Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indrawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi empiris tentang struktur modal pada perusahaan yang go public di Indonesia. Penelitian dilakukan pada saham yang sudah terdaftar terus menerus di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan mengambil sampel 81 perusahaan, yang dikelompokkan dalam 3 kelompok industri selama 5 tahun, yaitu dan tahun 1990 sampai dengan tahun 1994. Tiga kelompok industri tersebut adalah industri pabrikasi, industri real estat & properti dan industri hotel & travel.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana rata-rata struktur modal (Debt Fequity ratio / DER dan Debt Assets Ratio / DAR) dari ketiga industri tersebut di Indonesia dan perbedaannya antar industri.

Selanjutnya, mengacu pada dua hal yang dipertimbangkan oleh para investor dalam melakukan investasi, yaitu resiko dan return, maka diteliti pula pengaruh faktor resiko yang ada terhadap struktur modal. Faktor resiko pertama yang diuji adalah perubahan nilai perusahaan, yang berkaitan erat dengan probabilita terjadinya biaya kebangkrutan. Dalam penelitian ini, volatility of earning digunakan sebagai proksi perubahan nilai perusahaan.

Faktor resiko kedua yang diuji adalah resiko yang tidak dapat dieliminasi dengan kombinasi portfolio saham, yaitu systematic risk. Proksi yang digunakan adalah beta saham. Beta saham dihitung dengan menggunakan pendekatan Aggregated Coefficients Method Market Model (AC Method-Market Model), diinana model ini menurut penelitian para ahli dianggap tepat untuk pasar yang masih rendah frekwensi perdagangannya (infrequent trading) dan banyak saham yang tidak aktif diperdagangkan di pasar, seperti pada periode sampel penelitian ini. Terakhir, dilihat pula pengaruh struktur modal terhadap return saham.

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata struktur modal industri tahun 1990-1994 adalah DER sebesar 1,2189 dan DAR sebesar 0,4788. Dan ketiga industri yang diteliti rata-rata struktur modal tertinggi ada pada industri real estat & properti (DER=1,4708 dan DAR=0,5296), kemudian industri pabrikasi dengan DER=1,2130 dan DAR=0,4825, disusul dengan yang terendah pada industri hotel & travel (DER=0,8393 dan DAR=0,3594).

Uji beda rata-rata DER tiap dua tahunan untuk seluruh industri menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata struktur modal tiap industri pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya. Tidak signifikannya perbedaan rata-rata DER tersebut terlihat pada keseluruhan uji beda tiap industri maupun industri keseluruhan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1994.

Sedangkan uji beda rata-rata DAR seluruh industri menunjukkan ada perbedaan rata-rata struktur modal pada tahun 1990 dengan tahun-tahun selanjutnya, sedangkan tahun 1991 sampai tahun 1994 tidak berbeda. Terlihat dari signifikasi hasil uji beda industri keseluruhan pada tahun 1990 dengan tahun 1992 (t=-2,9069) dan hasil uji beda tahun 1990 dengan tahun 1994 (t=-2,4701). Hal ini dikarenakan perbedaan yang signifikan terjadi pada industri pabrikasi.

Hasil analisis Marian terhadap rata-rata DER terlihat sangat signifikan (F=19,146), berarti adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar ketiga industri. Demikian juga pengujian ANOVA terhadap rata-rata DAR menunjukkan hasil yang sangat signifikan (F=53,075), yang mengartikan pula adanya perbedaan rata-rata struktur modal antar industri.

Pengujian regresi volatility of earnings terhadap DER sebagai struktur modal terlihat tidak signifikan (t=-0,866), demikian pula hasil regresi volatility of earnings terhadap DAR (t=-1,143). Hal tersebut membuktikan bahwa volatility of earnings tidak berpengaruh terhadap DER maupun DAR, sebagai proksi dart struktur modal.

Regresi systematic risk terhadap struktur modal, baik DER (t=0,629) maupun DAR (t=0,303) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Berarti hasil regresi tersebut tidak membuktikan systematic risk berpengaruh positif terhadap struktur modal di Indonesia.
Pengujian regresi terakhir untuk membuktikan pengaruh struktur modal terhadap return saham juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan, baik dengan DER (t=-0,422) maupun DAR (t=-0,340) sebagai proksi struktur modal. Dengan demikian hasil regresi tersebut juga tidak mendukung adanya penganih struktur modal terhadap return saham.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiwidjaja
Abstrak :
Executive Summary

Globalisasi ckonomi memberikan kemudahan dan kecepatan arus modal, serta keterkaitan antar sistem keuangan dan pasar, menciptakan pilihan yang Iebih luas bagi investor dalam menentukan sasaran investasinya. Investasi dapat dilakukan di pasar-pasar modal utama dimana saja di dunia, selama 24 jam, melalui Internet, dengan mudah dan harga yang kompetitif. Internet juga menciptakan suatu komunitas baru investor global yang menuntut adanya pasar modal global dengan teknologi yang canggih.

Untuk dapat bertahan dan berkembang di era globalisasi, pasar modal harus memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, likuid dan transparan.

Pemulihan perekonomian di Indonesia, memeriukan pendanaan yang tidak sedikit. Pemberdayaan dana masyarakat perlu ditingkatkan.

Penggunaan internet telah menjadi suatu hal yang biasa dan tak terelakkan, termasuk dalam perdagangan surat berharga. Banyak pasar modal di berbagai negara telah menerapkan Internet sebagai media penyebaran informasi, komunikasi, transaksi dan pendidikan.

Dari segi aksesibilitas jaringan Internet di Indonesia sudah mencukupi. Untuk meningkatkan kuaiitasnya, inisiatif jalan raya informasi Nusantara-21 harus dilanjutkan.

Banyak investor retail yang tciah dan siap menggunakan Internet untuk menggunakan Internet sebagai media perdagangan surat berharga. baik untuk berkonumikasi. mencari intbrmasi. atau bertransaksi.

Paling tidak tcrdapat empat pialang online yang akan atau telah beroperasi pada pertengahan April 2000.

Badan pengawas dan pasar modal di Indonesia harus mulai melakukan perubahan peraturan untuk mengadaptasikan penggunaan Internet sebagai media dalam perdagangan surat berharga.

Sebaiknya dibuat dua tahapan dalam mempersiapkan penerapan penggunaan Internet sebagai sarana perdagangan surat berharga. Pada tahapan pertama peraturan dan mekanisme ditujukan untuk segi keamanan dan kelancaran. Peraturan yang dibuat akan lebih bersifat restriktif, seperti standarisasi dan pembatasan-pembatasan baik untuk pelaku atau jenis jasa yang ditawarkan. Pada tahapan berikutnya barulah diarahkan untuk mengekploitasi Internet. Peraturan yang bersifat restriktif yang diterapkan pada tahap pertama sedikit demi sedikit dicabut atau dilonggarkan. Jumlah jasa yang ditawarkan dan pelaku semakin diperluas, untuk memperluas jangkaun pasar. Dengan pendekatan dua tahap, maka resiko dapat diminimalisasi tanpa mengorbankan perkembangan penggunaan Internet sebagai sarana perdagangan surat berharga.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Herawati
Abstrak :
ABSTRAK
Pajak mempunyai peranan penting karena berfungsi sebagai salah satu sumber dana untuk membiayai pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan melakukan intensifikasi yang mengandung pengertian bahwa pajak yang dibayarkan oleh setiap WP adalah sama dengan potensi yang seharusnya, sehîngga kebocoran penerimaan pajak dapat dihilangkan.

Dengan semakin globalnya perdagangan dunia, maka transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pun semakin kompleks, terutama oleh MNC. MNC yang hampir selalu menerapkan strategi world wide after tax profit akan menggunakan berbagai cara untuk mencapainya, salah satunya adalah dengan melakukau transfer pricing pada transaksi yang mereka lakukan.

Sejalan dengan intensifikasi penerimaan pajak yang dilakukan DJP, dilakukan penelitian mengenai efektivitas sistem pemeriksaan pajak atas transaksi transfer pricing yang dilakukan oleh WP, dengan memilih obyek KPP Baden untuk diteliti.

Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif dengan melakukan wawancara secara mendalam terhadap pakar di bidang perpajakan dan petugas pemeriksa pajak mengenai hal yang diteliti.

Sistem pemeriksaan pajak yang berlaku di KPP Badora belum efektìf untuk mendeteksi adanya transaksi transfer pricing, karena 2 masalah pokok yaitu masalah internal dan masalah eksternal yang mempengaruhi sistem pemenksaan pajak. Masalah internal antara lain mencakup sumber daya manusia, dalam hal ini petugas pemeriksa pajak, beban kerja, pemeriksaan pajak yang kurang kondusif dalam mendukung sistem pemeriksaan pajak. Masalah eksternal antara lain mencakup kaakteristik WP dan sektor usaha yang khusus, yang melibatkan banyak peraturan-peraturan khusus.

Hasil penelitian ini masih sangat sederhana disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kernampuan penulis dalam melakukan analisa. Akan tetapi penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca terutama DJP dan penulis sendri, serta dapat memotivasi peneliti lainnya untuk menganalisa Iebih dalam lagi permasalahan ini
2002
T2476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Peraturan Menkes RI No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coil dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. coil dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coil pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedimentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah A12(SO4), yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan altematif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chlorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi. Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air bake yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratorium pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekeruhan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coils rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengan reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Alum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppm dengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil lebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7.2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah : kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%. Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400/bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dari penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH. Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggi PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dan segi teknis lebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaporit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik. ......In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which are shown by the existing of an organism society called Coli form such as Bacterium cola, Bacillus coil or Escherichia cola which are the ones of microbiologies parameter. The existent of Coli form bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coli form bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn't contain the Escherichia coil bacteria in 100 ml the sample of water. The E. cola bacteria may cause Gastroenteritis. One way of reducing E.coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by flocculation and sedimentation. One factor which determined the success of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high turbid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO,), called "Tawas" or "Alum", it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Use of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water. Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant. Research was done in a laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Average reduction of E. cola by the PAC is 88.32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33) % with p 0.05 in CI 95% of significant difference. The average optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters like : pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are: the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coil reduction is 97.29%. Conditions with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%. Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.0001month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick-lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore. Using the results obtained, it's recommended, for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the "Kaporit" dose in the disinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it's cheaper, and we can get better water quality than before.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Dwikaruniandari
Abstrak :
Kondisi ekonomi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menurunkan kualitas Neraca dan Laporan laba rugi dalam rupiah sebagai alat analisis untuk menilai kineja perusahaan, khususnya pada industri yang rentan terhadap fluktuasi kurs akibat ketergantungan terhadap bahan baku impor, hutang luar negeri dan pembayaran royalti. Analisa laporan keuangan untuk menilai resiko likuiditas dan solvabilitas bisa menjadi bias jika hanya rnengandalkan analisa Neraca dan Laporan laba rugi. Untuk mendekati kenyataan sebenarnya, peranan analisa laporan arus kas sebaiknya ditingkatkan untuk melengkapi informasi yang kurang akurat akibat distorsi metode pencatatan/akuntansi. Pada industri farmasi Indonesia, hasil analisa rasio tradisional yang menggunakan informasi Neraca dan Laporan laba rugi hasilnya tidak seakurat rasio yang menggunakan informasi Laporan arus kas. Hal tersebut terbukti dari analisa prediksi kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan farmasi publik periode 1996-2000, Alasannya adalah rasio tradisional merupakan stock variable, sehingga hanya melihat pada saldo satu titik tertentu yaitu pada akhir periode tutup buku (cut off). Hasilnya akan menjadi sangat fluktuatif dan memberi peluang memanipulasi laporan keuangan (window dressing) serta terdistorsi kurs (seperti jumlah kewajiban mata uang asing yang meningkat, padahal sebenarnya tidak ada penambahan kas. Sementara ¡tu Operating cashfiow ratio bisa lebih tepat memberikan sinyal kesulitan keuangan Suatu perusahaan (early warning system) karena operating cashflow ratio bersifat variable sehingga tidak ada efek non cash allocation dan metode pencatatan akuntansi dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi. Prediksi resiko likuiditas dan solvabilitas perusahaan farmasi publik di Indonesia, periode 1996-1997, perusahaan dengan operating cashflow ratio di atas rata-rata industri memberikan indikasi bahwa perusahaan pada satu tahun mendatang relatif tidak akan mengalami kesulitan keuangan. Sebaiiknya analisa rasio tradisional, seperti misalnya current ratio yang berada di atas rata-rata industri atau Z Score yang menyatakan kondisi keuangan perusahaan aman memberikan indikasi yang kurang tepat. Pada periode 1998-2000, ìnformasi laporan keuangan terdistorsi fluktuasi kurs Rupiah terhadap mata uang asing. Analisa operating cashflow ratio yang berada diatas rata-rata industri tetap memberikan indikasi yang benar bahwa tahun mendatang kondisi keuangan perusahaan relatif aman, tetapi operating cashflow ratio yang rendah belum tentu mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan di tahun mendatang berbahaya. Para analis harus meneliti Iebih jauh karakteristik produk, strategi penjualan, dan sebagainya. Beberapa perusahaan farmasi yang memiliki operating cathflow ratio rendah pada periode ini dan berhasil melakukan restrukturisasi hutang, perubahan strategi, rnelakukan inovasi produk atau promosi yang gencar untuk mendongak penjualan khususnya yang mengandalkan obat bebas (OTC) pada tahun berikutnya berhasil memperbaiki kondisi keuangan perusahaannya dengan mengambil kesempatan disaat krisis dimana masyarakat cenderung memilih swamedikasì dengan obat bebas seperti Tempo Scan dan Bayer. Sementara itu Kalbe Farma dan Dankos walaupun sudah berhasil mencetak keuntungan yang luar blasa masih harus menghadapì resiko likuiditas dan solvabilitas yang Cukup besar akibat kebijakan perusahaan yang agresif dibandingkan perusahaan sejenis dalam menggunakan pembiayaan eksternal hutang luar negeri. Sedangkan perusahaan yang mengandalkan obat resep (ethical) seperti Schering Plough, Squibb dan Dana Varia yang telah menaikan harga obat cukup tinggi untuk mengkompensasi pembayaran royalti dalam mata uang asing pada saat daya beli masyarakat lemah, pada periode 1998-2000 mengalami kesulitan keuangan yang sangat berbahaya karena penjualannya menurun drastis. Hanya Merck yang tetap mampu memelihara kondisi keuangan tetap baik karena gencar menerapkan strategi promosi penjualan obat ethical melalui simposium ilmiah dan mendapat dukungan berupa pinjaman dan induk perusahan Merck KgaA untuk mènyehatkan kondisi keuangan perusahaan di saat bunga pinjaman sangat tinggi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Setiadi Sediarto
Abstrak :
ABSTRAK
Dilihat dari beberapa indikator keuangan, tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja BUMN di Indonesia masih memprihatinkan. Kontribusi BUMN terhadap keuangan negara dalam bentuk dividen/dana pembangunan semesta/bagian laba pemerintah di luar Bank Indonesia masih tergolong kecil. Relatif rendahnya sumbangan dan tingkat return yang dicapai BUMN salah satunya adalah karena terdapat aset BUMN yang idle atau yang pemanfaatannya belum produktif. Selain itu kinerja BUMN yang kurang memuaskan tersebut juga disebabkan oleh adanya misi-misi normatif yang diembannya sebagai public server yang lebih bernuansa makro selain misinya sebagai unit bisnis yang berkewajiban memupuk laba.

Pada karya akhir ini dilakukan evaluasi kinerja keuangan PT Wijaya Karya (WIKA), salah satu BUMN di bawah pembinaan Departemen Pekerjaan Umum tetapi terbatas pada . divisi produksi furniture, sehingga dapat ditentukan strat~gi yang har:.Js dilakukan untuk perbaikan kinerja divisi (perusahaan) secara keseluruhan. Analisa yang digunakan dalam Karya Akhir ini adalah Analisa Laporan Keuangan, Analisa Rasio, Analisa DuPont dan Analisa Stratejik Perusahaan.

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan divisi produksi furniture PT Wijaya Kary.a masih berada di bawah kinerja rata-rata industri. Rendahnya kinerja keuangan WIKA ini lebih disebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan tingkat penjualan yang dari tahun ke tahun terus menurun. Penjualan yang terus menurun ini disebabkan makin berkurangnya mutu produk WIKA yang kurang tahan terhadap perubahan cuaca pada saat pengiriman, sehingga banyak produk yang dikembalikan oleh para importir. Penurunan penjualan ini juga disebabkan kurang efisiennya kegiatan operasi perusahaan dimana perencanaan produksi tidak disesuaikan dengan jumlah permintaan dari konsumen sehingga sering terjadi keterlambatan dalam delivery time karena kapasitas produksi pabrik tidak bisa memenuhi permintaan konsumen dan jumlah bahan baku tidak mencukupi. Selain itu banyaknya jumlah piutang tak tertagih (bad debts) juga turut memperburuk kinerja keuangan WIKA.

Untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan, perusahaan perlu melakukan upaya-upaya perbaikan melalui beberapa alternatif stratejik untuk meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage) dengan mempertahankan building block yang meliputi superior quality, superior innovation, superior customer responsiveness dan superior efficiency yang diarahkan untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan efisiensi operasi perusahaan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Alternatif strategi untuk mencapai superior quality antara lain menambah alat produi
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian C. Koesbandoro
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat ini Bangsa Indonesia dan negara di ASEAN dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak menguntungkan yaitu krisis ekonomi. Krisis yang melanda Indonesia selama Iebih dari dua tahun ini telah merontokkan hampir seluruh sendi sendi kehidupan di Indonesia.

Gejolak mata uang yang disebabkan krisis moneter mempunyai dampak negatif bagi sektor rill yang memiliki komponen barang modalnya dari Import dan mendanai proyek dengan hutang luar negeri jangka pendek (foreign currency) untuk menghasilkan mata uang kawasan (home currency).

Krisis moneter yang menyebabkan krisis ekonomi berdampak pula pada struktur industri kelistrikan PT PLN (Persero) saat ini, krisis ini secara significant berpengaruh pada harga beli tenaga listrik dan IPP?s sebesar 0.8 USD jauh melebihi harga jual tenaga listrik ke konsumen (rakyat Indonesia) yang hanya sebesar 0.2 USD (kurs 1USD Rp. 7000), ditambah dengan tidak jelasnya akuntabilitas tiap unit pada vertikal integrasi bisnis PLN serta inefisiensi dalam bisnis proses PT PLN (laporan audit Arthur andersen). Dalam kondisi saat ini PT PLN (Persero) mengalami kerugian yang sangat besar.

Ketiga hal tersebut hanyalah sebagian dari masalah yang dialami PLN tetapi mempunyai andiI cukup besar dari total kerugian tersebut. PT PLN (Persero) di tuntut untuk melakukan antisipasi akan kerugian yang dialaminya, pendekatan yang salah akan berpengaruh besar pada distorsi makro ekonomi, penyesuaian terhadap harga beli dengan menaikan harga jual listrik akan berdampak bertambah tingginya biaya produksi di semua sektor dan secara otomatis akan memacu tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut dalam Restrukturisasi sektor ketenagalistrikan (Kebijakan Restrukturisasi Sekior Ketenagalistrikan ?White Paper?s Agustus 1998) dimana akan merubah struktur industri kelistrikan dengan sasaran antara lain terciptanya pasar listrik yang kompetitif di wilayah Jawa-Bali pada 2003, Maka ditawarkan suatu pendekatan melalui Bursa Energi Listrik : Suatu Tinjauan Alternatif Restrukturisasi Industri Kelistrikan Di Indonesia dengan Penciptaan suatu mekanisme keseimbangan pasar antara harga yang ditawarkan produsen dengan harga yang diinginkan konsumen sehingga tercapai harga yang wajar dan transparan dalam industri kelistrikan.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Mutiasari Ichwan
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan kurs mata uimg dollar terhadap mata uang rupiah yang begitu cepat sejak 1997 menimbulkan suatu masalah besar bagi perusahaan, yaitu terjadinya peningkatan utang perusahaan dalam rupiah. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak melakukan proteksi terhadap utang mereka (hedging). Pada zaman Orde Baru perusahaan diperkenankan mengambil utang luar negeri karena terdapatnya kelangkaan dana investasi dalam negeri dan tingginya tingkat suku bunga dalam negeri. Perusahaan mencari dana luar negeri khususnya dolar dengan tingkat suku bunga relatif rendah.

Selain masalah peningkatan nilai utang dalam rupiah tersebut, perusahaan juga menghadapi masalah bahwa utang-utang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu yang relatif singkat. Masalah menjadi semakin rumit karena perusahaan juga menginvestasikan utang jangka pendeknya ke dalam proyek jangka panjangnya. Masalah ini menimbulkan mis-matched cash flow perusahaan yang berakibat perusahaan tidak dapat melunasi utangnya, baik itu utang bank jangka pendek maupun utang bank jangka panjang dalam rupiah dan US Dollar.

Krisis moneter yang terjadi ini sangat memberatkan perusahaan yang ada di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini~ karena kesulitan untuk beroperasi tetapi tetap harus melunasi kewajibannya dengan membayar utang yang ada. Untuk menghindari hilangnya kepercayaan kreditor asing dan persepsi kreditor asing bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia tidak layak kredit, maka pemerintah membentuk suatu lembaga yang memprakarsai usaha penyelesaian utang swasta tersebut. Pemerintah membentuk Indonesian Debt Restructuring Agency atau INDRA yang kemudian mengeluarkan skim INDRA disusul den~n Prakarsa Jakarta atau Jakarta Initiative.

INDRA yang dibentuk pemerintah pada bulan Juli 1998, dengan tugas mengusahakan restruki.urisasi utang perusahaan swasta. Sedangkan Prakarsa Jakarta bertugas merancang suatu mekanisme penyelesaian utang. Sejak mulai dirancangkannya sampai dengan saat ini, skim INDRA tersebut dan Prakarsa ternyata hanya sedikit diikuti oleh perusahaan-perusahaan.

PT. X telah melakukan restrukturisasi utang dengan bantuan Joint Century Finance Limited ("JCFL") atas utang bank BNI 1946 dan BoA, perusahaan dapat melakukan pemilihan alternative strategi yang terbaik untuk melakukan restrukturisasi utang tersebut. Pemilihan altematif dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria seperti tujuan utama perusahaan, kebijakan intern manajemen perusahaan, cash out flow .

Di dalam evaluasi tersebut ternyata perusahaan lebih. baik melakukan restrukturisasi utang dengan pola pengalihan utang menjadi saham (debt to equity). Walaupun sulit, tetapi usaha ini masih dimungkinkan untuk dilaksanakan manajemen PT. X. Altematif kedua adalah sebaiknya PT. X melakukan restrukturisasi utang berdasarkan Prakarsa Jakarta.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Sesiarta Nur
Abstrak :
ABSTRAK
Karya akhir ini membahas kasus yang terjadi pada PT. Krakatau Information Technology, anak perusahaan PT. Krakatau Steel, akibat adanya deregulasi di bidang tataniaga besi-baja. Proteksi yang selama ini dinikmati PT. Krakatau Steel, dikurangi menuju pada dihilangjGm. Tidak ada pilihan bagi PT. Krakatau Steel selain meningkatkan efisiensi, produktivitas, ketepatan waktu dan kualitas produknya.

PT. Krakatau Information Technology berperan untuk mendukung misi dan strategi perusahaan induknya. Untuk melihat tujuan ini tercapai atau tidak, dilakukan analisis sebagai berikut:

Pertama, analisis terhadap rasio-rasio likuiditas, profitabilitas, leverage dan efisiensi, membandingkannya dengan pemsahaan pesaing yang berada dalam industri sejenis dan analisa Du Pont untuk melihat kebijakan keuangan selama ini dalam menghasilkan pengembalian (return).

Untuk melihat kineija PT, Krakatau Information Technology dan sudut finansial dan akuntansi saja tidak cukup, sehingga perlu didukung oleh analisis kedua yaitu terhadap misi strategis dalam konteks hubungan parent - business potential untuk melihat value yang mungkin tercipta dan adanya kesesuaian antara karakteristik perusahaan induk dan karakteristik bisnis, dengan menggunakan Parenting fit matrix.

Analisis pertama menunjukkan return on equity pada tahun 1995 berada di bawah rata- rata yakni sebesar 0.70% dibandingkan dengan pesaing perusahaan yang mencapai 23%. Turunnya ROE disebabkan oleh penurunan profit margin, karena naiknya biaya-biaya umum, administrasi dan biaya bunga.

Sementara itu analisis kedua berdasarkan fil analysis karakteristik bisnis dan karakteristik holding company, berada pada value traps business, akibat kesalahan yang dilakukan oleh holding company bahwa potensi bisnis menarik dan sesuai dengan strategi dan karakteristik perusahaan induk (derajat yang tinggi).

Pengamatan yang lebih mendalam justru menunjukkan ketidaksesuaian antara karakteristik bisnis dengan karakteristik perusahaaninduk (derajat ?misfit? yang tinggi). Penyebab utalnanya adalah karena rendahnya sumber daya manusia yang berkualitas dslam perusahaan, mengingat karakteristik dan bisnis sistem informasi membutubkan orang orang customer oriented dalam usaha jasa.

Sedangkan PT. Krakatau Steel secara historis lebih kepada product/production oriented. Padahal value secara nyata baru akan tercipta apabila ada kesesuaian antara karakteristik bisnis dengan karakteristik perusahaan. Akibatnya tidak ada value yang tercipta dan usaha anak perusahaan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prama Nugraha
Abstrak :
Salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang akan menawarkan sahamnya kepada masyarakat adalah penentuan harga saham perdana. Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam No. KEP-O1/PM11988 tanggal 22 Pebruari 1988 pasal 11, disebutkan bahwa harga saham perdana ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara emiten dan penjamin emisi. Harga saham tersebut haruslah merupakan harga yang wajar, artinya bahwa harga saham tersebut sesuai dengan kondisi fundamental yang dimiliki perusahaan dan dapat diterima oleh para calon investor. Dalam Penawaran Umum Perdana Saham PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk, perkirakan harga saham perusahan dilakukan dengan analisa fundamental yang meliputi pertimbangan kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi eksternal perusahaan meliputi kondisi makro ekonomi dan industri perbankan, sedangkan kondisi internal perusahaan meliputi kinerja yang telah dicapai perusahaan, strategi yang akan dikembangkan perusahaan di masa mendatang serta analisis mengenai perhitungan harga saham perusahaan. Dengan menggunakan metode Free Cashflow to Equity, harga saham perdana PT Bank Nusaritara Parahyangan Tbk berdasarkan kondisi fundamentalnya adalah antara Rp. 466,24 hingga 1.314,53 dengan harga pada kondisi normal (sesuai dengan yang diprediksi manajemen perusahaan) sebesar Rp. 921,14. Namun pada Penawaran Umum Perdana, saham Perusahaan ditawarkan pada harga sebesar Rp. 525,00 per lembar saham. Penentuan harga saham perdana tersebut didasarkan atas hasil pemantauan minat calon investor terhadap saham Perusahaan. Dengan harga yang relatif Iebih rendah daripada hasil anahsa fundamentalnya, serta dengan rasio Price Earnings (PE) dan Price to Book Value (PB V) yang Iebih rendah dari rasio PE dan PBV rata-rata industri perbankan, diharapkan calon investor akan tertarik untuk membeli saham Perusahaan. Dengan membaiknya kondisi ekonomi dan industri perbankan serta terus dipertahankannya kinerja Perusahaan, diperkirakan harga saham Perusahaan akan dapat meningkat mencapal nilai fundamentalnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>