Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfiar Sani
"ABSTRAK
Karya tulis dengan judul "Perencanaan pembangunan Angkutan masal di Jakarta"atau yang dikenal dengan istilah MRT ( Mass Rapid Transit) dengan menggunakan Subway mengupas tentang suatu kemungkinan pembangunan sistem MRT ini JABOTABEK, khususnya di DKI Jakarta.
Dalam mengulas hal ini dibagi atas beberapa Bab;
Bab I Latar belakang wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya
(JABOTABEK) ;
a. Geology daerah Jabotabek;
Kondisi geology dan tanah, melihat kemungkinan bisa dibangunnya sistem Subway
b. Keadaan sosial dan ekonomi penduduk DKI Jakarta;
Kegiatan perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang mempunyai dampak terhadap kebutuhan jasa angkutan
c. Kompisisi dan kebijaksanaan angkutan di Jakarta;
Jasa angkutan apa saja dan bagaimana peranannya dalam melayani penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya.
d. Sistem angkutan dinegara berkembang;
Sebagai bahan perbandingan dan hebatnya perdebatan yang dilakukan untuk memilih jenis angkutan masal yang akan digunakan, karena diperlukan dana investasi cukup besar sedangkan sumber dana masih tanda Tanya.
e. Alternatif angkutan dan aspek ekonomisnya;
Harus kita lihat model angkutan yang hemat energy, kurang polusi, aman dan bagaimana mendapatkan biaya untuk membangunnya.
Bab II Aspek keuangan dalam pembangunan MRT;
Baik dinegara berkembang maupun negara maju, bagaimana kriteria investasi untuk membangun MRT ini, karena biaya investasi yang besar sedangkan pengembaliannya tidak mungkin secara ekonomis.
Bagaimana perbandingan penghasilan dan biaya operasi di negara yang mempunyai angkutan masal
Bab III: Suatu kemungkinan angkutan masal (Subway) di Jakarta;
Hubungan antara perkembangan kota dan sistem angkutannya selama ini, bagaimana pemecahan permasalahan sistem angkutan dan alternatifnya.
Mengoptimalkan formasi jaringan dan memanfaatkan sistem yang sudah ada serta memilih jenis angkutan yang sesuai.
Bagaimana seharusnya melakukan pemilihan sistem angkutan, pemilihan jalur, sistem pengumpan, pemilihan MRT dan melihat keunggulan "Subway" dibandingkan angkutan masal lainnya.
Bab IV: Mass Rapid Trasit "Subway" di Jakarta;
Perkembangan Subway didunia dan bagaimana rencana jika Subway ini dikembangkan di Jakarta.
Bagaimana metoda konstruksi, perencanaan stasiun, pro ses implementasi, pembiayaan konstruksi, besar biaya konstruksi dan bisnis sampingan yang mungkin bisa dilakukan bila sistem ini terlaksana."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hans Ellert
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penerapan transit oriented development TOD yang ada di Jakarta. Pembahasan dimulai dari pengembang dan pemerintah yang mengklaim telah menerapkan konsep TOD pada kawasan mereka. Tulisan ini mencari konteks dan dampak pada kawasan di Jakarta yang telah menerapkan TOD pada pengembangannya. Saya membahas Terminal Pulo Gebang dan CBD Sudirman sebagai objek penelitian di kawasan Jakarta. Selain itu, saya juga memilih Koridor Rosslyn-Ballston sebagai pembanding studi kasus dalam penelitian ini. Pembanding diperlukan untuk melihat perbedaan konteks yang ada, dan bagaimana TOD diimplementasikan pada perencanaan di setiap kawasan. Penerapan TOD pada kedua daerah memiliki perbedaan konteks berupa regulasi, latar belakang pembangunan, dan struktur pengembangan kawasan. Diperlukan kerja sama pemerintah dan pengembang untuk mengatur zonasi dan fasilitas yang ada dalam kawasan untuk memastikan kawasan TOD berjalan dengan baik.

ABSTRACT
This research discuss about the implementation of TOD in Jakarta. This study starts from developers and governments claim have implemented this development concept in their project. This writing seeks the context and impact in Jakarta which have implemented TOD to its building development. This study uses Terminal Pulo Gebang and CBD Sudirman as the object of research in Jakarta. Moreover, I use Rosslyn Ballston Corridor as a comparison of case studies in this study. Comparison is required to know the context difference, and how it is implemented in planning in each region. TOD implementation in these two have some context difference such as regulation, development background, and regional development structures. Cooperation between government and developer is needed to organize zoning and facilities within the TOD rsquo s area to ensure the implementation works based on its context."
2017
S67343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Mary Thalia Travelita
"ABSTRACT
Menunggu terjadi diantara kegiatan dan berbagai jenis aktivitas seseorang, tidak terkecuali saat akan menggunakan transportasi publik. Menunggu kerap diasosiasikan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, yang salah satunya diakibatkan oleh ruang tunggu yang tidak mengakomodasi kegiatan menunggu yang aman dan nyaman, dimana manusia berperan pasif dalam kegiatan tersebut. Menunggu aktif merupakan sebuah prinsip yang melihat kegiatan menunggu yang berfokus kepada tujuan atau hasil yang ditunggu dari kegiatan menunggu, dan proses menunggu yang dilalui. Melalui studi literatur tentang menunggu aktif dan bagaimana ruang tunggu mengakomodasi menunggu aktif, skripsi ini akan membahas hasil pengamatan serta analisis studi kasus pada Terminal 3 Keberangkatan Domestik, Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dari studi dan analisa, skripsi ini menemukan bahwa menunggu aktif da n ruang yang dapat mengakomodasi kegiatan menunggu aktif dipengaruhi oleh gerak tubuh, waktu, elemen interior, pengalaman, dan ekspektasi seseorang.

ABSTRACT
Waiting happens in between activities of a man life, including when someone is about to use the public transportation. It is often associated as an unpleasant activity, and one of the reasons of the association is the inability of the waiting room to accommodate a safe and comfort waiting experience for the passengers, which passively take part. Active waiting is a principal in which waiting is seen as an activity that have a balance focus on achieving what is expected as the goal of waiting and on experiencing the whole process itself. According to the literature study, this thesis aim to examine the activity of waiting and analyze how the waiting room accommodates active waiting that take place on the 3rd Terminal of Soekarno Hatta International Airport in Jakarta. As the study and analysis conducted, it is found that active waiting and body movement affects active waiting room, time, interior element, experience and the expectations of every passenger. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceder, Avishai
Boca Raton (Fla.): CRC Press, 2016
388.406 8 CED p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Amira
"ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk memahami bagaimana sebuah story dapat digunakan sebaga metode baru dalam merancang sebuah sistem untuk arsitektur. Penelusuran dimulai dengan mempelajari sampah dan dampaknya terhadap mayarakat baik secara spasial, sosial, dan kultural. Dimulai dari pernyataan Waste in Transit, sampah dilihat sebagai suatu benda yang nilai gunanya sudah hilang atau berkurang. Dengan pemetaan akan siklus sampah, ditemukan suatu keadaan di mana benda menjadi transit terkait dengan posisi, material dan perlakuan manusia yang menyebabkan terbentuknya ruang transit. Ruang transit dapat menghasilkan pertukaran sosial yang kemudian digunakan sebagai basis dalam perancangan sebuah prototipe sistem transit guna menjawab akan kebutuhan arsitektur zero waste.

ABSTRACT
This undergraduate final project thesis aims to understand how a story can be used as a new method in designing a system for architecture. The process begins by studying waste and its impact on society both spatially, socially, and culturally. Starting from the Waste in Transit statement, garbage is seen as an object whose useful value is lost or diminished. With the mapping of waste cycle, a condition is found in which objects transit in relation to the position, material and human treatment resulting in the formation of transit space. Transit space can generate social exchange which is then used as a basis in designing a prototype transit system responding to the needs of zero waste architecture."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sondy Pandapotan
"

Kawasan berbasis transit dengan pengembangan lahan guna campuran yang ditujukan untuk memberi dorongan terhadap penggunaan transportasi transit publik oleh populasinya, seringkali hanya berfokus pada pengaturan tata ruang saja. Sementara utilitas seperti jalur pejalan kaki hanya dianggap sebagai komponen pelengkap. Walaupun sebenarnya bentuk transportasi mendasar dan satu-satunya cara untuk berganti moda transportasi pada area transit adalah dengan berjalan kaki. Salah satu parameter untuk mengukur kesuksesan sebuah kawasan yang dikembangkan dengan berbasis transit adalah adanya aktivitas-aktivitas di dalam lahan guna campuran yang terhubung dengan berjalan kaki. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara komponen berjalan kaki atau aspek-aspek dari jalur pejalan kaki yang mempengaruhi tingkat penggunaan transportasi transit public. Ruang lingkup penelitian adalah jalur-jalur yang menghubungkan Stasiun Kereta Duren Kalibata dengan Apartemen Kalibata City. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, penggunaan kereta komuter pada Stasiun Duren Kalibata memiliki persentase penggunaan 34.02% dari total moda perjalanan non kendaraan pribadi. Dan dengan salah satu analisa dengan menggunakan analisa regresi linear. Hasil analisa merupakan permodelan dengan bentuk persamaan Y=-0.575-0.021(X1)+4.825(X2)-0.164(X3)+2.154(X4) dimana variabel-variabel bebasnya merupakan X1 = jarak perjalanan, X2 = lebar jalur, X3 = hambatan dan X4 = diskontinuitas jalur. Namun dari persamaan ini masih bersifat tidak signifikan dan pada uji t ditemukan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan transportasi transit pada kawasan Stasiun Duren Kalibata hanyalah komponen jarak tempuh (X1). Untuk memodelkan representasi yang lebih baik penggunaan komponen jarak tempuh dapat dikombinasikan dengan komponen-komponen jalur pejalan kaki lainya yang masih memerlukan identifikasi lebih lanjut.


Transit development area which supported by the development of mixed-use spatial to encourage the population using transit transportation often focused in spatial arrangement and development. While the transportation utility such as pedestrian way only considered as supporting component. Even though walking is a form of basic transportation and the only way to change mode of transportation in transit area. Multiple actitivities at mixed-use spatial connected by walking distance is one of parameters to a successful transit oriented development area. This study meant to analyze the connection between walking component or aspects of pedestrian way influence the rate of use from public transit transportation. The scope of this study is pedestrian lanes that connecting Duren Kalibata Train Station and Kalibata City Apartment. Survey counting, observation and measurement was used to collect data. Based on survey that has been done, the usage of commuter line at Duren Kalibata Train Station is 34,02% from total of non-private vehicles. Analyzing method being used is multiple linear regression formulate equation Y=-0.575-0.021(X1)+4.825(X2)-0.164(X3)+2.154(X4) as a result for public transit transportation rate of use at Duren Kalibata Train Station with components from pedestrian way from literature study used as independent variable: trip distance (X1), sidewalk width (X2), obstacles (X3) and lane absence (X4). Although this equation model has variables with low significance and from t-stat value test, it shows that only trip distance that has big influence for public transit transportation rate of use at Duren Kalibata Train Station. To formulate a better model that represent the condition on how pedestrian way influence the usage rate of transit transportation, trip distance can be used combined with other pedestrian way`s components that will need to be further identified.

"
2019
T53333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradika Ayu Pratiwi
"Ruang transit menjadi salah satu tempat beraktivitas yang sering digunakan oleh kaum perempuan. Di dalamnya terdapat peluang yang mempertemukan perempuan dengan orang-orang asing, bukan pada interaksi antar individunya tetapi hanya sebatas pada tujuan akhir mereka. Berkaca pada hal tersebut, ruang transit seharusnya dapat memberikan rasa aman bagi penggunanya. Namun yang terjadi, sistem yang ada pada ruang transit tidak selalu menjamin keselamatan dan keamanan dari aktivitas para perempuan. Akibatnya, potensi kerapuhan yang ada pada perempuan dapat berkembang menjadi rasa takut. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu pemicu rasa takut dan strategi yang digunakan untuk menciptakan rasa aman pada perempuan dalam beraktivitas di ruang transit. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan penelitian dengan metode analisis kasus melalui pendekatan kualitatif. Hasil yang didapat ternyata menunjukkan jika rasa takut muncul akibat ketidakteraturan yang dimulai oleh pelanggaran terhadap aturan yang dibuat dalam sistem, sehingga menyebabkan citra lingkungan menjadi tidak baik. Selain itu, ditemukan pula bahwa kontrol teritorial melalui pendefinisian inside akan rasa aman, menjadi salah satu cara yang sering ditempuh sebagai langkah preventif yang digunakan perempuan dalam melindungi dirinya di ruang transit. Mereka mencoba melindungi diri dengan membuat critical distance yang tidak dapat dimasuki oleh orang lain.
......
Transit area becomes a place, which is frequently used by women. It poses an opportunity for women to be with strangers not on their interaction but only on their final destination. Reflecting on that statement, the transit area should be able to provide security for its users. Instead, system in transit area is not always guarantee the safety and security of women?s activity. The case can develop vulnerability of women into a fear. The aim of this sciencetific writing is to find out the cause of fear and strategies that used to create women's sense of security on their activity in transit area. For achieving it, this scientific writing used method of case analysis through qualitative approaches. The result showed that the fear appears due to the disorder, which is started by violation of the rules then causes a bad image of the environment. Moreover, it also found that territorial control trough defining inside for security, becomes a preventive strategy that used by women to protect themselves in transit area. They try to protect themselves by making critical distance which can not entered by others."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muhammad Fajri
"Banyak pemerintah pusat maupun daerah saat ini mengembalikan fokus strategi pembangunan mereka kepada kebijakan peningkatan transportasi publik untuk menanggulangi dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi dari kemacetan lalu-lintas kendaraan bermotor di kota-kota mereka. Dengan tujuan tersebut, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memutuskan untuk membangun Light Rail Transit LRT di Kota Palembang dengan jalur dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin SMB II sampai ke kawasan Jakabaring. Namun, apakah pembangunan LRT di Kota Palembang cukup untuk mencegah terjadinya kemacetan total pada tahun 2019 dan apakah LRT Palembang akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Palembang yang telah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum eksisting? Dengan dasar pemikiran ini, diadopsi teori Transit Oriented Development TOD pada penelitian ini sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut. Penelitian ini berfokus pada analisis potensi penerapan konsep TOD pada kawasan Stasiun Simpang Polda LRT Kota Palembang dengan menggunakan beberapa indikator pengukur lsquo;TOD-ness rsquo; dari beberapa penelitian terdahulu dan TOD Standard oleh ITDP. Menggunakan 8 indikator pengukur potensi yang baru, penilaian potensi penerapan konsep TOD pada kawasan Stasiun Simpang Polda LRT Kota Palembang menunjukkan bahwa kawasan transit ini memiliki cukup potensi untuk diterapkannya konsep TOD dengan menerapkan beberapa rencana pengembangan pendukung konsep TOD.

Many central and local governments are now restoring the focus of their development strategy to public transportation improvement policies to address the health, social and economic impacts from traffic congestion in their cities. With this goal, the government of South Sumatera Province decided to build Light Rail Transit LRT in Palembang City with the route from Sultan Mahmud Badaruddin II Airport to Jakabaring area. However, is the development of LRT in Palembang city enough to prevent total traffic congestion in 2019 and whether LRT Palembang will be utilized by the people of Palembang City who have been accustomed to using private vehicles and public transportation existing With this rationale, the Transit Oriented Development TOD theory was adopted in this study as the answer to those questions. This study focused on analyzing the potential application of the TOD concept on the Simpang Polda Station Area by using several 39 TOD ness 39 measurement indicators from some previous research and TOD Standard by ITDP. Using 8 new potential indicators, the assessment of the potential application of the TOD concept on the Palembang City LRT Simpang Police Station showed that this transit area has enough potential for the implementation of the TOD concept by applying several supporting development plans."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Dimas Nugroho
"Manggarai adalah sebuah daerah yang terkenal atas dua hal: Kedudukannya dalam kota Jakarta sebagai simpul besar transportasi umum Jakarta, dan keberadaan daerah Pasar Rumput, yaitu suatu kawasan komersil yang memiliki ikatan erat dengan penjualan barang bekas berupa toilet, perabotan, kendaraan roda, dll. Maka, daerah Manggarai cocok untuk dibangun menjadi daerah TOD (Transit Oriented Development), yang mengedepankan mobilitas rakyat menggunakan transportasi alternatif, seperti kendaraan umum, ridesharing, dan berjalan kaki. Namun, lingkup daerah TOD Manggarai cukup luas dan hampir melebihi batas kenyamanan pejalan kaki. Oleh karena itu, dinilai dibutuhkan bantuan untuk menyukseskan penghubungan seluruh daerah Manggarai demi mewujudkan TOD yang baik. Bantuan ini diusulkan dalam bentuk menyediakan pusat mobilitas mobii.us yang memanfaatkan aspek komersil kendaraan roda lokal Manggarai untuk menyediakan opsi transit.
......
Manggarai is an area known for two things: Its position in Jakarta as one of the major transit hubs of the city, and the presence of Pasar Rumput, a grassroots commercial area with strong connections to secondhand items such as sanitary items, furniture, transportation, etc. Therefore, Manggarai is considered suitable for development into a TOD (Transit Oriented Developmen) area, which prioritises mass mobility using alternative means of transportation such as mass transit, ridesharing, and walkability. However, the size of the Manggarai TOD Area is considered borderline too large to be fully traversable by foot. Thus, the Manggarai TOD Area requires transportation alternatives within the area itself to support the growth of the far reaches of the TOD. This alternative solution is provided by the mobii.us Mobiluty Hub, connecting the secondhand transport availability in the local area with the need for faster and easier transport within Manggarai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Rahadiani Maheswari
"ABSTRACT
Ruang transit yang ditujukan untuk mengakomodasi banyak orang seringkali dimaknai hanya sebatas fungsi tanpa memikirkan pengalaman ruang dan dampak psikologis terhadap penghuninya, sehingga individu tidak memiliki relasi/memori tertentu terhadap ruang transit tersebut. Padahal, elemen-elemen pembentuk ruang tersebut saling terkoneksi dan membentuk dialog ruang yang berperan menyukseskan penyampaian pesan ruang kepada individu tidak hanya sebagai perantara namun juga pembentuk atmosfer ruang. Sehingga proses transit menjadi humanis. Ruang transit penting sebagai ruang interaksi yang mengakomodasi beragam aktivitas. Untuk memungkinkan hal ini terjadi, masyarakat sebagai subjek aktivitas ini menjadi sakral untuk diperhatikan. Hal ini tidak lain adalah untuk membangun koneksi antara ruang transit dan pengguna ruang transit dengan menciptakan pengalaman menunggu yang akan melekat pada memori mereka. Di dalam lingkup ruang transit, terdapat elemen-elemen transisi yang berperan sebagai pemisah ruang yang menegaskan batas-batas antara ruang yang dialami oleh pejalan kaki dalam konteks jalan dan kota streetscape, dengan interior ruang transit yang melingkupi segala aktivitas di dalamnya. Namun di sisi lain, elemen-elemen transisi ini juga berperan sebagai penguat relasi antara inside dan outside dari ruang transit itu sendiri. Salah satu dari elemen-elemen tersebut, adalah Threshold. Pada fasilitas transit, threshold menjadi elemen utama yang mendukung fungsinya sebagai ruang transisi dan mengkoreografi pegalaman ruang. Namun demikian, ia juga memiliki potensi sebagai pembentuk relasi dengan ruang di sekitarnya, misalnya antara interior-eksterior dan juga dengan ruang kota. Sehingga, pada hubungannya dengan ruang kota, threshold memiliki peran penting sebagai elemen yang menjalin konektivitas antara fasilitas transit dengan konteks kota di sekitarnya yang dapat pembentuk pengalaman manusia dan memicu hadirnya aktivitas publik yang beragam. Riset ini bertujuan untuk menelaah ruang threshold pada konteks ruang transit, melihat sistem hubungan, potensi serta kemungkinan yang tercipta dari relasi antara ruang transit dan ruang kota. Skripsi ini memberikan interpretasi baru pada threshold sebagai ruang antara yang kerap kali tidak terbahas potensinya dalam wacana ruang publik. Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kajian literatur, studi preseden dan observasi lapangan.

ABSTRACT
Transit spaces which are intended to accommodate many people, are often interpreted only as functional without considering the experience of space and its psychological impact on the inhabitants, so that individuals do not have a certain relation memory of the transit space. In fact, the spatial elements that are connected to one another and to its environment of the transit space can form a dialogue of space that plays a major role in the successful delivery of message and meaning to individuals. Hence these element serve not only as an intermediary but also in the creation of the atmosphere within. This is when the transit process becomes humane. The importance of the transit space is to accommodates interaction for the community it surrounds, a place that accommodates diverse activities. To allow this to happen, society as the subject of this activity becomes sacred to be noticed. This is done to establish a connection between that transit space and its users by creating a meaningful waiting experience that will be attached to their memory. Within the sphere of transit space, there are transitional elements that act as space dividers that define the boundaries between the space experienced by pedestrians mdash in the context of the road and the city streetscape mdash and with the interior of the transit spaces encompassing all the activities within them. But on the other hand, these transitional elements also act as a reinforcing relation between the inside and outside of the transit space itself. One of these elements, is Threshold. Threshold is a choreographer of spatial experience, as an element that embodies the transition, because it separates and connects boundaries, and regulates space sequences. Threshold can also be interpreted as the in between condition of interior and exterior and has the characteristics of both, so that there can be ambiguity on the quality of space.in the other hands, it also has the potential to create relation to its surrounding. For example, relation between interior exterior and the urban environment. For that reason, threshold has a key role to create connectivity between transit facilities and urban environment and generate individuals spatial experience and activities. This research aims to examine threshold spaces in the context of transit space, to see the relationship of its system, its potential and possibilities created from the relationship between transit space and cityscape. This study provides a new interpretation of the threshold as the space in between which its potential often not discussed in public space discourse. Qualitative research is conducted through literature review, precedent study and field observation. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>