Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fachreza Aulia Trinanda
Abstrak :
ABSTRAK
Psoriasis merupakan kelainan kulit yang diakibatkan oleh disregulasi sistem imun yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup pasien. Sindrom metabolik, di antaranya termasuk obesitas dan hipertensi, diduga memiliki hubungan yang kuat dengan psoriasis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh IMT dan tekanan darah dengan tingkat keparahan psoriasis yang diukur dengan skor Psoriasis Area and Severity Index PASI . Penelitan dilakukan di Unit Rekam Medis Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM dan melibatkan 63 pasien psoriasis yang berobat di RSCM pada tahun 2015 dan 2016. Dari 63 pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, tingkat keparahan psoriasis terbagi 18 orang untuk kategori ringan dan 45 orang untuk kategori sedang berat. Terdapat 35 pasien yang dikategorikan obese dan 16 pasien yang dikategorikan mengalami hipertensi. Analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu berupa uji Chi-Square menunjukkan beberapa hubungan statistik yang signifikan yaitu hubungan antara tingkat keparahan psoriasis dengan IMT p=0,025 dan tekanan darah p=0,026 . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan hipertensi dengan tingkat keparahan psoriasis.
ABSTRACT
Psoriasis is a skin disorder caused by immune disregulation which impacts the quality of life of the patient. Metabolic syndrome, which includes obesity and hypertension, was suspected to have a strong association with psoriasis. The purpose of this research is to find out the association between Body Mass Index BMI and blood pressure to psoriasis severity which was measured using the Psoriasis Area and Severity Index PASI score. The research was done at the Medical Record Unit of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM and includes participation of 63 psoriasis patient who was seeking medical care at year 2015 and 2016. Of all 63 patients participated in this research, the psoriasis severity was divided into 18 patients in mild category and 45 patients in moderate to severe category. There are 35 patients who are categorized as obese and 16 patients that are categorized in hypertensive. Statistical analysis that was done in this research shows some statistically significant association between psoriasis severity and BMI p 0,025 and blood pressure p 0,026 . This concludes that there are significant associations between obesity and hypertension to psoriasis severity.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janice Esta Hanrahan
Abstrak :
Latar belakang. Resesi gingiva memiliki prevalensi yang tinggi pada berbagai populasi di dunia serta dapat menimbulkan berbagai komplikasi seiring meningkatnya keparahan resesi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya variasi tingkat keparahan resesi gingiva pada populasi yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh etiologi resesi gingiva yang kompleks dan bersifat multifaktorial, sehingga studi distribusi faktor risiko resesi gingiva pada suatu populasi penting untuk dilakukan sebagai dasar penyusunan strategi pencegahan dan kontrol dari resesi gingiva pada populasi tersebut. Tujuan. Memperoleh distribusi faktor risiko terjadinya resesi gingiva pada gigi pasien RSKGM FKG UI tahun 2017-2019 berdasarkan tingkat keparahan resesi. Metode penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI tahun 2017-2019 yang memenuhi kriteria inklusi, pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling, serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian.Hasil analisis dari 402 sampel resesi gingiva menunjukkan resesi gingiva ringan (67,9%) memiliki frekuensi tertinggi pada pasien RSKGM FKG UI serta 92% sampel terpapar oleh lebih dari satu faktor risiko dalam penelitian ini Kesimpulan. Pasien RSKGM FKG UI tahun 2017-2019 mayoritas mengalami resesi gingiva ringan dengan etiologi yang bersifat multifaktorial. ......Introduction. Gingival recession has a high prevalence among different populations in the world and could cause various complications as the recession becomes more severe. Previous studies have shown that gingival recession varied in different populations. This could be influenced by the complex and multifactorial aetiology of gingival recession. Therefore, it is important to study the distribution of gingival recession risk factors in a population as a basis to develop strategies on preventing and controlling gingival recession progression. Objectives. To obtain the distribustion of gingival recession risk factors on RSKGM FGKUI patients’ teeth in 2017-2019 based on the severity of the recession. Methods. This study used a cross-sectional, descriptive, secondary data analysis design. Secondary data was taken from RSKGM FKG UI medical records in 2017-2019 that met the inclusion criteria with consecutive sampling technique. Results. 402 samples of gingival recession were analyzed and showed that mild gingival recession had the highest frequency in RSKGM FKG UI patients, with 92% of the samples were exposed to more than one risk factor in this study. Conclusion. The majority of patients at RSKGM FKG UI in 2017-2019 experienced mild gingival recession with a multifactorial etiology.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawarastuti
Abstrak :
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia (60%). Diabetes melitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan diabetes melitus terhadap tingkat keparahan jaringan periodontal. Jenis penelitian observasional analitik potong lintang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada bulan Oktober - November 2014 dengan populasi penelitian adalah pengunjung Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 122 orang. Status diabetes melitus didapat dari rekam medis poli penyakit tidak menular. Analisis data menggunakan kai kuadrat dan regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita diabetes melitus usia > 50 tahun mengalami kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan penderita diabetes melitus ≤ 50 tahun. Kelompok diabetes melitus berisiko 3,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok nondiabetes melitus, OR = 3,505 (1,609 ? 7,634), nilai p = 0,002. Kelompok diabetes melitus tidak terkendali berisiko 2,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok diabetes melitus terkendali, nilai OR = 2,514 (0,892 ? 7,085), nilai p = 0,12 disebabkan ukuran sampel terlalu kecil. Penderita diabetes melitus lebih berisiko mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan dengan nondiabetes melitus. Pada diabetes melitus tidak terkendali, risiko penyakit periodontal semakin tinggi.

Periodontal disease is a teeth and oral health problem, with a quite high prevalence in Indonesia (66%). Diabetes mellitus one of predisposing factors of periodontal occurence. This study aimed to analyze relation between diabetes mellitus and the severity of periodontal tissue. The study was observational analytic study with cross-sectional design. The study was conducted in Jagakarsa District Primary Health Care of South Jakarta on October to November 2014 with the primary health care visitors as population. Sample was taken using simple random sampling as much as 122 respondents. Diabetes mellitus status was identified from the non-infectious disease medical record. Data analysis used chi-square and simple logistic regression. Results showed proportion of diabetes mellitus patients > 50 years suffered periodontal tissue damage more severe than ≤ 50 years old patients. Diabetes mellitus group had 3.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus group, OR = 3.505 (1.609 - 7.634), p value = 0.002. Uncontrolled diabetes mellitus group had 2.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than controlled diabetes mellitus group, OR = 2.514 (0.892 - 7.085), p value = 0.12 due too small size of sample. Diabetes mellitus sample patients were more risky to suffer severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus patients. On uncontrolled diabetes mellitus, the risk of periodontal disease was getting higher.
Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Furry Ayu Agustiyani
Abstrak :
ABSTRAK

Pejalan kaki merupakan pengguna jalan yang rentan dalam berlalulintas. Pada tahun 2018 di Indonesia, pejalan kaki berkontribusi sebesar 16% dari total kematian dalam kecelakaan lalu lintas, sedangkan ratusan ribu orang lainnya mengalami cidera ringan maupun berat. Di Kota Magelang, 22% kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014-2018 merupakan kecelakaan pejalan kaki dan menyumbang 28% dari total kematian dalam kecelakaan lalu lintas. Pengamatan terhadap variabel yang signifikan memengaruhi tingkat keparahan kecelakaan pejalan kaki di Kota Magelang dilakukan menggunakan metode regresi probit ordinal dan diinterpretasikan menggunakan efek marginal. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keparahan kecelakaan pejalan kaki adalah cahaya dan usia. Pencahayaan yang kurang dan pejalan kaki yang berusia lanjut (lebih dari 65 tahun) meningkatkan fatalitas kecelakan pejalan kaki.


ABSTRACT

 


In Indonesia, pedestrian deals with a lot of challenge as a part of road user. In 2018, pedestrian in Indonesia contribute around 16% from total fatalities on traffic accidents, meanwhile hundreds of thousands of victims face major and minor injuries. In Magelang, 22% of traffic accidents in 2014-2018 are pedestrian accident, which contribute 28% of national fatality number caused by traffic accident. Observation over variables that significantly affect the severity of pedestrian accident in Magelang City was done using Ordinal Probit Regression method and interpreted using Marginal Effects. Study shows that lighting and age are the variables that significantly affect the severity of pedestrian accident. Lack of lighting and elderly pedestrian (older than 65 years old) increase the severity of the accidents.

 

2019
T53058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Samanta
Abstrak :
Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius yang dapat menyebabkan kematian, kecacatan fisik dan kecacatan mental. Cedera kepala dapat menyebabkan sel astrosit rusak sehingga mengeluarkan protein S 100B yang dapat dideteksi didalam darah perifer, sehingga dapat dipakai untuk memprediksi tingkat keparahan cedera kepala yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara kadar protein S 100B dengan tingkat keparahan cedera kepala. Metode. Desain penelitian adalah potong lintang untuk mengetahui kadar protein S 100B pada pasien cedera kepala akut onset kurang dari 24 jam. Subyek penelitian sejumlah 85 pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat RSCM sejak bulan maret ? juni 2015. Dilakukan penilaian GCS, lamanya tidak sadarkan diri, lamanya amnesia pasca trauma dengan bantuan alat TOAG, pemeriksaan CT Scan dan pemeriksaan serum protein S 100B. Hasil. Didapatkan kadar rerata protein S 100B serum 0,77 μg/L, rerata durasi amnesia 21,22 jam, rerata nilai GCS 13. Terdapat perbedaan kadar protein S 100B pada CKR (rerata 0,4175) dibandingkan dengan pada CKS dan CKB (1,0722) (p=0,020), nilai titik potong kadar protein S 100B pasien yang meninggal 0,765 μg/L (p= 0,002). Simpulan. Kadar rerata protein S 100B pada cedera kepala ringan lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein S 100B pada cedera kepala sedang dan berat, semakin tinggi kadar protein S 100B akan semakin tidak baik keluaran pasien cedera kepala. ...... Background. Traumatic brain injury is still a serious community health problem can cause death, physical and mental disability. Protein S 100B release from destructive astrocyte from brain injury and detected in the peripheral blood, so that protein S 100B can serve as predictor of severity traumatic brain injury. This research aimed to find association between protein S 100B with traumatic brain injury severity. Method. This was a cross sectional study focusing to protein S 100B value from acute traumatic brain injury patients with onset < 24 hours. Eighty five patients were recruited from emergency room RSCM. GCS value, duration of post traumatic amnesia with TOAG tools, duration loss of consciousness, brain CT scan and concentration serum protein S 100B were record. Results. The mean concentration serum Protein S 100B were 0.77, mean PTA duration were 21,22 hours, and the mean GCS were 13. There is a significant differentiation value of concentration protein S 100B from mild trumatic brain injury compare moderate and severe traumatic brain injury (p=0,020), cut off point for death patients was 0,765 μg/L. Conclusion. The mean serum Protein S 100 B from mild trumatic brain injury lower than moderate and severe traumatic brain injury higher consentration of protein S 100B have bad outcome.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khotimah Jannah
Abstrak :
ABSTRAK
Ulkus kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronis Diabetes Melitus yang biasanya muncul 10 tahun setelah onset Diabetes Melitus. Ulkus kaki diabetikum dapat menimbulkan sensasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum di Rumah Perawatan Luka RUMAT Wilayah Bekasi dan Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan potong lintang Cross-Sectional . Sebanyak 73 pasien ulkus kaki diabetikum dilibatkan dan diwawancarai melalui teknik purposed random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur pasien dan format pengkajian luka Wagner untuk menilai derajat keparahan ulkus pasien. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square dan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan ulkus dengan kualitas tidur pada pasien ulkus kaki diabetikum p=0,004; ? ? =0,05. Pasien dengan luka yang lebih parah berisiko 5,2 kali lebih tinggi memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan dengan pasien dengan derajat luka yang lebih ringan 95 CI: 1,783;15,475. Melalui hasil penelitian ini direkomendasikan peningkatan perawatan luka untuk proses penyembuhan yang lebih berkualitas. Hal tersebut untuk mewujudkan kualitas tidur yang lebih baik.
ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is one of Diabetes Mellitus chronic complications that occur around 10 years after Diabetes Mellituss onset. Ulcers made sense of pain and discomfort that affecting patient 39s sleep quality. This study identified the relation between ulcers severity with sleep quality among diabetic foot ulcer patients in Clinic of Wound Care RUMAT Bekasi and Jakarta. Design of this study is analytical with cross sectional approach. That are 73 patients with diabetic foot ulcer who participated and interviewed by a purposed random sampling technique. Two kinds or questionnaire are used, namely Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI to assess patient 39 s sleep quality and Wagner 39s Wound Assessment Format to assess patients ulcer severity. The result are analyzed using Chi square test and showed a significant relationship between ulcer severity and sleep quality among diabetic foot ulcer patient rsquo s p 0,004 0,05. Patients with more ulcer severity had 5,2 time more risk to have poor sleep quality than patients with low severity ulcer 95 CI 1.783 15.475. From the results, it is recommended to improve wound care quality. It should be considered for better sleep quality among diabetic patients.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hengki Ferdianto
Abstrak :
Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan kerja merupakan bagian dari strategi pencegahan kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera serta tren tingkat keparahan cedera di PT. X. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan metode pendekatan potong lintang (cross sectional), menggunakan data sekunder laporan kecelakaan kerja. Pekerja yang mengalami cedera akibat kecelakaan kerja dan tercatat pada data Health Safety Environment (HSE) dan Medical PT. X pada tahun 2009 sampai 2013, dijadikan subjek penelitian ini. Jumlah sampel sebanyak 82 pekerja. Tren tingkat keparahan cedera 2009 sampai 2013 di analisis dengan Severity Rate (SR) yang sebesar: 0 ; 0 ; 0,51 ; 0,17 ; 0,22 dan Total Recordable Injury Rate (TRIR) sebesar = 0 ; 0,69 ;0,68 ; 0,58 ; 0,55. Cedera sedang-berat secara signifikan mempunyai hubungan dengan lokasi cedera di kepala (ORAdj =5,23; 95%CI; 1,57 ? 17,40), cedera pada lebih dari satu lokasi tubuh (ORAdj =4,77; 95%CI; 1,41 ? 16,18), waktu kejadian pukul 16.00-07.00 (ORAdj=4,55; 95%CI; 1,37 ? 15,10) dan usia ≥ 40 tahun (ORc=4,30; 95%CI; 1,24 ? 14,83). Tipe pekerja, aktifitas pekerja dan mekanisme kecelakaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat keparahan cedera. ......Identification of factors that are associated with the severity of injuries due to work accidents is a part of the accident prevention strategy. This study aims to determine some factors that are associated with the severity and trend of severity in Company X. This research is a descriptive analytic research using cross sectional design, using secondary data of accident report. Workers who were injured as a result of workplace accidents and their data recorded on the Health Safety Environment (HSE) and Medical of Company X in 2009 through 2013, were selected as the sample of this research. Total samples were 82 workers. Trend in injury severity 2009 to 2013, were analyzed using Severity Rate (SR), which were: = 0 ; 0 ; 0,51 ; 0,17 ; 0,22 and Total Recordable Injury Rate (TRIR) = 0 ; 0,69 ;0,68 ; 0,58 ; 0,55. The moderate-severe injury was significantly related to the injury in the head (ORAdj = 5.23; 95% CI; 1.57 to 17.40), multiple injury of the body (ORAdj = 4.77; 95% CI; 1.41 to 16.18), time of incidence between 16:00 pm to 7:00 am (ORAdj = 4.55; 95% CI; 1.37 to 15.10) and age ≥ 40 years (ORc = 4.30; 95% CI; 1.24 to 14.83). Type of workers, workers activity and mechanism of the accident did not have a significant association with the severity of the injury.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhewi Mega Sari
Abstrak :
Skripsi ini membahas distribusi tingkat keparahan kecelakaan lalu lintas di kampus X tahun 2014-2016.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional.Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling, yaitu menggunakan seluruh data kecelakaan yang terjadi di Kampus X tahun 2014-2016 dengan kriteria inklusi yaitu data kecelakaan yang tercatat lengkap dalam laporan petugas UPT PLK Kampus X yang berjumlah 156 kasus dari 291 kasus. Hasil penelitian menyatakan 54.3 kecelakaan non-sivitaskampus, 60 adalah kecelakaan tunggal, 66 melibatkan motor, 21 terjadi diantara pukul 10.00-12.59WIB. Faktor manusia yang berkontribusi adalah 95.5 lengah, 71.8 lelah dan sisanya dipengaruhi oleh kondisi pengemudi mengantuk, tidak tertib dan kecepatan ge;40 km/jam. Sementara penggunaan APD tidak berpengaruh.Faktor kendaraan kurang berpengaruh. Faktor jalan dan lingkungan adalah 55.8 kondisi jalan yang menikung, 34.6 kondisi jalan tidak rata dan sisanya adalah kondisi jalan licin dan cuaca hujan, kondisi jalan bergelombang tidak berpengaruh.Sebanyak 78.8 korban kecelakaan mengalami luka ringan, 19.2 mengalami luka berat dan 1.9 dinyatakan meninggal. Faktor yang berpengaruh pada luka ringan adalah lengah, lelah, kecepatan ge;40 km/jam, dan kondisi jalan menikung.Faktor yang berpengaruh pada luka berat adalah lengah, kecepatan ge;40km/jam, dan kondisi jalan menikung.Faktor yang berpengaruh pada korban meninggal adalah lengah, tidak tertib, kecepatan ge;40km/jam dan kondisi jalan menikung. Disarankan agar petugas lebih meningkatkan pengawasan pada jalan menikung yang ada di kampus, mengawasi kecepatan kendaraan dan selalu menghimbau untuk berkendara dalam kondisi fit. ......This study discusses the distribution of the severity of traffic accidents on campus X 2014 2016. This study uses an observational quantitative method. The sample used in this research is total sampling, that is using all accident data that happened in Campus X year 2014 2016 with inclusion criteria that is accident data recorded in complete report of UPT PLK Campus X officer amounted to 156 cases from 291 cases. The result of the study stated that 54.3 of campus non campus accidents, 60 were single accidents, 66 involving motor, 21 occurred between 10.00 12.59WIB. The contributing human factor is 95.5 off guard, 71.8 tired and the rest is affected by sleepy, disorderly driver condition and speed ge 40 km h. While the use of PPE has no effect. Vehicle factors are less influential. Road and environmental factors are 55.8 curved road conditions, 34.6 uneven road conditions and the rest are slippery road conditions and rainy weather, wavyroad conditions have no effect.As many as 78.8 of casualty casualties suffered minor injuries, 19.2 were seriously injured and 1.9 were declared dead. Factors that affect the minor injuries are careless, tired, speed ge 40 km h, and cornering road conditions. Factors affecting severe injuries are unmindful, ge 40km h speed, and cornering conditions. Factors that affect the victim died was off guard, not orderly, speed ge 40km h and cornering conditions. It is recommended that officers improve supervision on the cornering roads that are on campus, keep an eye on the speed of the vehicle and always urge to drive in a fit state.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurwidhiyasari
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit paru obstruktif kronik PPOK menurut The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease GOLD adalah salah satu penyakit saluran pernapasan yang tidak dapat menular. Klasifikasi pengelompokan ABCD terbaru didasarkan pada gejala dan penilaian risiko eksaserbasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai klasifikasi Pengelompokan ABCD pada kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan pada pasien dengan PPOK. Metode: Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode convenience sampling pada 200 pasien dengan PPOK stabil yang mengalami PPOK selama lebih dari 3 bulan dan tanpa gagal jantung kronis grade 3 dan 4 di Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Budhi Asih dan Pasar Minggu RSUD. Gejala menggunakan COPD Assessment Test CAT dan kuesioner kualitas hidup menggunakan St George 39s Respiratory Questionnaire SGRQ. Hasil: Analisis Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,000.
ABSTRACT
Chronic obstructive pulmonary disease COPD according to The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease GOLD is one of the non communicable diseases of the respiratory tract. The latest ABCD Groupings classification is based on symptoms and risk assessment of exacerbations. The aim of this study was to assess the classification of ABCD Groupings on the quality of life associated with health in patients with COPD. Methods The design of this study used cross sectional with convenience sampling method in 200 patients with stable COPD who had COPD for more than 3 months and without chronic heart failure grade 3 and 4 at Persahabatan Hospital, Budhi Asih Hospital and Pasar Minggu Hospital. Symptoms use COPD Assessment Test CAT and quality of life questionnaires using St George 39s Respiratory Questionnaire SGRQ. Result Chi Square analysis shows that p 0,000.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Previanto Pradipta
Abstrak :
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas selalu menjadi salah satu penyebab umum cedera atau bahkan korban meninggal dunia di seluruh dunia. Kecelakaan lalu lintas tidak selamanya terjadi hanya karena kesalahan manusia, namun terkadang keadaan alam atau buruknya infratruktur seringkali menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Provinsi NTB sendiri merupakan sebuah provinsi yang baru saja dilakukan audit setelah dilakukan pembangunan jalan besar-besaran. Maka pada penelitian ini penyebab-penyebab kecelakaan tersebut akan dijadikan sebagian faktor dalam menentukan tingkat keparahan korban pada kecelakaan lalu lintas. Dengan empat buah tingkat keparahan yaitu tidak ada luka, luka ringan, luka berat, dan meninggal. Faktor yang ada akan direduksi dengan dua cara yaitu uji kolinearitas dan uji korelasi. Faktor yang berhasil melewati reduksi dan diolah model bersama tingkat keparahan secara logistik multinomial. Hasil dari regresi regresi logistik multinomial menunjukan orang yang memakai perlengkapan keselamatan berkendara secara berturut-turut pada tingkat keparahan meninggal, luka berat, dan luka ringan sebesar 0,193; 0,659; dan 0,47 lebih kecil dibanding orang yang tidak memakai perlengkapan keselamatan berkendara apapun. Orang yang tidak menggunakan perlengkapan berkendara memiliki kemungkinan meninggal lebih dari lima kali lebih besar dibanding orang yang memakai perlengkapan berkendara. hr> ABSTRACT
Traffic accidents have always been one of the common causes of injuries or even deaths in the world. Traffic accidents do not always occur only because of human error, but sometimes the state of nature or poor infrastructure is often the cause of accidents. NTB Province itself is a province that has just been audited after major road construction was carried out. So in this study the causes of the accident will be used as a part of the factors in determining the severity of victims in traffic accidents. With four levels of severity, there were no injuries, minor injuries, severe injuries, and death. The existing factors will be reduced in two ways, namely the cholinearity test and the correlation test. Factors that succeed in passing the reduction then processed by model of multinomial logistical with severity. The results of multinomial logistic regression show that people who use driving safety equipment are respectively the severity of death, serious injuries, and minor injuries of 0.193; 0.659; and 0.47 smaller than people who don't use any driving safety equipment. People who do not use driving equipment are more than five times more likely to die than people who use driving equipment.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>