Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayuthia Nathayya Nayanggita
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S8239
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
T. Dibyo Harsono
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu kelengkapan dalam pelaksanaan tata cara adat, upacara adat yang ada pada masyarakat melinting adalah adanya sebuah tarian adat melinting. Pada awalnya tarian ini memang merupakan sebuah tarian sakral, namun dalam perkembangannya tarian ini banyak mengalami perubahan dan perkembangan, baik dalam segi gerak, kostum maupun kesakralannya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengungkapkan tari melinting beserta filosofi yang mendasarinya. Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan wawancara yang mendalam, pengamatan (observasi), dan studi kepustakaan. Ternyata tari melinting memiliki makna yang mendalam, tidak hanya gerakan tarinya yang indah, namun juga filosofi yang ada dibalik tarian tersebut, seperti tentang kearifan tradisional masyarakat, falsafah hidup, serta dinamika kehidupan masyarakat Melinting khususnya dan masyarakat Lampung Timur pada umumnya. Kata melinting mempunyai makna yang sangat luas, merupakan nama daerah (kecamatan), nama jenis tumbuhan, nama tarian dan juga nama dari sebuah wilayah adat dari Keratuan Melinting yang meliputi daerah Labuhan Maringgai, Gunung Pelindung, Wana. Di masa lalu wilayah adat melinting mencakup daerah yang lebih luas lagi, ke utara sampai dengan pantai di Labuhan maringgai dan ke selatan sampai ke daerah Tegineneng.
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Warda Lutfiah Roihana
Abstrak :
Ruang sakral dibentuk oleh manusia yang hendak merasakan keberadaan Tuhan dengan aturan-aturan menurut kepercayaan masing-masing. Aturan-aturan tersebut menciptakan tanda dan simbol yang bisa dikenali manusia serta dapat berkembang menjadi dasar sifat simbolis bangunan setempat. Hal tersebut bisa mengembangkan persepsi masyarakat sekitar terhadap kesakralan, dan memungkinkan adanya perubahan makna pada simbol itu sendiri. Pada Masjid Kudus terlihat adanya keterkaitan yang kuat antara sifat simbolis daerah setempat dengan proses pembentukan ruang sakral akibat banyaknya penggunaan simbol dan elemen arsitektur yang menyerupai kebudayaan sebelum Islam. Skripsi ini akan membahas bagaimana terbentuknya ruang sakral pada Masjid Kudus dilihat dari sudut pandang Islam dan bagaimana penggunaan dari simbol dan elemen arsitektur yang dipengaruhi oleh kebudayaan sebelum Islam sehingga dapat memperkuat kesakralan ruang yang terjadi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Sanastri Nurdityaning Dewandaru
Abstrak :
Peneliti mulai mempertimbangkan bagaimana pernikahan, yang sebelumnya dipandang sebagai ritual sakral pada hampir setiap budaya, dikemas dalam narasi-narasi media sebagai komoditas yang berorientasi pada konsumsi (Engstorm, 2008). Studi ini akan fokus pada akun media sosial Instagram Bridestory dan menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat bagaimana saat ini pernikahan yang memiliki karakter sakramental dan religius (sacred) menjadi industri komersial melalui komodifikasi pernikahan yang dikemas dalam narasi media. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Bridestory mengemas karakter sakramental dan religius pernikahan menjadi komoditas pada ranah daring. Lebih jauh, penelitian ini akan menjelaskan bagaimana komodifikasi menempatkan pernikahan dalam kontestasi antara sakral dan profan di era modern. ......Marriage is considered as sacred ritual in almost every culture, commodified through media narratives as consumption-oriented commodity (Engstorm, 2008). Social Media (Instagram) will be the focus of this study, using qualitative approach to observe how Bridestory, the biggest wedding media in Indonesia, took sacred and religious attributes of marriage, in to profane sphere as commercial industry, through its narrative. This research explores and observe, the previous act in digital sphere through social media, that argumentatively, place marriage in contestation between sacred and profane realms in modern era.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Artanevia
Abstrak :
Ruang merupakan salah satu unsur yang dibahas dalam ilmu arkeologi. Arkeologi-ruang merupakan disiplin ilmu arkeologi yang berfokus pada sebaran dan hubungan lokasional antara benda-benda arkeologi dengan ruang, situs, maupun wilayah disekitarnya. Suatu ruang, dalam konteks religi, dapat dibagi menjadi ruang sakral dan profan. Hierarki ruang sakral dan profan, salah satunya, dapat ditemukan pada Vihara Arya Marga. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ruang sakral dan profan pada bangunan vihara. Metode penelitian yang digunakan meliputi; pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi pada aspek-aspek struktural dan non-struktural pada Vihara Arya Marga dan studi pustaka. Analisis data yang dilakukan dengan analisis bentuk (formal analysis), analisis kontekstual (contextual analysis), dan analisis spasial (spatial analysis). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa tedapat tiga pembagian hierarki ruang di Vihara Arya Marga, yaitu ruang sakral, semi-askral dan profan. Ruang sakral pada Vihara Arya Marga meliputi ruang utama, ruang khusus Kapitan The Liong Hwi, ruang tambahan bagian barat, dan ruang tambahan bagian timur. Ruang semi-sakral pada Vihara Arya Marga adalah pelataran dan serambi. Ruang profan pada Vihara Arya Marga yaitu halaman depan dan tempat tinggal pengurus vihara. ......Space is one of the elements which is also discussed in archeology. Spatial archeology is a discipline of archeology that focuses on the distribution and locational relationships between archaeological objects and the space, site, and surrounding area. A space, in the context of religion, can be divided into sacred and profane spaces. The hierarchy of sacred and profane spaces, for example, can be found at the Arya Marga Vihara. This paper aims to determine the division of sacred and profane spaces in the monastery building. The research methods used include; Data collection was carried out by observing structural and non-structural aspects of the Arya Marga Monastery and literature studies. Data analysis was carried out by means of formal analysis, contextual analysis, and spatial analysis. Based on the results of this analysis, it can be identified that there are three hierarchical divisions of space at the Arya Marga Vihara, namely sacred, semi-askral and profane spaces. The sacred space at the Arya Marga Vihara includes the main room, the special room for Kapitan The Liong Hwi, the western additional room, and the eastern additional room. The semi-sacred space at the Arya Marga Vihara is the courtyard and porch. The profane room at the Arya Marga Vihara is the front yard and the residence of the temple administrator.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Fijriah
Abstrak :
ABSTRACT
Tidak semua pelaku ibadah hidup dan bertinggal di lingkungan dengan kualitas dan kuantitas ruang dalam batas kewajaran. Melihat bahwa ruang tinggal sering kali tidak memiliki ukuran standar, maka ia bisa jadi besar, sedang ataupun kecil. Skripsi ini membahas secara spesifik mengenaik ruang ibadah pada permukiman padat informal atau kampung di Jakarta, dimana penghuninya tinggal dengan okupansi ruang di bawah standar Standar ruang tinggal Nasional Indonesia: 9m2/orang. Kondisi yang demikian membuat aktivitas para penghuni kampung harus bertumpuk satu sama lain, dan aktivitas ibadah termasuk di dalamnya. Untuk memahami penggunaan ruang ibadah di kampung, pengamatan dilakukan dengan melihat bagaimana pelaku ibadah di kampung menyematkan kualitas sakral pada kegiatan ibadah mereka. Selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan ibadah di kampung, pengamatan juga dilakukan dengan survey kuesioner dan wawancara pada beberapa warga kampung, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kelangsungan kegiatan ibadah. Untuk masa mendatang, saya berharap kajian ini dapat dikembangkan dan dilengkapi mengingat kurangnya waktu pengamatan dan waktu kegiatan ibadah yang tidak menentu.
ABSTRACT
Not all worshippers live in similar qualities and quantities of space. This paper discusses specifically the space of worship in informal, densely populated settlements in Jakarta known as kampongs, in which citizens occupy the space below standard Indonesian national standard of living space 9m2 person. Such circumstances mean that almost every daily activity undertaken by kampong inhabitants overlaps, and worship activity is no exception. To understand the site, space, and place of worship usage in kampong areas, this research aims to understand how the inhabitants create and embed sacredness, or lsquo spiritual rsquo indicators, into their worship activities. In addition to deep observation by actively participating in the kampong rsquo s worship activity, this research completed by a questionnaire survey and in depth interviews with various people living in the kampong, both directly and indirectly related to worship activity. The research found that the limitation of space does not hinder the kampong inhabitants in carrying out their worship activities. Even though mostly always overlapping with other activities, worshippers always find a way to negotiate their worship activities in such limitations.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Fatimah Yahya
Abstrak :
Bon-odori sebagai salah satu kebudayaan Jepang sudah berkembang sejak sangat lama dan masih dipraktikkan hingga saat ini. Selama perkembangan zaman dan teknologi Bon-odori juga mengalami beberapa perkembangan. Penelitian ini akan membahas mengenai perubahan makna sakral dan perubahan lainnya yang terjadi pada Bon-odori sejak masuk ke Jepang hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan metode studi literasi. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada perubahan makna sakral pada Bon-odori yang masih dilakukan di Jepang. Sedangkan pada aspek-aspek lain Bon-odori, seperti gerakan, lagu, musik, dan instrumen pengiring Bon-odori terdapat perubahan yang terjadi seiring berkembangnya zaman.
ABSTRACT
Bon-odori as one of the Japanese cultures have developed since a very long time and are still practiced today. During the changing era and technologies development Bon-odori also experienced some developments. This research will discuss changes in sacred meaning and other changes that have occurred in Bon-odori since entering Japan until now. This research uses literacy study methods. Based on the result of the research there were no changes in the sacred meaning of Bon-odori that were still carried out in Japan. Whereas in the other aspects of the Bon-odori, such as movements, songs, music, and, accompaniment instruments of the Bon-odori there are changes that occur as the times passes.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Rahmani
Abstrak :
Manusia sejak awal peradaban telah menyadari adanya eksistensi yang memiliki kekuatan melebihi kemampuannya, bermula dari kekuatan supernatural pada fenomena alam. Dari kesadaran ini lahirlah kepercayaan yang kemudian berkembang dan muncul konsep ketuhanan dan beragama. Melalui kepercayaan, manusia mengenal konsep sakral dan profan dan mengelompokkan dunianya berdasarkan sakral dan profan, termasuk ruang. Penganut kepercayaan melihat ruang sebagai sesuatu yang heterogen, dimana ruang terbagi menjadi ruang sakral yang khusus berdasarkan kepercayaannya, dan ruang profan yang umum. Dalam hal ini, tempat pemujaan dianggap sebagai tempat sakral. Manusia sebagai penganut kepercayaan membutuhkan media untuk mengekspresikan kepercayaan dan berkomunikasi dengan sosok yang dipercayai. Arsitektur dapat menjadi media penghubung dengan sosok kepercayaan, juga sebagai interpretasi identitas penganut kepercayaan. Oleh karena itu penelusuran terhadap identitas dan eksistensi tempat sakral menjadi penting. Penulisan skripsi ini akan mendalami terkait terjadinya tempat sakral pada fenomena alam dan menelaah nilai sakral sebagai identitas tempat sakral. Dengan mengacu pada teori sakral dan profan, juga pemahaman genius loci sebagai identitas ruang, dapat diketahui unsur yang berkontribusi dalam terjadinya tempat sakral. ......Since the beginning of civilization, men have been aware of existences that have power beyond human abilities, beginning from supernatural powers in natural phenomena. From this awareness thus belief came through which then developed and emerged the concept of divinity and religion. Through beliefs, men understand the concept of sacred and profane and classify their world based on what is considered sacred and profane, including space. Religious men see space as heterogeneous, where space is divided into exclusive sacred spaces based on their beliefs, and common profane space. In this case, the place of worship is considered a sacred place. Humans as religious men have the need to express their beliefs and communicate with the believed figures and the divine through some sort of media. Architecture can be the bridging medium to the believed figures and the divine, as well as a belief interpretation of religious men. Therefore researching the identity and existence of sacred places become essential. This study will delve deeper into the happening of sacred places in natural phenomena and explore sacredness as the identity of sacred places. By referring to the theory of sacred and profane, along with the understanding of genius loci as spatial identity, then it is possible to identify the elements that contribute to the creation of sacred places
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Falih
Abstrak :
Penelitian ini membahas pola penempatan ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, yaitu di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Masjid Sang Ciptarasa, Masjid Merah Panjunan, Taman Gua Sunyaragi, dan Nisan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Selain itu juga dilakukan identifikasi dan klasifikasi bentuk motif-motif hias yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Kajian terhadap ragam hias Islam di Cirebon telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Akan tetapi kajian terhadap ragam hias di Cirebon dengan menggunakan pendekatan ruang sakral dan profan belum dilakukan oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu, kajian ini akan menitikberatkan pada pola penempatan ragam hias pada ruang sakral dan profan di Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode arkeologi dengan menitikberatkan pada studi komparatif dan identifikasi jenis motif serta klasifikasi ragam hiasnya. Berdasarkan hasil analisa terhadap ragam hias pada bangunan-bangunan kuna Islam di Cirebon, maka dapat dijumpai keberadaan lima jenis ragam hias, yaitu flora, fauna, geometris, alam, dan kaligrafi. Selain itu terdapat pola penempatan motif ragam hias pada bangunan kuna Islam berdasarkan ruang sakral dan profannya. Motif hias pada ruang sakral adalah flora, geometri, alam, dan kaligrafi, sedangkan motif fauna tidak dijumpai. Sementara pada ruang profan semua motif tersebut di atas dijumpai, termasuk fauna. This study discusses the pattern of placing decorative ornaments in ancient Islamic buildings in Cirebon, namely the Kasepuhan Palace, Kanoman Palace, Sang Ciptarasa Mosque, Merah Panjunan Mosque, Sunyaragi Cave Park, and the Tomb of the Sunan Gunung Jati Graveyard Complex. In addition, identification and classification of ornamental motifs in the buildings are also carried out. Studies of various Islamic decoration in Cirebon have been carried out by previous researchers. However, studies of ornamental variations in Cirebon using the sacred and profane space approaches have not been done by previous researchers. Therefore, this study will focus on the pattern of placement of decoration in the sacred and profane spaces in Cirebon. The method used in this research is the archeological method with a focus on comparative studies and identification of motifs and classification of decoration. Based on the analysis of ornamental variations in Islamic ancient buildings in Cirebon, it can be found the existence of five types of ornamental diversity, namely flora, fauna, geometric, natural, and calligraphy. In addition, there are patterns in the placement of decorative motifs in Islamic ancient buildings based on sacred and profane spaces. Decorative motifs in sacred spaces are flora, geometry, nature, and calligraphy, while fauna motifs are not found. While in the profane space all the above mentioned motifs are found, including fauna.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mukrima Fauriska Djawaru
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang peran mitologi dan gender dalam pembentukan arsitektur Suku Dani. Mitos merupakan cara manusia menjelaskan bagaimana dunia ini bekerja dengan memenuhi aturan-aturan tertentu, dimana ada kekuatan yang lebih besar dari manusia yang mengatur semua itu. Mitos juga digunakan manusia untuk mendefinisikan ruang yang sakral dan tidak sakral. Berdasarkan mitologi mereka, Suku Dani membagi dan membedakan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembagian peran ini berdampak pada cara mereka membentuk dan mengelola ruang mereka. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi dan wawancara tidak terstruktur. ...... This undergraduated thesis discusses the role of mythology and gender in term of shaping Dani’s architercture. People uses myth to explain how the world works by fulfilling certain rules, which there is a greater power than humans that set it. Myth is also used by people to define his space into sacred and not sacred. Based on their mythology, Dani people divide and differentiate between the roles of men and women. This division of roles impact the way they form and manage their space. This undergraduated thesis uses a qualitative approach with ethnographic research method and unstructured interviews.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>