Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gerhard Rumintar
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh tingkat akrual dalam laba perusahaan terhadap
tingkat pengembalian saham di Pasar Saham Indonesia (IDX) dengan
menggunakan data dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa akrual memiliki hubungan negatif terhadap tingkat
pengembalian saham. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa bahwa
teknik pemilihan saham berdasarkan tingkat akrual bisa digabungkan dengan
konsep value stock dan growth stock. Penggabungan dari strategi pemilihan saham
tersebut menghasilkan tingkat portofolio yang lebih menguntungkan

ABSTRACT
This study examined the effect of accrual level in firm?s earning on stock return in
Indonesia Stock Exchange (IDX) using data from 2010 to 2014. The results of this
study indicate that accrual has a negative relation to stock return. In addition, the
magnitude of that negative relation is bigger when value stock and growth stock are
used as moderating variables. This study also finds that stock screening technic
according to accrual level can be combined with value stock and growth stock
concept. Results show that this combined strategy can generates higher return of
portfolio.
"
2016
S63044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Handriyanto
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja tingkat pengembalian/return dari saham saham yang digolongkan sebagai value stock dan growth stock pada Bursa Efek Jakarta dalam berbagai kondisi ekonomi dimulai pada periode awal Januari tahun 1996 sampai dengan periode akhir Desember 2002.
Langkah awal adalah Permbentukan portfolio yaitu Portfolio Value Stock dan Portfolio Growth Stock pada saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta, dimana kedua jenis portfolio ini dibentuk berdasarkan Book-Value-to-Market-Value Ratio (BV/MV). Book-Value saham diambil dari total nilai ekuitas para pemegang saham dalam laporan keuangan tahunan perusahaan berupa neraca (Balance sheet). Sedangkan Market-Value berasal dari nilai pasar saham dikalikan dengan iumlah saham vang beredar (share-outstanding). Selanjutnya Book-Value dibagi dengan Market-Value dimana hasil pembagian di rangking mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil,.serta dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok 15% teratas, 70% tengah dan 15% terbawah.
Saham value stock dibe.ntuk berdasarkan rasio High Book to Market (H B/M) dengan komposisi 15% teratas, sementara untuk saham growth stock dibentuk dari rasio Low Book to Market (L B/M) dengan komposisi 15% terendah. Kinerja dari saham value stock dan growth stock adalah terfokus pada tingkat pengembalian!return dari masing-masing saham tersebut, yang dihitung berdasarkan tingkat pengembalian/Return Bulanan. Return Efektif Tahunan dan Return Nominal Tahunan.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan rangking pengelompokan antara BookValue dengan Market-Value, maka setiap enam bulan yaitu pada bulan Januari dan Juli selama periode pengujian dilakukan kembali pengelompokan portfolio tersebut. Sistem pembobotan yang digunakan dalam membentuk portfolio ini adalah equally-weighted portfolio, atau dengan kata lain bobot saham yang digunakan pada masing-masing portfolio adalah sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh bobot investasi dalam penilaian kinerja portfolio, sehingga pengaruh tingkat pengembalian dari setiap perusahaan terhadap kinerja portfolio menjadi jelas.
Tingkat pengembalian/return yang dihasilkan oleh value stock dikenal dengan Value Strategy/Value Premium dimana return rata-rata dari value stock mengungguli return dari growth stock. Untuk membuktikan adanya value premium pada Bursa Efek Jakarta, maka dilakukan dengan serangkaian uji statistik untuk menentukan apakah ada eksistensi dari value premium dan juga konsistensinya selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2002. Hasilnya menyatakan bahwa value premium hanya eksis pada periode sebelum krisis moneter yaitu dari Januari 1996 sanipai dengan Juni 1997, setelah itu tidak terlihat lagi eksistensi value premium sepanjang sisa periode penelitian.
Tingkat pengembalian/return dari value stock dan growth stock juga dikaitkan dengan variable perubahan dari Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Juga dari tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) untuk melihat korelasi antara ketiga unsur tersebut. Uji statistik dilakukan dengan metode single factor dan multi factors.
Uji statistik single factor yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI terlihat korelasi yang rendah 14,7% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 26, 7%. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI lebih berpengaruh pada saham growth stock.
Sementara untuk uji statistik single factor yang dilakukan value stock dengan variable IHSG terlihat korelasi yang rendah 27,6% sementara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih baik yaitu sebesar 58,8. hal ini menyimpulkan bahwa perubahan IHSG mempunyai hubungan yang positip dan signifikan, dengan catatan basil yang lebih signifikan justru terjadi pada saham growth stock.
Uji statistik multi factors yang dilakukan oleh value stock dengan variable SBI dan IHSG terlihat koefisien korelasi sebesar 28% dengan signifikansi yang paling berpengaruh lldalah IHSG ( signifikasi level = 10% ). Semen tara untuk growth stock koefisien korelasi ternyata hasilnya menunjukan lebih besar yaitu sebesar 53,1 %, dengan signifikansi yang paling berpengaruh adalah IHSG (signifikasi level= 5%)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T11779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunika Murdayanti
"Penelitian ini menjelaskan tentang strategi investasi saham yang menggunakan strategi value dan strategi momentum serta interaksinya terhadap perusahaan-perusahaan go public di BEJ selama periode 1998 - 2001. Strategi tersebut dipilih dikarenakan perbedaan yang saling bertolak belakang dalam melakukan analisa pemilihan saham. Strategi value adalah strategi pemilihan saham dengan mencari harga saham di pasaran lebih kecil dibandingkan dengan nilai fundamendal dan strategi momentum adalah strategi pemilihan saham dengan harga saham yang dimiliki di pasaran rata-rata tinggi.
Penelitian ini mengambil sampel seluruh perusahaan yang go public di BET selama periode 1998 - 2001. Jumlah keseluruhan perusahaan yang listing-di BET selama periode tersebut sebesar 255 perusahaan dengan melakukan pemisahan perusahaan berdasarkan sektor keuangan dan sektor non keuangan dan juga melakukan peniisahan berdasarkan size. Rasio yang digunakan sebagai variabel pada strategi value adalah BIM dan EIP dan pada strategi momentum digunakan variabel return.
Pada pengujian yang telah dilakukan diketahui hasil pengujian bahwa BIM dan EIP tinggi memiliki return rendah, beta rendah, dan terdapat pada perusahaan kecil, begitu jugs sebaliknya BIM dan EIP rendah memiliki return tinggi, beta tinggi, dan terdapat pada perusahaan besar. Dengan demikian winners ditunjukkan dengan low BIM dan low EIP sedangkan losers ditunjukkan dengan high B/M dan low E/p. Pengujian selanjutnya memiliki hasiI yang tidak signifikan bahwa return perusahaan kecil adalah positif dan bukan negatif pada bulan januari sedangkan perusahaan besar memiliki return yang positif pada bulan januari dengan hasil signifikan menerima hipotesa alternatif Pengujian terakhir menjelaskan interaksi pada strategi value dan strategi momentum yaitu (1) strategi value signifikan bekerja pada loser firms dibandingkan dengan winner firms, dan (2) strategi momentum bekerja secara signifikan pada expensive firms dibandingkan cheap firms."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikral Bima E
"Efektivitas dan eksistensi value premium belakangan ini dipertanyakan karena kinerja growth stock sering kali lebih unggul dibandingkan value stock. Penelitian ini mengeksplorasi eksistensi value premium di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2023 dengan menggunakan konsep Value Premium, Efficient Market Hypothesis, dan Bias of Growth Opportunity. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi T-Test dan Uji Mann-Whitney U Test. Hasilnya menunjukkan bahwa value stock tidak secara konsisten mengungguli growth stock, sehingga tidak terdapat eksistensi value premium di BEI pada periode tersebut. Investor disarankan untuk tidak hanya mengandalkan klasifikasi saham value dan growth, tetapi juga menggunakan strategi diversifikasi sektor.

The effectiveness and existence of the value premium have recently been questioned as growth stocks often outperform value stocks. This study explores the existence of the value premium in the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the 2013–2023 period using the concepts of Value Premium, Efficient Market Hypothesis, and Bias of Growth Opportunity. The analysis methods employed in this research include the T-Test and Mann-Whitney U Test. The findings reveal that value stocks do not consistently outperform growth stocks, indicating the absence of a value premium in the IDX during the analyzed period. Investors are advised not to rely solely on the classification of value and growth stocks but to adopt sector diversification strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Dewata
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis value versus growth stock menggunakan price to earning ratio dan earnings growth dalam berinvestasi. Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian emiten yang terdaftar pada Bursa Efek pada periode 2006 sampai dengan 2016 dan jumlah sampel 2.102. Variabel dependen pada penelitian ini adalah return saham, variabel independen adalah market free risk, small minus big SMB , high minus low HML dengan variabel kontrol price to earning ratio dan earnings growth rate. Terdapat dua model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Capital Asset Pricing Model CAPM dan Fama French Three Factors. Hasil; 1 Price to Earning Ratio tidak dapat digunakan dalam menentukan strategi investasi antara growth stock dan value stock, 2 Price to Earning Ratio dan earnings growth tidak dapat digunakan dalam menentukan investasi antara undervalued value stock dan overvalued growth stock. Walaupun tidak terdapat strategi investasi jika dilihat dari invidiual stock, investor dapat melakukan investasi dengan portofolio undervalued value stock.

ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze value versus growth stock using price to earning ratio and earnings growth in the course of investing. This research was conducted with research sample of listed companies in Stock Exchange in period 2006 until 2016 and sample number 2,102. The dependent variable in this research is stocks returns and the independent variable are market free risk, small minus big SMB , high minus low HML with the control variable are price to earning ratio and earnings growth rate. There are two models used in this research, that are Capital Asset Pricing Model CAPM and Fama French Three Factors. Result 1 Price to Earning Ratio can not be used to determine investment strategy between value stock and growth stock, 2 Price to Earning Ratio and earnings growth can not be used to determine invesment strategy between undervalued value stock and overvalued growth stock. On the other side, investor can make undervalued value stock as investing strategy."
2017
S68328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard William
"Beberapa literatur menunjukkan bahwa merjer dan akuisisi umumnya memberikan efek negatif terhadap perusahaan yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat efek merjer dan akuisisi pada performa perusahaan sektor keuangan dalam jangka pendek dan menengah. Berdasarkan jenis merjer dan akuisisi yang dilakukan, performa perusahaan diukur dari profitabilitas, enterprise value (nilai perusahaan), dan pengembalian saham. Sampel pada penelitian ini berjumlah 165 transaksi merjer dan akuisisi yang melibatkan perusahaan sektor keuangan yang terjadi di Amerika Serikat selama periode Januari 2009 hingga Januari 2019. Menggunakan regresi linear berganda, penelitian ini menemukan bahwa M&A konglomerat terbaik dalam meningkatkan performa jangka pendek, sedangkan M&A horizontal terbaik dalam meningkatkan performa jangka menengah.

Some literature indicates that mergers and acquisitions generally have a negative effect on the companies involved. This study aims to analyze whether there is an effect of mergers and acquisitions on the performance of financial sector companies in the short and medium term. Based on the types of mergers and acquisitions carried out, company performance is measured by profitability, enterprise value (company value), and stock returns. The sample in this study totaled 165 merger and acquisition transactions involving financial sector companies that occurred in the United States during the period from January 2009 to January 2019. Using multiple linear regression, this study found that conglomerate M&A was the best in increasing short-term performance, while horizontal M&A was the best in improving medium-term performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Budiardjo
"Tesis ini meneliti untuk melihat secara statistik sejauh mana keputusan investasi, kebijakan dividen dan keputusan pembelanjaan yang dicerminkan dari rasio-rasio return on assets (ROA), dividend payout ratio (DPR) dan debt to equity (DE) mempunyai penganih terhadap value of stock yang diukur dengan rasio price to book value (PBV).
Hasil empiris dari penelitian yang diperoleh dengan menggunakan paket program Statistical Package for the Social Science (SPSS) ini menunjukkan bahwa:
1) Variabel bebas ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan variabel tidak bebas PBV, dengan anggapan faktor-faktor lain tetap konstan. Hasil ini' memberi indikasi bahwa investor di pasar modal Bursa Efek Jakarta (BEJ) memperhitungkan faktor profitabilitas keputusan investasi perusahaan emiten.
2) Bahwa variabel bebas DE dan DESQR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan variabel tidak bebas PBV, dengan anggapan faktor-faktor lain konstan. Hasil ini memberi indikasi bahwa ternyata investor juga memperhatikan keputusan pembelanjaan yang tercermin dari komposisi hutang dan modal sendiri dari perusahaan emiten.
3) Adanya kecenderungan peningkatan nilai perusahaan, jika perusahaan meningkatkan komposisi DE ratio, yang dianggap memicu informasi positif bagi calon investor. Akan tetapi dari pengamatan atas variabel DESQR, menunjukkan bahwa sampai batas slope = 0 akan terjadi penurunan PBV. (harga saham turun yang dampalmya juga PBV turun)
4) Bahwa variabel bebas DPR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan variabel tidak bebas PBV, dengan anggapan faktor-faktor lain konstan. Hal ini berarti bahwa ternyata investor kurang memperhatikan kebijakan dividen perusahaan emiten, yang tercermin dari proporsi dividen yang dibayarkan dan laba yang ditahan.
5) Uji statistik keseluruhan menyatakan bahwa paling tidak variabel bebas ROA, atau variabel bebas DPR atau variabel bebas DE dan DESQR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas PBV. Hal ini berarti bahwa walaupun angka R2 kecil yaitu rata-rata 24%, maximum 40%, minimum 11% dan standar deviasi 10%, tetapi menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel-variabel bebas dan variabel tidak bebas, yang signifikan, tidaklah secara kebetulan.
Melihat kecilnya nilai R2 dari hasil penelitian tersebut, disadari bahwa banyak faktor-faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi PBV, yang termasuk di dalam residual variable. Faktor-faktor ini yang cukup besar pengaruhnya yaitu misalnya fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya US dollar, kebijakan moneter ketat atau longgar yang diterapkan oleh Pemerintah, isue-isue politik, kebijakan keuangan perusahaan dalam menambah atau menarik saham yang beredar di masyarakat, atau peraturan akuntansi yang berlaku.
Selain itu terdapat kelemahan akan hasil yang dicapai dalam penelitian ini, yang mungkin disebabkan:
1) Bahwa dalam pengambilan sampel data tanpa dilakukan penyesuaian akuntansi terhadap laporan keuangan untuk menghitung variabel-variabel secara tepat.
2) Bahwa dalam penelitian ini tidak meninjau interaksi antara keputusan investasi, keputusan pembelanjaan dan kebijakan dividen.
3) Bahwa dalam penelitian ini perlu diuji kemampuan prediktif dari model yang digunakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurma Natasha Agustine
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran dampak/pengaruh Tingkat Maturitas ERM dan ESG sebagai variable moderasi terhadap kinerja keuangan, nilai dan valuasi saham Perusahaan di Asia Timur. Fokus penelitian ini adalah pada perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang industri yang sensitif, yang secara langsung terdampak oleh isu-isu ESG seperti industri minyak dan gas, kimia, pertambangan, dan logam, serta industri yang tidak sensitif seperti perbankan yang diatur secara dan diawasi secara ketat. Perhitungan Tingkat Maturitas ERM menggunakan Risk Maturity Model (RMM) yang diterbitkan oleh Risk and Insurance Management Society (RIMS) sehingga menghasilkan skor tingkat maturitas ERM dengan menggunakan skala 1-5. Sementara itu, data ESG Score, perhitungan kinerja keuangan (Return On Asset/ROA), nilai (Tobin’s Q), valuasi saham (Price to Earning Ratio/PER dan Free Cash Flow/FCF) dan data keuangan lainnya merupakan data sekunder yang berasal dari Thompson Reuters Eikon dan dikelola kembali oleh Peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat maturitas ERM dan ESG sebagai variabel moderasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Tingkat maturitas ERM dan ESG sebagai variabel moderasi pada perusahaan yang berada di industri sensitif menunjukkan adanya hubungan positif signifikan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang berada di industri tidak sensitif. Variabel moderasi ESG juga memberikan dampak positif signifikan terhadap valuasi saham Perusahaan pada industri sensitif dengan menggunakan model valuasi Price to Earning Ratio (PER). Dalam perhitungan tingkat maturitas, kami menemukan bahwa atribut pembentuk tingkat maturitas ERM Perusahaan industri sensitif, yang secara rata-rata berada di level 2 (Initial) dan 3 (Repeatable) adalah atribut Business Resiliency and Sustainability dan Uncovering Risk, sementara itu untuk industri tidak sensitif adalah Adoption of ERM approach dan Risk Appettite Management. Secara umum, Perusahaan dalam menerapkan ERM belum menunjukkan adanya pengaruh keterlibatan yang kuat dari para eksekutif dan penerapan budaya ERM secara signifikan, yang dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai Perusahaan. Kualitas ESG juga menjadi faktor penting yang akan meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan dan investor kepada Perusahaan.

The purpose of this study is to assess the impact of ERM Maturity Level and ESG as a moderating variable on East Asian companies' financial performance, value, and stock valuation. This study focuses on corporations in sensitive industries that are directly affected by ESG issues, such as oil and gas, chemical, mining, and metals, as well as nonsensitive industries like banking, which are heavily regulated and monitored. The ERM Maturity Level is calculated using the Risk Maturity Model (RMM) released by the Risk and Insurance Management Society (RIMS), which generates an ERM maturity level score on a range of 1 to 5. Meanwhile, ESG Score data, financial performance calculations (Return On Asset/ROA), value (Tobin's Q), stock valuation (Price to Earning Ratio/PER and Free Cash Flow/FCF), and other financial data are secondary data obtained from Thompson Reuters Eikon and re-managed by researchers. The research indicates that the financial performance and firm value are significantly positively influenced by the maturity level of ERM and ESG as a moderating variable. The level of maturity of ERM and ESG as a moderating variable in companies in sensitive industries exhibits a significant positive relationship that is higher than that of companies in non-sensitive industries. The Price to Earning Ratio (PER) valuation model also exhibits a substantial positive effect on the stock valuation of companies in sensitive industries when the ESG moderating variable is utilized. In calculating the maturity level, we discovered that the attributes forming the ERM maturity level of sensitive industry companies, which on average are at level 2 (Initial) and 3 (Repeatable), are Business Resiliency and Sustainability and Uncovering Risk, whereas the attributes for non-sensitive industries are Adoption of ERM approach and Risk Appetite Management. In general, the Company's implementation of ERM has not demonstrated a major impact from strong executive involvement and the application of ERM culture, which can increase financial performance and Company value. The quality of ESG is also a significant aspect in increasing stakeholder and investor confidence in the company."
Jakartaa: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library