Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfan Fadilah
"Rasa aman merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia ketika berada dimanapun dan kapanpun. Rasa aman didapatkan setelah manusia melakukan penyesuaian dengan lingkungannya. Salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan penyesuaian tersebut adalah pertahanan diri. Pertahanan diri merupakan mekanisme yang dilakukan seseorang ketika ruang personalnya terganggu. Pada sebuah ruang urban, terdapat banyak jenis aktivitas berbeda yang dilakukan. . Setiap aktivitas memiliki cara yang berbeda dalam pelaksanaannya sehingga terdapat perbedaan cara dalam melakukan mekanisme pertahanan diri. Skripsi ini mengkaji bagaimana mekanisme pertahanan diri dapat membentuk rasa aman saat melakukan aktivitas di ruang terbuka publik. Pengamatan dilakukan pada acara Car Free Day di Jakarta tepatnya di area Bundaran HI dan Senayan. Ruang tempat dilakukannya Car Free Daymerupakan ruang-ruang jalan yang dialihkan fungsinya sementara menjadi ruang rekreasi. Hasil menunjukkan adanya perbedaan mekanisme pertahanan diri pada aktivitas statis dan dinamis. Ruang Car Free Day beserta elemen-elemen di dalamnya, digunakan untuk beraktivitas dan juga mengakomodasi kebutuhan pertahanan diri.

A sense of safety is a fundamental need for everyone, regardless of location or time. This sense of safety is achieved once people adjust to their environment. One way to facilitate this adjustment is through self-defense mechanisms. Self-defense is a process individuals employ when their personal space is disrupted. In an urban space, there are various types of activities taking place. Each activity has its unique way of being performed, which leads to different approaches to employing self-defense mechanisms. This thesis explores how self-defense mechanisms create a sense of safety while engaging in public open spaces. The observation was conducted during the Car Free Day event in Jakarta, specifically in the Bundaran HI and Senayan areas. During Car Free Day, roads are temporarily repurposed as recreational spaces. The findings show distinct self-defense mechanisms in static versus dynamic activities. The spaces used for Car Free Day and the elements within them serve not only for activities but also accommodate the needs for self-defense."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dyah Aulia
"Gentrifikasi komersial merupakan salah satu fenomena yang ditandai dengan perubahan signifikan di kawasan perkotaan pada abad ke-21, terutama di kota yang sedang berkembang dengan pesat. Penulisan ini berupaya mengeksplorasi bagaimana gentrifikasi komersial terjadi di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Proses ini dipicu oleh peningkatan intensitas fungsi komersial yang ditandai dengan pertumbuhan bangunan komersial dan perkembangan Kemang sebagai kawasan komersial kota. Perkembangan area komersial menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Analisis ini menyoroti bagaimana gentrifikasi komersial berdampak pada peningkatan nilai lahan, perubahan demografi, dan pergeseran usaha kecil di Kawasan Kemang. Studi ini memberikan pemahaman mengenai implikasi gentrifikasi komersial dalam konteks perkotaan, dengan penekanan pada dinamika ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi akibat transformasi kawasan menjadi pusat komersial yang lebih modern dan terintegrasi.

Commercial gentrification is a phenomenon characterized by significant changes in urban areas in the 21st century, especially in cities that are developing rapidly. This writing seeks to explore how commercial gentrification occurs in the Kemang area, South Jakarta. This process was triggered by the increase in the intensity of commercial functions which was marked by the growth of commercial buildings and the development of Kemang as a commercial city area. The development of commercial areas has significant social and economic impacts. This analysis highlights how commercial gentrification has an impact on increasing land values, demographic changes, and shifts in small businesses in the Kemang area. This study provides an understanding of the implications of commercial gentrification in an urban context, with an emphasis on the economic, social and cultural dynamics that occur as a result of the area's transformation into a more modern and integrated commercial center."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Fitri Marcellina
"Kajian perancangan ini mengeksplorasi transformasi mekanisme arsitektur dalam mengatasi kelangkaan ruang dan sumber daya akibat perubahan skala manusia yang diprediksi terjadi dalam beberapa dekade mendatang. "Homo Desci" merupakan upaya revolusioner imajiner yang dirancang untuk menjawab tantangan ekologis dengan menyusutkan ukuran tubuh Homo Sapiens menjadi sepersepuluh dari ukuran aslinya melalui teknologi kuantum yang memungkinkan terjadinya manipulasi jarak antar atom. Dalam konteks ini, arsitektur menjadi sistem kehidupan mikro yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan terintegrasi dengan lingkungan. Studi penelusuran mencakup cara hidup manusia mikro melalui analisis game ‘grounded’, analisis wilayah, dan analisis sumber daya lokasi, yang kemudian akan menentukan operasi serta mekanisme arsitekturnya. Hasilnya, arsitektur berkembang menjadi sistem kehidupan baru yang terdiri dari enam komponen utama: Sistem Teritori dan Teknologi, Sistem Makanan, Sistem Hunian, Sistem Pengairan, Sistem Domestikasi Hewan, dan Sistem Pembuangan. Enam komponen ini saling terhubung dan diharapkan mampu menjawab tantangan terkait keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan.

Homo-Desci: Architectural Systems Transformation at 1:10 Human Scale This design study explores the transformation of architectural mechanisms in addressing the scarcity of space and resources due to the predicted changes in human scale in the coming decades. "Homo Desci" represents an imaginative revolutionary effort designed to tackle ecological challenges by shrinking the size of Homo Sapiens to one-tenth of their original size through quantum technology that enables the manipulation of atomic distances. In this context, architecture becomes a micro-living system designed to meet living needs and integrate with the environment. The study encompasses the way of life of micro-humans through the analysis of the game ‘Grounded’, regional analysis, and resource analysis of the location, which will subsequently determine the operations and mechanisms of the architecture. Consequently, architecture evolves into a new living system comprising six main components: Territory and Technology System, Food System, Shelter System, Water System, Animal Domestication System, and Waste System. These six interconnected components are expected to address challenges related to environmental balance and sustainability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Ganesh Aji Dewanto
"Studi ini mengeksplorasi tindakan bermain (play) sebagai aktivitas yang multi-realita (aktual dan virtual) dan memiliki kekuatan untuk membentuk makna, realitas, dan pengalaman ruang yang berlapis dalam arsitektur. Melalui pemahaman virtualitas menurut pemikiran Kalaga (2003), studi ini menggunakan pemahaman virtualitas sebagai spektrum kemungkinan yang tersusun oleh berbagai relasi yang kemudian menjadi basis perancangan. Studi ini khususnya menginvestigasi interaksi antara relasi geometri subjektif dengan potensi tindakan bermain yang dapat terjadi. Menggunakan pemosisian arsitektur sebagai sebuah game yang tersusun oleh adanya sistem, peraturan, dan tindakan bermain di dalamnya, studi ini menginvestigasi tindakan bermain dan multiplikasi pengalaman ruang yang terjadi melalui skenario naratif dari konteks tindakan bermain yang berbeda. Pengungkapan gagasan tindakan bermain sebagai aktivitas multi-spasial dalam perancangan memperluas pemahaman bahwa arsitektur bukan hanya sebagai objek statis, tetapi terus-menerus diciptakan, berubah, dan dinegosiasi berdasarkan tindakan bermain yang terjadi di dalamnya.

This study explores the act of play as a multi-reality (actual and virtual) activity that consequently has the power to shape meaning, reality, and layered spatial experiences in architecture. Through the understanding of virtuality according to Kalaga's (2003) thought, this study uses the concept of virtuality as a spectrum of possibilities composed of multiple relationships as a basis for designing. This study specifically investigates the interaction between subjective geometric relationships and the potential play activities that can occur. Positioning architecture as a game consisting of systems, rules, and play actions, this study investigates the act of play and the multiplication of spatial experiences that occur through narrative scenarios of different play contexts. The revelation of the concept of play as a multi-spatial activity within play-based architecture expands the understanding that architecture is not merely a static object but is continuously created, altered, and negotiated based on the play actions occurring within it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Koming Sawitri Dewi
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk memaparkan proses penelusuran ide ketermenerusan atau kontinuitas dari siklus kehidupan organisme dan proses metabolismenya pada konteks sebagai basis perancangan. Penelusuran kontinuitas dari metabolisme organisme ini menjadi penting untuk menunjukkan cara mengolah materi lingkungan oleh organisme nonmanusia untuk mempertahankan keberlanjutan kualitas lingkungan. Arsitektur yang selama ini bersifat statis dan eksploitatif tidak didesain untuk mendaur ulang materi sekitar sehingga dapat mengurangi atau memperbaiki kerusakan dunia. Dunia menjadi rusak akibat aktivitas manusia yang intensif dan degradasi kualitas lingkungan, padahal manusia sebagai organisme memiliki keterbatasan jangka hidup. Studi perancangan ini hadir dalam sebuah konteks situasi imajiner yang memiliki karakteristik lingkungan dunia yang simultan, memungkinkan kontinuitas jiwa berbasis klasifikasi material. Dengan basis tersebut, kestabilan konektivitas antardunia diciptakan untuk mendukung ekspansi batasan kehidupan organisme manusia melampaui satu jangka hidup. Melalui penelusuran jenis material, siklus hidup, serta cara kerja metabolisme organisme pengolah, arsitektur kontinu hadir dalam dunia Revivium sebagai ruang hidup dan perangkat pengolah materi berbahaya di atmosfer lingkungan menjadi materi yang aman. Revivium menghadirkan arsitektur yang mengadopsi siklus hidup organisme dan menempatkannya sebagai objek, subjek, juga operator untuk mencapai kestabilan hidup di berbagai dunia.

This design study aims to explain the process of tracing the idea of continuity of the organisms life cycle of and their metabolic processes in context as a basis for design. Tracing the continuity of the organisms metabolic process becomes important to show how environmental materials are processed by non-human organisms to maintain sustainable environmental quality. Architecture which has so far been static and exploitative is not designed to recycle surrounding materials so that it can reduce or repair damage to the world. The world is becoming damaged due to intensive human activity and degradation of environmental quality, even though humans as organisms have a limited lifespan. This design study exists in the context of an imaginary situation that has the characteristics of a simultaneous world environment, allowing for mental continuity based on material classification. On this basis, stable connectivity between worlds is created to support the expansion of the boundaries of human organism life beyond one life span. This design study exists within an imaginary scenario characterized by an environment-based material classification that determines stability in inter-world connectivity. Through the exploration of material types, life cycles, and the operational mechanisms of processing organisms, architecture of continuity emerges in the world of Revivium as both a living space and a hazardous material processing facility where atmospheric materials are transformed into safe substances. Revivium introduces architecture that adopts the life cycles of organisms, positioning them as objects, subjects, and operators to achieve stability across various worlds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Sekardini
"Kajian Perancangan Tugas Akhir ini mengeksplorasi adaptasi sebagai pendekatan dalam arsitektur simbiotik sebagai sebuah evolusi, yang bertujuan untuk menjadikan interaksi antara manusia dan alam melalui lensa 'Connectedness with Nature' dan simbiogenesis sebagai basis perancangan. Melalui studi literatur, kajian ini menyoroti bagaimana evolusi manusia dari masyarakat pemburu-peramu ke industri telah bergeser ke era kapitalisme dan era Anthropocene. Hal ini mengakibatkan dominasi dan kerusakan lingkungan yang signifikan, memicu perlunya perkuatan keterhubungan dengan alam. Dengan mengadopsi perspektif 'Being as Nature', perancangan ini berargumen bahwa manusia sebagai bagian dari sistem alam dapat menghadirkan arsitektur yang simbiotik dan mengintegrasikan ciri-ciri genetik yang mendukung simbiosis alami melalui Homo botanicus. Dengan menjadi ‘Being as Nature’, Homo botanicus memulai era Mothering Nature – mothering, sebagai kata kerja. Dengan mendefinisikan ciri-ciri genetik tanaman dalam tiga bioma, desain dikembangkan menggunakan skrip komputasi untuk mendemonstrasikan arsitektur simbiosis yang dihasilkan oleh Homo botanicus dan alam. Kajian ini mengusulkan desain arsitektur yang tidak hanya meniru tapi menjadi bagian dari proses simbiogenetik alam, dengan mengekstrak mekanisme pertumbuhan alam. Sebuah sudut pandang yang tidak melihat alam sebagai “sumber daya” yang dieksploitasi, tetapi membimbing pertumbuhan alam secara alamiah sesuai ciri genetiknya.

This design study explores the evolution of adaptation as an approach in symbiotic architecture, employing interactions between humans and nature through the lens of 'Connectedness with Nature' and symbiogenesis as basis for designing. Through a literature review, this study highlights how human evolution from a hunter-gatherer to an industrial society has shifted to the era of capitalism and the Anthropocene. This results in significant environmental domination and degradation, fueling the need to strengthen connectedness with nature. By adopting 'Being as Nature' as a perspective, this project argues that humans as part of a natural system can facilitate symbiotic architectural design, integrating genetic traits that support natural symbiosis through Homo botanicus. By becoming 'Being as Nature', Homo botanicus began the era of Mothering Nature – mothering, as a verb. By defining the genetic traits of plants in three biomes, the design is developed using computational scripting to demonstrate the symbiotic architecture generated by Homo botanicus and nature. This study proposes architectural designs that not only imitate but become part of nature's symbiogenetic processes, by extracting natural growth mechanisms. A point of view that does not see nature as a "resource" to be exploited but to be guided so that nature grows naturally according to its genetic traits."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Az-Zahra
"Penelitian ini menjelajahi potensi integrasi arsitektur dengan teknologi modifikasi genetika untuk menciptakan Homo Deus, sebuah spesies manusia yang ditingkatkan secara genetis, melalui pendekatan arsitektur berbasis proses dengan metode "kits and parts". Arsitektur Homo Deus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip biomolekuler dapat diterapkan dalam perancangan ruang spasial untuk mencapai sistem operasi arsitektur yang efektif. Studi ini menyoroti pentingnya substansi dan siklus dalam membentuk arsitektur yang fungsional dan responsif terhadap perubahan genetik. Penelitian ini mencakup pemahaman mendalam tentang berbagai proses yang terjadi pada sel, struktur genetik, dan material yang membentuk tubuh manusia. Pada akhir penelitian, ditemukan bahwa dengan memanfaatkan teknologi adaptif pada zamannya, seperti CRISPR dalam studi ini, arsitektur masa depan dapat menciptakan ruang yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan dan perubahan evolusi.

This study explores the potential integration of architecture with genetic modification technology to create Homo Deus, a genetically enhanced human species, through a process-based architectural approach using "kits and parts" methodology. Homo Deus architecture demonstrates how principles of biomolecules can be applied in spatial design to achieve an effective architectural operating system. The study highlights the importance of substance and cycles in shaping functional architecture that is responsive to genetic changes. It encompasses a deep understanding of various processes occurring within cells, genetic structures, and materials shaping the human body. Ultimately, the research finds that leveraging adaptive technologies of its time, such as CRISPR in this study, future architecture can create spaces that are adaptive and responsive to the development and evolutionary changes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Nabila Prajwalita Reka Pravyana
"Studi ini mengeksplorasi interaksi antar objek di ruang kosmik dengan menginvestigasi keserbaragaman karakteristik yang dapat mendukung terbentuknya keadilan untuk menjaga keberlanjutan dari kehidupan alam semesta. Studi ini dilakukan sebagai respons terhadap ketidakadilan yang terjadi di masyarakat, seperti kurangnya pemberian akses terhadap sumber daya dan kesempatan dalam pemenuhan hak. Dengan banyaknya tuntutan terhadap kesetaraan yang menyeluruh di masyarakat, muncul beberapa pertanyaan mengenai kondisi kesetaraan yang sebenarnya dibutuhkan. Studi ini melihat adanya kemungkinan ketidaksetaraan atau keserbaragaman dalam masyarakat sebagai landasan dari terbentuknya peradaban yang adil. Menggunakan pendekatan posthumanisme, konteks dari studi ini berupa narasi sains-spekulatif dari peradaban berskala kosmik atau cosmic society berdasarkan pemikiran Dickens dan Ormrod (2007) dengan basis keadilan. Pendekatan tersebut mendorong perancangan arsitektur yang dapat mendukung interaksi antar objek di ruang kosmik untuk mencapai peradaban yang memanfaatkan keserbaragaman dalam membentuk keadilan.

This design study explores the celestial objects’ interactions and their diverse characteristics to support equity establishment and maintain sustainability in the universe. This study is conducted as a response towards the injustice occurring in our current society, such as the lack of access to resources and given opportunities in rights fulfillment. With the many demands for complete equality in society, questions arise regarding the conditions of equality that are actually needed. This study highlights the possibility of inequality or diversity in society as the basis for the formation of an equitable civilization. Using a posthumanist approach, the context of this study is a speculative science narrative of a cosmic-scaled equitable civilization in forming a cosmic society based on the thoughts of Dickens and Ormrod (2007) on the basis of equity. This approach encourages architectural design that supports interactions between celestial objets in cosmic space to achieve a civilization that utilizes diversity in establishing equity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library