Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ambarwati Kusumadewi
"Dalam sejarah Indonesia Kuna ada satu periode yang belum lengkap gambarannya, yaitu yang biasa disebut jaman Kadiri. Jaman ini dimulai sejak Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi kerajaan Janggala di sebelah utara dan kerajaan Pangjalu di sebelah selatan. Prasasti Garaman yang dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari kerajaan Janggala ditemukan pada bulan Mei 1985. Prasasti yang berangka tahun 975 8aka (1053 Masehi) berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garaman atas bantuan mereka ketika raja melawan Haji Pangjalu, musuh dan kakaknya sendiri. Prasasti ini secara jelas mendukung keberadaan kerajaan Janggala dan Pangjalu yang semula merupakan satu kerajaan di bawah pemerintahan Airlangga. Juga memberitahu bahwa antara raja Janggala dan raja Pangjalu ada hubungan kekeluargaan yaitu kakak beradik, dimana Mapanji Garasakan adalah anak laki--laki tertua Airlangga dan adik Sanggramawijaya, putri tertua Airlangga. Keduanya lahir dari permaisuri. Sedangkan Haji Pangjalu adalah anak Samarawijaya dan tutu Dharmmawangsa Teguh. Karena kedua anak laki-laki ini merasa berhak atas tahta kerajaan, maka Airlangga terpaksa membagi dua kerajaannya agar tidak ada usaha perebutan tahta. Pembagian ini terjadi pada tahun 974 Saka. Tetapi peperangan antara dua raja ini tidak terelakkan. Pada tahun itu pula terjadi peperangan antara kedua raja tersebut. Prasasti Garaman rupanya juga memperingati pecahnya perang antara Mapanji Garasakan dari Janggala dengan Haji Pangjalu dari Pangjalu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S12003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Samsu W. T.
"Candi sebagai suatu bangunan suci pada dasarnya dicip_takan untuk menghadirkan suasana sakral yang diharapkan dapat menghubungkan dunia bawah (manusia) dengan dunia atas (dewa). Dalam hal ini kehadiran arca perwujudan yang menjadi inti suatu candi. Arca perwujudan merupakan bentuk nyata kehadiran sang dewa di tengah para pemujanya. Candi Tikus di trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan candi yang unik karena pada candi ini tidak ditemukan indikasi adanya arca perwujudan maupun arca lainnya. Di samping itu keletakannya juga agak unik karena nampaknya dibangun di bawah permukaan tanah. Bertitik tolak pada keunikan tersebut kerangka berfikir penulisan skripsi ini berdasar pada usaha untuk me_nanggapi lebih lanjut masalah fungsi yang sebenarnya dari candi Tikus: Kemudian dicoba pula untuk menelaah kronologi / umur bangunan ini dalam rangka menempatkan candi Tikus dalam bentangan sejarah Majapahit. Dengan menempatkan Trowulan sebagai suatu sistem dalam hal ini sistem perkotaan candi Tikus ditinjau seba_gai sub sistem kota Trowulan atau komponen kota Trowulan yang memiliki fungsi tersendiri. Pengamatan secara konjungtif pada bagian-bagian bangunan candi Tikus dengan penekanan terhadap aspek formalnya, diusahakan untuk dapat menghimpun gambaran tentang fungsi candi tersebut. Penjabaran dan perbandingan antara aspek-aspek teknologi dan arsitektur candi Tikus dengan candi-candi lainnya di Trowulan informasi mengenai perkiraan usia candi. Berdasarkan pengamatan terungkap bahwa tujuan penampilan susunan dan struktur bangunan candi Tikus ditekankan pada makna dan kegunaan air pada masyarakatnya. Dengan melihat bahwa unsur-unsur sakral tetap ditampilkan, maka dapat disimpu lkan bahwa candi Tikus merupakan bangunan suci bercorak petirtaan. Tinjauan teknologi arsitektur candi menampakkan adanya 2 tahap pendirian dan modifikasi pada bangunan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa modifikasi terjadi antara abad XIV dan abad XV. Pendirian bangunan tahap I tentu sebelum kurun waktu tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sondang M.
"Adanya pernyataan dari Satyawati Suleiman bahwa arca-arca di Sumatera memiliki gaya seni Sailendra. Berdasarkan teori itu adalah hal yang cukup menarik melakukan penelitian terhadap arca-arca yang ditemukan di candi 1 situs Bumi-ayu, khususnya atas arca Agastya yang memiliki kesamaan dalam cara memegang aksamala dengan arca Agastya dari candi Prambanan, Jawa Tengah yang diduga berasal dari masa Sailendra. Arca Agastya yang ditemukan bersama dengan ketiga arca tokoh lainnya dari candi 1 situs Bumi-ayu terlihat memiliki beberapa kesamaan ciri dengan arca-arca tokoh dari Palembang, yang telah dikaji oleh Satyawati Suleiman, hal menimbulkan pertanyaan apakah ada atau tidak gaya Sailendra pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu. Berdasarkan analisis perbandingan itu diketahui ciri_-ciri yang sama di antara kedua kelompok arca tersebut. Untuk memperkuat ada atau tidaknya gaya Sailendra pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu, maka dilakukan perbandingan arca Agastya dari candi 1 situs Bumi-ayu yang mewakili arca-arca dari Sumatera Selatan dan arca Agastya dari candi Prambanan yang mewakili arca-arca gaya Sailendra dari Jawa Tengah. Kedua arca terlihat memiliki kesamaan cara memegang aksamala maka analisis perbandingan dilakukan untuk mengetahui kesamaan ciri-ciri ikonografi lainnya dari kedua arca, seperti ciri-ciri hiasan badan, komponen badan, penggarapan seni pahat, komponen di luar arca tokoh, laksana dan ikonometri. Hasil penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa gaya Sailendra terdapat pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu, khususnya pada arca Agastya. Hal ini terlihat adanya kesamaan ciri yang menonjol pada arca-arca tersebut, seperti rambut yang dipilin terjulur di atas bahu,ber-makuta tinggi, berkain paniang sampai di atas pergelangan kaki, memakai wiru di tengah, memiliki dua uncal yang terjulur sampai lutut, dan ikonometri arca Agastya dari candi 1 situs Bumi-ayu menunjukkan ikonometri arca tersebut tergolong shat-tala."
1996
S12001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aina Zubaedah
"Di masa lampau Cirebon pernah menjadi salah satu pusat penyiaran Islam yang sekaligus tumbuh menjadi pusat kekuatan politik di Pulau Jawa. Bangunan-bangunan purbakala yang menjadi saksi bisu keberadaan Cirebon sebagai pusat tamaddun Islam hingga kini masih ada antara lain Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Pemakaman Astana Gunung Jati dan masih banyak lagi. Bangunan pada masa Islam di Cirebon tidak memperlihatkan hal yang baru, bangunan tersebut menunjukkan corak peralihan dari masa sebelumnya. Konsepsi maupun gaya seni bangunan tetap berlanjut pada masa Islam, dan salah satu wujud kesinambungan budaya tersebut adalah candi laras. Candi laras biasanya mempunyai bentuk menyerupai miniatur candi yang fungsinya hampir sama dengan replika candi pada masa Hindu-Buddha, yaltu sebagai tanda atau penghias sudut. Pada kepurbakalaan Cirebon candi laras dapat ditemukan pada pagar keliling Masjid Panjunan, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan dan Komplek Pemakaman Astana Gunung Jati. Candi laras merupakan pilar penguat pada pagar yang berbentuk seperti candi kecil. Tiap-tiap candi laras mempunyai komponen utama dan komponen pelengkap. Komponen utama candi laras adalah bagian kaki, badan dan puncak, dari komponen utama inilah tersusun suatu bentuk candi laras. Namun ada beberapa bentuk candi laras yang hanya memiliki komponen utama berupa bagian badan dan puncak, hal ini disebabkan karena candi laras itu hanya bersifat sebagai ornamen, bila dihilangkan tidak akan merusak keutuhan pagan. Komponen pelengkap candi laras adalah ragam hias yaitu ragam hias simbar dalam bentuk antefix sudut, bunga, daun, hiasan berbentuk elips, lengkung, lingkaran, tumpal, pilin, pager dan hiasan tempelan pining dan tegel keramik yang berfungsi menambah keindahan candi laras itu sendiri. Bentuk candi laras di kepurbakalaan Islam Cirebon beraneka ragam dan berbeda antara kepurbakalaan yang satu dengan kepurbakalaan yang lainnya. Dari pengamatan terhadap candi laras pada Kepurbakalaan Islam di Cirebon dapat disimpulkan bahwa pada umumnya candi laras ini terdiri dari lima macam tipe dan tiap-tiap tipe memliki beberapa variasi, yaitu: Tipe 1 dengan 5 variasi, Tipe 2 dengan 2 variasi, Tipe 3 dengan 5 variasi, tipe 4 dengan 2 variasi dan Tipe 5 dengan 1 variasi.Analisis bentuk kemuncak candi laras pada kepurbakalaan Islam Cirebon mempunyal bentuk yang beranekaragam dan memiliki ciri khas masing masing kepurbakalaan yaitu Kepurbakalaan Keraton Kasepuhan memiliki bentuk kemuncak persegi empat, Keraton Kanoman memiliki bentuk kemuncak candi fares berbentuk limasan, Keraton Kacerbonan memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk persegi empat, Masjid Panjunan memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk menyerupal genta dan Kompleks Pemakaman Astana Gunung Jati memiliki bentuk kemuncak candi laras berbentuk persegi empat, iimasan, !imasan terpancung, setengah lingkaran. Analisis bentuk kemuncak dan bentuk pelipit candi laras pada kepurbakalaan Islam Cirebon dapat disimpulkan ada beberapa Janis pelipit yaitu: pelipit rata, peliplt penyangga, peliplt sisi enta, peilpit setengah lingkaran, peilpit sisi miring dan pelipit berantefix sudut. Gandi laras dengan bentuk kemuncak persegi empat memiliki pelipit rata, pelipit sisi miring, peliplt sisi genta dan pelipit setengah lingkaran. Candi laras dengan bentuk kemuncak imasan dan imasan terpancung memiliki pelipit rata, pelipit penyangga, pelipit sisi miring dan pelipit sisi genta. Candi laces dengan bentuk kemuncak setengah bngkaran memiliki pelipit rata dan pelipit sisi miring. Candi laras dengan bentuk kemuncak menyerupai genta memiliki pelipit rata, pelipit penyangga, pelipit setengah lingkaran, peilpit sisi genta, peliplt sisi miring dan pelipit berberantefix sudut. Pelipit rata dan pelipit sisi miring berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan cenderung dipakai di setiap tipe candi bras pada kepurbakalaan Islam di Cirebon, kemudian dilkuti peilpit penyangga, pelipit sisi genta, peilpit setengah lingkaran dan pelipit berantefix sudut. Berdasarkan analisis terhadap bentuk kemuncak candi laras pada flap kepurbakalaan Islam di Cirebon dapat disimpulkan bahwa bentuk kemuncak candi laras di Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacerbonan kesemuanya ada pada bentuk kemuncak candi laras di Komplek Pemakaman Astana Sunan Gunung Jail. Sedangkan bentuk kemuncak candi !eras yang ada di Masjid Panjunan tidak terdapat pada Komplek Pemakaman Astana Sunan Gunung Jati. Hal ini menjadi lebih martarik jika dihubungkan dengan pembagian makam-makam para raja atau sultan, balk yang berasal dart Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan yang dimakamkan pada kompleks pemakaman Astana Sunan Gunung Jati dan dipisahkan oleh jalan pemisah yang ada di kompleks pemakaman ttu. Besar kemungkinan bahwa politik berpengaruh terhadap perbedaan bentuk kemuncak candi laces di Kepurbakalaan Islam Cirebon,dan bentuk kemuncak dart candi laras pada Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacerbonan yang terdapat pada kompleks Pemakaman Astana Gunung Jati, mewakili bentuk kemuncak candi laras yang menjadi ciri khas di Keraton"
2000
S12060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Andrietta
"Penelitian ini mengkaji arca dewa Karttikeya di Jawa dengan tinjauan ikonografi. Arca-arca yang dijadikan data penelitian berasal dari Museum Nasional Jakarta, Museum di Tengah Kebun, Museum Radya Pustaka, dan Koleksi BP3 D.I. Yogyakarta.
Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap kesesuaian ikonografi arca Karttikeya di Jawa dengan ketentuan Hindu India. Penelitian mengungkapkan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Hal tersebut mengungkapkan bahwa penggambaran dewa Karttikeya di Jawa selain mengikuti ketentuan yang berasal dari Hindu India juga terdapat penggambaran yang tidak sesuai dengan ketentuan Hindu India, yang menunjukkan adanya kebebasan seniman dalam mem-visualisasikan dewa yang dipujanya.
This Research examines God Karttikeya Sculpture in Java with iconography overview. The sculpture which used as data research are from National Museum Jakarta, Museum di Tengah Kebun, Radya Pustaka Museum, and Ruang Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
The aim of this research is to reveal the suitability of the iconography of God Karttikeya sculpture in Java with provision of Hindu India. The research reveals that there are some similarities and differences. It reveals that not only the depiction of God Karttikeya in Java, but also there are some incompatibility in those sculpture with the provision of Hindu India, which indicates the existence of freedom of the artist to visualize the deity adored.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1037
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan peran pemuda yang dalam hal ini KNPI Aceh dapat mewujudkan gerakan kewirausahaan sosial. Penulis berargumentasi bahwa peran KNPI Aceh sangat signifikan dalam membangun gerakan kewirausahaan sosial melalui peran aktor dan inovasi yang dilakukan melalui pemberikan pelatihan, akses modal, dan pemberdayaan. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui sejauh mana peran yang dilakukan oleh KNPI Aceh. Proses pengumpulan data penulis gunakan dengan menggunakan beberapa teknik penelitian seperti diskusi grup terfokus, pembagian kuesioner dan wawancara mendalam serta dokumentasi dari hasil penelitian-penelitian terdahulu baik dalam bentuk Buku, jurnal dan karya ilmiah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa peran KNPI sangat besar bagi terwujudnya gerakan kewirausahaan sosial yang berkorelasi secara positif terhadap ketahanan nasional di Aceh. Ada dua faktor yang mengoptimalkan peran KNPI Aceh dalam mempengaruhi tumbuhnya gerakan kewirausahaan sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengetahuan terhadap kewirausahaan sosial, kultur masyarakat dan peraturan dan paradigma politik. Sedangkan faktor eksternal yaitu akses terhadap perbankan, identifikasi masalah dan terakhir isu personal. Kedua faktor tersebut berujung pada penciptaan sebuah nilai baru melalui proses inovasi yang terus-menerus dilakukan oleh KNPI Aceh periode 2013-2016.

This research is conducted to find out what factors cause the role of youth which in this case KNPI Aceh can realize social entrepreneurship movement. The authors argue that KNPI Aceh's role is significant in building a social entrepreneurship movement through the role of actors and innovation through training, access to capital, and empowerment. The author uses a qualitative approach to determine the extent of the role undertaken by KNPI Aceh. The data collection process used the author using several research techniques such as focus group discussions, questionnaires and in-depth interviews and documentation of the results of previous studies in the form of books, journals and scientific papers.
This study shows that the role of KNPI is great for the realization of a social entrepreneurship movement that is positively correlated to national resilience in Aceh. There are two factors that optimize the role of KNPI Aceh in influencing the growth of social entrepreneurship movement that is internal factors and external factors. Internal factors are knowledge of social entrepreneurship, community culture and regulation and political paradigm. While external factors are access to banking, problem identification and final personal issues. Both of these factors lead to the creation of a new value through continuous innovation process carried out by KNPI Aceh period 2013-2016.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Saepullah
"Penelitian ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi sekuensial explanatory dengan tujuan untuk mengetahui trend, pertumbuhan dan pengaruh antara kunjungan wisatawan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Banten pada periode 1999- 2018, dengan menggunakan data time series melalui pengujian ko-integrasi Johannsen dan kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjalanan wisatawan nusantara berpengaruh jangka panjang dan berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di provinsi Banten dibuktikan dengan pengujian Johannsen cointegration dan Granger causality. Wisatawan nusantara pada pola plot membentuk trend menaik dan seiring berjalannya waktu jumlah wisatawan nusantara cenderung terus meningkat, namun pada tahun 2009 sd 2010 tampak terjadi lonjakan pesat wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan mancanegara dalam kurun waktu 20 tahun terakhir mengalami pertumbuhan kenaikan tertinggi pada tahun 2017 sebesar 403.463 kunjungan wisatawan mancanegara, dan mengalami penurunan sebesar 18,95 % di tahun 2018 menjadi sebesar 327.003 kunjungan.
Hasil penelitian terdapat penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke provinsi Banten yang terjadi pada tahun 2018, salah satu penyebabnya adalah status level 2 (waspada) Gunung Anak Krakatau yang ditetapkan oleh pemerintah dan terjadinya bencana alam yang menyebabkan tsunami di pesisir laut wilayah Banten pada tahun 2018. Terjadi pergeseran tren pariwisata, yaitu dari motivasi bersenang-senang menjadi mencari pengalaman baru. Paradigma pariwisata ini pun bergeser dari sun, sand and sea menjadi serenity, sustainability and spirituality. Pemekaran 2 Kabupaten yang terjadi di Provinsi Banten pada tahun 2007 dan 2008 berdampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja di wilayah pemekaran, dengan berdiri banyaknya instansi-instansi pemerintahan daerah otonom dan dunia usaha, serta pertumbuhan ekonomi sekitar.

The research uses sequential mixed methods strategies, especially explanatory sequential strategies with the aim to determine trends, growth and the influence of tourist visits on tourism employment in Banten period 1999-2018, using data time series through testing Johannsen co-integration and Granger causality. The results showed that the travel of domestic tourists had a long-term effect and had a large impact on the employment of the tourism sector in Banten province as evidenced by Johannsen cointegration and Granger causality testing. Domestic tourists in the plot pattern formed an upward trend and over time the number of domestic tourists tended to continue to increase, but in 2009 to 2010 there appeared to be a rapid surge in domestic tourists. Foreign tourist visits in the last 20 years experienced the highest growth in 2017 at 403,463 foreign tourist visits and decreased by 18.95% in 2018 to 327,003 visits.
The results of the study have decreased in the number of tourist visits to Banten province that occurred in 2018, one of the causes was the level 2 (alert) status of Gunung Anak Krakatau set by the government and the occurrence of natural disasters that caused tsunamis in the coastal area of Banten in 2018. A shift in tourism trends, which is from the motivation of having fun being looking for new experiences. This tourism paradigm shifted from sun, sand and sea to serenity, sustainability and spirituality. There are two autonomous districts that occurred in Banten Province in 2007 and 2008 had an impact on increasing employment in the newly created regions, with the standing of many autonomous regional government agencies and the business sector, as well as economic growth.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Kabupaten Nias merupakan suatu pulau yang terletak di pantai barat Sumatra. Sebagian besar daerah ini terdiri atas dataran-dataran rendah dan pegunungan kapur yang tingginya bervariasi. Peninggalan megalitik dalam berbagai bentuknya ditemukan pada ketinggian antara 100 - 800 meter dari permukaan laut, tersebar di Nias Selatan, Tengah, Barat, dan sebagian kecil di Nias Utara. Fokus penelitian ini mencakup Nias Selatan dan telah ditetapkan sebanyak lima situs. Bentuk-bentuk peninggalan megalitik yang ditemukan pada kelima situs tersebut seperti batu tegak (hehu), tempat duduk dari batu (osa-osa dan neogadi), meja batu (harefa) serta tempat persidangan (areosali). Keseluruhan bentuk peninggalan itu memperlihatkan bentuk yang spesifik dan tidak ditemukan di daerah lain di Nias. Kelima situs yang diteliti memperlihatkan keseragaman pola dalam hal bentuk, tata letak dan orientasi situs yang sama. Analisis yang digunakan meliputi analisis bentuk dan kontekstual serta dipadukan dengan studi etnografi terhadap daerah yang masih mempertahankan tradisi lamanya seperti Bawomataluwo dan Lolowa'u (Nias Selatan) Berta Mandrehe (Nias Tengah). Hasil analisis menunjukkan susunan keletakan benda yang teratur dan berteras. Masing-masing benda memiliki fungsi namun secara keseluruhan terikat oleh suatu sistem norma yang disepakati dalam masyarakat. Keseragaman pola mencerminkan aturan dan kesepakatan sosial dalam upacara pesta adat (owasa). Aspek budaya yang tercermin dalam pelaksanaan pesta (owasa) turut memberi wujud pada budaya materi yang dihasilkan, terutama peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di Nias Selatan erat kaitannya dengan pesta adat (owasa), sebab benda-benda tersebut tidak dapat dibangun sebelum diselenggarakan pesta. Tujuan pendirian megalit selain berkaitan dengan pesta pengukuhan stataus sosial juga sebagai tanda peringatan meninggalnya leluhur mereka. Studi etnografi menunjukkan bahwa situs-situs di Nias Selatan selain sebagai situs upacara (baik berkaitan dengan kemasyarakatan maupun religi) dan juga situs permukiman. Bentuk upacara dilaksanakan dengan mengerahkan orang dalam jumlah yang banyak dan turut dikorbankan puluhan hingga ralusan ekor babi.

Nias Regency is an island located on the west coast of Sumatra. Most of this area consists of lowlands and limestone mountains of varying heights. Megalithic relics in various forms are found at altitudes between 100 - 800 meters above sea level, spread across South, Central, West Nias, and a small part in North Nias. The focus of this research covers South Nias and has been determined as many as five sites. The forms of megalithic relics found at the five sites are upright stones (hehu), stone seats (osa-osa and neogadi), stone tables (harefa) and court places (areosali). All forms of these relics show specific forms and are not found in other areas in Nias. The five sites studied show uniform patterns in terms of the shape, layout and orientation of the same site. The analysis used includes form and contextual analysis and is combined with ethnographic studies of areas that still maintain their old traditions such as Bawomataluwo and Lolowa'u (South Nias) Berta Mandrehe (Central Nias). The results of the analysis show the arrangement of objects in a regular and terraced manner. Each object has a function but overall is bound by a system of norms agreed upon in society. The uniformity of the pattern reflects the rules and social agreements in the traditional party ceremony (owasa). The cultural aspects reflected in the implementation of the party (owasa) also give form to the material culture produced, especially megalithic relics. Megalithic relics in South Nias are closely related to the traditional party (owasa), because these objects cannot be built before the party is held. The purpose of establishing megaliths is not only related to the party to confirm social status but also as a sign of commemoration of the death of their ancestors. Ethnographic studies show that the sites in South Nias are not only ceremonial sites (both related to society and religion) but also settlement sites. The form of the ceremony is carried out by mobilizing people in large numbers and dozens to hundreds of pigs are also sacrificed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archangela Yudi Aprianingrum
"Tesis ini membahas tentang interpretasi dan komunikasi sebagai bagian dari fungsi museum Studi kasus yang digunakan adalah Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang diawali dengan gambaran keadaan Museum Indonesia sekarang ini. Berdasarkan kondisi tersebut, dirasakan perlunya penetuan tema yang lebih terarah dan sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran Museum Indonesia. Proses penentuan tema dilakukan berdasarkan teori interpretasi museum. Selanjutnya, berdasarkan tema yang telah ditentukan, dibuatlah sebuah desain alur pameran dan program kegiatan berdasarkan teori komunikasi. Dalam desain tersebut terdapat tiga unsur penting, yaitu kurator yang berperan menentukan pesan; pameran dan program kegiatan sebagai media penyampaian pesan; dan pengunjung sebagai penerima pesan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pameran dan program kegiatan yang lebih efektif.

The focus of the theses is about communication and interpretation as a part of museum’s function. Museum of Indonesia which located in Indonesia Miniature Park, Jakarta is the case study for this research. The study uses qualitative research with descriptive design started with description of recent condition of Museum of Indonesia, Base on the condition, it is needed to determine a more direct theme and correspond to the museum’s vision, mission, goals, and target. The theme is determined using museum’s interpretation theory. Furthermore, ±e theme is implemented to a storyline and activities program design based on museum’s communication theory. The design has three principal components those are curator as a message sender; exhibition and activities program as medium; and visitors as message receivers. Those matters are intent on creating effective exhibition and activities program."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25927
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Lisnasari Agustina
"Cirebon yang dikenal sebagai salah satu pusat kerajaan Islam dan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa Ialu, telah meninggalkan jejak yang merefleksikan keadaan tersebut melalui berbagai benda peninggalan yang masih bertahan hingga kini. Berhagai penelitian dan kajian terhadap peninggalan tersebut telah banyak dilakukan untuk mengusut gambaran kota Cirebon pada masa lalu.
Tulisan ini mempunyai tujuan yang sama, namun dengan memberikan detail pada artefak ragarn hias keraton sebagai salah satu unsur bangunan yang turut mernberikan kesan kemegahan pada bangunan tersebut. Dengan mengambil fokus penelitian pada pengidentifikasian penggambaran ragam bias di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, pada kajian ini penulis mencoba menggambarkan sisi lain dan ragam hias yang diukirkan di Keraton Kasepuhan dan Kanoman, yaitu dengan menitikberatkan pada kesaniaan cara penggambaran dan keletakan ragarn hias.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamharkan kecenderungan penggambaran ragam bias di kedua keraton tersebut. Ragan hias yang diukirkan pada kedua bangunan keraton tersebut terdiri dari empat jenis. yaitu ragam bias yang berjenis tumbuhan, binatang, geometri dan alam Keempat jenis ragarn hias tersebut diukirkan pada berbagai komponen bangunan seperti tiang, dinding, atap, gapura dan sebagainya dengan kayu atau lepa sebagai media ukirannya. Cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dilalui dengan dua tahap. Tahap pertama bertujuan untuk memperoleh garnbaran tentang cara penyusunan motif hias dalam satu desain. Sedangkan tahap kedua bertujuan untuk memperoleh ciri khas penggarnbaran dan peletakan ragam hias pada masing-masing keraton tersebut.
Kesimpulan yang didapat dari basil penelitian ini cukup menarik. Berdasarkan cara penggambarannya, ragam bias di Keraton Kasepuhan dan Kanoman dapat dibedakan menjadi dua macam_ yaitu pola tunggal dan pola majemuk. Pola tunggal mempunyai ciri adanya satu motif yang diulang, sedangkan pola majemuk mempunyai ciri adanya penggabungan bermacarn-macam motif dalam satu desain. Berdasarkan keletakannya, terdapat kesamaan dalam peletakan motif luas pada masing-masing komponen bangunan. Dan kesimpulan tersebut terlihat adanya suatu keteraturan. Keteraturan tersebut ditunjukan dengan adanya suatu pola yang sama dalam penggambaran dan keletakan motif hias di Kasepuhan dan Kanoman. Suatu keteraturan yang dapat dirnaknai sebagai suatu kebiasaan yang terdapat pada masyarakat pendukungnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>