Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvia Anjani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara self-regulated learning dengan social identification pada anggota paduan suara universitas. Self-regulated learning itu sendiri merupakan kemampuan individu untuk meningkatkan performanya dengan menjalankan proses planning, monitoring dan evaluation dalam proses belajarnya (Zimmerman, 1989, 2006, dalam Toering et al, 2011). Social identification adalah konsep diri yang dimiliki oleh individu berdasar pada pengetahuan tentang keberadaan dirinya dalam suatu kelompok karena adanya keterikatan secara emosional dan juga nilai yang dianut dalam dirinya dan juga dalam kelompok tersebut (Tajfel, 1981 dalam Jackson, 2002). Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kuantitatif korelasional. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kedua variabel dalam penelitian ini adalah Self-regulation Scale (Toering et al, 2011) untuk mengukur variabel self-regulated learning dan Social Identification Questionnairre (Jackson, 2002) untuk mengukur variabel social identification. Dari 60 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self-regulated learning dengan social identification (p>0.05), antara planning dengan social identification p = 0.314, antara monitoring dengan social identification p = 0.272 dan juga antara evaluation dengan social identification dengan p = 0.749.
The purpose of the research is to understand the relation between self-regulated learning and social identification from the University Choir members. Selfregulated learning is defined as the ability to enhance individual?s performance by regulating learning through planning, monitoring and evaluation (Zimmerman, 1989, 2006, in Toering et al, 2011). Social identification in this study is defined as self-concept based on one?s knowledge about their membership in a group where emotional attachment and values were shared (Tajfel, 1981 in Jackson, 2002). The Self-regulation Scale from Toering et al (2011) was used to measure the selfregulated learning construct. The Social Identification Questionnairre from Jackson (2002) was used to measure the social identification construct. From 60 subjects who participated in this research, analysis of results show that there is no significant correlation between self-regulated learning and social identification. The coefficient correlation between sub scale planning and social identification resulted in p = 0.314, between monitoring and social identification resulted in p = 0.272, and between evaluation and social identification resulted in p = 0.749.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Gloria Daniela
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubugan dari fusion identity, identifikasi sosial, dengan tingkah laku ekstrim untuk group. Identity fusion adalah suatu prasaaan menyatu dengan kelompok yang membuat anggota merasa memiliki tanggung jawab personal untuk kelompoknya. Penelitian ini berargumen bahwa kedua bentuk identifikasi, identity fusion dan identifikasi sosial dapat menjelaskan kenapa seseorang mau melakukan tindakan ekstrim untuk kelompoknya. Penelitian ini juga berargumen bahwa identity fusuion memiliki pengaruh lebih besar terhadap perilaku ekstrim untuk kelompok daripada social identification. Terlebih lagi, Identity fusion akan dapat menjelaskan perilaku ekstrim untuk kelompok tanpa identifikasi sosial Penelitian ini dilakukan terhadap suku Batak karena suku ini dianggap memiliki karaktersitik sebagai sebuah kelompok yang self-defining. Setelah melakukan penelitian terhadap 110 orang Batak, ditemukan bahwa fusion identity dan identifikais sosial dapat menjelaskan tingkah laku ekstrim untuk kelompok. Fusion identity juga ditemukan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap tingkah laku ekstrim untuk kelompok daripada identifikasi sosial akan tetapi ditemukan bahwa pengaruh yang dimiliki fusion identity tidaklah tanpa identifikasi sosial. Studi ini mengemukakan tiga dimensi baru tingkah laku ekstrim untuk kelompok spesifik untuk suku Batak dan merupakan studi pertama yang menenliti hubungan antara fusion identity dan tingkah laku ekstrim untuk kelompok Batak.
ABSTRACT
The study aims to assess the relationship of fusion identity, social Identification, with extreme pro-group behavior. Identity fusion is a feeling of oneness with the group that induces people to tether their feelings of personal agency to the group. The study hypothesized that both types of identification, fusion identity and social identification can explain the behaviors of members to endorse in extreme behavior on behalf of the group. The study further argued that the effect of identity fusion to extreme pro-group behavior wili be bigger than social identification. Identity fusion may also explain extreme pro-group behavior without social identification. The study was conducted on a tribe named Batakn based on its characteristics as a self-defining group. By conducting a study on 110 Bataknese, it is found that fusion identity and social identification may explain extreme pro-group behavior. Fusion identity also has higher influence on extreme pro-group behavior although was not able to explain extreme pro-group behavior without social identification. The study proposed three new variables of extreme progroup behavior specifically to Bataknese people and was the first to investigate the relationship of fusion identity and extreme pro-group behavior among Bataknese.
2010
S3685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Demokrasi dituntut dengan adanya masyarakat yang aktif dalam berpartisipasi politik. Namun partisipasi politik sendiri diukur dengan pengetahuan politik. Sudah sejauh mana pengetahuan politik pemilih pemula di Kota Depok. Studi ini ingin mencari tahu faktor apa saja yang membentuk pengetahuan politik di masyarakat Kota Depok.

Penelitian ini menggunakan enam konsep yang dikembangkan oleh Penny S Visser. Konsep self-interest, social identification, value-relevance, media use, attitude-importance dan attitude-relevant knowledge. Dengan menggunakan metode path analysis dalam pengujiannya, penelitian ini menghasilkan modifiikasi model yang telah dikembangkan.

Setelah menghitung koefisien model fit, penelitian ini menemukan bahwa variabel self-interest dibuang dari model dikarenakan tidak signifikan. Jadi dapat ditetapkan bahwa pengetahuan pemilih pemula Kota Depok dipengaruhi oleh empat faktor utama.
ABSTRACT
Democracy is demanded by a society that is active in participating politics. Yet political participation itself is measured by political knowledge. The extent of the political knowledge of newbie voters in the city of Depok. This study wants to find out what factors make up the political knowledge in the people of Depok City.

This study uses six concepts developed by Penny S Visser. The concept of self-interest, social identification, value-relevance, media use, attitude-importance and attitude-relevant knowledge. By using path analysis method in testing, this research resulted modifiikasi model that has been developed.

After calculating the fit model coefficients, this study found that the self-interest variable was removed from the model because it was not significant. So it can be determined that the knowledge of beginner voters in Depok City is influenced by four main factors.
2018
T50087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Irwina Savitri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong antarkelompok agama. Partisipan dalam penelitian ini adalah 74 orang mahasiswa yang beragama Islam di Universitas Indonesia. Terdapat dua manipulasi kondisi batasan antarkelompok, yaitu kentara dan semu. Perilaku menolong diukur melalui skala perilaku menolong berorientasi kemandirian dan ketergantungan yang akan diberikan kepada target yang berasal dari ingroup (sesama orang Islam) atau outgroup (orang Kristen) dalam empat ilustrasi kasus. Hasil dari pengujian MANOVA menunjukkan tidak ada pengaruh batasan antarkelompok dan identitas target terhadap perilaku menolong.
This study aims to see how the influence of group boundaries and group identity on helping behavior between religious groups. Participants in this study were 74 Muslim students at a university in University of Indonesia. Researchers provide treatment to manipulate the boundaries between groups in two conditions (salient versus not salient). Helping behavior was measured through helping behavior -oriented scale (autonomous and dependency-oriented helping) will be given to targets derived from the ingroup (fellow Muslims) or outgroup (Christians) in the four illustrative cases . The statistical test by MANOVA showed no effect of group boundaries and target‟s identity on helping behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Karisa Putri
Abstrak :
Lingkungan bisnis yang berubah sangat cepat dalam beberapa dekade ini menuntut semua perusahaan untuk menyesuaikan strategi bisnisnya. Dalam memasuki era digital 4.0 serta terjadinya wabah pandemic COVID-19, maka semua perusahaan harus melakukan kajian ulang strategi pemasarannya dan harus memikirkan cara untuk menarik dan mempertahankan pelanggannya di tengah persaingan bisnis yang ketat. Untuk mencapai hal ini, setiap perusahaan harus mengimplementasikan kegiatan social media marketing yang menarik. Jika sebuah perusahaan, terutama perusahan multi-level marketing (MLM) berhasil memuaskan dan melebihi harapan sosial pelanggan, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan hasil yang sangat baik dalam jangka panjang, seperti peningkatan angka penjualan, mendapatkan pelanggan yang berpartisipasi dan melanjutkan penggunaan social media serta pertambahan jumlah anggota yang bergabung dengan bisnis MLM.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana kegiatan social media marketing mempengaruhi kepuasan pelanggan JF melalui identifikasi sosial dan nilai yang dirasakan pelanggan. Untuk mendukung penelitian ini, kuesioner akan dibagikan kepada 200 pelanggan yang juga merupakan konsultan JF Indonesia yang berada di Indonesia. Kuesioner terdiri pertanyaan tertutup dengan tipe pertanyaan skala Likert 5. Software SEM-PLS akan digunakan untuk menganalisis validitas dan reliabilitas data.

Dari hasil penelitian ini, diduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara kegiatan sosial media marketing dan kepuasan pelanggan yang dimediasi oleh identifikasi sosial dan nilai yang dirasakan pelanggan. Maka dari itu, kepuasan pelanggan JF sangat dipengaruhi oleh kegiatan sosial media marketing yang baik dan dapat mempengaruhi intensi pelanggan untuk membeli, melanjutkan, berpartisipasi dan bergabung menjadi anggota bisnis MLM.


The business environment has changed rapidly in recent decades, requiring all companies to adjust their business strategies. In entering the digital era 4.0 and the occurrence of the COVID-19 outbreak, all companies must review their marketing strategies and think of ways to engage and maintain its customers amidst the emerging business competition. To achieve this, a company should make sure that they implement an interesting social media marketing especially during the COVID-19 pandemic period. If a company, more specifically a multi-level marketing (MLM) company succeed to satisfy, earn customers' perceived value and exceeds their social expectations, eventually the company will get better outcomes in the long run, such as increasing number of sales, getting customers to participate and continue using the social media, as well as gaining more members to join the MLM business.

The purpose of this study is to provide a clear understanding of how social media marketing activities influence JF customer satisfaction through social identification and perceived value. To support this study, a questionnaire will be distributed to 200 customers who are also consultants of JF in Indonesia. The questionnaire consists of close-ended questions with Likert scale 5 type of questions. SEM-PLS Software will be used to analyze this study.

The results may show that there is a positive and significant relation between social media marketing activities and customer satisfaction, which is mediated by social identification and perceived value. Given that, JF customer satisfaction is highly impacted by the excellent social media marketing activities that influences the customer’s intention to purchase, continue, participate and join the MLM business.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library