Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafie, Tun Muhammad Ghazali
Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1998
959.5 SHA g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Dahlan Mansoer
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Kementerian Pelajaran Malaysia, 1979
959.8 MAN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, 1992
959.5 DUA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arifina
"Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia yang terjadi pada tahun 60-an cukup mendapat perhatian dunia. Konflik ini terjadi karena Indonesia menentang rencana pembentukan Federasi Malaysia yang akan terdiri dari Federasi Malaya, Sabah, Sarawak, Singapura dan Brunei. Alasannya, karena Indonesia menganggap bahwa negara ini didirikan untuk melindungi kepentingan Inggris di Asia Tenggara. Dalam perkembangannya kemudian, telah ditempuh satu upaya penyelesaian berupa perundingan-perundingan antara kedua negera. Namun upaya ini gagal dan konfrontasi makin meruncing dengan diproklamirkannya negara baru ini pada 16 September 1963. Usaha perdamaian yang ditempuh kemudian gagal pula karena ketidak_sepakatan kedua belah pihak. Dapat dikatakan, setelah KTT Tokyo 1964, usaha untuk berdamai terhenti sama sekali. Sementara itu, dari dalam negeri muncul kelompok-kelompok yang tidak menginginkan konfrontasi terus dilanjutkan. Mereka berhasil mengadakan kontak satu sama lain untuk merundingkan upaya perdamaian. Dari pihak Indonesia, inisiatif ini diambil oleh pihak ABRI. Tapi, konfrontasi tidak bisa diselesaikan hanya dengan tindakan-tindakan yang diambil oleh ABRI. Penyelesaian konfrontasi membutuhkan sesuatu yang membuatnya kelihatan legal di mata hukum Internasional. Pada tahap inilah, Departemen Luar Negeri dibutuhkan. Deplu dan militer bekerjasama agar tujuan penyelesaian konfrontasi dapat tercapai. pihak militer membutuhkan Deplu sebagai wakil resmi pemerintah yang menangani urusan luar negeri dan sebaliknya, pihak Deplu membutuhkan pihak militer karena merekalah yang lebih mengenal situasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Zain bin Junoh
"Keadaan huru-hara dalam negeri yang disebabkan oleh pemberontakan komunis Tanah Melayu berlangsung begitu panjang dalam pemberontakan di Malaysia. Namun hal ini sepertinya tidak menjadi penghalang bagi Tanah Melayu untuk mencapai kemerdekaan. Penulis melalui skripsi ini mencoba mengungkapkan beberapa hal menarik yang terjadi sepanjang zaman darurat. Penulis memulai tulisan ini dari masuknya ideologi komunis ke Tanah Melayu. Di sini penulis melihat sangat besar pengaruh tokoh-tokoh komunis dari Indonesia, pada peringkat awal sehingga PKM dibentuk. Adanya penglibatan orang Melayu dalam PKM, sangat digalakkan oleh komunis. Komunis meresapi ideologinya melalui beberapa partai politik kiri, penerbitan surat kabar, dan penyusupan dalam organisasi buruh. Namun harus disadari orang Melayu yang terlibat dengan komunis sangatlah sedikit. Hal ini disebabkana oleh adanya ikatan taat, setia, serta patuh pada adat istiadat Melayu yang masih kental. Kedudukan agama Islam dari segi hukum dan pandangan masyarakat cukup jelas dimana orang Melayu dan agama Islam tidak dapat dipisahkan. Pendudukan Jepang di Tanah Melayu dapat dianggap sebagai masa transisi yang banyak menguntungkan posisi PKM. Penulis juga melihat struktur organisasi PKM sebagai partai yang bersifat internasional. Strategi PKM tidak pernah berubah, yaitu berusaha membentuk sebuah negara Republik Tanah Melayu yang berideologi komunis. Namun taktik perjuangan bisa berubah-ubah menurut situasi perkembangan zaman. Penulis melihat adanya beberapa sebab yang saling berkait yang membawa kepada tercetusnya sebuah pemberontakan. PKM berusaha merebut kekuasaan dengan apa Cara sekalipun samada lewat konstitusi, partai politik maupun perlawanan bersenjata. Namun begitu aksi-aksi kekejaman komunis dengan sendirinya menjatuhkan citra komunis di mata masyarakat dan tidak sedikit rakyat yang menderita. Secara tidak langsung zaman darurat memperlihatkan adanya pertentangan etnik Melayu dan Cina. PKM didominasi oleh etnik Cina, sedangkan tentara, polisi dan sukarelawan didominasi oleh etnik Melayu. Di satu pihak kampung-kampug Baru yang banyak dihuni oleh etnik Cina, dimajukan, sedangkan kampung-kampung lama yang kebanyakan' dihuni oleh orang Melayu tetap mundur dan tidak diperhatikan. Semasa darurat soal kewarganegaraan etnik Cina semakin longgar. Dengan ini sepanjang masa darurat etnik Cina banyak diuntungkan, sedangkan di sisi lain mayoritas mereka adalah komunis. Orang Melayu yang merasa sebagai pewaris yang sah bagi tanah airnya-Tanah Melayu-tidak mendapat tempat yang selayaknya walaupun mereka hebat berjuang menentang komunis. Penulis mencoba menonjolkan peran rakyat dan dukungannya yang besar, dengan tidak mengesampingkan langkah-_langkah kolonial Inggris dalam menggagalkan pemberontakan komunis. Selanjutnya masa darurat tetap memakan banyak korban dan biaya keuangan sehingga sempat memacetkan ekonomi Tanah Melayu waktu itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzan bin Ab Hamid
"KMM yang dibentuk atas prakarsa golongan muda nasionalis Melayu muncul sebagai satu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Malaya. Bagi KMM sudah waktunya orang-orang Melayu membuka mata melihat dan membuat penilaian terhadap pemerintahan Inggris di Malaya. Penindasan terhadap orang Melayu yang membawa dampak yang buruk baik dari segi ekonomi, sosial dan politik sepantasnya ditentang oleh orang-orang Melayu.Konsekuensi dari sikap KMM itu, mereka tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Inggris, sehingga mereka sanggup bekerjasama dengan pihak lain, dalam hal ini Jepang untuk meruntuhkan kekuasaan Inggris di Malaya. Bekerjasama dengan Jepang tidaklah dapat diartikan sebagai upaya untuk melepas apa yang diperjuangkan dan apa yang dicita-citakan kemerdekaan Malaya, tetapi hanya sekadar taktik dari KMM dengan harapan Jepang bersedia memberikan kemerdekaan atau paling tidak suatu bentuk pemerintahan sendiri kepada Malaya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi Bin Ismail
"ABSTRAK
Pendudukan tentara Jepang di Tanah Melayu berlangsung tidak terlalu lama yaitu kurang lebih tiga setengah tahun. Walaupun tempoh waktu tersebut tidak begitu lama jika dibandingkan dengan pemerintahan Inggris, pendudukan tentara Jepang di Tanah Melayu banyak meninggalkan kesan kepada rakyat dan susah untuk dilupakan. Berbagai kesulitan dan kesusahan dalam menjalani kehidupan di masa pendudukan tentara Jepang rnembuat rakyat cukup menderita. Kekurangan bahan makanan terutamanya beras telah membawa kepada kelaparan dan menyebarnya penyakit. Penderitaan yang dihadapi oleh rakyat pada waktu itu memburukkan imej pemerintah tentara Jepang yang berjanji akan membawa perubahan kepada rakyat Tanah Melayu yang telah dirugikan oleh pemerintah Inggris.
Walau bagaimana pun di beberapa tempat misalnya di Ulu Langat, pemerintah tentara Jepang bersikap lunak sehingga penderitaan dan kesulitan penduduk di sana tidak separah seperti di tempat-tempat lain. Di Ulu Langat tentara Jepang lebih menumpukan perhatian kepada rumah sakit yang didirikan khusus untuk menampung tentara Jepang yang cedera dalam peperangan. Dan di Ulu Langat sendiri jumiah penduduk Melayu jauh lebih besar dari kaum-kaum lain. Pemerintah tentara Jepang memang sejak dari awal sudah coba untuk berbaik-baik dengan kaum Melayu dan anti terhadap kaum Cina. Ini merupakan salah satu muslihat yang digunakan oleh Jepang untuk berhasil di Tanah Melayu.
Penelitian ini mengunakan sumber arsip, sumber perpustakaan, dan wawancara"
1995
S12217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Jabar Bin Mohamad Ridi
"Dalam hal hubungan antara RI dan Malaysia, telah terjadi kegoncangan yang terkenal dengan sebutan konfrontasi (1963-1966), yang berkaitan erat dengan pembentukan Federasi Malaysia. Konfrontasi tersebut bukan saja gencar di bidang politik, api bersangkutan pula dibidang ekonomi dan militer. Di bidang ekonomi, konfrontasi direalisasikan dalam 4 bentuk yang bersifat tegas, nyata dan didasarkan pada strategi dengan dimulai dari pengambilalihan beberapa perusahaan Inggris dan Malaysia oleh demonstran atau buruh-buruh yang terpengaruh PKI, kemudiannya diambilalih oleh pemerintah RI. Saat paling mengemuka terjadi setelah keluarnya Surat Perintah KOTOE tahun 1963, yang berisi pemutusan hubungan ekonomi/perdagangan dengan Malaysia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Fitriyana
"Skripsi ini menceritakan tentang pemberontakan orang Cina yang terjadi tahun 1857 yang pada saat ini belum banyak dilakukan. Untuk itu, tema yang menceritakan sejarah Sarawak, khususnya pemberontakan orang Cina di Bau terhadap pemerintahan James Brooke menarik untuk diteliti. Bau adalah salah satu wilayah yang ada di Sarawak. Pada tahun 1820-an orang-orang Cina telah menambang emas di wilayah ini dan mendirikan kongsi. Mereka memperoleh kebebasan mengelola wilayah Bau dari Sultan Brunei. Setelah James Brooke diangkat sebagai Rajah Sarawak, James Brooke mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memberatkan orang-orang Cina di Bau sehingga menyebabkan mereka memberontak kepada James Brooke. Pemberontakan berlangsung selama empat hari dan baru bisa dihentikan setelah James Brooke mendapatkan bantuan dari keponakannya beserta tentara Ibannya. Setelah pemberontakan wilayah Bau jatuh ketangan James Brooke dan pertambangan dimonopoli oleh Borneo Company. Orang-orang Cina di Bau berganti profesi menjadi menanam gambir atau lada"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12639
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haraza BT-Che Ishak
"Kongres Melayu pernah terjadi beberapa kali, misalnya pada tahun 1939 dan 1940, tetapi masalah yang diangkat tidak begitu jelas di dalam melawan penjajah. Kongres Melayu yang menulis ungkapan adalah Kongres Melayu se Tanah Melayu tahun 1946, dimana secara terang-terangan orang Melayu bangkit di dalam menentang penjajah, baik dari kalangan rakyat sampai raja-raja Melayu. Penulis juga mengungkapkan tentang awal perkembangan nasionalisme Melayu, terutama menyentuh mengenai mahasiswa Mekayu yang mendapat pendidikan di TimurTengah, perkembangan persuratkabaran dan organisasi-organisasi Melayu sejak 1920-an. Hal ini penting diungkapkan karena perkembangan Tanah Melayu seterusnya secara langsung atau tidak langsung mendapat pengaruh dari perkembangan-perkembangan masa lalu. Pendudukan Jepang juga semakin meningkatkan perjuangan menentang colonial, karena segala janji Jepang untuk memberi kemakmuran di Tanah Melayu adalah jauh dari kebenaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>