Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggadria Iqbal Yulian
Abstrak :
Latar belakang. Insidens mual dan muntah pascaoperatif masih tinggi dan berkaitan dengan meningkatnya morbiditas. Vitrektomi merupakan operasi yang sering dilakukan dengan insidens mual muntah pascaoperatif yang cukup tinggi. Modifikasi teknik anestesi adalah salah satu cara mengurangi insidens mual muntah pascaoperatif. Kombinasi opioid dengan obat anestetik inhalasi merupakan pilihan dalam rumatan anestesia umum karena mempunyai efek sinergis. Salah satu kombinasi tersebut adalah kombinasi fentanil dan sevofluran. Perbandingan dosis kombinasi fentanil dan sevofluran terhadap timbulnya efek samping mual muntah pascaoperatif belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan insidens mual muntah pascavitrektomi antara rumatan kombinasi sevofluran 1,2% - fentanil 1,2 µg/kg/jam dengan rumatan sevofluran 2%. Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal terhadap pasien yang menjalani vitrektomi dengan anestesia umum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Mei sampai Juli 2015. Sebanyak 62 subyek diambil dengan metode konsekutif. Pengukuran mual muntah dilakukan dengan wawancara pada subyek penelitian. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Fisher sebagai uji alternatif. Hasil. Insidens mual antara kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna pada periode 0-2 jam pascaoperasi (p=0,032) sedangkan pada periode 2-6 jam insidens mual antara kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p=0,238). Insidens muntah antara kedua kelompok perlakuan pada periode 0-2 jam dan 2-6 jam pascaoperasi (p=0,236; p=0,238). Tidak ada insidens mual muntah yang terjadi pada periode 6-24 jam pascaoperasi. Simpulan. Insidens mual dalam 2 jam pertama pascavitrektomi pada kelompok rumatan sevofluran 1,2% - fentanil 1,2 µg/kg/jam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok sevofluran 2%. ...... Background. Incidence of postoperative nausea and vomiting (PONV) is high and related with high morbidity. Vitrectomy has a high PONV risk. Opioid-inhalation gas combination has been used commonly as an anesthetic maintenance and reported to have a sinergystic effect. Comparison of fentanyl-sevoflurane in a relationship of PONV incidence has not been studied yet. This study was designed to determine the difference of PONV incidence between maintenance combination of sevoflurane 1,2% - fentanyl 1,2 µg/kg/hour and sevoflurane 2%. Methods. This was a single blind randomized study in patients underwent vitrectomy in general anestheisa. The incidence of nausea and vomiting of 62 subjects were recorded. Data were collected by self report and analyzed by Chi-square and Fisher test. Results. There was a significant difference of nausea incidence between two intervention groups within 0-2 hours postvitrectomy period (p=0,032) but no significant difference within 2-6 hours postvitrectomy period (p=0,238). There was no signicant difference between two intervention groups within 0-2 and 2-6 hours postvitrectomy period (p=0,236; p=0,238). There was no nausea and vomiting incidence within 6-24 postoperative period. Conclusion. Incidence of postvitrectomy nausea within the first 2 hour postoperative period was lower in sevoflurane 1,2% - fentanyl 1,2 µg/kg/hour group than sevoflurane 2% group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Syarif
Abstrak :
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer pada pasien yang mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi. Tujuan riset ini untuk membuktikan pengaruh akupresur terhadap mual muntah akut pada pasien kanker di dua RS di Jakarta. Penelitian ini merupakan randomized clinical trial dengan metode single blind. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling dan penentuan kelompok intervensi dan kontrol dengan randomisasi alokasi subjek sederhana. Sampel penelitian berjumlah 44 responden, terdiri dari 22 responden sebagai kelompok intervensi yang dilakukan terapi akupresur sebanyak tiga kali sehari, dan 22 responden sebagai kelompok kontrol. Pengujian perbedaan penurunan rerata skor mual, muntah, dan mual muntah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji T test. Hasil penelitian menunjukkan penurunan rerata mual muntah akut setelah akupresur pada kelompok intervensi signifikan lebih besar dibanding dengan kelompok kontrol (p= 0,000; α= 0,05). Akupresur secara signifikan dapat menurunkan mual muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker yang dilakukan akupresur dibandingkan dengan kelompok kontrol. Akupresur direkomendasikan dapat diterapkan sebagai bagian dari intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami mual muntah akut akibat kemoterapi.
Acupressure is one of the complementary theraphies for patients with acute chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV). The objective of the study was to prove the effect of acupressure to acute CINV on patients with cancer at two hospitals in Jakarta. The research used randomized clinical trial with single blind method. A consecutive sampling was used as the sample collection method and simple randomization allocation subject was used to identify samples in the intervention or control group. The number of samples was 44 respondents, consisted of 22 subjects who were given an acupressure theraphy, three times a day; and the remaining was the control group. A t-test was used to examine the differences of the mean nausea and vomiting scores between the intervention and control groups. The result indicated that there is a signifant decrease of the mean acute nausea and vomiting scores after acupressure between the two groups (p= 0.000; α= 0.05). It was concluded that the acupressure can significantly decrease acute CINV on patients with cancer in the intervention group if compared with control group. Based on the findings, recommendation is directed to hospital management especially nursing management to apply acupressure as a nursing intervention to patients with acute CINV.
STIKES Cut Nyak Dhien Langsa ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Lisnawati
Abstrak :
Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami masalah utama yaitu mual muntah. Penatalaksanaan mual muntah yang tepat diperlukan untuk mengurangi mual muntah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek minyak pepermint dan kompres hangat dalam menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker. Desain penelitian ini mengggunakan quasi eksperiment dengan rancangan pre post test with control group, pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling. Jumlah sampel yaitu 34 responden 17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol . Mual muntah diukur dengan menggunakan instrument Rhodes index Nausea, Vomitting and Retching. Uji statistik menggunakan uji non parametrik Mann Whitney test. Hasil penelitian menunjukkan adanya efektitivitas yang signifikan pada minyak pepermint dan kompres hangat dalam menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker. ......Cancer patients undergoing chemotherapy will have major problem of nausea, vomiting. Appropriate management of nausea and vomiting is needed to reduce nausea and vomiting. The aim of this study is to know the effects of peppermint oil and warm compresses in reducing nausea vomiting due to chemotherapy in cancer patients. the design of this study used quasi experiment with pre post test with control group design, sampling using concecutive sampling. Total of sample were 34 respondents 17 intervention group and 17 control group . Nausea and vomiting were measured using the Rhodes index Nausea, Vomitting and Retching instrument. Statistical test used nonparametric test of Mann Whitney. The result showed that there was a significant effectiveness of peppermint oil and warm compresses to reduction nausea and vomiting due to chemotherapy in cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Indah Fitriwati
Abstrak :
ABSTRAK
Resiko komplikasi yang terjadi saat kehamilan pada usia muda berperan dalam meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Keluhan mual muntah yang semula normal dihadapi ibu hamil menjadi keluhan yang abnormal pada ibu remaja sehingga perlu ditangani. Terapi nonfarmakologis dengan pemberian biskuit jahe madu dipilih pada studi kuantitatif ini untuk mengidentifikasi pengaruhnya dalam mengatasi keluhan mual muntah pada ibu hamil remaja. Desain penelitian menggunakan desain eksperimen semu sebelum dan sesudah perlakuan intervensi biskuit jahe madu pada ibu hamil remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan frekuensi mual muntah pada ibu hamil sebelum dan sesudah pemberian biskuit jahe madu. Rekomendasi dari penelitian ini adalah penggunaan terapi nonfarmakologis biskuit jahe madu sebagai intervensi keperawatan dalam mengatasi keluhan mual muntah pada ibu hamil remaja. Kata kunci : biskuit jahe madu; ibu hamil remaja; mual muntah.
ABSTRACT
The risk of complication that occur during pregnancy at a young age increasing maternal and infant mortality. Nausea and vomiting occur commonly during pregnancy but it will be become an abnormal complaint in adolescent mothers, so it need to be treated. Nonpharmacological therapy with honey ginger biscuits was used in this quantitative study to relieve nausea and vomiting in pregnant adolescents. Quasy experiment design was used in this study with pre and post test of control group and intervention group. The results showed that there were a difference in the frequency of nausea and vomiting of pregnant adolescents before and after consume honey ginger biscuits. The recommendation of this research is the using of ginger honey biscuits as nursing intervention to relieve nausea and vomiting in pregnant adolescents. Keyword ginger honey biscuits nausea and vomiting pregnant adolescent
2018
T49101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bona Akhmad Fithrah
Abstrak :
Latar belakang angka kejadian mual muntah pascaoperasi 20-30% pada pembedahan umum dan pada pembedahan payudara 50-65%. Salah satu cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan mual munth pascaoperasi adalah dengan pemberian cairan praoperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian cairan praoperatif Ringer Laktat 2 cc/kg bb/jam puasa untuk menurunkan angka kejadian mual muntah pascaoperasi pada pasien yang menjalani pembedahan mastektomi. Metode Dilakukan pembiusan umum pada 109 pasien ASA 1-2 yang menjalani pembedahan mastektomi. Tujuh pasien dikeluarkan, hidrasi 51, kontrol 51 sampel Pada kelompok perlakukan diberikan cairan praoperatif Ringer laktat 2 cc/kg bb/jam puasa sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Seluruh sampel tidak diberikan antiemetik. Dilakukan pencatatan angka kejadian mual muntah selama 0-1 jam pascaoperasi di ruang pulih dan 1-24 jam di ruang rawat inap. Hasil Angka kekerapan mual 0-1 jam pascaoperasi kelompok hidrasi 19,6% (10), kontrol 39,2% (20) Angka kekerapan muntah 0-1 jam pascaoperasi kelompok hidrasi 13,7% (7), kontrol 11,8% (6). Angka kekerapan mual 1-24 jam pasca operasi kelompok hidrasi 11,8% (6), kontrol 23,5% (12). Angka kekerapan muntah 1-24 jam pasca operasi kelompok hidrasi 5,9% (3) kontrol 5,9% (3). Angka kekerapan mual 0-24 jam pascaoperasi kelompok hidrasi 21,6% (11) kontrol 41,2% (21). Angka kekerapan muntah 0-24 jam pascaoperasi kelompok hidrasi13,7%(7) kontrol 13,7% (7). Risiko relatif untuk terjadinya mual muntah pascaoperasi adalah 0,52 (0,28-0,97) Kesimpulan pemberian cairan praoperatif Ringer laktat 2 cc/kg bb/jam puasa efektif untuk menurunkan angka kejadian mual pascaoperasi mastektomi pada 1 jam pertama pasca operasi. ......Background: The incidence of postoperative nausea and vomiting 20-30% in all general surgery for breast surgery 50-65%. One of non pharmacology approach using preoperative hydration. This research try to find the effectivity of preoperative ringer lactate hydration 2 cc/kg bw/fasting hour to decrease postoperative nausea and vomiting in mastectomy surgery. Method: General anesthesia perform for 109 sample ASA1-2 plan to perform mastectomy surgery. Seven samples exclude, hidration 51, kontrol 51 samples Hydration group given preoperative ringer lactate 2 cc/kg bw/fasting hour and control group none. None antiemetic given. Monitoring and recording the incidence of nausea and vomiting one hour postoperation in the recovery room and one until 24 hours in the ward. Result: The nausea incidence 0-1 hour postoperative 19,6% (hydration group) vs 39,2% (control group). The vomiting incidence 0-1 hours postoperative 13,7% (hydration group) vs 11,8% (control group). The nausea incidence 1-24 hour postoperative 11,8% (hydration group) vs 23,5% (control group). The vomiting incidence 1-24 hours post operative 5,9% (hydration group) vs 5,9% (control group) the nausea incidence 0-24 hours post operative 21,6% (hydration group) vs 41,2% (control group). The vomiting incidence 0-24 hours post operative 13,7% (hydration group) vs 13,7%(control group). Relative risk for post operative nausea and vomiting using preoperative hydration ringer lactate 2 cc/kg bw/fasting hour 0,52. Conclusion: Preoperative ringer lactate 2 cc/kg bw/fasting hour effectively reducing the incidence of post operative nausea one hour post operative.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Santi
Abstrak :
Kemoterapi menjadi pilihan pengobatan yang paling efektif dalam mengobati kanker payudara. Efek samping yang dialami hampir semua pasien kemoterapi adalah mual muntah. Teknik guided imagery merupakan salah satu dari banyak terapi komplementer yang dapat mengatasi mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara. Teknik guided imagery dapat dilakukan pada saat sedang kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas teknik guided imagery sebelum dan saat sedang kemoterapi dalam mengatasi mual muntah pada pasien kanker payudara. Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental two group pretest posttest design. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok sebelum kemoterapi dan kelompok saat sedang kemoterapi yang akan diobservasi sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada penurunan mual muntah pada kelompok sebelum kemoterapi setelah diberikan intervensi guided imageri ( p value = 0,000 ;α<0,05) dan pengaruh yang signifikan pada kelompok saat sedang kemoterapi setelah diberikan intervensi guided imagery (p value = 0,000 ; α<0,05). Dari hasil penelitian yang di dapat pada kedua kelompok kemudian dilakukan analisis untuk melihat perbedaan skor mual muntah post intevensi guided imagery sehingga didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan perubahan mual muntah setelah diberikan intervensi guided imagery pada kelompok sebelum kemoterapi dan kelompok saat sedang kemoterapi (p value = 0,814;α<0,05). Bedasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa guided imagery yang dilakukan saat sedang kemoterapi, berpengaruh signifikan dalam menurunan mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara ......Chemotherapy is the most effective treatment option in treating breast cancer. The side effect experienced by almost all chemotherapy patients is nausea and vomiting. Guided imagery technique is one of many complementary therapies that can overcome nausea and vomiting due to chemotherapy in breast cancer patients. This study aims to determine the effectiveness of guided imagery before and while chemotherapy in treating nausea and vomiting in breast cancer patients. The design of this study used a quasi-experimental two group pretest posttest design. This study used two groups, namely the group before chemotherapy and the group during chemotherapy to be observed before and after the intervention. The results of this study found that there was a significant effect on reducing nausea and vomiting in the group before chemotherapy after being given guided imagery intervention (p value = 0.000 ; <0.05) and a significant effect in the group while undergoing chemotherapy after being given guided imagery intervention (p value = 0.000 ; <0.05). From the results of the study obtained in both groups, an analysis was carried out to see the difference in the post-guided imagery intervention post-intervention nausea and vomiting so that it was found that there was no significant difference in changes in nausea and vomiting after being given guided imagery intervention in the group before chemotherapy and the group while undergoing chemotherapy (p value = 0.814;α<0.05). Based on the results of this study, it can be concluded that guided imagery, which was carried out while undergoing chemotherapy, had a significant effect in reducing nausea and vomiting due to chemotherapy in breast cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Gusnita
Abstrak :
Penggunaan kemoterapi taksan pada pasien kanker payudara dapat menimbulkan mual dan muntah. Untuk mengatasinya, pasien dapat menggunakan antiemetik golongan antagonis reseptor 5-HT3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil penggunaan antiemetik yang menyertai pemberian kemoterapi taksan serta mencari hubungan faktor yang mempengaruhi kejadian mual dan muntah terhadap keadaan pasien pasca kemoterapi. Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker payudara di ruang rawat singkat RS Kanker Dharmais selama tahun 2005 dengan menggunakan desain cross sectional yang bersifat retrospektif dan dengan cara observasional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis antiemetik dengan keadaan pasien pasca kemoterapi (p<0,05). Granisetron memiliki kemungkinan kejadian tidak muntah 1,36 kali lebih tinggi dibanding ondansetron dan 7,46 kali lebih tinggi dibanding tropisetron. Ondansetron memiliki kemungkinan kejadian tidak muntah 5,50 kali lebih tinggi dibanding tropisetron. Tidak ada hubungan antara usia, stadium kanker, siklus kemoterapi, dan jenis kemoterapi dengan keadaan pasien pasca kemoterapi.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Wardhani
Abstrak :
Salah satu pengobatan untuk limfoma non-Hodgkin adalah kemoterapi menggunakan CHOP (Siklofosfamid ,Doksorubisin, Vinkristin, Prednison). Efek samping dari kemoterapi ini adalah mual dan muntah dan hal ini dapat menggangu pengobatan karena menimbulkan ketidaknyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antiemetik pada kemoterapi CHOP, dan faktor - faktor yang mempengaruhi keadaan pasien pasca kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan bersifat retrospektif dan dengan cara observasional. Penelitian dilakukan pada pasien limfoma non-Hodgkin di Ruang Rawat Singkat RS. Kanker Dharmais selama periode Juni 2005-Mei 2006. Penelitian menunjukan bahwa pada pemberian antiemetik ternyata tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia pasien, seri kemoterapi, stadium kanker dan jenis antiemetik dengan kejadian tidak muntah pasca kemoterapi. (P>0,05). Ondansetron mempunyai kemungkinan kejadian tidak muntah 1,63 kali lebih besar dari granisetron dan 1,03 kali terhadap tropisetron. Sedangkan untuk granisetron mempunyai kejadian tidak muntah 0,64 kali lebih rendah dibanding tropisetron.
One of the medical treatment for lymphoma non-Hodgkin is chemotherapy such as CHOP (Cyclophosphamide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone ). The side effect chemotherapy is nausea and vomiting, and the side efect can interfere with the medical treatment cause to occur uncomfortable. The purpose of this research is to know the pattern of antiemetic of CHOP chemotherapy and relation between factors influenced in nausea and vomiting with post chemoterapy condition. The design of this research was cross sectional and have the quality retrospective with observational method. The research had done to lymphoma non-Hodgkin patients in one day care ward of Dharmais Cancer Hospital during June 2005-May 2006. The research shown after receive antiemetic that there was no relationship between patient?s age, chemotherapy cycles, lymphoma stages and type of antiemetic with condition of non-vomiting 1,63 times higher than granisetron and 1,03 times than tropisetron. While granisetron had possibility of non vomiting 0,64 times than tropisetron.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Sisri
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis pada anak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan nutrisi pada anak merupakan masalah yang serius karena berdampak terhadap tumbuh kembang anak serta kemungkinan kualitas hidup kurang optimal. Pemberian nutrisi enteral melalui NGT dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak, namun pemberian nutrisi melalui NGT juga dapat menyebabkan terjadinya muntah. Untuk mencegah terjadinya muntah pada anak yang diberikan nutrisi enteral melalui NGT diberikan posisi miring kanan. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui efektifitas pengaturan posisi miring kanan untuk mencegah muntah. Metode dilakukan dengan menggunakan pendekatan PICO yang dilaksanakan selama 7 minggu bulan Februari sampai bulan April 2017 pada anak yang dirawat diruang infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil didapatkan 40 anak, 20 anak diberikan posisi miring kanan kelompok intervensi 60 tidak muntah, 40 mengalami muntah. 20 anak diberikan posisi miring kiri kelompok kontrol 75 mengalami muntah dan 25 tidak muntah. Kesimpulan pengaturan posisi miring kanan dapat mengurangi muntah pada anak yang diberikan nutrisi enteral melalui NGT. Rekomendasi pengaturan posisi miring kanan dapat dilakukan pada anak stelah pemberian makan selama 30-60 menit untuk mencegah terjadinya muntah.Kata Kunci: Muntah, Nutrisi enteral, Posisi miring kanan
ABSTRACT
Nutritional needs is a physiological requirement in children that can affect the growth and development of children. Nutritional disorders in children is a serious problem because it affects the development of children and the possibility of quality of life is less than optimal. Enteral nutrition through NGT can meet the nutritional needs of children, but nutrition through NGT can also cause vomiting. To prevent the occurrence of vomiting in children who are given enteral nutrition through NGT given right side position. The purpose of writing is to determine the effectiveness of the right tilt position to prevent vomiting. Methods were carried out using PICO approach which was carried out for 7 weeks February to April 2017 in the hospitalized child of Cipto Mangunkusumo RSUPN. The results obtained 40 children, 20 children were given right sloping position intervention group 60 did not vomit, 40 experienced vomiting. 20 children were given a left sidet position control group 75 experienced vomiting and 25 did not. The conclusion of right side position adjustment can reduce vomiting in children who are given enteral nutrition through NGT. Recommendation right side positioning may be performed in children after 30 60 minutes after feeding to prevent vomiting.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lessy Alfiani Sri Fazar
Abstrak :
Kehamilan merupakan proses alami yang terjadi pada wanita. Selama kehamilan ibu akan mengeluh ketidaknyamanan, seperti mual dan muntah. Mual biasanya terjadi pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu dari hari pertama haid terkahir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Apabila mual dan muntah terus berlanjut akan berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan janin. Tujuan dari penelitian ini memberikan analisis asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan masalah mual dan muntah. Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi mual dan muntah adalah pemberian aromaterapi inhalasi lemon. Pemberian aromaterapi inhalasi lemon dilakukan selama 3 hari. Hasil eveluasi yang didapatkan adanya penurunan skor 12 menjadi skor 3 yaitu dalam 12 jam mual yang dirasakan ibu terjadi paling lama 1 jam dan ibu tidak mengalami muntah lagi, yang diukur dengan menggunakan kuesioner Rhodes Index Nausea, Vomitting, and Retching (INVR). Oleh karena itu, karya tulis ini menganjurkan adanya pemberian aromaterapi inhalasi lemon pada ibu hamil untuk mengurangi mual dan muntah. Keterbatasan intervensi pemberian aromaterpi inhalasi lemon baru diterapkan pada satu pasien.
Pregnancy is a natural process that occurs in women. During pregnancy the mother will complain of discomfort, such as nausea and vomiting. Nausea usually occurs in the morning, but can also occur at any time of the night. These symptoms occur more or less after 6 weeks from the first day of the last menstrual period and last for approximately 10 weeks. If nausea and vomiting continue to have a negative impact on the health of the mother and fetus. The purpose of this study is to provide an analysis of nursing care in pregnant women with nausea and vomiting. One of the nursing interventions to treat nausea and vomiting is lemon inhalation aromatherapy. Lemon inhalation aromatherapy was administered for 3 days. The results of the evaluation obtained from a decrease in the score of 12 to a score of 3, namely in 12 hours felt by the mother which occurred at the longest 1 hour and the mother did not experience vomiting anymore, as measured using the Rhodes Index Nausea, Vomiting, and Retching (INVR) questionnaire. Therefore, this paper recommends the provision of lemon inhalation aromatherapy for pregnant women to reduce nausea and vomiting. The limitations of the lemon inhalation aromatherapy intervention were only applied to one patient.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>