Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutauruk, Syahrial M.
Depok: Badan Penerbit FK UI, 2012
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Dewi Puspawati
"[ABSTRAK
Gejala utama kanker paru adalah sesak yang dapat menyebabkan depresi, cemas,
keterbatasan aktivitas mandiri serta menurunkan kualitas hidup. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh stimulasi aliran udara dari
hand-held fan sebagai intervensi paliatif nonfarmakologis terhadap sesak pada
pasien kanker paru. Penelitian ini menggunakan randomized controlled crossover
open trial design dan melibatkan 21 subjek. Kontrol yang digunakan sebagai
pembanding adalah teknik pernafasan diafragma. Hasil uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa stimulasi aliran udara dari hand-held fan mempengaruhi
skala sesak (p= 0,003) dan frekuensi pernapasan (p= 0,008) secara signifikan.
Intervensi tersebut dapat dilakukan pada pasien kanker paru sesak nonhipoksemia.

ABSTRACT
The main symptom of lung cancer is dyspnea which can lead to depression,
anxiety, limited independent activities and decreased quality of life. The purpose
of this study was to identify the effect of airflow stimulation from hand-held fan as
non-pharmacological palliative intervention on dyspnea in patients with lung
cancer. This study used open randomized controlled crossover trial design
involved 21 subject. Diaphragmatic breathing technique was used in control arm.
Wilcoxon test result showed that airflow stimulation significantly influenced
dyspnea scale (p= 0.003) and respiratory rate (p=0.008). This intervention can
be applied on nonhypoxemic dyspneic lung cancer patients, The main symptom of lung cancer is dyspnea which can lead to depression,
anxiety, limited independent activities and decreased quality of life. The purpose
of this study was to identify the effect of airflow stimulation from hand-held fan as
non-pharmacological palliative intervention on dyspnea in patients with lung
cancer. This study used open randomized controlled crossover trial design
involved 21 subject. Diaphragmatic breathing technique was used in control arm.
Wilcoxon test result showed that airflow stimulation significantly influenced
dyspnea scale (p= 0.003) and respiratory rate (p=0.008). This intervention can
be applied on nonhypoxemic dyspneic lung cancer patients]"
2015
T44189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartika Rahayuningtyas
"ABSTRAK
Nama : Dwi Kartika RahayuningtyasProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Pengaruh Paket Intervensi Keperawatan terhadap Sesak Napas dan Toleransi Latihan pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis StabilPembimbing : Tuti Herawati, S.Kp.,M.N dan Agung Waluyo, S.Kp.,M.Sc.,Ph.D Sesak menyebabkan pasien penyakit paru obstruktif kronis membatasi aktivitas sehingga terjadi penurunan toleransi latihan. Evaluasi pemberian bronkodilator, minum air hangat, latihan pernapasan diafragma, dan latihan batuk efektif belum dijadikan dalam satu paket intervensi keperawatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh paket intervensi keperawatan terhadap sesak napas dan toleransi latihan pada pasien penyakit paru obstruktif kronis stabil. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan pre test and post test nonequivalent control group. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan 40 responden. Pengukuran menggunakan skala sesak napas modifikasi Borg dan tes 6 menit berjalan. Hasil perhitungan pooled t test menunjukkan ada pengaruh signifikan paket intervensi keperawatan terhadap penurunan skala sesak napas dengan p value 0,019 dan peningkatan toleransi latihan dengan p value 0,026. Penelitian ini merekomendasikan paket intervensi keperawatan sebagai paket intervensi mandiri keperawatan untuk mengurangi sesak napas dan meningkatkan toleransi latihan. Kata kunci :Sesak napas, toleransi latihan, paket intervensi keperawatan, penyakit paru obstruktif kronis.
ABSTRACT
Name Dwi Kartika RahayuningtyasStudy Program Master of Nursing Specialization in Medical Surgical NursingTitle The Effect of Nursing Intervention Package to Breathlessness and Exercise Tolerance on Patient with stable Chronic Obstructive Pulmonary DiseaseCounsellor Tuti Herawati, S.Kp.,M.N and Agung Waluyo, S.Kp.,M.Sc.,Ph.D Breathlessness causes the patients of chronic obstructive pulmonary disease limiting their activity so the exercise tolerance decreasing. Evaluation of bronchodilator administration, warm water drinking, diaphragm breathing exercise, and effective cough exercise, have not made into one nursing intervention package yet. This study aim rsquo s to know the effect of nursing intervention package to breathlessness and exercise tolerance among with stable chronic obstructive pulmonary disease patients. This study used quantitative study method with quasy experiment design with pre test and post test non equivalent control group. This study required 40 respondent using consecutive sampling technique in Pasar Minggu General Hospital, Jakarta. The effectiveness of nursing intervention package was measured by Borg Modification Breathlessness Scale dan 6 minutes walking test. There is significant effect of nursing intervention package to the decreasing of breathlessness scale with p value 0,019 and increasing of exercise tolerance with p value 0,026. This study recommends nursing intervention package as independent nursing intervention. Keywords Breathlessness, exercise tolerance, nursing intervention package, chronic obstructive pulmonary disease. "
2018
T50580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
616.2 SES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Eko Saputra
"ABSTRAK
Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien kanker paru adalah dyspnea. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi dyspnea adalah menggunakan External Nasal Dilator Strips. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengunaan External Nasal Dilator Strip terhadap Dyspnea pasien kanker paru. Desain Penelitian adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre and post test nonequivalent control group. Penelitian ini melibatkan 34 responden dengan menggunakan Non Probability Sampling jenis Consecutive Sampling yang dibagi menjadi 17 responden kelompok intervensi dan 17 responden kelompok kontrol. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna selisih skor dyspnea antara responden pada kelompok intervensi dan kontrol setelah intervensi
dengan nilai p = 0,031. External Nasal Dilator Strips dapat dijadikan salah satu
alternatif intervensi keperawatan manajemen jalan napas pada pasien kanker paru.

ABSTRACT
The main complaint is often found in lung cancer patients is dyspnea. One of the nonpharmacological therapies that can be used to reduce dyspnea is to use External Nasal Dilator Strips. This study aims to determine the effect of the use of External Nasal Dilator Strip against Dyspnea lung cancer patients. Research Design is Quasy Experiment with pre and post test nonequivalent control group design. This study involved 34 respondents using Non Probability Sampling type Consecutive Sampling divided into 17 respondents intervention group and 17 respondents control group. The result of statistic analysis showed that there was a significant difference of dyspnea score between respondents in intervention group and control after intervention with
p= 0,031. External Nasal Dilator Strips can be used as an alternative to nursing airway management interventions in lung cancer patients."
2018
T50338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Romaully
"Salah satu tindakan keperawatan mandiri perawat adalah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Dalam karya Ilmiah ini diterapkan  tindakan keperawatan tersebut kepada klien kanker payudara yang telah bermetastase dan terjadi efusi pleura sehingga klien mengalami sesak, batuk kelelahan. Klien menderita kanker payudara disebabkan karena klien tidak menikah dan telah  berusia 51 tahun. Tindakan yang diberikan dilakukan tiga kali sehari selama lebih kurang 15 menit. Sebelum dan sesudah  melakukan teknik relaksasi nafas dalam klien diukur saturasi oksigennya,dan jumlah pernafasannya. Selama diberikan tindakan  relaksasi nafas dalam ini klien menunjukkan semakin baik tingkat saturasi oksigennya dan  terlihat  perbaikan  pola nafas. Tindakan relaksasi nafas dalam ini dinilai penting untuk dilakukan kepada klien yang mengalami sesak nafas dan kelelahan karena bertujuan untuk memperkuat otot pernafasan,mengurangi kelelahan dan meningkatkan kapasitas vital paru. Tindakan teknik relaksasi nafas dalam ini akan lebih terlihat hasilnya apabila dilakukan murni tanpa intervensi medis seperti pemberian obat-obatan dan dilakukan saat klien dalam kondisi tenang dan kooperatif.

One of the nurse's independent nursing actions is to teach deep breathing relaxation techniques. In this Scientific work is applied nursing actions to clients who have metastasize breast cancer and pleural effusion occurs so that clients experience shortness, cough fatigue. Clients suffering from breast cancer are caused because the client is not married and has 51 years of age. The action given is done three times a day for approximately 15 minutes. Before and after doing breath relaxation techniques in the client measured oxygen saturation, and the amount of breathing. During this breathing relaxation action the client shows the better the oxygen saturation level and the improvement of the breath pattern. This deep breath relaxation action is considered important to do to clients who experience shortness of breath and fatigue as it aims to strengthen the respiratory muscles, reduce fatigue and increase vital capacity of the lung. This deep breath relaxation technique action will be more visible if done purely without medical intervention such as drug delivery and performed when clients are calm and cooperative.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurmala Sari
"Tuberculosis paru berdampak pada masalah fisiologis terutama masalah respirasi. Masalah keperawatan yang umum pada klien dengan TB paru adalah pola napas tidak efektif yang disebabkan oleh deformitas dinding thorak dan kondisi penyakit. Bentuk tindakan keperawatan yang sederhana dan mudah dilakukan adalah pemberian posisi semi fowler. Posisi semi fowler akan membuat paru dapat memaksimalkan ekspansinya dan menurunkan penggunaan otot bantu napas. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. S dengan TB Paru. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. S setelah diberikan posisi semi fowler. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, posisi semi fowler mampu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya penggunaan otot bantu napas. Pemberian posisi semi fowler dapat diaplikasikan sebagai salah satu intervensi non-farmakologi utama dalam mengatasi pola napas tidak efektif.

Pulmonary tuberculosis has an impact on physiological problems, especially respiratory problems. A common nursing problem in clients with pulmonary TB is an ineffective breathing pattern caused by thoracic wall deformities and disease conditions. One of the nursing actions that is simple and easy to perform is the provision of a semi-Fowler's position. The semi-Fowler's position will allow the lungs to maximize their expansion and reduce the use of accessory muscles for breathing. This final scientific work provides an overview of the effectiveness of giving the semi-fowler position to reduce shortness of breath in Mr. S with pulmonary TB. The results of the evaluation carried out for five days showed a decrease in shortness of breath and a decrease in the use of accessory muscles of respiration in Mr. S after being given a semi-Fowler's position. Based on the research that has been done, the semi-Fowler position is able to maximize lung expansion and reduce the effort to use the accessory muscles of breathing. Provision of a semi-Fowler's position can be applied as one of the main non-pharmacological interventions in overcoming ineffective breathing patterns."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Susanto
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara derajat sesak napas dan kualitas hidup terkait kesehatan pada lanjut usia pasca COVID-19. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien lanjut usia pasca perawatan COVID-19 di RSUP Persahabatan. Pengambilan data dilakukan menggunakan aplikasi audio-video Whatsapp dan Zoom. Penilaian sesak napas dilakukan dengan skala sesak Borg (modified Borg dyspnea scale) dan skala sesak modified Medical Research Council (mMRC). Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan dilakukan dengan instrumen EQ-5D-5L versi bahasa Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan 44 subjek lanjut usia pasca COVID-19. Dari hasil penilaian skala sesak Borg didapatkan adanya sesak napas ringan pada 15,9% pasien dan sesak napas sedikit berat pada 6,8% subjek. Dari hasil penilaian skala sesak mMRC didapatkan nilai mMRC > 1 pada 20,4% subjek. Terdapat korelasi antara skala sesak Borg dengan EQ-5D-5L pada komponen kemampuan berjalan (r=0,42; p<0,01), perawatan diri (r=0,51; p<0,01), rasa cemas/depresi (r=0,52; p<0,01), dan EQ-VAS (p=-0,53; p<0,01). Terdapat korelasi antara skala sesak mMRC dengan EQ-5D-5L pada komponen kemampuan berjalan (r=0,65; p<0,01), perawatan diri (r=0,62; p<0,01), kegiatan yang biasa dilakukan (r=0,69; p<0,01), dan EQ VAS (r=-0,58; p<0,01). Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan korelasi positif sedang antara derajat sesak napas dengan komponen perawatan diri dan rasa cemas/depresi. Didapatkan adanya korelasi negatif sedang antara derajat sesak napas dengan nilai EQ VAS.

This study aims to determine the correlation between the severity of shortness of breath and health-related quality of life in the elderly after COVID-19. This is a cross-sectional study on elderly patients after COVID-19 inpatient treatment at Persahabatan Hospital, Jakarta. Data collection was carried out using the Whatsapp and Zoom audio-video application. Dyspnea severity was assessed using the modified Borg dyspnea scale and the modified Medical Research Council (mMRC) dyspnea scale. Health-related quality of life assessment was carried out with the Indonesian version of the EQ-5D-5L instrument. A total of 44 elderly subjects post COVID-19 were included in this study. From the results of the modified Borg dyspnea scale assessment, it was found that there was mild dyspnea in 15.9% of subjects and somewhat severe dyspnea in 6.8% of subjects. From the results of the mMRC dyspnea scale assessment, the mMRC value more than 1 is found in 20.4% of the subjects. There was a correlation between the modified Borg dyspnea scale and EQ-5D-5L on the components of mobility (r=0.42; p<0.01), self-care (r=0.51; p<0.01), anxiety/depression (r=0.52; p<0.01), and EQ-VAS (p=-0.53; p<0.01). There is a correlation between the mMRC shortness scale and EQ-5D-5L on the components of mobility (r=0.65; p<0.01), self-care (r=0.62; p<0.01), usual activities (r=0.69; p<0.01), and EQ VAS (r=-0.58; p<0.01). There is a moderate positive correlation between the severity of dyspnea with components of self-care and anxiety/depression. There was a moderate negative correlation between the degree of dyspnea and the EQ VAS value."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>