Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nevi Setyasih
Abstrak :
ABSTRAK
Komitmen organisasi adalah keluaran yang fungsional dalam konteks kerja. Adanya sensation seeking pada karyawan dapat menyebabkan karyawan memiliki perilaku disfungsional di tempat kerja. Sensation seeking dapat menjadi prediktor keluaran yang fungsional di organisasi bila diekspresikan melalui mastery. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji sensation seeking dalam memprediksi komitmen organisasi bila sensation seeking diekspresikan melalui mastery. Responden dalam penelitian ini berjumlah 139 karyawan. Hasil analisis indirect effect menunjukkan bahwa adanya mastery dapat mengekspresikan kembali sensation seeking untuk memprediksi komitmen organisasi
ABSTRACT
Organizational commitment is a functional outcome in the workplace criteria. Sensation seeking is known predictor of dysfunctional outcome in the workplace. Sensation seeking is known predictor of functional outcome if re-expressed through mastery. The aim of this study is to test sensation seeking in the prediction of organizational commitment if re-expressed through mastery. 139 employees were participated in this study. Indirect effect analysis support that mastery re-expressed sensation seeking to predict organizational commitment
2016
T46488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ichwan
Abstrak :
Pengemudi sepeda motor dewasa menengah di wilayah Jakarta seringkali melakukan pelanggaran lampu merah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari sensation-seeking dan persepsi risiko terhadap perilaku melanggar lampu merah pada pengemudi dewasa menengah dengan memberikan skenario mengemudi. Sampel penelitian ini adalah 100 orang pengemudi sepeda motor berusia antara 45 hingga 65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi risiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan melanggar lampu merah. Di sisi lain, sensation-seeking tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan terhadap pengemudi sepeda motor dewasa menengah yang tergabung dalam klub sepeda motor. Hal ini dilakukan karena pengemudi tersebut mengemudi untuk bersenang-senang, bukan untuk tujuan aktivitas rutin sehari-hari. ......Middle adulthood motorcycle riders in Jakarta often running red lights. This running red lights behavior influenced by two factors, sensation-seeking and risk perception. This study purposes is proving the influence of sensation-seeking and risk perception toward running red light decision making on middle adulthood by giving them driving scenarios. Samples in this study are 100 motorcycle riders within age range between 45 to 65 years old. The result shows that risk perception has influence toward running red light decision making. On the other hand, sensation-seeking doesn?t. The next researches should aim middle adulthood who joined motorcycle clubs because they ride for joys and pleasures, not for daily routin activites.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rury Ervina
Abstrak :
Sensation seeking dapat menjadi prediktor keluaran di organisasi bila diekspresikan melalui beberapa variabel kognisi sosial seperti kecerdasan emosi. Dengan demikian perilaku yang dihasilkan oleh sensation seeking dapat lebih fungsional. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah sensation seeking dapat diekspresikan melalui kecerdasan emosi untuk memprediksi kinerja individu. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan strategi korelasional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 167 karyawan yang mengisi kuesioner sensation seeking, kecerdasan emosi dan kinerja individu. Hasil menunjukkan bahwa sensation seeking dan kecerdasan emosi dapat memprediksi kinerja individu secara langsung. Namun, demikian berdasarkan hasil analisis efek tidak langsung (indirect effect) membuktikan bahwa kecerdasan emosi tidak dapat mengekspresikan sensation seeking untuk memprediksi kinerja individu. ...... When it is expressed through several social cognition variables such as emotional intelligence, sensation seeking may serve as a output predictor within an organization. Thus, behaviors that are generated by sensation seeking may become more functional. The main goal of this study is to identify sensation seeking can be expressed through emotional intelligence in predicting invididual performance. The researcher used quantitative design with correlational strategy. 167 employees filled out questionnaires on sensation seeking, emotional intelligence, and individual perfomance. The results of this study shows that sensation seeking and emotional intelligence are able to predict individual performance directly. However, an indirect effect analysis shows that emotional intelligence can not express sensation seeking in the prediction of individual performance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Devinta Meidriani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengevaluasi validitas alat ukur singkat baru tentang impulsivitas, khususnya tentang belanja impulsif. Ini adalah tindakan membeli tanpa pertimbangan. Kami menciptakan alat ukur berdasarkan alat ukur yang sudah ada (BIS dan IVE) yang mengukur impulsif dan menyatukannya dengan alat ukur lainnya yang mengukur konstruk yang terkait dengan impulsif. Seratus empat puluh enam mahasiswa menyelesaikan kuesioner. Alat ukur baru kami memiliki konsistensi internal yang baik (α = 0,88) dan item skor diskriminasi untuk item juga baik. Hasil kami hanya mendukung satu hipotesis. Hasil menemukan bahwa usia dan perilaku mencari sensasi berkorelasi positif dengan impulsif, sedangkan pengendalian diri berkorelasi negatif dengan impulsif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur yang baru ini valid dan dapat mengukur perilaku belanja impulsif. Penelitian di masa depan bisa menyelidiki lebih jauh pengaruh faktor demografi lainnya, seperti status sosial ekonomi dan pendidikan, dalam mempengaruhi perilaku belanja impulsif. ......The study aimed to create and validate a new domain-specific short-form measure of impulsivity, specifically about shopping impulsiveness. It is the act of buying without consideration. We created a scale based on previous scales (BIS and IVE) measuring impulsiveness and collated it with other scales measuring constructs related to impulsivity into one questionnaire. One hundred and forty-six undergraduate students completed the questionnaire. Our new scale has a good internal consistency (α = .88) and the item discrimination score for the items were good. Our result only supported one hypothesis. Result found that age and sensation seeking are positively correlated with impulsiveness, while self-control is negatively correlated with impulsiveness. The results suggest the new scale is a valid measure of shopping impulsiveness. Future research could investigate more the effect of other demographic factors, such as socioeconomic status and education, in affecting impulsive shopping behaviour. 

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Kusniati Daryoto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tau apakah extraversion berhubungan dengan pencari sensasi dan perasaan bahagia pada manusia. Alat ukur baru yang mengukur extraversion telah dibuat dan sebelum alat ukur ini digunakan di jenjang yang lebih luas, reliabilitas dan validitas dari alat ukur tersebut perlu di evaluasi terlebih dahulu. Daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur karakteristik pencari sensasi dan perasaan bahagia telah diadaptasi dari penelitian sebelumnya dan telah di evaluasi sebelum diberikan kepada partisipan. Sebanyak 142 mahasiswa sarjana (104 perempuan) dari University of Queensland yang terdaftar pada mata kuliah PSYC3020 bergabung dalam penelitian ini secara sukarela. Hipotesa dari penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki level extraversion tinggi akan memiliki level yang tinggi pula pada karakteristik pencari sensasi, hubungan positif antara extraversion dan perasaan bahagia terlihat pada mahasiswa yang memiliki nilai tinggi pada karakteristik extraversion akan memiliki nilai tinggi pada perasaan bahagia, dan laki-laki akan memiliki nilai karakteristik extroversion lebih tinggi dari perempuan. Hasil dari penelitian ini mendukung semua hipotesa, seperti mahasiswa yang memiliki nilai extraversion nya tinggi memiliki nilai karakteristik pencari sensasi yang tinggi pula, mahasiswa yang memiliki nilai tinggi pada extraversion juga mempunyai nilai yang tinggi pada perasaan bahagia, dan laki-laki memiliki nilai karakteristik extroversion lebih tinggi dari perempuan. ......The aim for this study is to find whether extraversion correlates with sensation seeking and happiness in human. New extraversion scale was made and before this scale could be use in broader area, its reliability and validity has to be evaluated first. The questionnaires that used to measure sensation seeking and happiness were adapted from previous studies and have been evaluated before filled in by the participants. Total of 142 undergraduates (104 females) students from University of Queensland who enrolled in PSYC3020 course voluntarily joined this study. The hypotheses for this study are those who score high on extraversion scale will score high on sensation seeking, positive relationship between extraversion and happiness such that people who score high in extraversion will score high in happiness, and males are more extraverted than females. The result supported all of the three hypotheses, such that student who score high on extraversion scale score high on sensation seeking, student who score high in extraversion score high in happiness, and males are more extraverted than females.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Karti
Abstrak :
Keaneka-ragaman pola perilaku wisata dan kecenderungan wisatawan melakukan perilaku wisata yang berisiko melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara trait sensation seeking dan tourist role pada wisatawan nusantara. Trait sensation seeking adalah sifat yang mengambarkan kecenderungan untuk mencari sensasi, variasi, dan pengalaman baru, diiringi oleh keinginan untuk mengambil risiko fisik, sosial, legal dan finansial untuk mendapatkan pengalaman tersebut (Zuckerman, 1991; 2000). Sementara tourist role adalah pola perilaku wisata yang dilakukan oleh wisatawan (Cohen, 1972; Giddens dalam Wickens, 2002). Penelitian dilakukan pada 150 orang wisatawan nusantara usia dewasa muda. Desain penelitian ini adalah ex post facto, dengan tipe field study. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara trait sensation seeking dan tourist role. Semakin tinggi trait sensation seeking akan diikuti oleh semakin besarnya kecenderungan wisatawan untuk memilih tujuan wisata yang baru dan berbeda, baik dalam konteks budaya, masyarakat, bahasa maupun kemapanan daerah tujuan wisata. Wisatawan pencari sensasi yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan kontak sosial dengan penduduk dan budaya lokal, serta berwisata secara independen. Ketika berpergian, mereka kurang menyukai untuk menggunakan pelayanan dari institusi pariwisata, seperti penggunaan paket wisata dari agen atau biro perjalanan wisata. ...... The diversity of tourist behavior and its propensity of risk taking behavior among tourists are the background of this research. This research has an objective to prove the hypothesis of the relationship between trait sensation seeking and tourist role among Indonesian tourists. Zuckerman (1991; 2000) define sensation seeking as a trait which delineates the inclination to seek novel, varies, complex, and intense sensations and experiences and the eagerness to take risks for the sake of such experience. Tourist role is the patterns of tourist behavior (Cohen, 1972; Wickens, 2002). This research conducted on 150 young adult Indonesian tourists. The design of this research is ex-post-facto; moreover the type is field study. The result shows that there is a significant correlation between trait sensation seeking and tourist role. The increase of trait sensation seeking among Indonesian tourist aptly ensued by the escalation of tourist?s propensity to acquire a pristine and distinctive tourism experiences in the terms of culture, folks, language, and tourism establishments at a macro or destination level. Furthermore, the higher sensation seekers are, the more they would have propensities to get in touch with the locals and carry out the journey independently. As well, they less prefers to employ an established service, such as packaged tour from travel agency when they carry out the journey.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
152.1 KAR h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Tarisa
Abstrak :
Pengemudi sepeda motor usia muda seringkali dikenali lewat kecenderungan mereka melakukan perilaku mengemudi yang berisiko. Salah satu perilaku mengemudi berisiko yang banyak dilakukan adalah mengebut. Kecenderungan pengemudi melakukan perilaku mengebut dapat dicermati dengan menggunakan pemahaman teori pengambilan keputusan. Keputusan pengemudi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dua faktor internal, yaitu persepsi risiko dan sensation-seeking terhadap pengambilan keputusan untuk mengebut dengan menggunakan pendekatan field research. Sampel penelitian ini adalah 107 orang pengemudi sepeda motor berusia muda (18-25 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 16,5% kebervariasian perilaku mengebut dapat dijelaskan oleh persepsi risiko dan sensation-seeking. Sensation-seeking memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan persepsi risiko dalam menjelaskan perilaku mengebut. Eksplorasi terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan untuk mengebut perlu dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dinamika perilaku mengebut pada pengemudi motor usia muda. ......Young motorcyclists are often engage in risky riding behavior. One of the most prevalent risky riding behaviors among the young motorcyclists are the speeding behavior. Their susceptability to speeding can be understood in terms of the decision-making theory. To make a decision, the individual are affected by two factors, the internal factors and the external factors. This research is aimed to prove the effect of two internal factors, i.e risk perception and sensation-seeking traits towards the decision to speeding by using fied research methods. The participants of this research consist of 107 young motorcyclists aged from 18 to 25. Results of findings claimed 16.5% variability of speeding decisions can be explained by risk perception and sensation seeking trait. Sensation-seeking traits had a bigger impact on decision to speeding than risk perception. Future studies should explore other factors that accounts to decision to speeding in order to have a more comprehensive understanding of speeding behavior in young motorcyclists.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Windha Elizabeth
Abstrak :
Perilaku menyimpang di tempat kerja diketahui lebih banyak terjadi pada individu dengan tingkat impulsivitas tinggi. Sensation seeking sebagai dorongan berbasis biologis berkaitan erat dengan impulsivitas dan perilaku disfungsional. Rasa keingintahuan dan keinginan untuk bereksplorasi merupakan karakteristik dari sensation seeking terutama bila dihubungkan dengan keinginan untuk mempelajari sesuatu. Namun, mastery sebagai salah satu mekanisme kognisi sosial dapat mengarahkan perilaku, sehingga menekan efek disfungsional sensation seeking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mastery dapat mengurangi efek disfungsional sensation seeking terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Desain penelitian berbentuk kuantitatif. Data dikumpulkan dari 129 karyawan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian membuktikan sensation seeking dapat memprediksi perilaku menyimpang di tempat kerja. Selain itu, analisis indirect effect membuktikan sensation seeking dapat memprediksi perilaku menyimpang di tempat kerja bila diekspresikan melalui mastery. ......Workplace deviance tends to occur on people who had impulsivity. As a biological drive, sensation seeking was proposed as general drive which are associated to impulsivity and dysfunctional behaviour. Sensation seeking usually characterized by curiousity and exploratory, whereas leads desire to learn about environment. Although, as a sociocognitive construct, mastery could lead behaviour, so that supress dysfunctional effect from sensation seeking. This present study examined the effect of mastery in reducing dysfunctional effect from sensation seeking to workplace deviance. Using quantitave study, 129 employees completed questionnaires. Indirect effect analysis showed that sensation seeking directly predict workplace deviance and also indirectly predict workplace deviance when re-expressed through mastery.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Nabilla
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba remaja dan dewasa. Partisipan penelitian berjumlah 68 orang yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dan tergolong dalam kategori usia remaja 16-25 tahun dan dewasa 30-59 tahun . Partisipan merupakan para mantan pengguna narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba. Kemudian, diketahui juga dari hasil penelitian bahwa hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan pada partisipan remaja, namun tidak signifikan pada partisipan dewasa. ...... This study examines the relationship between boredom proneness and sensation seeking among adolescent and adult former drug users. Participants in this study were 68 male adolescents 16 25 years old and adults 30 59 years old. Participants are former drug users who are in rehabilitation at Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. This study is a quantitative research with correlational design. The results of the study found that there is a positive and significant relationship between boredom proneness and sensation seeking among former drug users. Then, it is also known from the results of this study that the relationship between boredom proneness and sensation seeking showed a positive and significant results in adolescent participants, but not significant in adult participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Susanty
Abstrak :
Teori Sensory Integration (SI) secara garis besar menjelaskan cara otak menerima dan memproses stimulus sensorik dari Iingkungan dan dari dalam tubuh (Trott, Laurel dan Windeck, 1993). Apabila seseorang dapat memproses input sensorik dengan baik, maka ia akan berperilaku secara adaptif. Sedangkan gangguan SI disebabkan karena individu kesulitan dalam menerima dan memproses input sensorik, sehingga perilaku yang muncul menjadi tidak adaptif. Hal ini terjadi pada anak ASO (Autism Spectrum Disorder) dan anak dengan gangguan perkembangan lain. Pemahaman mengenai gambaran sensorik sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah intervensi, namun belum tersedia alat ukur yang terstandar, yang dapat memberikan gambaran sensorik anak. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis melakukan adaptasi terhadap alat ukut The Infant/Toddler Sensory Profile, yang dikembangkan oleh Dunn (2002) dan dianggap reliabel dan valid untuk mengukur gambaran sensoris anak usia 7 - 36 bulan yang telah mampu menerima dan mcngolah infonmsi melalui seluruh sistem sensorik. Penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif terhadap 103 subyak yang dipilih menggunuakan teknik incidental sampling. Subyek adalah caregiver (orang tua, kerabat dan pengasuh) yang mempunyai dan atau mengasuh anak usia 7 sampai dengan 36 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur ini cukup konsisten dalam mengukur gambaran sensorik anak usia 7 - 36 bulan. Analisa item dilakukan secara kualitatif dan dilakukan sejak awal penyusunan alat ukur ini. Alat ini juga valid, mengukur dimensi yang hendak diukur, melalui 6 faktor, yaitu sensation seeking, low threshold (context), low threshold (self), oral processing, low registration dan sensory avoiding. Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah memperbaiki penyusunan item berdasarkan membuat definisi operasional yang lebih konkrit. Selain itu, penambahan jumlah item pada beberapa dimensi serta penambahan jumlah sampel, terutama pada sampeI dari populasi anak-anak yang memiliki gangguan perkembangan, juga disarankan. Menambah metode penelitian dalam melakukan uji reliabilitas dan validitas sangat diperlukan untuk menyempurnakan alat ukur yang disusun.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library