Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Metty Widiastuti
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan jiwa tidak langsung berdampak terhadap kematian, tetapi akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan keluarga seperti timbulnya masalah finansial, ketakutan, perasaan bersalah, rasa malu, gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan sosial dan gangguan fisik. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu memadia, Salah satu caranya adalah terapi keluarga triangles. Terapi keluarga triangles adalah terapi keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga.
Tujuan penelitian: menjelaskan pengaruh terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan terapi triangles. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, dan chi-square. Penelitian dilakukan di RSJ Bandung terhadap 48 klien yaitu 24 orang mendapat terapi keluarga triangles dan 24 orang tidak mendapat terapi keluarga triangles.
Hasil penelitian ditemukan bahwa terapi triangles meningkatkan kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga secara bermakna. Kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga yang mendapat terapi keluarga triangles lebih tinggi secara bermakna daripada keluarga yang tidak mendapatkan terapi keluarga triangles.
Rekomendasi hasil penelitian terapi keluarga triangles dijadikan Salah satu terapi spesialis pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Dwi Novial Fitri
"Gangguan jiwa merupakan suatu bentuk perubahan yang meliputi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan tersebut dimanifestasikan dalam bentuk perubahan fungsi kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Pelayanan keperawatan kesenatan jiwa di komunitas (CMHN) merupakan program pelayanan primer yang memberikan pelayanan keperawatan secara langsug pada pasien dan keluarganya untuk meningkatan kemampuan fungsi pasien sehari-hari. CMHN telah dikembangkan di Aceh terutama oi Kabupaten Bireuen selama 2 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pelayanan CMHN dengan tingkat kemandirian pasien gangguan jiwa di Kabupaten Bireuen Aceh. Pendekatan kuantitatifi dengan desain cross sectional pada pogulasi 971 pasien dan sam pel sebanyak 179 pasien yang diperoleh dari 3 Puskesmas yaitu Jangka, Juli dan Peusangan dengan tehnik cluster sampling. Analisa statistik menggunakan multivariat regresi logistik berganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh tingkat kemandirian pasien dengan self care adalah aktivitas sehari-hari 102 pasien (57%), aktivitas sosial 95 pasien (53%), pengobatan 109 pasien (60,9%); tingkatan total care adalah cara mengatasi masalah 80 pasien (44,7 5) dan diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien adalah pendidikan dan tempat berobat pasien dengan p value = 0,036. Pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengalaman pasien gangguan jiwa yang telah mencapai kemandirian. Wawancara dilakukan pada 5 orang partisipan yang berasal dari Puskesmas jangka hasil kualitatif diperoleh dua tema yang berhubungan dengan tingkat kemandirian pasien yaitu faktor internal (harapan untuk sembuh, makna kesembuhan, manfaat adanya kegiatan sistem keyakinan) dan faktor eksternal (dukungan emosional, dukungan sosial, pengobatan). Rekomendasi hasil penelitian Puskesmas terus melanjutkan pelayanan CMHN untuk meningkatkan kemandirian pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2007 adalah 67 tahun untuk laki-Iaki dan 71 tahun untuk perempuan. Angka lansia akan meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2020. Masalah utama yang dihadapi lansia adalah masalah psikologis, salah satunya harga diri rendah, disebabkan antara lain karena proses menua, tidak tercapainya tugas dan peran pada fase perkembangan sebelumnya dan perasaan tidak berharga terutama pada lansia yang berada di Panti wredha. Tanda dan gejala harga diri rendah pada. lansia dapat dilihat dengan penurunan kemampuan fisik, kognitif, perilaku dan emosional. Logoterapi merupakan Salah satu tekhnik meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku lansia harga diri rendah.
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku pada lansia dengan harga diri rendah setelah dilakukan logoterapi.
Metode penelitian adalah kuasi eksperimen dengan penerapan logoterapi. Penelitian dilakukan di Panti Wredha Pekanbaru terhadap 40 lansia, yaitu 20 lansia kelompok intervensi dan 20 lansia kelompok control. Analisis yang digunakan adalah chi square, dependent dan independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bermakna terhadap kemampuan kognitif dan perilaku pada kelompok intervensi setelah dilakukan logoterapi (p < 0,05). Kelompok intervensi juga menunjukkan kemampuan kognitif dan perilaku yang lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok kontrol setelah dilakukan logoterapi. Hasil penelitian ini merekomendasikan logoterapi untuk dijadikan terapi spesialis dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku lansia dengan harga diri rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heppi Sasmita
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa terkena gangguan jiwa. Survei tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6 per 1.000 penduduk menderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia Seseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. Salah satu terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kognitif dan perilaku klien adalah cognitive behaviour therapy(CBT).
Tujuan penelitian: menilai efektivitas cognitive behaviour therapy untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien harga diri rendah.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t- Test regresi linier sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di RSMM Bogor terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok intervensi dan 29 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan cognitive behaviour therapy meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p value< 0,05). Efektiiitas cognitive behaviour therapy meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Kemampuan kognitif dan perilaku lebih tinggi secara bermakna pada klien yang mendapatkan cognitive behaviour therapy dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan.
Rekomendasi hasil penelitian cognitive behaviour therapy dijadikan salah Satu terapi spesialis pada klien skizopronia dengan masalah harga diri rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Efendi
"Kekambuhan pada klien skizofrenia perlu mendapat perhatian khusus karena menunjukkan angka yang tinggi serta memberikan dampak yang buruk terhadap klien dan keluarga. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga terhadap pencegahan faktor risiko kekambuhan klien perilaku kekerasan dan halusinasi di rumah sakit jiwa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 61 klien dan keluarga yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 berjumlah 31 klien dan keluarga diberikan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga, sedangkan kelompok intervensi 2 berjumlah 30 klien dan dikeluarga diberikan tindakan keperawatan ners. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji dependent t-test, independent t-test, dan korelasi pearson untuk data yang berdistribusi normal sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji wilcoxon, mann-whitney test, dan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan klien dan keluarga mencegah kekambuhan serta penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi pada kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, cognitive behaviour therapy, dan psikoedukasi keluarga lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang mendapatkan tindakan keperawatan ners saja (p value < 0,05). Tindakan keperawatan ners direkomendasikan dilakukan oleh perawat generalis serta cognitive behaviour therapy dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa di rumah sakit jawa dalam mencegah faktor risiko kekambuhan klien skizofrenia dengan diagnosis keperawatan perilaku kekerasan dan halusinasi.

Relapse in schizophrenia clients needs to get special attention, because it shows high numbers and has a negative impact on clients and their families. The purpose of research was to determine the effects of standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation on preventing the risk factors of relapse among client with violent behaviour and hallucinations in mental health hospital. The design used in this study was a quasi experimental pre-post test with control group. Sampling used purposive sampling technique with 61 clients and their families divided into 2 groups. The intervention group 1 consisted of 31 clients and their families were given standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation, while the intervention group 2 consisted of 30 clients and their families were given standard nursing intervention. Data were collected using questionnaires observation sheets then analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis used frequency distribution and tendency central. Bivariate analysis used dependent t-test, independent t-test, and pearson correlation for normally distributed data, while for data that was not normally distributed using wilcoxon, mann-whitney test, dan rank spearman correlation. The results showed that an increased in ability of clients and their families to prevent relapses, and the decreased in signs and symptoms of violent behaviour and hallucinations in the group that received standard nursing intervention, cognitive behavioural therapy, and family psychoeducation was significantly greater than the group that only received general nursing intervention (p value < 0,05). Standard nursing intervention are recommended performed by generalist nurses, while cognitive behavioural therapy and family psychoeducation performed by mental nurses specialist in mental health hospital to prevent relapses risk factors of schizophrenic clients with nursing diagnosis of violent behaviour and hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retty Octi Syafrini
"Asuhan keperawatan (askep) isolasi sosial merupakan kegiatan MPKP Jiwa yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fungsi sosial klien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan implementasi askep isolasi sosial dalam MPKP Jiwa dengan hasil askep pada klien isolasi sosial dan keluarganya, dan mengetahui sustainability implementasi askep isolasi sosial.
Metode penelitian cross sectional. Sampel adalah 58 perawat pelaksana, 32 klien, dan 12 keluarga.
Hasil penelitian : ada hubungan signifikan antara kemampuan perawat pelaksana dalam pemberian askep dengan penurunan tanda gejala dan peningkatan kemampuan klien. Ada hubungan signifikan kemampuan perawat pelaksana dalam implementasi pendekatan manajemen MPKP Jiwa dengan peningkatan kemampuan klien dan keluarganya. Sustainability implementasi askep isolasi sosial telah berjalan dari komponen proses dan staf.

Nursing care (askep) social isolation are soul PNPM activities, is expected to enhance the client's ability to social function.
Aims : to know the relationship of nursing implementation of social isolation in PNPM Soul with the results of nursing on client social isolation and family, and know the implementation of nursing sustainability of social isolation.
Cross-sectional research methods. The sample was 58 nurses, 32 clients, and 12 families.
RESULTS: there was significant relationship between the ability of nurses in the delivery of care with a reduction in signs and symptoms of client upgrades. There was a significant association ability of nurses in Mental PNPM implementation management approach to the upgrading of the client and his family. Sustainability implementation askep social isolation has been running from the component processes and staff."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T42548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prastiwi Puji Rahayu
"Karu dan katim dalam MPKP Jiwa adalah manajer lini pertama yang berhubungan langsung dengan pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kemampuan karu dan katim dalam penerapan MPKP Jiwa dengan basil asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data dengan korelasi Pearson. Responden terdiri dari 18 orang karu dan katim, 35 orang pasien halusinasi dan 15 orang keluarga. Hasil penelitian diperoleh hubungan yang signiflkan antara kemampuan karu dan katim dalam pendekatan manajemen dan asuhan keperawatan dengan tanda dan gejala pasien (p<0,05). Kemampuan karu dan katim dalam asuhan keperawatan berhubungan signiflkan dengan peningkatan kemampuan pasien (p<0,05). Hasil penelitian direkomendasikan sebagai dasar untuk melanjutkan MPKP Jiwa.

Nurse unit manager and team leader, in PNPM are the first line managers who deal directly with patients. The aim of the study was to determine the relation of the ability of the nurse unit manager and team leader in implementing PNPM with nursing care outcomes of patient with hallucinations. Design of the research was used cross-sectional. The collection of data by questionnaires and interviews. Data were analyzed using Pearson's correlation. Respondents consisted of 18 nurse unit manager and team leader, 35 patients with hallucinations and 15 families. The result showed the ability of the nurse unit manager and team leader in management approach and patient care delivery relation significantly with signs and symptoms of the patients (p<0.05). The ability of the nurse unit manager and team leader in patient care delivery relation significantly with increase in the ability of patients (p<0.05). Results of the study is recommended as a basis for improving the PNPM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netrida
"Pelaksanaan menajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan jiwa terus berkembang dan mengalami perubahan. Bentuk penataan system dalam pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan jiwa (MPKP Jiwa). MPKP Jiwa menggunakan 4 pilar pelayanan professional, diantaranya pendekatan keperawatan, kompensasi dan penghargaan, hubungan professional, pemberian asuhan keperawatan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan implementasi kegiatan MPKP Jiwa oleh perawat pelaksana dengan hasil asuhan keperawatan pada klien deficit perawatan diri di ruang MPKP Jiwa. Desain penelitian dengan cross sectional, teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan data divalidasi melalui wawancara. Responden terdiri dari perawat, pasien, keluarga dan wawancara dengan Top Manager. Analisis data dengan pearson correlation. Hasil penelitian: ada hubungan antara implementasi MPKP jiwa dengan tanda dan gejala klien DPD (p<0,05), ada hubungan antara implementasi MPKP jiwa dengan kemampuan klien melakukan perawatan diri (p<0,05) Saran: Rumah sakit perlu menjaga keberlangsungan pelaksanaan program MPKP secara berkelanjutan agar asuhan keperawatan meningkat.

The implementation of management of care and mental nursing care is improved and changed.The kind of system management of care in mental health nursing is mental health professional nursing model practice. Mental Nursing care is using 4 basic of professional service such as nursing solution, compentation and award, proffesionality relationship, and giving nursing care. The aim of this study was to know the implementation of the model of professional mental nursing by mental nurses and perception of the implementation of the model of professional mental nursing to client with less of self care. This study used a crosss sectional design, using a questionare and validation of data by interview. The results of this study showed there was correlation between implementation of mental nursing care and sign of less self care client (p<0,05), there was correlation between implementation of mental nursing care and abilty self care of patient (p<0,05). Rekomendasi : Hospital is used to keep the practice of mental nursing care to improving nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Purnomo As`hab
"Prevalensi resistan terhadap obat TB lini pertama rifampicin (RR-TB) di Dunia pada tahun 2017 sebesar 7,4 per 100.000 penduduk, dan dari angka tersebut 82% mengalami multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia termasuk 20 besar negara dengan MDR-TB terbanyak didunia, dengan prevalensi 8,8 per 100.000 penduduk. Pengobatan MDR-TB membutuhkan waktu yang lama, dan mempunyai efek samping secara biologis dan psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tindakan keperawatan spesialis (ACT) terhadap ansietas, depresi, ide bunuh diri dan kepatuhan pada klien MDR-TB. Desain penelitian quasi eksperimental menggunakan pre-post test dengan total sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 dilakukan tindakan keperawatan ners (TKN) untuk diagnosa keperawatan ansietas, depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan dan risiko bunuh diri, kelompok intervensi 2 dilakukan tindakan keperawatan ners dan keperawatan spesialis (ACT). Pengumpulan data menggunakan hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), dan morisky medication adherence scale (MMAS). Hasil penelitian menunjukkan TKN menurunkan anisetas (p=0,008), TKS (ACT) menurunkan ansietas (p=0,006) dan TKS (ACT) menurunkan depresi (p=0,004), tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang mendapatkan TKN dengan
kelompok yang mendapatkan TKN dan TKS (ACT), terdapat hubungan yang bermakna antara ansietas dan kepatuhan (p=0,006). Tindakan Keperawatan Ners (TKN) dan Tindakan Keperawatan Spesialis (ACT) direkomendasikan diterapkan pada klien MDRTB.

Worldwide the prevalence of resistance to the first-line TB drug, rifampicin (RR-TB) in 2017 was 7,4 per 100.000 population, with 82% experienced multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia is the top 20 countries with MDR-TB burden, with a prevalence of 8.8 per 100,000 population. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) requires a long-time treatment, and has accompanying side effects both biological and psychosocial effects, but efforts to overcome the psychosocial impact have not been made. This study aims to determine the effect of specialist nursing actions (ACT) on anxiety, depression, suicidal ideas and adherence to MDR-TB clients. This research using quasi experimental design with total sampling and divided into 2 groups. Intervention group 1 gets general nursing action for nursing diagnosis anxiety, helplessness, hopelessness, and risk for suicide, intervention group 2 gets general nursing action and specialist nursing actions (ACT). Data collection uses hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), Beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), and morisky medication adherence scale (MMAS). The results showed that general nursing action reduced anxiety (p = 0,008), specialist nursing actions (ACT) reduced anxiety (p = 0,006) and specialist nursing actions (ACT) decreased depression (p = 0.004), there was no significant difference between both group, and there was a significant relationship between anxiety and adherence (p = 0,006). General nursing action and specialist nursing actions (ACT) are recommended to be applied to MDR-TB clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumaini
"Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif skizofrenia merupakan kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain akibat dari pikiran-pikiran negatif serta pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi CBSST terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 60 orang yang meliputi 29 orang kelompok intervensi dan 31 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kognitif dalam menilai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi meningkat secara bermakna setelah dilakukan terapi CBSST (p value<0.05). Peningkatan kemampuan bersosialisasi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBSST dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan CBSST (p value<0.05). CBSST direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial.

Social isolation as one of the negative symptoms of schizophrenia is the failure of individuals to establish interaction with others resulting from negative thoughts and unpleasant experiences as a threat to the individual. The purpose of this study was to determine the effects of CBSST therapy on socialization ability the client with social isolation in the Marzoeki Mahdi hospital, Bogor. The research design was quasi-experimental pre-post test with control group. The sample of this research are clients of social isolation with amount of 60 respondents including 29 respondents in the intervention group and 31 respondents in the control group.
The results showed that the cognitive ability to judge ourselves, others and the environment and psychomotor ability in socialization increased significantly after CBSST therapy (p value < 0.05). This research showed significant comparation of socialization ability in socialization between group with CBSST therapy and neither (p value < 0,05). CBSST therapy recommended as nursing therapy used to treat client with social isolation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>