Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.

Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Rukmi Windi Perdani
"Latar Belakang : Epilepsi resisten obat berkisar 30% dari seluruh kasus epilepsi. Penggunaan kembali OAE lini 1 pada kasus tersebut belum pernah dilakukan meskipun dapat menjadi pilihan terapi karena berdasarkan penelitian sebelumnya OAE lini 1 memiliki efikasi yang sama dengan OAE lini 2 meskipun efek samping lebih sering terjadi. Tujuan : Menganalisis efikasi dan keamanan penggunaan kembali OAE lini 1 sebagai terapi subtitusi OAE lini 2 pada anak epilepsi resisten obat Metode : Penelitian ini adalah penelitian open-label, randomized control trial selama 12 minggu yang dilakukan di 3 rumah sakit yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita dan RSUP Fatmawati pada November 2022 – Mei 2023. Subyek merupakan anak yang didiagnosis epilepsi resisten obat, dibagi menjadi kelompok terapi subtitusi dan terapi standar. Instrumen terdiri dari diary card, kuesioner QOLCE-55 dan rekam medik elektronik. Analisis dilakukan untuk menilai perbedaan proporsi responder sebagai luaran primer. Luaran sekunder terdiri dari karakteristik, perbedaan penurunan frekuensi kejang, kualitas hidup, perbaikan EEG, durasi kejang, waktu penurunan frekuensi kejang, efek samping OAE dan faktor yang memengaruhi penurunan frekuensi kejang. Hasil : Terdapat 70 subyek terdiri dari 32 pada kelompok terapi subtitusi dan 38 pada kelompok terapi standar. Karakteristik kedua kelompok hampir sama. Sebagian besar berusia > 5 tahun, durasi pengobatan ≥ 2 tahun, mengonsumsi ≥ 3 OAE dan frekuensi kejang awal ≥ 20x/minggu. Tidak ada perbedaan proporsi responder antara kedua kelompok dan terdapat penurunan frekuensi kejang sekitar 78% - 80% setelah intervensi. Kualitas hidup subyek tergolong kurang baik tetapi terdapat peningkatan skor fungsi kognitif, sosial dan skor total di kelompok terapi subtitusi setelah intervensi, ada perbedaan perbaikan kualitas hidup antara kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan perbaikan EEG, durasi kejang, waktu untuk mencapai penurunan frekuensi kejang dan efek samping. Efek samping yang terjadi pada derajat ringan hingga sedang dan yang tersering adalah gangguan neuropsikiatri. Faktor yang berhubungan dengan penurunan frekuensi kejang pada kelompok terapi subtitusi adalah perbaikan EEG Kesimpulan : OAE lini 1 memiliki efikasi dan keamanan yang tidak berbeda dengan OAE lini 2, tetapi dapat meningkatkan kualitas hidup pada fungsi kognitif, sosial dan keseluruhan. OAE lini 1 dapat menjadi alternatif terapi subtitusi jika OAE lini 2 tidak.

Background : Drug-resistant epilepsy accounts for around 30% of all epilepsy cases. Repeating the use of first-line AEDs as substitution therapy might be the option since the previous study showed they are as effective as second-line ones. Objectives: To analyze the efficacy and safety of first-line AEDs as substitution therapy of second-line AEDs among drug resistant epilepsy children Methods : It was an open-label, randomized control trial study over 12 weeks period, conducted in Jakarta at Cipto Mangunkusumo Hospital, Harapan Kita Hospital, and Fatmawati Hospital, during November 2022 – May 2023. The participants were 1 – 18 children with drug-resistant epilepsy who were divided into 2 groups, the substitution and the standard group. The instruments were self-reported diary cards, validated QOLCE-55 questionaire, and electronic medical record. The primary outcome was the difference proportion of responders while secondary outcomes were clinical characteristic, the difference of seizure frequency, quality of life, EEG improvement, seizure duration and time to reach seizure reduction, adverse effect and factors that influence the seizure reduction. Results : There were 70 subjects who completed the study, 32 in the substitution and 38 in the standard therapy group. Most of the subjects were > 5 year-old, duration of treatment was ≥ 2 years with ≥ 3 AEDs, and had ≥ 20x/week of seizure. There was no significant difference proportion of responder, and the seizure decreases for about 78% - 80% after intervention. The quality of life was relatively poor, but there were significant improvement in cognitive, social and total score and also significant mean difference of improvement between the two groups. On the other hand, there were no differences of EEG and seizure duration improvement, as well as time to achieve seizure reduction between the two groups. There were mild to moderate adverse effect with neuropsychiatric symptom was the most common one, there was no difference of adverse effect between groups. The EEG improvement was associated with seizure reduction. Conclusion : First-line AEDs demonstrated comparable efficacy and safety to second-line AEDs, but may cause improvement of quality of life particularly in cognitive, social and overall function domains. They could be used as alternative substitution therapy particularly if second-line AEDs are not available."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fitriana
"Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama karena prevalensinya yang terus meningkat, terutama kasus TB resisten obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons adaptasi makrofag terhadap hipoksia dan kemampuan fagositosis makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat yang terinfeksi laten dan sehat. Enam pasien TBRO dan 18 kasus kontak erat (8 TB laten; 10 sehat) di RS Universitas Indonesia direkrut sebagai subjek penelitian. Makrofag berasal dari hasil isolasi sel mononukleus darah tepi (SMDT) subjek yang dikultur selama 7 hari. Pemeriksaan ekspresi mRNA dan protein HIF-1α dilakukan menggunakan qRT-PCR dan ELISA. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas fagositosis kelompok infeksi laten lebih tinggi dibandingkan kelompok sehat dan TB RO (p<0,05). Ekspresi mRNA dan protein HIF-1α lebih tinggi pada kelompok TB RO dibandingkan kelompok lainnya (p<0,05). Terdapat korelasi negatif sedang antara kemampuan fagositosis dengan ekspresi protein HIF-1α (r = -0,612; p<0,05). Perbedaan respons adaptasi hipoksia dan fungsi sel makrofag diharapkan dapat menjadi referensi selanjutnya dalam membuka penelitian yang lebih spesifik, untuk menelusuri lebih lanjut dari aspek lain mengenai respons imun makrofag pada penderita TB resisten obat dibandingkan dengan kontak erat terdiagnosis laten TB, dan kontak erat yang sehat.

Tuberculosis remains a major health problem due to its increasing prevalence, especially in cases of drug-resistant TB. This research aims to analyze the macrophage adaptive response to hypoxia and the phagocytic ability of macrophages in patients with drug-resistant TB compared to close contact with latent infection and healthy individuals. Six drug-resistant TB patients and 18 close contact cases (8 latent TB; 10 healthy) at the University of Indonesia Hospital were recruited as research subjects. Macrophages were derived from the PBMC of the subjects and cultured for 7 days. Examination of HIF-1α mRNA and protein expression was conducted using qRT-PCR and ELISA. The results showed that the phagocytic activity of the latent infection group was higher compared to the healthy and drug-resistant TB groups (p<0,05). HIF-1α mRNA and protein expression were higher in the drug-resistant TB group compared to the other groups (p<0,05). However, there was a moderate negative correlation between phagocytic ability and HIF-1α protein expression (r = -0,612; p<0,05). The differences in hypoxia adaptive responses and macrophage cell function are expected to serve as a reference for further, more specific research to explore other aspects of macrophage immune responses in drug-resistant TB patients compared to close contacts diagnosed with latent TB and healthy close contacts."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Fitri Mutiara Rizki
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling berbahaya. Data WHO pada tahun 2023 melaporkan sebanyak 249 juta kasus malaria di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit malaria memerlukan tindakan penanggulangan. Namun, maraknya kasus resistensi obat antimalaria menjadi salah satu penghambat dalam upaya tersebut, salah satunya resistensi obat antimalaria atovaquone. Untuk itu, dibutuhkan suatu upaya penanggulangan penyakit malaria, salah satunya adalah dengan pengembangan obat antimalaria baru. Diketahui bahwa tumbuhan mangrove Sonneratia alba memiliki potensi antimalaria terhadap Plasmodium berghei secara ex vivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimalaria ekstrak metanol S.alba terhadap beberapa jenis P.berghei resisten terhadap atovaquone secara ex vivo dan in vivo, serta prediksi interaksi ikatan kimia senyawa utamanya secara in silico. Uji antimalaria secara ex vivo dengan konsentrasi ekstrak 100, 30, 10, 1 μg/mL menghasilkan nilai IC50 dari rentang 16,26 μg/mL – 39,08 μg/mL. Secara in vivo ekstrak metanol S.alba dengan dosis 100, 30, 10, 1 mg/kg BW tidak menunjukkan aktivitas antimalaria. Secara in silico, dua senyawa utama yang terkandung memiliki ikatan kimia kuat dengan model protein mitokondria sitokrom b P.berghei yaitu oleanolic acid dan fipronil. Uji keamanan ekstrak terhadap mencit sehat juga dalam kategori aman. Oleh karena itu, penelitian ekstrak metanol S.alba sebagai kandidat antimalaria perlu dikembangkan.

Malaria is one of the most dangerous infectious diseases. WHO reports in 2023, 249 million malaria cases happened in the world. So that, malaria requires control measures. However, increasing number of antimalarial drug resistance cases is a burden, one of them is antimalarial drug atovaquone resistance. For this reason, development of new antimalarial drug candidate are needed. Previous study reports, Sonneratia alba mangrove plant has antimalarial potency against Plasmodium berghei in ex vivo. This study aims to determine the antimalarial activity of S.alba methanol extract against several types of P.berghei resistant to atovaquone ex vivo and in vivo, also predicted chemical bond interactions of the main compounds in silico. Ex vivo antimalarial tests with extract concentrations of 100, 30, 10, 1 μg/mL showed IC50 values in the range16.26 μg/mL – 39.08 μg/mL. In vivo, methanol extract of S. alba in 100, 30, 10, 1 mg/kg BW dose did not show antimalarial activity. In silico, the two main compounds have strong chemical bonds with mitochondrial cytochrome b protein of P.berghei model, namely oleanolic acid and fipronil. Safety test of the extract tested on healthy mice was also in the safe category. Therefore, development of methanol extract of S. alba as antimalarial candidate needs further research."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahidah Raihanah
"Penyakit tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular melalui udara. Di Indonesia, TB memiliki dampak serius dengan 824.000 kasus dan 93.000 kematian per tahun. Pengobatan TB menggunakan obat anti-tuberkulosis (OAT) selama enam bulan tanpa putus untuk membasmi bakteri. Kepatuhan minum obat sangat penting untuk mencegah resistansi obat. Puskesmas memainkan peran kunci dalam edukasi pasien dan keluarga mengenai penggunaan obat. Edukasi dapat dilakukan dengan pemberian media informasi leaflet. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan minum obat dan efektivitas terapi, serta mengurangi resistansi antibiotik. Leaflet berisi informasi mengenai tujuan pengobatan, prinsip pengobatan, dampak putus obat dan cara minum obat. Leaflet dicetak pada kertas brosur glossy ukuran A5, dilipat dua sehingga terdiri dari 4 halaman. Halaman pertama sebagai cover dengan judul "Patuhi Minum Obat, Hindari TB-RO" menjelaskan tentang Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO). Halaman kedua berisi Tujuan Minum Obat dan Prinsip Pengobatan. Halaman ketiga memuat informasi mengenai Dampak Putus Obat. Halaman terakhir berisi Cara Minum Obat dan informasi kontak puskesmas.

Tuberculosis (TB) is caused by Mycobacterium tuberculosis and can be transmitted through the air. In Indonesia, TB has a serious impact with 824,000 cases and 93,000 deaths per year. TB treatment uses anti-tuberculosis drugs (OAT) for six months without stopping to eradicate the bacteria. Compliance with taking medication is very important to prevent drug resistance. Community health centers play a key role in educating patients and families regarding medication use. Education can be done by providing information leaflets as a medium. This effort is expected to increase medication adherence and therapeutic effectiveness, as well as reduce antibiotic resistance. The leaflet contains information about the goals of treatment, principles of treatment, the effects of drug withdrawal and how to take medication. The leaflet is printed on A5 size glossy brochure paper, folded in half so that it consists of 4 pages. The first page as the cover with the title "Adhere to Taking Medicine, Avoid TB-RO" explains about Drug-Resistant Tuberculosis (TB-RO). The second page contains the Purpose of Taking Medicine and Principles of Treatment. The third page contains information regarding the Impact of Drug Withdrawal. The last page contains How to Take Medicine and contact information for the health center.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Veri Suprianto
"Faktor spiritualitas merupakan faktor yang krusial dalam memengaruhi kualitas hidup pasien Tuberkulosis resisten obat (TB-RO), selain faktor fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kualitas hidup pasien TB-RO. Penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan potong lintang ini melibatkan 134 pasien poliklinik TB-RO di Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Tingkat spiritualitas diukur dengan kuesioner WHO-SRPB dan kualitas hidup diukur dengan WHOQOL BREF. Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara tingkat spiritualitas dan kualitas hidup pada pasien TB-RO (x2 = 26,435; p<0,001). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan tingkat spiritualitas rendah berisiko 7,988 kali memiliki kualitas hidup rendah.Faktor lain yang juga berhubungan dengan kualitas hidup pasien TB-RO yaitu dengan usia (x2 = 5,468 ; p = 0,019) ; jenis kelamin (x2 = 38,311; p<0,001), status pernikahan (x2 = 6,269; p = 0,012), penghasilan keluarga (x2 = 23,141; p<0,001), riwayat merokok masa lalu (x2 = 41,909; p<0,001). Penelitian ini merekomendasikan bidang keperawatan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur mengenai pemberian asuhan keperawatan spiritual dan perawat diharapkan dapat melibatkan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien TB-RO.

Spirituality are a crucial factor in influencing the quality of life of Multiple drug-resistant tuberculosis patients (MDR-TB), in addition to physical, psychological, social, and environmental factors.This study aimed to determine the relationship between the spirituality level and the quality of life of MDR-TB patients in the MDR TB clinics at dr. M. Goenawan Partowidigdo Lungs Hospital. This study used a comparative descriptive with a cross sectional design approach with a sample of 134 patient and use the purposive sampling technique. The study employed the WHO-SRPB questionnaire to determine the patient's spirituality level, and WHOQOL BREF to determine the patient's quality of life. The results of the study showed a significant relationship between the spirituality level and quality of life (x2 = 26.435; p = 0.001); respondents with low spirituality levels are at a risk of 7.988 times more likely to have low quality of life. Other factors that are also related to the quality of life of TB-RO patients are age (x2 = 5,468 ; p = 0,019); gender (x2 = 38,311; p = 0,001); mariage status (x2 = 6,269; p = 0,012); family income (x2 = 23,141; p = 0,001), past smoking history (x2 = 41,909; p = 0,001). This study recommends the Manager of nursing to develop Operational Standards Procedures regarding the provision of spiritual nursing care and nurses are expected to involve families to improve the quality of life of TB-RO patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfardi Rustam
"Peningkatan insidensi kasus Tuberkulosis Resistensi Obat (TB-RO) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu faktor risiko timbulnya kasus TB-RO adalah tingginya prevalensi DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 pada pasien TB-RO sangat tinggi yakni berkisar antara 18,8% sampai 23,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian TB-RO pada Masyarakat Melayu di Provinsi Riau Tahun 2014-2018.
Desain penelitian kuantitatif adalah kasus kontrol pada 251 kasus (TBRO) dan 502 kontrol (Tuberkulosis Sensitif Obat/TB-SO). Data kuantitatif diperoleh dari data sekunder TB-RO yaitu form 01.TB-RO, Form 03.TB-RO, rekam medis dan e-TB manager. Sedangkan data sekunder TB-SO diperoleh dari form.01 TB-SO, Form.03 TB-SO, rekam medis dan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT). Variabel independen adalah DM Tipe 2, variabel kovariat adalah usia, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, kategori tempat tinggal, status pernikahan, status HIV dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Dalam mendukung penelitian kuantitatif, maka dilakukan penelitian kualitatif pendekatan sejarah hidup (Life History) dengan metode diskusi kelompok kecil (DKK) dan wawancara mendalam (WM). Data kuantitatif dianalisis dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa pada orang yang DM tipe 2 memiliki risiko 2,27 kali (95% CI: 1,58-3,27) untuk mengalami kejadian TB-RO jika dibandingkan dengan pasien yang tidak DM tipe 2 setelah dikontrol variabel pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Hasil penelitian kualitatif untuk memperoleh riwayat kejadian penyakit DM tipe 2 terjadi lebih dahulu dari pada kejadian TB-RO serta melihat faktor resiko sosial budaya yang berpengaruh terhadap terjadinya TB-RO pada masyarakat Melayu di Provinsi Riau. Faktor risiko sosial budaya yang memungkinkan berhubungan dengan TB-RO adalah kebiasaan minum manis, kepatuhan menelan obat TB-RO, Kepatuhan minum obat DM dan masyarakat Melayu Daratan.

Increased incidence of drug-resistant tuberculosis (DRTB) is a major public health problem in Indonesia. One of risk factors for the emergence of DRTB case is a high prevalence of type-2 diabetes mellitus (DM). The prevalence of type-2 DM in patients with DRTB is very high, ranging from 18.8% to 23.3%. This study aimed to determine relationship between type-2 DM and the incidence of DRTB in Malay community, Riau Province, in 2014-2018.
The quantitative study design was case control in 251 cases (DRTB) and 502 controls (drug-sensitive tuberculosis / DSTB). Quantitative data were obtained from DRTB secondary data, namely Form 01.DRTB, Form 03.DRTB, medical records and electronic TB manager (e-TB manager); while, DSTB secondary data were obtained from DSTB Form.01, DSTB Form.03, medical records and Integrated Tuberculosis Information System. The independent variable was type-2 DM, and the covariate variables were age, sex, education, occupation, residence category, marital status, HIV status and previous TB treatment record.
In supporting the quantitative study, qualitative study was conducted with life history approach using a small group discussion method and in-depth interview. Quantitative data were analysed with logistic regression. Quantitative study results showed that peoples with type-2 DM had a 2.27 times risk (95% CI: 1.58-3.27) to experience the incidence of DRTB if compared to peoples without type-2 DM after controlling for occupation, residence, marital status and previous TB treatment record.
The results of qualitative study were to obtain a record of the incidence of type-2 DM that occurred earlier than the incidence of DRTB and to examine socio-cultural risk factors affecting the occurrence of DRTB in the Malay community, Riau Province. Possible socio-cultural risk factors associated with DRTB were habits of drinking sweet drinks, adherence to taking DRTB medicine, adherence to taking DM medicine, and the community of Mainland Malay."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2721
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeva Rosana
"Latar belakang. Kandidiasis orofaring adalah infeksi oportunistik ketiga terbanyak pada pasien HIV/AIDS di Indonesia. Penggunaan flukonazol yang luas sebagai pengobatan standar untuk kandidiasis orofarings, mengakibatkan terjadinya masalah resistensi. Untuk memahami mekanisme terjadinya resistensi C. albicans terhadap flukonazol diperlukan pemahaman mutasi genetik ERG11 dan overekspresi gen ERG11, CDR1, CDR2, dan MDR1, sebagai dasar pengembangan strategi kebijakan pengobatan.
Tujuan. Untuk mendapatkan peran mutasi gen ERG11 dan overekspresi gen ERG11, CDR1, CDR2, MDR1 dalam mekanisme resistensi C. albicans isolat pasien terinfeksi HIV di Jakarta terhadap flukonazol.
Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan cara deskriptif analitik untuk mendapatkan mekanisme pola genetik resistensi C. albicans isolat pasien terinfeksi HIV di Jakarta terhadap flukonazol. Penelitian dilakukan bulan Mei 2009 sampai dengan Maret 2013 di FKUI dan RSCM. Analisis mutasi gen ERG11 dilakukan dengan metode sekuensing. Analisis overekspresi gen CDR1, CDR2, MDR1, ERG11 dengan metode real time RT-PCR.
Hasil Penelitian. Didapatkan 17 isolat C. albicans yang resisten terhadap antijamur azol, dari 92 spesies C. albicans yang berhasil diisolasi dari 108 subjek sumber isolat pasien terinfeksi HIV di RSCM. Resistensi C. albicans (n = 92) terhadap flukonazol ditemukan sebanyak 13 %. Ditemukan 30 mutasi nukleotida gen ERG11 yang menyebabkan perubahan asam amino pada enam posisi yaitu D116E, S153E, I261V, E266D, V437I, V488I yang berada pada area hot spot yang dilaporkan oleh Marichal dkk., yaitu asam amino pada posisi 105-165, 266–287, dan 405–488. Pola substitusi asam amino kombinasi 1). D116E, D153E, E266D; 2). D116E, I261V, E266D, V437I; 3). E266D, V437I; 4). E266D, V488I berhubungan dengan resistensi C. albicans terhadap flukonazol. Substitusi asam amino I261V gen ERG11 yang ditemukan pada penelitian ini, masih mungkin berhubungan dengan resistensi flukonazol karena berada pada rantai b heliks yang diduga sebagai tempat terikatnya flukonazol. Selain itu, perubahan asam amino isoleusin (I) yang berukuran besar menjadi valin (V) yang berukuran kecil, diduga akan menghalangi masuknya flukonazol. Mekanisme overeskpresi lebih diperankan oleh overekspresi CDR2 pada isolat C. albicans multiresisten terhadap flukonazol dan overekspresi gen ERG11 pada isolat C. albicans resisten terhadap flukonazol tunggal. Kombinasi mutasi dan overekspresi ditemukan saling memengaruhi pada resistensi C. albicans terhadap flukonazol
Simpulan. Kombinasi substitusi asam amino yang ditemukan, berhubungan dengan resistensi C. albicans terhadap flukonazol. Struktur tiga dimensi substitusi asam amino I261V gen ERG11 yang ditemukan pada penelitian ini dan belum pernah dilaporkan, masih mungkin berhubungan dengan resistensi flukonazol. Overeskpresi gen CDR2 dan ERG11 berperan pada isolat C. albicans yang resisten terhadap flukonazol. Kombinasi mutasi gen ERG11 dan overekspresi CDR2 dan ERG11 berperan pada isolat C. albicans resisten terhadap flukonazol.

Background: Oropharyngeal candidiasis is the third opportunistic infection in HIV / AIDS patients in Indonesia. Extensive use of fluconazole as a standard treatment for candidiasis orofarings results in the emerging of resistance problem. Understanding the genetic mutations ERG11 and ERG11, CDR1, CDR2, and MDR1 gene overexpression are required to identify the mechanism of the resistance of C. albicans to fluconazole, as it can contribute to determining treatment policy.
Objective. To analyze the role of mutations in ERG11 gene and ERG11, CDR1, CDR2, MDR1 gene overexpression as a genetic mechanisms of C. albicans resistance to fluconazole isolated from HIV patients in Jakarta.
Method. This study is a cross-sectional study with descriptive analytical method to determine the genetic mechanisms of C. albicans resistance to fluconazole isolated from HIV patients in Jakarta. The study was conducted from May 2009 until March 2013. ERG11 gene mutation analysis was performed by sequencing methods, while over expression of ERG11, CDR1, CDR2, and MDR1 genes were analyzed by real-time RT-PCR method.
Results. In this study, 17 isolates out of 92 species of C. albicans isolated from 180 HIV patients in RSCM were found to be resistant to azole antifungal. Candida albicans (n ??= 92) resistant to fluconazole was found in 13 % isolates. Thirty (30) nucleotide mutations of ERG11 genes were observed that caused amino acid changes in six positions at D116E, S153E, I261V, E266D, V437I, V488I, which is located in the hot spot area reported by Marichal et al. at positions 105-165 , 266-287, and 405-488. Combinations of amino acid substitution pattern 1). D116E, D153E, E266D; 2). D116E, I261V, E266D, V437I; 3). E266D, V437I; 4). E266D, V488I are associated with resistance of C. albicans to fluconazole. Amino acid substitution at I261V due to ERG11 gene mutation identified in this study is probably associated with fluconazole resistance, since it is located at the ? helical chain as a binding site of fluconazole. Moreover, the subtitution of the large size isoleucine (I) amino acid to small size valine (V) hinders the entry of fluconazole. Resistant C. albicans isolates of HIV-infected patients in Jakarta was alleged mainly to be caused by CDR2 gene over expression, detected in all isolates of C. albicans multiresistant to fluconazole, and to ERG11 gene over expression that played a role in isolates of C. albicans resistant to single fluconazole. The combination of amino acid substitutions due to mutations in ERG11 gene and over expression of CDR2 and ERG11 can occur in C. albicans isolates resistant to fluconazole.
Conclusion. Combinations of amino acid substitution pattern in this study are associated with C. albicans resistance to fluconazole. Three-dimensional structure of the amino acid substitution I261V ERG11 genes was identified in this study, and is probably associated with fluconazole resistance. CDR2 and ERG11 genes over expression play a role in C. albicans resistant to fluconazole. The combination of mutations in ERG11 gene and over expression of CDR2 and ERG11 play a role in C. albicans isolates resistant to fluconazole.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Raka Sabila Isliyana
"Tuberkulosis adalah bakteri penyebab penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Robert Koch menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis pada tanggal 2 Maret 1882. Penyakit tuberkulosis selama ini diobati dengan senyawa yang menghambat kerja salah satu enzim pada bakteri tersebut. Umumnya bakteri ini dapat diobati dengan isoniazid atau rifampin, atau kombinasi senyawa tersebut yang nantinya akan dibiosintesis oleh bakteri dan menghasilkan produk yang dapat menghambat kerja enzim InhA dalam bakteri tersebut. InhA adalah suatu enzim yang terdapat pada bakteri genus Mycobacterium yang berperan dalam pembentukan asam mikolat yang merupakan senyawa utama pada dinding sel bakteri genus tersebut, sehingga bakteri tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan obat yang dapat mengganggu kerja enzim tersebut. Namun beberapa mutasi pada InhA pada rantai 94 yang merubah asam amino serin menjadi alanin dalam bakteri genus Mycobacterium membuat bakteri tersebut resisten dengan isoniazid, sehingga dibutuhkan jenis antimikroba baru yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Senyawa flavonoid dikenal sebagai senyawa bahan alam yang relatif aman dalam berbagai penggunaannya dan juga memiliki sifat antimikroba yang menarik perhatian dunia kesehatan. Dalam penelitian ini, akan dicari kandidat obat baru dari senyawa golongan flavonoid. Penelitian dilakukan dengan cara in silico. Untuk simulasi molecular docking, digunakan software MOE 2014.09 untuk mendapat informasi energi yang dilepas saat enzim berikatan dengan ligan dan nilai RMSD dari ikatan tersebut. Melalui uji farmakologi dengan pkCSM, 8 dari 10 senyawa flavonoid memiliki sifat toksisitas, sehingga hanya 2 senyawa flavonoid yang dapat menjadi kandidat obat tuberkulosis

Tuberculosis is an infecting contagious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis. Robert Koch first to discover Mycobacterium tuberculosis bacteria at 2 March 1882. Tuberculosis disease can be cured by substance that can inhibit one of the enzyme in that bacteria. Generally this bacteria can be cured by isoniazid or rifampin, or combination of that substance later will be biosynthesized by that bacteria and make a product that can inhibit InhA enzyme of that bacteria. InhA are one of the enzyme that found in Mycobacterium genus bacteria that used in mycolic acid synthesis that make up the cell wall of that bacteria, therefore that bacteria can be controlled by drug that can disturb that enzyme work. But some mutation of InhA of the bacteria at chain number 94 that change from amino acid serine to alanine make the bacteria more resist against the isoniazid, therefore there is urgency to find new antimicrobe that can inhibit the bacteria growth. Flavonoid substances known for their antimicrobe properties that caught attention in pharmation world. In this research will find new drug candidate from flavonoids. The research will run in silico. For molecular docking simulation, MOE 2014.09 software will be used to get information about energy released by protein and ligand binding and RMSD value from the bond. From pharmacological studies with pkCSM, 8 out of 10 have toxicity properties, therefore only 2 flavonoid substances that can be new drug candidate for tuberculosis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Orri Baskoro
"Latar Belakang: Bedaquiline merupakan salah satu regimen pengobatan baru tuberkulosis resisten obat yang dianggap lebih efektif namun dengan tingkat mortalitas yang masih kontroversial. Hingga saat ini masih belum ada data mengenai efektivitas maupun keamanan bedaquiline pada pasien TB resisten obat dengan komorbid DM. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh status DM pasien tuberkulosis resisten obat terhadap hasil pengobatan regimen yang mengandung bedaquiline.
Tujuan: Mengetahui pengaruh status DM terhadap hasil pengobatan bedaquiline selama 6 bulan pada pasien TB resisten obat.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dari rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sejak tahun 2016 hingga tahun 2019. Didapatkan sebanyak 76 pasien yang menyelesaikan pengobatan regimen bedaquiline selama 24 minggu. Data kemudian dievaluasi menggunakan uji chi-square dan regresi logistik dengan pernyesuaian terhadap faktor perancu usia dan jenis kelamin menggunakan SPSS.
Hasil: Uji chi-square menunjukkan kelompok DM berisiko mengalami kematian 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok non-DM secara bermakna (p=0,044). Pada uji multivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status DM dengan keberhasilan pengobatan maupun kematian pasien dengan regimen bedaquiline. Namun, didapatkan jenis kelamin pria menurunkan keberhasilan pengobatan bedaquiline hingga 5 kali lipat.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara kondisi DM pada pasien TB resisten obat terhadap keberhasilan dan kematian pengobatan dengan regimen bedaquiline.
Background: Bedaquiline is a new drug-resistant tuberculosis treatment regimen that is said to be more effective but still with a controversial mortality rate. Currently, there are no clinical data regarding the effectiveness and safety of bedaquiline in patients with diabetes melitus. This study was carried out to see the effect of DM on bedaquiline treatment outcome in drug-resistant tuberculosis patient.
Objective: To determine the impact of DM status on the outcome of 6-month bedaquiline treatment in drug-resistant tuberculosis patient.
Methods: This study is a retrospective cohort study from the medical records of patients at the Persahabatan General Hospital from 2016 to 2019. There were 76 patients who had finished a 24 week bedaquiline regimen treatment. The data were then evaluated using the chi-square test and logistic regression with adjustment for age and gender using SPSS.
Results: The chi-square test showed a statistically significant 4 times risk of death in the DM group compared to non-DM group (P = 0.044). In the multivariate analysis, there was no statistically significant association between DM status and treatment success or death of patients with the bedaquiline regimen. However, it is found that the male gender has a risk of reduced treatment succes up to 5 times.
Conclusion: There was no statistically significant relationship between DM status and the bedaquiline regimen treatment success and mortality
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>