pelatihan kepada petugas vaksinasi dalam hal pemberian informasi kepada pemilik anjing dan kwantitas petugas dengan menambah jumlah petugas. Selain itu juga memberikan imbalan/ penghargaan kepada petugas atas keberhasilan pekerjaan mereka untuk menambah semangat kerja petugas. ...... Factors Related with Incompliance Dog Owner to Give Rabies Vaccination for Their Dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in Year 2000. Rabies is the most important zoonotic disease in Indonesia, which can cause of death with Case Fatality Rate (CFR) 100% and mortality of human rabies in the world around 35.000 - 40.000 cases every year. In Cimahi Sub District, Bandung District, West Java, rabies is still a public health problem, because coverage of rabies vaccination in own dog and elimination in stray dog haven't reach yet 100% target from total dog population every year. This study was done to know the factors related with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in year 2000. It was carried out by Case Control design with 153 samples of case i.e. dog owner who didn't give rabies vaccination to their dog, and 153 control i.e. dog owner who gave rabies vaccination to their dog. The data has been gotten by interviewed the respondents using questioner, and then analyzed by univariate, bivariate (Chi Square) and multivariate (Logistic regression) analysis. Result of multivariate analysis indicated that there were some variables that have statistical significance relation with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog, Le: education (OR=2,73; p=0,001), knowledge (OR=3,19; p=0,002), attitude (OR=2,84; p=0,005), exposed of information media (OR=2,77; p=0,01fi) and vaccinator suggestion (OR=15,76; p=0,000). Based on this study result can be suggestion to local and central government to improve the knowledge of dog owners about rabies vaccination to their dog by interpersonal through vaccinator and by mass information using television media. Also to improve quality of vaccinator by training especially about information given to dog owner, and to improve quantity of vaccinator. Beside that the vaccinators must be given award for their work to increase their spirit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Ika Budi Setyowati
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit zoonosis telah menjadi ancaman global, salah satunya adalah rabies. 150 negara di dunia terjangkit rabies dan 55.000 orang meninggal setiap tahunnya. Case Fatality Rate CFR rabies sebesar 100 dan belum terdapat obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Di Indonesia, terdapat 25 provinsi endemis rabies. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara faktor agen, pejamu dan lingkungan dengan prevalensi rabies di Indonesia Tahun 2015. Desain studi yang digunakan adalah korelasi dengan uji statistik regresi linier sederhana serta unit analisisnya adalah Provinsi. Terdapat korelasi antara spesimen positif r=0,606, Pvalue=0,003 , tingkat partisipasi angkatan kerja r=0,435, Pvalue=0,004 , dan cakupan vaksin anti rabies r= -0,567 , Pvalue=0,041 dengan prevalensi rabies. Perlu penelitian lebih lanjut pada tingkat yang lebih kecil dengan variabel yang bervariasi.
ABSTRACT
Zoonotic diseases has become global threats, one of which is rabies. 150 countries around the world contracted rabies and 55,000 people died every year. case fatality rate CFR of rabies is 100 and there is not yet an effective medicine to cure rabies. In Indonesia, there are 25 provinces of contracting rabies. The purpose of this research is to know the correlation between the factors of the agent, host, and environment with rabies prevelency in Indonesia by 2015.the study design used is correlation with simple linear regression statistical tests and analysis unit was provincial. There is a correlation between a positive specimens r 0,606, pvalue 0,0003 . labour force participation rate 9r 0,435, pvalue 0,004 and coverage of rabies vaccine 9r 0,567, pvalue 0,041 with rabies prevelensi. Needs to be more research on a smaller level with variables that varied.
2017
S69691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Ridwan
Abstrak :
Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan lyssa virus. Lyssa virus dapat menularkan dengan secara cepat dari Hewan pada penderita lain melalui saliva (air liur). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kejadian rabies di provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan data Laporan Kasus Rabies tahun 2008 hingga tahun 2011 dan data Kecamatan di Provinsi dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian rabies di Provinsi Bali dapat terjadi di semua wilayah baik di wilayah padat penduduk, di wilayah persawahan, dan di wilayah selain sawah seperti perkarangan, perkebunan, dan hutan. ......Rabies or hydrophobia is a disease that is feared and can cause death. The disease is transmitted from animals that have been exposed to rabies virus to humans is called lyssa virus. Lyssa virus can quickly spread to other sufferers of Animals on through saliva. This study was made in order to determine the incidence of rabies in the province of Bali. This study uses data Rabies Case Reports 2008 to 2011 and District in the Province of data with univariate and bivariate analyzes. The results showed that the incidence of rabies in Bali province can occur in all areas both in densely populated areas, in the rice-fields, and in Land use such as besides rice, plantations, and forest.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meslin, F.X.
Geneva: World Health Organization, 1996
616.953 LAB l (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salmah Muslimah
Abstrak :
Skripsi ini membahas pandangan budaya orang Desa Baha tentang anjing dan melihat keterkaitan antara pandangan tersebut dengan program penanganan rabies yang dilakukan oleh pemerintah berupa eleminasi dan vaksinasi anjing. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada keterkaitan antara pandangan tentang anjing dengan program pemberantasan rabies. Anjing bagi Orang Baha memiliki banyak fungsi, bukan hanya hewan peliharaan biasa tetapi juga sebagai penjaga rumah, teman hidup, simbol perbuatan baik, dan sebagai banten upacara. Penanganan pemberantasan rabies menjadi terhambat bukan hanya karena faktor teknis saja tetapi juga faktor budaya masyarakatnya yang dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak bisa terlepas dari anjing. ......This undergraduate thesis discusses the cultural view of the Baha's people on dogs and relates the views rabies treatment program conducted by the government in the form of elimination and vaccination of dogs. This study uses descriptive qualitative research method. The results show that there is relationship between the view on dog and rabies eradication program. Acording to the Baha's people, dog is not only a pet but it is also considered a house guard, a life-long friend, a symbol of good deeds, and a part of ceremonial offerings. Attempts to eradicate canine rabies are still hampered not only by technical factors, but also by cultural factors in society since the people cannot be separated from dogs.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1407
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
Abstrak :
ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.

Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular

rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.

Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.

Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Windiyaningsih
Abstrak :
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam upaya pemberantasan rabies pada manusia, tetapi masih belum berhasil menurunkan kasus rabies pada manusia menjadi nol. Selain itu kasus gigitan hewan penular rabies masih tinggi yaitu 330 kasus. Kecamatan tertular rabies ada tiga kecamatan adalah Kecamatan Pengalengan, BaIeendah, dan Bojongsoang. Belum disusun perencanaan strategi pemberantasan rabies pada manusia tahun 1999 -2004. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung perlu membuat perencanaan strategi pemberantasan rabies pada manusia untuk tahun 2000. Rancangan penelitian adalah riset operasional atau terapan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif untuk mendeskripsikan hasil kesepakatan dan analisa perencanaan strategi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Dari analisa faktor eksternal dan internal Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : Analisa faktor eksternal nilainya 2,78 yang artinya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sudah memanfaatkan peluang tetapi belum optimal dan masih banyak faktor ancaman dalam pemberantasan rabies pada manusia. Analisa faktor internal nilainya 2,23 yang artinya adalah organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung masih lemah dalam melaksanakan pemberantasan rabies pada manusia. Menurut analisa faktor internal dan eksternal Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung terletak pada posisi sel V yang artinya adalah pada posisi Hold dan Maintain. Strategi yang hams dilakukan adalah market penetration dan product development. Menurut analisa SWOT untuk strategi Market Penetration dan Product Development adalah sebagai berikut: Strategy Market Penetration terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman adalah sebagai berikut: Faktor Kekuatan yang harus dimanfaatkan secara optimal adalah sbb : Desiminasi informasi dan Kemitraan dengan Biofarma, Dinas Kesehatan dan Kanwil Depkes Propinsi dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung. Faktor Kelemahan yang hares dihiiangkanl diminimalisasikan adalah sebagai Belum adanya nisi, misi,dan tujuan yang jelas dalam pemberantasan rabies pada manusia serta koordinasi lintas program I lintas sektor terkait belum mantap. Faktor Peluang yang hams lebih dimanfaatkan adalah sebagai berikut : Meningkatkan program dengan lintas sektor terkait, penyuluhan kepada masyarakat, Optimalisasi Political Will dari Pengambil Keputusan Pemerintah Daerah I Dinas Peternakan Kabupaten Bandung. Faktor Ancaman yang hams diminimalisasikan : Dukungan politis dari lintas program I lintas sektor terkait kurang Strategy Product Development : Faktor Kekuatan yang hams ditingkatkan adalah sebagai berikut : Sumber daya manusia jumlah cukup dan kinerja bagus. Faktor kelemahan Belum menunjuk "Rabies Center", SOP pemberantasan rabies pada manusia kurang diimplementasikan, koordinas lintas program kurang Faktor peluang : Penelitian tentang rabies pada manusia, pelatihan petugas, dan adanya kebijaksanaan Desentralisasi! Otonomi Daerah segera harus dilaksanakan. Ancaman : Kerjasama Lintas Sektor Terkait kurang memadai. Bentut Perencanaan Strategi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Untuk tahun 1999 -- 2004 adalah sebagai berikut : Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah bebas rabies pads manusia pada pertengahan tahun 2000. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah melakukan koordinasi dengan lintas program terkait dan lintas sektor terkait dengan mengadakan penjadwalan kegiatan bebas rabies pada manusia pada pertengahan tahun 2000. Tuj uan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah : Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM terkait dalam pengendalian program rabies pada manusia. Nilai market penetration berdasarkan Quantitative Strategic Planning Matrix untuk tahun 1999 -- 2004 sesuai dengan kesepakatan para pengambil keputusan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung nilai Market Penetration adalah 3,62 . Kegiatan utamanya desiminasi informasi tentang pemberantasan rabies pada manusia, Kemitraan dengan Biofarma, Dinas dan Kantor Wilayah Kesehatan Propinsi serta Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanganan kasus gigitan hewan penular rabies. Nilai Product development 2,80, kegiatan utamanya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia dalam pemberantasan rabies pada manusia, menunjuk "Rabies Center" dan mengimplementasikan SOP pemberantasan rabies pada manusia. Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : - Sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian rabies perlu ditingkatkan melalui pelatihan , pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait, serta tukar- menukar informasi melalui segala media. - Kebijaksanaan , pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis pengendalain rabies pada manusia perlu diimplementasikan secara optimal. - Segera menunjuk Puskesmas ! Rumah Sakit sebagai "Rabies Center" serta melengkapi tenaga yang terampil dalam penanganan kasus gigitan , peralatan dan obat untuk kasus gigitan hewan penular rabies. - Desiminasi informasi tentang pengendalian rabies pada manusia kepada lintas program dan lintas sektor terkait. - Diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanganan luka apabila digigit anjing dan tata cara memelihara anjing yang benar . - Melakukan penelitian tentang faktor -faktor yang beperan terhadap tingginya kasus gigitan oleh anjing liar.
Bandung District of Health Services has carried out of some other activities on human rabies control programme, but at present human rabies still there and number of animal bite by stray dog is high that is 330 cases. The sub District has rabies infected such as : Pengalengan, Baleendah, and Bojongsoang Sub Districts. According above problem, researcher would to design of strategic planning for human rabies eradication. The design of research use Qualitative and Quantitative to discrption of agreement from the analysis of planning strategic from Bandung District of Health Services. The value of external factors is 2,78, it's mean Bandung District of Health Services has applied of opportunity, but they have some threats to rabies control programme. The value of internal factors is 2.23, it's mean Bandung District of Health Services not strong , because there are some weakness to rabies control programme. The position of Internal - external Matrix is 5 sel , that is mean Bandung District of Health Services Hold and Maintain position and will be succes must use strategic Market Penetration and Product Development. The Strategic of Market Penetration base on SWOT analysis as follows : Market Penetration Strategic : Strength Factors : Desimination of information of human control programme and patnership with Biofarma, Provincial Health Services and Regional Office of Health in Prance also Bandung District of Livestock Services. Weakness Factors : Vision, Mission, and Goal not clearence yet about human rabies control programme and cooperation with others program me and others sector that concerned to rabies eradication programme not available yet. Opportunity Factors : To improve the human rabies control programme with other sector that concerned to rabies eradication programme, health education to community about tackling of animal bite case and optimalization of political will to decision makers. Threat Factors : Cooperation with others sector that concerned to rabies eradication not available yet. Product Development : Strength Factors : Human Resources is avaible. Weakness Factors : "Rabies Center not determined yet and coordination with others programme not available yet. Opportunity Factors : To propose of research animal bite cases by stray dog, training to health officer for human rabies control programme, and there is desentralization 1 otonomy. Threat factors: Cooperation with others sector that concerned to rabies eradication not available yet. The design of strategy planning to eradication human rabies by Bandung District of Health Services in 1999-2004 as follows : Vission : human rabies eradication in middle 2000 year. Mission : coordination with other sectors programme and sector that concerned to human rabies eradication activities in 1999-2004 years. Goal : to improve knowledge and skill of human resources that concerned of human rabies control program. The value of number quantitative strategic planning by market penetration to 1999 - 2004 is 3.62, and the main of activities as follows : desimination information about human rabies control programme,patnership with Biofarma, Provincial of Health Services and Regional Office of Health also Bandung District of Livestock Services, health education to community about to tackling of animal bite case. The value of number quantitative strategic planning by product development to 1999-2004 is 2.80, and the main of activities as follows : to improve of knowledge and skill of human resources that concerned of human rabies control programme and to determined of "Rabies Center" also to optimalized of SOP. The sugestion to Bandung District of Health Services for rabies control programme as follows : - To improve quality and frequention of the resource person at Bandung District of Health Services of the human rabies control programme. - To apply of the rabies policy, operational and technical guidelines of human rabies control programme. - To determined of "Rabies Center" as soon as possible from Health Center/Hospital is strategy location in rabies endemic areas , and Equipment also Human Rabies Vaccine must available. - Desimination about vision,mission, and goal of other sectors that concerned of rabies control programme. - To improve quality and frequention of health education to community about case management of animal bite case and to care of animal (dog) - To propose of animal bite case research by stray dog.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>