Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gustrilea Almiza
Abstrak :
Sungai Musi merupakan salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan dan muaranya berada di Kabupaten Banyuasin. Muara dan Sungai Musi banyak dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi seperti sanitasi, jalur transportasi, dan kegiatan perikanan. Jumlah penduduk yang tinggi dan banyaknya pemukiman yang berada di jalur sungai musi, serta adanya aktivitas di perairan tersebut akan menghasilkan sampah plastik baik makroplastik maupun mikroplastik. Sampah dari sungai akan menuju muara dan mencemari pesisir serta laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi serta kelimpahan makro- dan mikroplastik yang ada di hulu dan muara Sungai Musi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di hulu dan muara Sungai Musi sudah tercemar oleh sampah plastik, dan adanya perbedaan kelimpahan makro- dan mikroplastik antar stasiun penelitian. Kelimpahan makroplastik berkisar antara 5-32 item/m2 dengan rata-rata berat yaitu 27,82-126,89 g/m2 dan 5 jenis makroplastik yang mendominasi yaitu serpihan plastik; kemasan makanan; gayung/ember/botol plastik lainnya; kantong plastik; dan gelas plastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan yaitu dalam bentuk fragmen; fiber; film; dan pellet/granula. Kelimpahan mikroplastik di air permukaan berkisar antara 342-793 partikel/L yang didominasi oleh fragmen, kelimpahan mikroplastik di sedimen berkisar antara 4.458,67-5.514,67 partikel/kg didominasi oleh fragmen. Beberapa langkah pengelolaan sampah plastik berdasarkan hasil penelitian antara lain yaitu: meningkatkan monitoring dan penelitian sampah plastik; kampanye pendidikan publik jangka panjang; membuat peraturan daerah tentang penggunaan plastik; dan pengelolaan sampah plastik yang baik dan secara berkala. ......Musi River is one of the longest rivers in Sumatra Island, which flows through South Sumatra Province and its estuary reaches out in Banyuasin Regency. Musi River and especially its estuary are highly used for economic activities such as mode of transport, fishing as well as sanitation. The high density of population and the increasing number of settlements in the Musi River banks result in increasing plastic waste-both macroplastic and microplastic which flows into the estuary and pollutes the coast and sea. The objective of this study is to determine the distribution and the abundance of macro-and microplastic in the upstream and estuary of Musi River. This research used a quantitative descriptive approach with purposive sampling method. The results of the study showed that the upstream and estuary of Musi River had been polluted by plastic waste and also showed the differences in macro- and microplastic abundance between research stations. Macroplastic abundance ranging from 5-32 items/m2 with an average weight of 27.82-126.89 gr/m2 and the dominant macroplastic types are plastic fragments; food wrappers; other jugs/containers; bags(films); and cups. Whereas the types of microplastic found are in the form of fragments; fiber; film; and pellets/granules. Microplastic abundance in the surface of water ranged from 342-793 particles/L which were dominated by fragment, whereas microplastic abundance in sediments ranged from 4,458.67-5,514.67 particles/kg which were dominated by fragment. Consequently the results of the study propose several steps to manage plastic waste in the coastal area development including: increasing identification and monitoring of plastic waste problems; long-term community education; local regulations regarding the use of plastic; and manage of plastic waste regularly.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayati Wuskha Zulkarnaini
Abstrak :
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Bekasi menampilkan beragam program yang tersebar merata di wilayah pesisir dan kawasan industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya CSR yang terfokus pada kebutuhan mendasar masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada wilayah pesisir, program-program CSR disesuaikan dengan tantangan khusus, terutama perlindungan pantai dari abrasi dan banjir rob. Upaya penghijauan melalui penanaman mangrove menjadi bagian penting dalam pelestarian lingkungan pesisir. Selain itu, program CSR juga melibatkan peningkatan aspek ekonomi melalui pelatihan dan infrastruktur dasar. Di kawasan industri, CSR merespons berbagai kebutuhan yang beragam, mulai dari perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan hingga infrastruktur jalan. Namun, dampak implementasi CSR masih belum merata. Lokasi geografis mempengaruhi sejauh mana CSR dapat dirasakan, dengan wilayah yang lebih dekat pusat industri cenderung mendapatkan bantuan CSR yang lebih komprehensif. Meskipun telah memberikan dampak positif pada bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, implementasi CSR masih menghadapi beberapa kendala. Program CSR belum sepenuhnya mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan. Selain itu, implementasi ini belum mempengaruhi secara menyeluruh pola ruang di wilayah-wilayah tersebut. Adanya perbedaan dalam penerimaan dan dampak CSR dipengaruhi oleh lokasi geografis dan tingkat keterlibatan perseroan di wilayah tersebut. ......The implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) in Bekasi Regency features a variety of programs spread evenly across coastal areas and industrial areas. This research aims to analyze CSR efforts that focus on the basic needs of local communities. The research results show that in coastal areas, CSR programs are adapted to special challenges, especially coastal protection from abrasion and tidal flooding. Reforestation efforts through planting mangroves are an important part of preserving the coastal environment. Apart from that, the CSR program also involves improving economic aspects through training and basic infrastructure. In industrial areas, CSR responds to a variety of needs, from improving education and health facilities to road infrastructure. However, the impact of CSR implementation is still uneven. Geographic location influences the extent to which CSR can be felt, with areas closer to industrial centers tending to receive more comprehensive CSR assistance. Even though it has had a positive impact on the economic, social and environmental fields, CSR implementation still faces several obstacles. CSR programs have not been able to significantly improve the quality of life of the community. Apart from that, this implementation has not yet completely affected the spatial patterns in these areas. Differences in the acceptance and impact of CSR are influenced by geographic location and the level of company involvement in the region.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafidz Qurani SM.
Abstrak :
ABSTRAK
Kawasan Cibinong Raya merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Bogor yang bertujuan untuk dapat mendorong perekonomian daerah. Dalam memenuhi perannya sebagai pusat kegiatan wilayah diperlukan investasi yang dapat mengkatalisasi pembangunan. Untuk meningkatkan investasi dibutuhkan daya tarik terhadap investasi, yang salah satunya adalah dengan menjadikan sektor industri sebagai daya tarik investasi. Oleh karena itu, dibutuhkan wilayah yang memiliki potensi investasi industri yang memiliki kesesuaian dalam aspek kondisi fisiknya dan keunggulan berdasarkan kondisi iklim investasinya. Untuk mengetahui kondisi kedua aspek tersebut digunakan analisis fuzzy logic sebagai salah satu alat yang dapat mengolah data data spasial yang digunakan. Selain itu dilihat juga bagaimana kondisi perizinan dalam melakukan usaha yang merefleksikan kemudahan berbisnis dalam Kawasan Cibinong Raya, sehingga berdasarkan faktor faktor tersebut dapat diketahui potensi investasi industri di Kawasan Cibinong Raya. Hasil penelitian ini menunjukkan di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Bojong Gede memiliki tingkat kesesuaian terhadap potensi investasi industri yang paling luas dengan tingkat kesesuaian sangat sesuai. Kawasan Cibinong Raya memiliki potensi investasi industri sebesar 30 dari luas wilayahnya namun berdasarkan ketersediaan lahannya hanya sebesar 11 sehingga dapat dikatakan kondisi investasi mengalami kejenuhan. Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Citeureup merupakan kecamatan yang memiliki potensi pengembangan investasi industri dengan orientasi pasar. Sedangkan Kecamatan Bojong Gede, Kecamatan Tajur Halang, dan Kecamatan Kemang berorientasi tenaga kerja.
ABSTRACT
Cibinong Raya Area is an area that designed as a regional activity center in Bogor Regency which aims to be able to encourage regional economy. In fulfilling its role as a regional activity center, it is necessary to obtain investment that can catalyze development. To increase the investment required attraction to investment, one of which is to make the industrial sector as an attraction of investment. So it takes the region that has the potential of industrial investment that has a suitability in terms of physical conditions and advantages based on investment climate conditions. To know the condition of both aspect is used fuzzy logic analysis as one of the tools that can process spatial data used. In addition, this study also sees how licensing conditions in doing business that reflect the ease of doing business in the Cibinong Raya Area. So based on factors above factors can be known potential investment industry in Cibinong Raya Area. The results of this study indicate that in Cibinong District, Citeureup Subdistrict and Bojong Gede District have a level of conformity to the industry s most extensive investment potential with a very suitable suitability level. Cibinong Raya area has an industrial investment potential of 30 of its area but based on the availability of the land is only 11 so it can be said the investment conditions experienced saturation. Kecamatan Cibinong and Kecamatan Citeureup is a subdistrict that has potential to develop industrial investment with market orientation. While District Bojong Gede, District Tajur Halang, and District Kemang labor oriented
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Aliyah Iskandar
Abstrak :
Adanya kawasan kampung di pusat Kota Jakarta menunjukkan adanya fenomena gentrifikasi yang terjadi di kawasan tersebut. salah satu kampung di pusat kota yaitu Kampung Bawah Tanah yang berada di kawasan komersial dan elite jakarta yaitu Kemang, Jakarta Selatan yang mana kampung ini juga berbatasan langsung dengan Kemang Village. Pembangunan Kemang Village mengakibatkan terjadinya dinamika ruang fisik yang ditandai dengan perubahan penggunaan lahan dan perubahan fungsi bangunan juga dinamika sosial budaya yang ditandai dengan adanya displacement dan segregasi sosial yang ada di Kampung Bawah Tanah, dinamika sosial ini juga mengakibatkan perubahan proporsi dan karakteristik masyarakat Kampung Bawah Tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk melihat dan mengkaji kebertahanan masyarakat lokal Kampung Bawah Tanah untuk tetap tinggal di kampung mereka ditengah perkembangan dan perubahan yang terjadi juga untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kebertahanan  warga Kampung Bawah Tanah dalam mengatasi perkembangan kawasan kemang tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, Kampung Bawah Tanah akan tetap bertahan, Proses bertahan yang dilakukan di Kampung Bawah Tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor; 1)Kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan, 2) Adaptasi, 3) Ikatan Sosial dan  4) Lama tinggal. ......The existence of a village area in the center of Jakarta City indicates the existence of a gentrification phenomenon that occurs in the area. one of that villages in the city center is Bawah Tanah Village, which is located in the commercial and elite area of Jakarta, (Kemang, South Jakarta), this village is also directly adjacent to Kemang Village. The development of Kemang Village has resulted in dynamics of physical space which are characterized by changes in land use and changes in building functions as well as socio-cultural dynamics which are characterized by displacement and social segregation in  Bawah Tanah Village, these social dynamics have also resulted in changes in the proportions and characteristics of Bawah Tanah Village communities. The purpose of this research is to see and examine the survival of the Bawah Tanah Village local communities to remain in their village amidst the developments and changes that have occurred and to identify what factors influence the survival of Bawah TanahVillage communities in overcoming the development of the Kemang area. This research was conducted using a qualitative approach through qualitative descriptive analysis techniques. From the results of the study it was concluded that Bawah Tanah Village would survive. The survival process carried out in the Underground Village was influenced by several factors; 1) Ease of getting a job, 2) Adaptation, t3) Social Bonds and 4) Length of stay.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Khairunnisa
Abstrak :
Dalam pemilihan lokasi suatu usaha, perlu pertimbangan yang lebih dari pemilik usaha. Bisnis fashion merupakan salah satu usaha yang selalu berkembang mengingat fashion merupakan bagian dari kebutuhan sandang seluruh manusia. Lokasi dapat menjadi faktor penting agar bisnis fashion yang berjalan dapat bersaing secara efektif (Handoko, 2000). Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan (Khairunnisa, 2011) dengan industri tekstil dan pakaian yang menonjol, salah satunya adalah bisnis fashion berupa factory outlet. Perkembangan bisnis factory outlet yang cukup pesat menyebabkan diperlukannya strategi pemasaran terukur. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari lokasi terhadap kesuksesan bisnis factory outlet di Kota Bogor. Peneliti melakukan observasi lapangan untuk melihat karakteristik factory outlet yang dilihat dari site (fasilitas dan konsep) dan situation (visibilitas, lahan parkir, dan kondisi lingkungan bisnis) dan alasan pemilihan lokasi. Selain itu, penelitian ini juga melihat nilai lokasi factory outlet sebagai daerah wisata belanja. Adapun variabel pengukur kesuksesan bisnis adalah lama berdirinya usaha, tren penjualan, dan break even point. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa lokasi memiliki pengaruh terhadap kesuksesan bisnis. Factory outlet yang memiliki karakteristik primary location berkonsep japandi industrial dan modern, fasilitas sangat lengkap, produk casual, harga rata-rata tinggi, dan promosi baik. Factory outlet ini ada di lokasi yang strategis dan memiliki nilai lokasi tinggi sedangkan factory outlet dengan karakteristik secondary location berkonsep industrial dan modern, fasilitas lengkap, dengan produk sporty, chic style dan streetwear, harga rata-rata tinggi, dan promosi baik. Factory outlet ini ada di lokasi yang strategis dan kurang strategis, serta memiliki nilai lokasi rendah. Factory outlet dengan karakteristik primary location memiliki potensi sukses sedangkan factory outlet dengan karakteristik secondary location cenderung kurang berpotensi sukses. Oleh sebab itu, karakteristik lokasi factory outlet memiliki pengaruh terhadap kesuksesan bisnis factory outlet di Kota Bogor ......In the business location decision making process, more consideration is needed from the business owner. The fashion business is always growing considering that fashion is part of the human needs. Location can be an important factor in which the fashion business can compete effectively (Handoko, 2000). Bogor City is one of the well-known trading cities (Khairunnisa, 2011) with a prominent textile and clothing industry, one of which is in the form of factory outlets. The rapid development of the business needs a measurable marketing strategy. This research’s purpose is to determine the effect of location on the success of the factory outlet business in Bogor City. By that, the researcher did a field observation to see the characteristics of factory outlets as seen from the site (facilities and concepts) and situation (visibility, parking, and business environment conditions) and the reason why the location chosen. In addition, this research also looks at the value of the factory outlet location (accessibility, traffic, and land value). The variables for measuring the business success are the length of business establishment, sales trend, and breakeven point. The results of the study found that location has an influence on business success. Factory outlets that have the characteristics of a primary location with a japanese industrial and modern concept, very complete facilities, casual products, high average prices, and good promotions. This factory outlet is in a strategic location and has a high location value while the factory outlet with secondary location characteristics has an industrial and modern concept, complete facilities, with sporty, chic style and streetwear products, high average prices, and good promotions. This factory outlet is in a strategic and less strategic location, and has a low location value. Factory outlets with primary location characteristics have the potential for success, while factory outlets with secondary location characteristics tend to have less potential for success. Therefore, the characteristics of the factory outlet location have an influence on the success of the factory outlet business in Bogor City
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Pratisamara
Abstrak :
Perkembangan teknologi melaju dengan sangat cepat yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Chenoweth (2008) menyatakan bahwa berbagai ide baru yang diciptakan perusahaan startup mengendalikan bisnis elektronik dunia. Dibutuhkan suatu fasilitator yang dapat membantu startup tersebut menunjang aspek-aspek (seperti kebutuhan pasar dan pendanaan) bisnis. Salah satu contohnya adalah venture builder. Penelitian ini akan membahas bauran pemasaran dari layanan daring dari Ecoxyztem, venture builder Indonesia yang bergerak di isu lingkungan dan perubahan iklim atau teknologi iklim (climate tech) yang telah mendapatkan pendanaan dari beberapa investor lokal dan global, yaitu Instagram dan situs web (website). Bauran pemasaran yang dianalisis dengan lima aspek pemasaran internet (produk, harga, tempat, promosi, dan personalisasi) ini akan dihubungkan dengan aspek cyber geography yang dilihat dari aspek akses, navigasi, aktivitas informasi, dan augmentasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara semi-terstruktur sebagai metode pengumpulan data. Di mana informan merupakan target pasar dari Ecoxyztem, yaitu startup climate tech, investor, dan audiens Instagram dan situs web. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bauran pemasaran memiliki hubungan dengan cyber geography, seperti aspek tempat dengan semua aspek cyber geography, produk dengan aktivitas informasi, dan personalisasi dengan navigasi dan augmentasi. ......Technological developments accelerated very quickly which led to very rapid economic growth. Chenoweth (2008) states that various new ideas created by startup companies control the world's electronic business. A facilitator is needed who can help the startup support aspects (such as market needs and funding) of the business. One example is the venture builder. This research will discuss the marketing mix of online services from Ecoxyztem, an Indonesian venture builder working on environmental issues and climate change or climate technology which has received funding from several local and global investors, namely Instagram and websites. The marketing mix analyzed by the five aspects of internet marketing (product, price, place, promotion, and personalization) will be linked to cyber geography as seen from the aspects of access, navigation, information activity, and augmentation. This study used a descriptive qualitative method with semi-structured interviews as a data collection method. Where informants are the target market for Ecoxyztem, namely climate tech startups, investors, and the Instagram/websites audiences. The results of this study explain that the marketing mix has relationship with cyber geography because the aspects in it have similarities, such as aspects of place with all the aspects of cyber geography, product with information activity, and personalization with navigation and augmentation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effitriana Ramadhiyanty
Abstrak :
Kecamatan Bogor Tengah merupakan ‘jantung’ Kota Bogor. Aktivitas perdagangan dan jasa di Kecamatan Bogor Tengah termasuk yang terbesar di Kota Bogor maka disebut sebagai magnet perekonomian. Munculnya bisnis ritel modern membuat adanya persaingan terhadap keberadaan pasar tradisional di Kota Bogor semakin tak terkendali. Kemudian kegiatan berbelanja dengan kehadiran secara fisik seperti pasar tradisional menjadi pilihan utama masyarakat. Dengan menggunakan metode Buffer dan analisis Crosstab, dilakukan penelitian untuk mengetahui jangkauan pelayanan pasar tradisional di Kecamatan Bogor Tengah dan bagaimana hubungannya dengan karakteristik konsumen. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa Pasar Kebon Kembang dan Pasar Bogor merupakan Pasar Regional dengan aksesibilitas strategis (penggunaan lahan) dan mudah (kelas jalan). Kemudian Pasar Merdeka termasuk Pasar Sub Kota dengan aksesibilitas cukup strategis (penggunaan lahan) dan cukup mudah (kelas jalan), sedangkan Pasar Padasuka adalah Pasar Lokal dengan aksesibilitas cukup strategis (penggunaan lahan) dan kurang mudah (kelas jalan). Pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Regional memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja sangat jarang dengan pengeluaran berbelanja sedang dan sangat tinggi dalam sekali berbelanja, lama berbelanja sebentar, serta waktu tempuh yang cukup sesuai pada jarak dekat dan sedang menggunakan angkot, dan jarak jauh waktu tempuh yang tidak sesuai menggunakan motor. Barang yang dibeli oleh konsumen Pasar Regional lebih beranekaragam seperti pakaian, sembako, sayuran, dan lain-lain. Selanjutnya pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Sub Kota memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja jarang dengan pengeluaran berbelanja sedang, lama berbelanja sebentar, serta waktu tempuh yang cukup sesuai dengan kendaraan bermotor. Barang yang dibeli oleh Pasar Sub Kota lebih berfokus membeli aneka pangan. Sedangkan pasar dengan jangkauan pelayanan Pasar Lokal memiliki karakteristik konsumen yang berbelanja sangat sering dengan pengeluaran berbelanja rendah, lama berbelanja sebentarm serta waktu tempuh yang sesuai dengan berjalan kaki. Barang yang dibeli oleh konsumen Pasar Lokal sama dengan Pasar Sub Kota yaitu hanya berfokus terhadap aneka pangan. ......Central Bogor Sub-district is the 'heart' of Bogor City. Trade and service activities in Central Bogor Sub-district are among the largest in Bogor City, hence the name 'economic magnet'. The emergence of modern retail businesses makes competition for the existence of traditional markets in Bogor City increasingly uncontrollable. Then shopping activities with physical presence such as traditional markets become the main choice of the community. Using the Buffer method and Crosstab analysis, research was conducted to determine the range of traditional market services in Central Bogor District and how it relates to consumer characteristics. The results of the study found that Kebon Kembang Market and Bogor Market are Regional Markets with strategic (land use) and easy (road class) accessibility. Then Pasar Merdeka is a Sub-City Market with strategic accessibility (land use) and fairly easy (road class), while Pasar Padasuka is a Local Market with strategic accessibility (land use) and less easy (road class). Markets with a service range of Regional Markets have the characteristics of consumers who shop very rarely with moderate and very high shopping expenditures in one shopping trip, shopping time is short, and travel time is quite suitable at close and medium distances using angkot, and long distances with inappropriate travel time using motorbikes. Goods purchased by Regional Market consumers are more diverse such as clothing, groceries, vegetables, and others. Furthermore, markets with a range of Sub-City Market services have the characteristics of consumers who shop infrequently with moderate shopping expenses, short shopping time, and travel time that is quite suitable for motorized vehicles. Goods purchased by the Sub-City Market are more focused on buying various foods. Meanwhile, markets with a range of Local Market services have the characteristics of consumers who shop very often with low shopping expenditures, short shopping times and travel times that are suitable for walking. Goods purchased by Local Market consumers are the same as Sub-City Markets, which only focus on various foods.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrizqy Nadya Khairunissa Yulianto
Abstrak :
Pusat perbelanjaan mal kini sudah menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menjadi sebuah ruang publik. Mal sebagai ruang publik berperan menjadi tempat untuk berkumpul dan beraktivitas tanpa memandang latar belakang pengunjungnya. DKI Jakarta dikenal sebagai provinsi yang memiliki pusat perbelanjaan kedua terbanyak di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Berdasarkan Kementerian Perdagangan Repubik Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta mendorong perkembangan sektor ritel, terutama dalam sektor pusat perbelanjaan mal. Dengan adanya perkembangan tersebut, hal ini juga berdampak pada semakin tingginya tingkat persaingan antar mal. Di sisi lain, Generasi Z menjadi mayoritas pengunjung di pusat perbelanjaan mal dan diperkirakan akan terus meningkat, sebagaimana menurut BPS lebih dari 20% dari penduduk Jakarta didominasi oleh Generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara daya tarik mal-mal di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat dan persepsi pengunjung Generasi Z yang kemudian membentuk aktivitas yang dilakukan. Adapun daya tarik mal sebagai ruang publik dalam penelitian ini dilihat dengan pendekatan placemaking menurut Project for Public Spaces. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan daya tarik mal akan mendorong pengunjung Generasi Z untuk memiliki kecenderungan persepsi dan aktivitas tertentu. Mal daya tarik tinggi dan mal daya tarik sedang memiliki kesesuaian persepsi lebih tinggi dibandingkan dengan mal daya tarik rendah sebagaimana hal ini ditunjukkan dengan penggunaan aktivitas lebih tinggi yang diiringi oleh tingkat persepsi lebih memenuhi bagi pengunjung Generasi Z. ......Shopping malls have now become more than just places for shopping; they have evolved into public spaces. Malls, as public spaces, serve as gathering spots and activity hubs regardless of the visitors' backgrounds. DKI Jakarta is known as a province with the second-highest number of shopping centers in Indonesia, particularly in South Jakarta and Central Jakarta. According to the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia, rapid economic growth in Jakarta has propelled the development of the retail sector, especially in the mall sector. With this growth, there is a consequent increase in competition among malls. On the other hand, Generation Z constitutes the majority of visitors to shopping malls and is expected to continue growing. According to BPS, more than 20% of Jakarta's population is dominated by Generation Z. This research aims to analyze the relationship between the attractiveness of malls in South Jakarta and Central Jakarta and the perceptions of Generation Z visitors, which then shape their activities. The attractiveness of malls as public spaces in this study is viewed through the placemaking approach by Project for Public Spaces. The method used is quantitative descriptive analysis with a spatial approach. The research results indicate that the differences in mall attractiveness will influence Generation Z visitors to have tendencies in specific perceptions and activities. Shopping malls with high and moderate attractiveness have a higher alignment of perception compared to malls with low attractiveness, as indicated by a greater engagement in activities accompanied by a higher level of satisfaction for Generation Z visitors.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khofiyana Putri Widyaningrum
Abstrak :
Tradisi membatik di Kabupaten Kendal pernah mengalami keterpurukan, namun dewasa kini tradisi tersebut dimunculkan kembali dan mengalami perubahan. Sebagai wujud budaya yang mengandung nilai dan gagasan tertentu, batik telah mengalami perkembangan, baik dari segi teknik, proses pembuatan, corak atau motif, serta fungsi sebagai dampak dari perjalanan zaman dan sentuhan budaya lain. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan dari motif batik yang ada di Kabupaten Kendal berdasarkan karakteristik wilayah pembatikannya, serta keterkaitan dari teknologi dan pelaku yang dalam penelitian ini dipandang sebagai mode produksi terhadap perubahan dari motif batik tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan ideografis, yang dieksplorasi dengan melalui dua kasus, yakni Batik Linggo yang mewakili wilayah batik dataran tinggi dan Batik Widji yang mewakili wilayah batik dataran rendah. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan motif batik di Kabupaten Kendal meliputi unsur-unsur yang baru dimunculkan yang merepresentasikan wilayah pembatikan, perluasan pemaknaan, dan perluasan perspektif wilayah pembatikan yang kini didasarkan pada letak geografis. Pada awal kemunculan, motif hanya berupa unsur alam seperti flora dan fauna yang seragam, namun dewasa kini dimunculkannya unsur seperti motif cerita sejarah, pola aktivitas penduduk, hingga motif peninggalan sejarah, dan flora fauna khas. Munculnya unsur-unsur baru tersebut juga didasarkan dari pengrajin batik yang ingin menonjolkan karakteristik wilayah serta keunikan lain yang ditemukan di sekitar wilayah pembatikan mereka, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Perubahan dari motif batik di Kabupaten Kendal tersebut diiringi oleh perubahan dari mode produksi batiknya, di mana keduanya menunjukkan hubungan yang timbal balik. Antara perubahan motif batik dengan perubahan mode produksi tersebut diikat oleh aspek yang sama, yakni aspek pelaku pembatikan. ......The batik tradition in Kendal Regency was on the verge of losing its identity. However, it has now been revived and is undergoing incredible changes. As a form of culture that embodies certain values and ideas, batik has evolved in terms of technique, manufacturing process, patterns or motifs,, as well as function as a result of the passage of time and the touch of other cultures. This research was conducted to analyze changes in batik motifs in Kendal Regency based on the characteristics of the batik making area, as well as the relationship between technology and actors which in this research are seen as modes of production on changes in batik motifs This research is qualitative research with a ideographic approach, the research explored two cases, namely Batik Linggo, which represents the highland batik area, and Batik Widji, which represents the lowland batik area. The research findings reveal that changes in batik motifs in Kendal Regency include newly emerged elements that represent batik-making areas, expanding meanings, and perspectives on batik-making areas based on geographical location. In the beginning, motifs only consisted of natural elements such as uniform flora and fauna. But now, elements such as historical story motifs, population activity patterns, historical heritage motifs, and typical flora and fauna have emerged. These elements highlight regional characteristics and the uniqueness found around their batik-making areas, namely the lowlands and highlands. The changes in batik motifs in Kendal Regency are accompanied by changes in the batik production mode. Changes in batik motifs and mode of productions are both tied to the batik maker.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Agni Mayatirtana
Abstrak :
Air adalah sumberdaya yang utama dalam mendukung kehidupan manusia, baik untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun sebagai pendukung kegiatan manusia. Kabupaten Bojonegoro dengan luas 230.706 ha adalah wilayah dengan kondisi perbedaan curah hujan yang cukup jelas, pada saat musim kemarau dan musim hujan. Kejadian El-Nino menjadi salah satu faktor terjadinya kekeringan yang dapat dikategorikan menjadi kekeringan meteorologis yang berakibat pada ketersediaan air yang tidak mencukupi dan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya air tersebut, pemerintah membangun Bendung Gerak Bojonegoro untuk mengalirkan air Sungai Bengawan Solo ke areal persawahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkatan kekeringan yang terjadi dari kondisi curah hujan selama 30 tahun menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index) pada tahun El Nino (tahun 1991, 1997, 2002, 2009 dan 2015) yang dihubungkan dengan ketersediaan air Bendung Gerak Bojonegoro terhadap pola tanam tembakau. Maka didapatkan kondisi kekeringan di tahun terjadinya El Nino lebih cenderung menunjukkan peningkatan dan rata-rata mencapai puncaknya di bulan September. Sedangkan budidaya tembakau yang di optimalkan tahun 2002 dan 2009 dengan kondisi kekeringan yang terjadi, petani masih mengoptimalkan melalui pergeseran tanam di sepanjang aliran sungai. Sedangkan di tahun 2015 di saat kekeringan sangat tinggi, maka ketersediaan air yang berkurang membuat petani lebih cenderung memperhatikan waktu tanam guna mengurangi kendala ketersediaan air atau lebih memilih mengkosongkan sementara lahan yang ada (diberakan). ......Water is a key resource in support of human life, both for the fulfillment of their daily needs as well as a supporter of human activity. Bojonegoro with an area of 230 706 ha is the region with the condition of difference rainfall is quite clear, during the dry season and the rainy season. Genesis El-Nino became one of the factors of drought which can be categorized into a meteorological drought that resulted in inadequate water availability and to overcome the limitations of water resources, the government is building a dam to drain water Gerak Bojonegoro Solo River to the paddy fields. The purpose of this study was to determine the level of the drought that occurred from rainfall for 30 years using SPI (Standardized Precipitation Index) in the year of El Nino (1991, 1997, 2002, 2009 and 2015) associated with the availability of water weir Gerak Bojonegoro to pattern planting tobacco. Then obtained the drought conditions in the year of El Nino is more likely to show increased and the average peaked in September. While the cultivation of tobacco in optimizing in 2002 and 2009 with drought conditions, farmers still optimizing through shifting planting along streams and rivers. Whereas in 2015 in the time of drought is very high, the availability of water is reduced to make farmers more likely to pay attention to the time of planting to reduce water availability constraints or prefer mengkosongkan while the existing land (fallow).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>