Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisarizka Virgina
Abstrak :
Pelaksanaan pendidikan inklusif merupakan sebuah tantangan bagi guru karena guru harus dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap pendidikan inklusif dan dukungan emosional guru, serta memeroleh gambaran dukungan emosional guru di SD Negeri inklusif Depok N = 40. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan MATIES VI dan kuesioner dukungan emosional, sedangkan metode kualitatif dengan observasi melalui rekaman video. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dan dukungan emosional guru. Diketahui pula bahwa perilaku dukungan emosional guru yang lebih sering muncul yaitu pada dimensi iklim positif.
The implementation of inclusive education creates challenges for teachers who have to be able to accommodate learning needs of students with and without special educational needs SEN . The aims of this study were to investigate the correlation between teachers rsquo attitudes towards inclusive education and their emotional supports and to obtain the overview of teachers rsquo emotional supports on public primary inclusive schools in Depok N 40. This study were conducted by quantitative and qualitative methods. Quantitative method using the MATIES VI and the emotional supports scale, and qualitative method using observation with video recording. This study revealed that teachers rsquo attitudes towards inclusive education were related to their emotional supports. It was also found that teachers more frequently provide emotional supports on positive climate dimension.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nurhalimah Br.
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi hubungan antara pengasuhan orangtua dengan theory of mind (ToM) anak usia 6-8 tahun. Partisipan penelitian ini adalah 107 anak sekolah (61 laki-laki, 46 perempuan) dan orangtuanya di Bogor, Indonesia. Peneliti mendapatkan skor ToM anak melalui pengukuran menggunakan skala ToM (Wellman & Liu, 2004) dan second order false belief (Astington et al., 2002; Sullivan et al., 1994) serta skor pengasuhan orangtua menggunakan inventori pengasuhan (PAI) Vinden (2001) yang disempurnakan oleh OReilly dan Peterson (2015). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan pada skor pengasuhan otoritarian dan total skor ToM anak (r = -.199, p < 0.05). Artinya, semakin otoriter pengasuhan orangtua, maka semakin kecil skor ToM anak. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pengasuhan orangtua dan perolehan ToM anak.
This study aims to investigate the correlation between parenting attitude and theory of mind (ToM) among 6-8 years old children. Participant of this study are 107 pupils (61 boys, 46 girls) and their parents in Bogor, Indonesia. We assessed childs ToM using ToM Scale Wellman & Liu (2004), and second order false belief task (Astington et al., 2002; Sullivan et al.,1994). We assessed parenting style using Parenting Attitude Inventory (PAI) Vinden (2001) that has been modified by OReilly and Peterson (2015). The result of this study showing a negative and significant correlation between autoritarian parenting and childs ToM total score (r = -.199, p < 0.05). This result indicate that more autoritarian parenting styles lead to less childs ToM. There is no significan correlation between autoritative parenting and childs ToM has been found.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Syarif
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada anak jalanan, serta ingin menggali faktor-faktor apa saja yang membentuk resiliensi pada anak jalanan. Pengertian resiliensi yang digunakan merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010) yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self reliance dan existential aloness. Skala sikap RS-14 (Wagnild & Young, 2009) digunakan untuk memperoleh gambaran resiliensi dan wawancara mendalam dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk resiliensi pada. Penelitian ini dilakukan di jalanan ibukota Jakarta. Partisipan penelitian terdiri dari 31 orang dengan rentang usia 12-17 tahun dan untuk wawancara mendalam jumlah partisipan adalah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata partisipan mendapatkan skor resiliensi tinggi. Faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal yaitu terutama keinginan mereka untuk memperoleh masa depan yang lebih baik, dan faktor eksternal yang juga mempunyai pengaruh besar bagi anak jalanan untuk bertahan adalah teman-teman. Sejumlah saran untuk penelitian selanjutnya juga turut disertakan. ...... This study was conducted in order to get an overview of resilience in street children, and wanted to explore what are the factors that build up the resilience of street children. Definition of resiliense used refer to the five characteristics of resilience Wagnild (2010), namely meaningfulness, persevarance, equanimity, self reliance, and existential aloness. Resilience scale RS-14 (Wagnild & Young, 2009) is used to obtain a picture of resilience and in depth interviews conducted to obtain information about factors that may build resilience. The research was conducted on the sreets of the capital city of Jakarta. Study participants consisted of 31 persons, and the age range is 12-17 years and for in depth interviews participants consisted three people. The result showed that on average participants get high scores of resiliency. Factors that affect the internal factor is their own desire to get a better future, and external factors which have a major influence for street children to survive are peers. A suggestions for future research were also included.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Dwinadia
Abstrak :
Penelitian ini melihat hubungan antara temperamen anak toddler dan interaksi ibu-anak di keluarga miskin. Temperamen anak ditunjukkan dengan adanya tiga dimensi, yaitu surgency, negative affectivity, dan effortful control. Penelitian ini menggunakan alat ukur Early Child Behavior Questionnaire- Very Short Form untuk mengukur temperamen anak toddler, dan The Parents Interacting with Children: Checklist of Observation Linked Outcomes (PICCOLO), untuk mengukur interaksi ibu-anak. Alat ukur Early Child Behavior Questionnaire-Very Short Form telah diadaptasi oleh Hildayani (2014). Teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment Correlation. Penelitian ini melibatkan 71 responden ibu yang memiliki anak toddler dan berasal dari keluarga miskin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dimensi temperamen anak, yaitu surgency, negative affectivity, dan effortful control dan interaksi ibu-anak di keluarga miskin (p>0,05, tidak signifikan pada L.o.S 0,05.
This research was made to find the relationship between toddler`s temperament and mother-child interaction in poverty family. Toddler temperament is measured include surgency scale, negative affectivity scale, and effortful control scale. This research is using Early Child Behavior Questionnaire- Very Short Form for assessing toddler temperament, and The Parents Interacting with Children: Checklist of Observation Linked Outcomes (PICCOLO) for assessing mother-child interaction. Early Child Behavior Questionnaire-Very Short Form is adapted by Hildayani (2014). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation. Participants were 71 mothers who have toddlers in poverty family. The result is there are not significant between toddler temperament scale, are surgency, negative affectivity, and effortful control, and mother child interaction in poverty family (p>0.05), no significant at the L.o.S 0.05).
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Melina Santoso
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gaya humor dan kualitas hubungan romantis. Responden dalam penelitian ini merupakan emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis berjumlah 317 orang berusia 18 sampai 25 tahun. Gaya humor diukur dengan menggunakan Daily Humor Styles Questionnaire DHSQ yang dimodifikasi oleh Caird dan Martin 2014, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan menggunakan Partner Behavior as Social Context PBSC yang disusun oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara gaya humor affiliative r = 0,387, p < 0.05 dan gaya humor self-enhancing r = 0,244, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara gaya humor self-defeating r = -0,118, p < 0.05 dan gaya humor aggressive r = -0,381, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis. ...... This study was conducted to examine the correlation between humor styles and romantic relationship quality among emerging adult. Respondents in this study were 317 emerging adults, aged 18 to 25 currently in a romantic relationship. Humor styles was measured by Daily Humor Scale Questionnaire DHSQ modified by Caird and Martin 2014, and romantic relationship quality was measured by Partner Behavior as Social Context PBSC made by Ducat and Zimmer Gembeck 2010. The result indicated there was significant positive correlation between affiliative humor style r 0,387, p 0.05 and self enhancing humor style r 0,244, p 0.05, and romantic relationship quality. Then, there was significant negative correlation between self defeating humor style r 0,118, p 0.05 and aggressive humor style r 0,381, p 0.05, and romantic relationship quality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S69097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Rachmayanti
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk melihat hubungan antara academic buoyancy dan adaptabilitas karier pada siswa kelas 9. Adaptabilitas karier adalah kesiapan individu dalam menghadapi tugas-tugas yang terprediksi untuk mempersiapkan dan turut berperan dalam pekerjaan, serta mampu mengatasi situasi tidak terduga yang mungkin muncul karena adanya perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja. Pada siswa kelas 9, tantangan karier sebagian besar datang dari kehidupan akademiknya di sekolah, terlebih ketika akan menghadapi masa transisi karier dari siswa SMP menjadi siswa SMA. Kemampuan beradaptasi terhadap karier dapat membantu siswa mencapai kesuksesan karier di masa depan. Di samping itu, upaya siswa untuk menjadi adaptif terhadap perubahan dalam kariernya tersebut perlu diiringi dengan adanya kemampuan diri untuk terus berhasil mengatasi segala tantangan yang dihadapi. Terlebih dalam konteks akademik, istilah yang menggambarkan kesiapan siswa untuk berhasil mengatasi tantangan yang muncul di kehidupan akademiknya adalah academic buoyancy. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur Academic Buoyancy Martin Marsh, 2008 yang dikembangkan oleh Nurafifah 2011 berdasarkan lima faktor academic buoyancy dan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale Savickas Porfeli, 2012 yang diadaptasi oleh peneliti untuk mengukur academic buoyancy dan adaptabilitas karier. Partisipan penelitian berjumlah 597 siswa kelas 9 dari dua SMP Negeri di Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara academic buoyancy dan adaptabilitas karir pada siswa kelas 9 r = 0,535 dan p = 0,000 pada LoS 0,01. Hasil mengindikasikan bahwa semakin tinggi academic buoyancy siswa maka semakin tinggi pula adaptabilitas kariernya. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi siswa kelas 9 untuk memiliki adaptabilitas karier dalam berespon secara adaptif menghadapi masa transisi karier dan melewati segala tantangan karier di sepanjang kehidupannya. ......The aim of this research is to find the relationship between academic buoyancy and career adaptability in 9th grader students. Career adaptability defined as readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by the changes in work and work conditions. For 9th grader students, in near future of their career, they will face a transition from junior to senior high school students, and all the changes it brings. On the other side, the efforts student make to become adaptable in every change will best be put together with the ability to keep success in dealing with every challenge. Particularly in 9th grader students, challenges mostly come in academic setting. At this point, a term that reflects students rsquo ability to do such thing is academic buoyancy, refers to readiness to successfully deal with academic setbacks, named difficulties, obstacles, and challenges that occurs in academic context. In this research, Academic Buoyancy Scale from Martin and Marsh 2008 that has been developed by Nurafifah 2011 and Career Adapt Abilities Scale Savickas Porfeli, 2012 were used to measure academic buoyancy and career adaptability among students. Participants are 597 students of grade 9 from two junior high schools in Depok. Result shows that there is a positive and significant relationship between academic buoyancy and career adaptability r 0,535 p 0,000 LoS 0,01 . The results indicates that the higher the academic buoyancy of the students, the higher their career adaptability will be. Based on the results of this study, it is important for students in grade 9 to have career adaptability in responding adaptively to face a career transition period and all career challenges throughout their lives.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estrilla Widya Patrichia
Abstrak :
N ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara impulsivitas, parental control, dan adiksi internet pada remaja. Pengukuran impulsivitas menggunakan Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995 , pengukuran adiksi internet menggunakan Internet Addiction Test Young, 1987 , dan pengukuran parental control menggunakan alat ukur Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. Partisipan penelitian merupakan remaja yang berusia dari 12-21 tahun. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistika kuantitatif deskriptif dan pearson correlation menggunakan perangkat lunak SPSS 20. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 155 responden yang mengalami adiksi internet sesuai data deskriptif total skor IAT, dimana terdapat korelasi positif yang signifikan antara impulsivitas dan adiksi internet pada remaja r 155 = .217, p < .01, one tails. Sedangkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara parental control dan adiksi internet pada remaja r 155 = -.032, p < .01, one tails. ......This research was conducted to find out the correlation between impulsivity, parental control and internet addiction among adolescent. Impulsivity was measured by Barratt Impulsiveness Scale Barratt, 1995, while internet addiction was measured by Internet Addiction Test Young, 1987, and parental contol was measure by Parental Control Scale Schaefer Schludermann, 1987. The participant in this research are adolescent with the age range between 12 to 21 years old. Data processing was done by using descriptive statistics and pearson correlation with a software called SPSS 20. The result from this research shows that only 155 respondents are addicted to internet based on the result of IAT descriptiv statistic's data. From this research the results show that impulsivity positively correlated significantly with internet addiction r 155 .217, p .01, one tails . While parental control doesn't signifivantly have a positive correlation with internet addiction r 155 .032, p .01, one tails.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhanni Rahman
Abstrak :
Mengetahui pentingnya mempertahankan hubungan penuh rasa percaya antar sesama, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi kerelawanan dan kepercayaan interpersonal. Metode penelitian yang dipakai adalah korelasional dan partisipan dalam penelitian ini merupakan relawan yang berasal dari kalangan usia emerging adulthood yaitu 18 s.d. 29 tahun yang berjumlah 1334 orang dari berbagai kota di Indonesia. Kepercayaan interpersonal diukur dengan menggunakan alat ukur Propensity to Trust Scale yang dikembangkan oleh Evans dan Revelle 2008 , sementara itu motivasi kerelawanan diukur dengan Volunteer Functions Inventory yang dikembangkan oleh Clary, Snyder, Ridge, Copeland, Stukas, Haugen, dan Miene 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari enam dimensi motivasi kerelawanan mdash;values, social, dan understanding mdash;berhubungan positif dan signifikan terhadap kepercayaan interpersonal, sedangkan dimensi protective berhubungan negatif dan signifikan terhadap kepercayaan interpersonal. Hasil analisis lebih lanjut juga menunjukkan adanya pengaruh motivasi kerelawanan pada keenam dimensi motivasi kerelawanan, terutama pada dimensi values dan understanding. Kedua dimensi tersebut berpengaruh lebih kuat terhadap kepercayaan interpersonal dibandingkan dengan keempat dimensi motivasi kerelawanan lainnya; yaitu protective, career, social, dan enhancement. ......Given the importance of maintaining trustful relationship, the goal of the present research was to determine whether volunteer motivations correlate with interpersonal trust. A correlational design was employed and measures were obtained from 1334 volunteers from various cities in Indonesia. Interpersonal trust was measured using Propensity to Trust Scale by Evans and Revelle 2008 , while volunteer motivations were measured using Volunteer Functions Inventory by Clary, Snyder, Ridge, Copeland, Stukas, Haugen, and Miene 1998. The results demonstrated that three of six designated dimensions of volunteer motivations mdash values, social, and understanding mdash were positively correlated with interpersonal trust while the other dimension namely protective was found negatively correlated with interpersonal trust. Advanced analysis also determined that six designated dimensions of volunteer motivations have influence on interpersonal trust, especially values and understanding. Both dimensions have stronger influences towards interpersonal trust compared to the other dimensions they are protective, career, social, and enhancement.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayah Soimah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan orang penting lainnya (staf perawat) tentang kepuasan hidup penghuni lansia Panti jompo. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 44 lansia yang tinggal di panti asuhan Werdha. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Dukungan dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) untuk mengukur dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga, teman, dan orang lain serta kepuasan Dengan Skala Kehidupan yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985) untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup berhubungan sedang dan diprediksi oleh dukungan sosial yang dirasakan dari orang lain (petugas panti asuhan) dan keluarga. Tidak ada korelasi antara dukungan sosial yang dirasakan dari teman dan kepuasan hidup. Penelitian di masa depan harus memisahkan orang tua masih memiliki keluarga dengan mereka yang tidak. ......This study aims to look at the relationship between perceptions of social support from family, friends, and other important people (nursing staff) regarding the life satisfaction of elderly residents. Nursing home. The number of participants in this study were 44 elderly who live in the Werdha orphanage. The measuring instrument used is the Multidimensional Scale of Perceived Social Support was developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) to measure the perceived social support from family, friends, and others as well as satisfaction with the Life Scale developed by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985) to measure satisfaction. life. The results showed that life satisfaction was moderate and predicted by the social support felt from other people (orphanage workers) and family. There is no correlation between perceived social support from friends and life satisfaction. Future research should separate parents who still have families from those who don't.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Dinda Devina
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas pertemanan dan kontrol diri berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran kontrol diri dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 . SSIS memiliki 7 tujuh dimensi yang terdiri dari kerjasama, komunikasi, empati, asertif, keikutsertaan, tanggung jawab, dan kontrol diri. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur dimensi kontrol diri. Pengukuran kualitas pertemanan dilakukan dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993. FQQ memiliki 6 enam dimensi yang terdiri dari validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, serta companionship and recreation. Responden dalam penelitian ini berjumlah 84 responden dengan karakteristik berusia 6-12 tahun, memiliki satu jenis kebutuhan khusus yang tergolong ringan, serta memiliki kemampuan membaca dan menulis. Melalui teknik pearson correlation, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara kontrol diri dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus r=0,444, p. ......This research is conducted to prove that there is a relationship between selfcontrol and friendship quality in children with special needs in inclusive primary school. The differences of friendship quality and self control based on gender are also examined. Self control is measured with an adaptation of Social Skills Improvement System SSIS which was developed by Gresham and Elliot 2008. SSIS has 7 seven dimensions which consists of cooperative, communication, emphaty, assertive, engagement, responsibility, and selfcontrol. In this research, specifically researcher only measure the self control dimension. Friendship quality is measured with Friendship Quality Questionnaire which was developed by Parker and Asher 1993. FQQ has 6 six dimensions which consists of validation and caring, conflict resolution, conflict and betrayal, help and guidance, intimate exchange, and companionship and recreation. Eighty four participants aged 6 ndash 12 years old, has only one type of special needs that classified as mild, and have ability to read and write, participated in this study. Based on pearson correlation technique, there is relationship between self control and friendship quality in children with special needs r 0,444.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>