Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adriana Rahajeng Mintarsih
Abstrak :
Album musik Stripped (2002) merupakan album yang menjadi titik balik di dalam karir penyanyi Christina Aguilera. Tidak seperti album perdananya Christina Aguilera (1999) di mana ia tidak mempunyai kontrol atas materi album dan citranya, ia terlibat penuh di dalam pembuatan album dan citra yang ia tampilkan dengan menjadi produser eksekutif untuk album Stripped. Lagu-lagu pop remaja dan citra remaja perempuan yang ‘manis’ dan ‘baik-baik’ digantikannya dengan lagu-lagu beraliran hip-hop, rhythm and blues (R&B), dan soul dengan tema dan citra perempuan dewasa yang nyaman dengan tubuh dan seksualitasnya. Menggunakan pendekatan feminis posstrukturalis Hélène Cixous mengenai écriture féminine (praktik penulisan feminin) dan cultural studies dengan teknik close reading, saya mendapatkan dua temuan ketika melakukan analisis teks. Pertama, album ini merupakan wadah bagi Christina untuk mengartikulasikan subjektivitas feminin. Meskipun Cixous sendiri tidak pernah membuat konsep subjektivitas feminin, saya melihat bahwa praktik penulisan feminin menjadi sarana bagi Christina untuk meraih subjektivitas. Kedua, ketika Christina dan album Stripped diletakkan kembali ke dalam konteks industri musik di mana keduanya berada, artikulasi subjektivitas feminin harus berhadapan dengan proses branding yang meliputi semua penyanyi atau musisi di dalam industri musik arus utama. Tubuh dan seksualitas perempuan sering kali digunakan oleh industri musik di dalam proses branding para penyanyi perempuan. Namun, dengan menggunakan model sistem produksi budaya milik Elizabeth C. Hirschman, di dalam penelitian ini, saya menemukan bahwa Christina tidak menjadi objek atau korban branding melainkan berhasil melakukan negosiasi antara subjektivitas feminin dan branding. ...... Stripped (2002) is a music album that becomes a turning point in Christina Aguilera’s singing career. Unlike her first album Christina Aguilera (1999) in which she had no control over the materials of her album and her image, she sought full involvement in the album making and her image by being the executive producer of Stripped. Teen pop songs with a ‘good’ girl image were replaced by hip hop, rhythm and blues (R&B), dan soul songs with an image of a woman comfortable with her body and sexuality. Using a poststructural feminism approach based on Hélène Cixous’s écriture féminine (feminine writing) and cultural studies approach with close reading techniques, I made two findings when doing textual analysis. First, this album becomes a vessel for Christina to articulate a feminine subjectivity. Although Cixous herself never formulated a concept of feminine subjectivity, feminine writing becomes a mean for Christina to achieve subjectivity. Second, since Christina and her album Stripped are parts of the music industry, her articulation of feminine subjectivity has to meet the process of branding which is unavoidable for every singer or musician in the mainstream music industry. Female body and sexuality are often used by the music industry in the process of branding of female singers. However, using a model of culture production system by Elizabeth C. Hirschman, in this research, I found that instead of being an object or a victim of branding, Christina manages to make a negotiation between feminine subjectivity and branding.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aquarini Priyatna
Abstrak :
ABSTRAK
Seksualitas dan hasrat perempuan bukan saja merupakan persoalan sosial budaya, melainkan persoalan personal yang spesifik pada setiap orang. Kebebasan untuk mengekspresikan seksualitas perempuan, tidak pernah merupakan pilihan bebas daei pengaruh bentukan dan konteks sosial kultural serta konteks diri masing-masing perempuan. Meskipun demikian, setiap pembicaraan mengenai seksualitas dan hasrat perempuan selayaknya mempertimbangkan tindak tutur yang dilakukan perempuan yang bukan sekedar dalam konteks heteroseksual melainkan juga harus dipahami sebagai bagian dari ekspresi dirinya. Dengan demikian konstruksi seksualitas perempuan merupakan agensi, performativitas, dan subjektivitas dirinya sendiri.
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2008
170 JPMP 58 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dhewy
Abstrak :
Abstrak
This paper aims to explain woman subjectivity reflected in Tempurung novel by Oka Rusmini by describing main character perception toward body and autonomy in the formation of woman subjectivity. In discussion I use feminist literary criticism approach. This study reveals that woman characters in Tempurung perceiving her body as a significant part of her subjectivity. Furthermore, woman subjectivity isnt her own project but a form of dialogue with other elements including her relationship with husband, children, body and social culture construction which surrounding her. The conclusion of this study is Oka Rusmini makes resistance to the notion of subjectivity on conventional/traditional thought by representing narrative of woman subjectivity which doesnt neglect body, doesnt individual, doesnt always rational, doesnt subject to universal notion of subject and doesnt finish.
Jakarta: YJP Press, 2016
305 IFJ 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nor Islafatun
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan wacana kekuasaan yang direpresentasikan dalam novel Son (2012) karya Lois Lowry. Untuk menganalisisnya, digunakan konsep kekuasaan dari Michel Foucault. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuasaan dihadirkan dengan cara berbeda dalam ketiga komunitas yang ada dalam novel, mulai dari yang berjalan represif hingga terselubung, yaitu melalui pengetahuan. Kekuasaan di komunitas pertama (Book I, Before) direpresentasikan secara represif, sehingga membentuk objektifikasi dan impersonalisasi. Pola tersebut terbentuk melalui praktik indoktrinasi dan pendisiplinan oleh penguasa ke masyarakat. Kekuasaan di komunitas kedua (Book II, Between) tidak berjalan represif, tapi hidup melalui nilai tradisi dan norma sosial. Keduanya berjalan karena adanya dukungan pengetahuan dan produksi kekuasaan. Sementara itu, di komunitas terakhir (Book III, Beyond) kekuasaan menghasilkan tatanan yang menjunjung subjektifitas. Hal tersebut terwujud karena adanya pengetahuan dan legalitas kekuasaan yang beroperasi dalam komunitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, teks menunjukkan bahwa ada hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan. Novel Son menunjukkan bahwa pengetahuan menghasilkan pola kekuasaan yang berbeda. Komunitas terakhir menunjukkan bahwa pengetahuanlah yang membentuk kekuasaan di komunitas ini dalam menciptakan subjektifitas.
2018
T51873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Savitri
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas konstruksi childhood dalam novel Di Tanah Lada 2015 karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie melalui konsep childhood dari James Prout 2007, konsep relasi kuasa orang dewasa-anak dari Shier 2012 dan Mayall 2001, serta konsep anak sebagai liyan dari Nikolajeva 2009. Penelitian ini berupaya membongkar konstruksi childhood dalam novel Di Tanah Lada yang dibangun melalui dua perspektif, yaitu perspektif tokoh dewasa dan tokoh anak. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana novel ini mengkritik dominasi masyarakat orang dewasa urban yang menempatkan anak-anak di posisi marginal. Hasil analisis menunjukkan bahwa dominasi tokoh dewasa terhadap anak menimbulkan upaya resistensi dari tokoh anak untuk mendapatkan subjektivitas dalam mengonstruksi masa kanak-kanaknya. Adanya perspektif anak-anak dalam mengonstruksi masa kanak-kanaknya menunjukkan kritik atas dominasi orang dewasa yang dianggap memiliki otoritas atas kehidupan anak-anak. Kematian yang dipilih tokoh anak sebagai strategi untuk keluar dari dominasi menunjukkan independensi anak untuk menjadi subjek atas dunianya dan atas hidupnya. Selain itu, kematian tokoh anak dapat dimaknai sebagai kritik terhadap kekerasan dan pengabaian anak yang rentan terjadi di lingkungan urban. Dengan demikian, dapat disimpulkan, selain menghadirkan tokoh anak sebagai subjek untuk mengonstruksi dunianya, novel Di Tanah Lada juga menunjukkan kritik terhadap dominasi orang dewasa urban yang tidak menghargai nilai dari seorang anak
ABSTRACT
This research inquires childhood construction in Di Tanah Lada novel 2015 by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie by employing the concept of childhood James Prout, 2007, the concept of adult child power relations Mayall, 2001 Shier, 2012 , and theconcept of child as 'liyan' or the other Nikolajeva, 2009. This research investigateschildhood construction in Di Tanah Lada novel composed from two perspectives adultcharacters rsquo perspectives and child characters rsquo perspectives. It aims to describe how thenovel criticizes urban society's domination adults which puts children in amarginalized position. The result indicates that adult characters' domination on childrencauses children's resistance movement to achieve subjectivity in constructing theirchildhood. The existence of children's perspective in constructing their childhoodindicates their criticism about adults rsquo domination that is considered as having authorityover children's life. The death chosen by child characters is a strategy to flee fromdomination and indicates that they are independent to be a subject of their world andlife. Moreover, the child characters' death is possibly interpreted as criticism aboutchild violence and negligence which susceptibly occurs in urban areas. It can beconcluded that besides presenting child characters as a subject constructing their world, Di Tanah Lada novel indicates criticism about urban adults' domination which disrespects children.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T51330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ika Wijayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi sosok Drupadi sebagai strategi untukmenampilkan subjektivitas perempuan dalam novel Drupadi karya Seno GumiraAdjidarma. Drupadi bukanlah wacana kosong melainkan penceritaan ulang kisahMahabharata yang difokuskan pada penceritaan tokoh Drupadi. Sebagairepresentasi perempuan, Drupadi dalam novel Drupadi dihadirkan dengankonstruksi baru yang berbeda dengan konstruksi lamanya dalam ceritaMahabharata baik versi India maupun versi Jawa Serat Baratajuda . Olehkarena itu, penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana rekonstruksi Drupadiditampilkan melalui struktur naratif novel dan bagaimana rekonstruksi tersebutkemudian menghadirkan konstruksi subjektivitas perempuan dalam novel.Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis tekstual yang berfokuspada analisis gender. Pemaknaan teks akan dilakukan menggunakan pembacaanberperspektif feminis dengan pendekatan kritik sastra feminis reading as awoman. Dalam operasionalnya, teori struktural digunakan untuk membantumembaca isu gender dalam struktur naratif novel. Hasil penelitian menunjukkanbahwa novel ini merekonstruksi Drupadi dalam Serat Baratajuda danmengembalikannya kepada asalnya Mahabharata versi India . Rekonstruksi inisekaligus memperlihatkan adanya penolakan pelemahan perempuan dalam ceritaMahabharata baik versi India maupun versi Jawa dengan menghadirkankonstruksi subjektivitas perempuan melalui tokoh Drupadi dalam novel.
ABSTRACT
The focus of this study is to discuss the reconstruction of Drupadi figure asa strategy to show women subjectivity in Drupadi novel by Seno GumiraAdjidarma. Drupadi is not an empty discourse but it is a retelling of Mahabharatastory focused on the narrative of Drupadi. As a representation of women, Drupadiin Drupadi novel is represented with a new construction which is different fromits old construction in Mahabharata, both India and Javanese versions SeratBaratajuda . Therefore, this research focuses on how the reconstruction ofDrupadi is potrayed through the narrative structure of the novel and how thereconstruction then presents the construction of women subjectivity in the novel.This research uses a textual analysis research method which focuses on genderanalysis. The meaning of the text was scrutinized by using feminist perspectiveespecially ldquo reading as a woman rdquo , an approach of feminist literary criticism. In itsoperation, structural theory is used to read the gender issues in the narrativestructures of novel. The results show that this novel reconstructs Drupadi in SeratBaratajuda and returns it to its origin Mahabharata in India version . Thisreconstruction also shows a rejection of women disempowering in Mahabharatastory, both in India and Javanese versions, by presenting the construction ofwomen subjectivity through Drupadi figure in the novel.
2018
T50476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhelia Puri Ariani
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan hijab di Indonesia menjadi marak pasca pemerintahan Orde Baru yang kini turut digunakan oleh kalangan waria. Padahal waria lebih dikenal dengan tampilan (hyper)femininity dan identik sebagai pekerja seks yang secara tidak langsung memunculkan diskriminasi kepada mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana waria menampilkan identitas mereka melalui atribut hijab. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Yayasan Srikandi Sejati sebagai salah satu lembaga yang menaungi kelompok waria di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengenakan hijab yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh waria, membuat identitas gender mereka jadi tersamarkan. Ini tidak terlepas dari subjektivitas kesalehan dan good women terhadap pengguna hijab di Indonesia. Penelitian ini lalu menemukan bahwa waria menggunakan hijab sebagai topeng untuk menunjang performance mereka di masyarakat. Mereka kemudian tidak hanya memperlihatkan front dan back stage seperti uraian Goffman (1959), tetapi juga performance yang beragam; multiple front stage dan back stage
ABSTRACT
The use of hijab in Indonesia has increased after the New Order Government era which is now also used by transvestites. Whereas transvestites are better known for their appearance as (hyper)femininity and are identical as a sex worker which indirectly bring some types of discrimination against them. This study discusses how these waria displayed their identities through the attributes of the hijab. This study uses ethnographic methods carried out at Srikandi Sejati Foundation as one of the institutions that oversees the transvestite community in Jakarta. The results of this study prove that by wearing a hijab that mostly covers their entire body, makes their gender identity obscured. This is inseparable from the subjectivity of piety and good women to hijab users in Indonesia. This study also found that transvestite that uses hijab, as an actor who wear masks to support their performance in the wider community who have not been able to accept their presence. Their performance is seen in multiple stages (multiple) front and back stages.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsabita Ramadhanti Nendra Putri
Abstrak :
Berbagai bentuk pekerjaan baru hadir dan mengisi setiap ruang dalam era Post-Fordisme, terutama pekerjaan-pekerjaan immaterial yang tidak lagi menghasilkan produk berupa barang, tetapi jasa, pengetahuan, maupun perasaan. Sementara itu, meskipun pekerjaan- pekerjaan ini merupakan produk kerja modern, tetapi eksploitasi pekerja masih terus terjadi dan membuat para pekerja berada dalam situasi prekaritas yang menyedihkan. Namun alih-alih meratapi nasib, mereka berusaha membentuk subyektivitas yang bisa menunjang kehidupan mereka sehari-hari sekaligus mengukuhkan eksistensi diri mereka secara sosial. Mengambil kasus para pekerja barista di kedai-kedai kecil kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, tulisan ini berusaha mengeksplorasi bagaimana para barista berusaha membangun dan mengakomodasi subyektivitasnya dalam pekerjaan mereka untuk bertahan pada kondisi rentan yang dihadapinya saat ini. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipatoris dan wawancara terlibat serta menganalisisnya secara deskriptif, saya berusaha memperlihatkan bagaimana para pekerja barista ini berusaha membangun subyektivitas mereka dalam praktik kerja yang mereka jalankan—yang diupayakan sebagai strategi penciptaan keuntungan. ......Various new forms of work emerge and fill every space in the Post-Fordism era, especially immaterial jobs which no longer produce products in the form of goods, but services, knowledge, and feelings. Meanwhile, even though these jobs are products of modern labour, exploitation of workers continues to occur and leaves workers in a precarious situation. But instead of bemoaning their fate, they try to form a subjectivity that can support their daily lives and at the same time strengthen their sosial existence. Taking the case of barista in small shops in the Pondok Aren area, South Tangerang, this paper attempts to explore how baristas try to build and accommodate their subjectivity in their work to survive the vulnerable conditions they are currently facing. By using data collection techniques in the form of participation observation and in-depth interviews, and analyzing them descriptively, I try to show how these barista workers try to build their subjectivity in the work practices they carry out—which is pursued as a profit- making strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Labiba Manggarsari
Abstrak :
Konsep subjektivitas memiliki hubungan dalam penyingkiran dan reduksi perempuan dari kebudayaan. Perempuan merupakan liyan dalam kehidupan, dalam kebudayaan, yang tidak diketahui, sehingga muncul realitas perempuan versi laki-laki. Dalam sinema, perempuan mengalami reduksi dan diferensiasi dari industri yang strukturnya berangkat dari dominasi laki-laki. Representasi perempuan di layar sinema dominan tidak menunjukkan perempuan sebagai perempuan yang utuh, karena struktur yang melatari sinema secara dominan berangkat dari sudut pandang dan otoritas laki-laki. Subjektivitas perempuan menjadi nilai penting karena dapat memberikan penggambaran dan wawasan mengenai perempuan sebagaimana adanya, hadir bukan sebagai ilusi. Subjektivitas sutradara perempuan dapat menghasilkan representasi perempuan yang lebih dekat dengan kehidupan. Namun, ketika berangkat dari subjektivitas perempuan, sinema perempuan menghasilkan pendekatan yang berbeda dengan sinema dominan, sehingga sinema perempuan mengalami diferensiasi dan ditempatkan sebagai kontra sinema. Melalui pemikiran feminist film theory, tulisan ini berusaha mengidentifikasi bagaimana dinamika struktur kekuasaan dan paradigma yang terbentuk dalam sinema, khususnya permasalahan subjektivitas, membuat sutradara perempuan keluar dari konvensi sinema dominan dan menghasilkan bahasa baru, yang menempatkan sinema perempuan berada di posisi yang berbeda dengan sinema arus utama. ......The concept of subjectivity has a correlated role in the exclusion and reduction of women from culture. Women are the other; in life, in culture, that is unknown, so a male version of women's reality is produced. In cinema, women experience reduction and differentiation from an industry whose structure is rooted in male dominance. The representation of women on screen in dominant cinema does not represent women as complete women, given that the structures underlying cinema are dominantly based on male perspectives and authority. Female subjectivity holds crucial value because it provides portrayals and insights into women as they really are, not as illusions. The subjectivity of female directors produces representations of women that are closer to life. However, when it departs from women's subjectivity, women's cinema presents a different approach from the dominant cinema, which leads to women's cinema being differentiated and placed as a counter-cinema. Through feminist film theory, this paper seeks to identify how the dynamics of power structures and paradigms formed in cinema, especially the problem of subjectivity, have forced female directors to step out of the conventions of dominant cinema and produces a new language, which places women's cinema in a different platform from mainstream cinema.
Depok: Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Bini Fitriani B
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui subjektivitas dan agensi perempuan bangsawan Bugis dalam merespons budaya siri'melalui subjek dari dua generasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang menggunakan kerangka analisis subjektivitas dan kritik budaya. Studi ini melakukan penelusuran riwayat hidup sepuluh perempuan bangsawan Bugis dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjektivitas perempuan Bugis terdiri dari dua bentuk subjektivitas yang saling berkelindan erat dan dalam konteks tertentu keduanya bekerja secara berlawanan. Dua bentuk subjektivitas tersebut adalah subjektivitas personal dan subjektivitas budaya. Dalam merespons budaya terkait siri’, subjektivitas personal yang inheren akan menguatkan agensi perempuan Bugis, namun subjektivitas budaya akan melemahkan agensinya karena menjauhi kebenaran dalam diri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam diri para subjek penelitian, terdapat dua bentuk ekspresi diri perempuan Bugis sebagai subjek budaya dan subjek personal yang kompleks dan menyebabkan terbentuknya subjektivitas unik yang berkelindan erat yakni subjektivitas personal dan subjektivitas budaya sehingga menimbulkan ambiguitas dan paradoks perilaku, pemikiran dan perasaan. Di dalam penelitian ini saya menemukan bahwa untuk “Menjadi Perempuan Bugis” subjek penelitian saya menggunakan subjektivitas budaya mereka sebagai bentuk politis untuk bertahan, melawan, membebaskan diri dan melakukan perubahan bentuk kekuasaan ‘dari dalam’. Agensi para subjek tidak hanya berupa perilaku dalam keputusan-keputusan besar dalam hidup terkait relasi gender, seksualitas dan relasi ibu-anak antar subjek generasi pertama dan kedua, namun juga berupa narasi diri yang kompleks. Pengalaman hidup, domisili, perbedaan generasi, status pernikahan dan media sosial daring merupakan faktor terhadap kedalaman subjektivitas budaya/personal dan dominasinya dalam diri subjek. ......This study aims to examine the subjectivity and agency of Bugis noble women in responding to siri'culture. This research is a qualitative research with a case study approach, which uses an analytical framework of subjectivity and cultural critique. This study traces the life herstory of ten Bugis noblewomen and in-depth interviews. The results show that the subjectivity of Bugis women consists of two forms of subjectivity that are closely intertwined and in certain contexts it work in opposite direction. The two forms of subjectivity are personal subjectivity and cultural subjectivity. In responding to culture related to siri', the inherent personal subjectivity will strengthen Bugis women's agency, but cultural subjectivity will weaken their agency because they are away from the truth within themselves. This study concludes that within the research subjects, there are two forms of self-expression of Bugis women as cultural subject and a personal subject that is complex and lead to the formation of a unique subjectivity that is closely intertwined, namely personal subjectivity and cultural subjectivity, giving rise to ambiguity and paradoxes in behavior, thoughts and feelings. In this research, I found that to "Become a Buginese Woman" means that the subject use their cultural subjectivity as a political form for resistance, liberation and a change in the form of power ‘from within’. The agency of the subjects is not only in the form of behavior in major life decisions related to gender relations, sexuality and mother-daughther relations between first and second generation subjects, but also in the form of complex self-narratives. Life experience, domicile, generational differences, marital status dan online social media are factors in the depth of cultural/personal subjectivity and its dominance in the subject.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>