Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
Pelaksanaan perencanaan pulang pada pasien gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) belum optimal di Indonesia sementara perencanaan pulang pada pasien gagal jantung penting dilakukan secara optimal. CHF merupakan salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang penting bagi kita diketahui penatalaksanaannya yang optimal karena perkembangan CHF progresif dengan angka mortalitas dan mordibitas tinggi. Perencanaan pulang yang dilakukan dengan optimal dapat meningkatkan kapasitas fungsional, penguatan psikologi pasien dan tidak adanya rawat inap berulang dalam 30 hari setelah pemberian perencanaan pulang. Studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perencanaan pulang yang optimal pada Ny H yang dirawat selama 4 hari. Pemberian perencanaan pulang optimal yang dilakukan pada Ny H menghasilkan perbaikan hemodinamik, pasien menjadi lebih tenang dan kooperatif. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat melakukan perencanaan pulang pada pasien CHF untuk mengoptimalkan perawatan pasien CHF selama dirawat.

ABSTRACT
The implementation of Discharge Planning for heart failure patients or Congestive Heart Failure (CHF) is not optimal in Indonesia while Discharge Planning for patients with heart failure is important to do optimally. CHF is one of cardiovascular diseases which is important for us to know its optimal management because of the progressive development of CHF with high mortality and mortality. Optimal Discharge Planning can improve functional capacity, strengthen patient psychology and avoid repeated hospitalizations within 30 days after giving Discharge Planning. This case study aims to describe the optimal Discharge Planning process for Ms. H who was treated for 4 days. Provision of optimal return planning carried out in Ny H results in improved hemodynamics, patients become more calm and cooperative. The recommendation of this paper is for nurses to do discharge planning for CHF patients to optimize the care of CHF patients during treatment.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widina Mathilda
"ABSTRAK
Manajemen cairan merupakan salah satu intervensi yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis dengan komplikasi asites dan edema. Asites dan edema terjadi karena retensi natrium dan cairan akibat peningkatan sistem portal dan rusaknya fungsi hepatosit untuk produksi albumin. Tujuan penulisan ini adalah menggambarkan intervensi & analisis yang dilakukan pada pasien sirosis hepatis dengan metode studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan. Pengaturan cairan, penggunaan diuretik, dan makanan yang tinggi asam amino diharapkan dapat mengurangi asites dan edema. Hasil yang ditemukan dalam studi kasus ini adalah asites dan edema pada klien selama dirawat di RSUP dr. Cipto Mangunkusumo berkurang yang ditandai dengan derajat edema berkurang dari derajat 4 menjadi 3 dan pengukuran asites dari lingkar perut tidak bertambah meskipun tidak terjadi penurunan yang signifikan. Oleh karena itu, peran perawat dalam memantau manajemen asites dan edema sangat penting untuk dilakukan agar lama perawatan tidak memanjang. Bekerja sama dengan keluarga dalam pengukuran minuman yang diminum pasien dan menimbang popok setiap diganti sebagai rekomendasi penelitian selanjutnya.

ABSTRACT
Fluid management is one of the interventions carried out in patients with cirrhosis hepatic with complications of ascites and edema. Ascites and edema occur due to sodium and fluid retention due to an increase in the portal system and damage to hepatocyte function for albumin production. The purpose of this paper is to describe the intervention & analysis carried out in patients with hepatic cirrhosis with a case study method through a nursing care approach. Fluid management, use of diuretics, and foods high in amino acids are expected to reduce ascites and edema. The results found in this case study are ascites and edema in the client while being treated at RSUP dr. Cipto Mangunkusumo decreases which is characterized by the degree of edema decreasing from degree 4 to 3 and measurement of ascites from the abdominal circumference does not increase even though there is no significant decrease. Therefore, the role of nurses in monitoring management of ascites and edema is very important to do so that the length of treatment does not extend. Family involvement in drink measurement and weighing each diaper are recommended for further research.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"Pembatasan cairan merupakan masalah yang belum optimal dilakukan oleh pasien penyakit ginjal kronik. Rasa haus sering muncul pada pasien yang harus melakukan pembatasan cairan. Studi kasus ini mendeskripsikan proses berkumur dengan mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus akibat pembatasan cairan. Hasil yang didapatkan setelah penggunaan mouthwash mint pada pasien bahwa skala haus pasien berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik penting dilakukan sebagai manajemen rasa haus. Karya ilmiah ini merekomendasikan perawat untuk mengajarkan takaran yang tepat dalam penggunaan mouthwash mint non alcohol kepada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus.

Fluid restriction is a problem that has not been optimally performed by patients with chronic kidney disease. Thirst distress usually appears in patient with fluid restriction. This case study describes the process of gargling with mint mouthwash in chronic kidney disease patients to reduce thirst due to fluid restriction. The evaluation of using mint mouthwash in patients showed that the patient's thirst scale reduced from 5 to 3. The results of this study showed that mint mouthwash in patients with chronic kidney disease is important as thirst management. This paper recommend nurses to educate chronic kidney disease patients for using right dose in the use of non alcoholic mint mouthwash to reduce thirst.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Siti Nurul Apriyanti
"Rasa haus yang sering muncul, mengakibatkan pasien melanggar batasan minum dan menyebabkan potensi overload pada pasien penyakit ginjal kronik. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis kasus penggunaan es batu pada pasien dengan penyakit ginjal kronik. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan melakukan tindakan preventif baik primer, sekunder, ataupun tersier. Case study ini dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis yang sering dirawat karena overload. Hasil dari case study ini menunjukkan bahwa mengulum 5 ml es batu dapat mengurangi rasa haus pasien yang dibuktikan dengan penurunan skor Thirst Distress Scale (TDS) dari skala 27 ke 21. Skor ini didukung dengan balance cairan pasien yang berkurang secara stabil, ditunjukkan pada hari pertama  +50 cc menjadi +10 cc pada hari keempat. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa es batu efektif dalam mengurangi rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronik. Rekomendasi dari penulisan ini mengulum es batu dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien gagl ginjal kronik

The thirst that often arises, resulting in patients breaking the limits of drinking and causing potential overload in patients with chronic kidney disease. This scientific work aims to analyze cases of the use of ice cubes in patients with chronic kidney disease. Nurses in carrying out nursing care take preventive actions both primary, secondary, or tertiary. This case study is carried out in patients with chronic kidney disease with hemodialysis which is often treated for overload. The results of this case study indicate that sucking 5 ml of ice cubes can reduce the patients thirst as evidenced by a decrease in the Thirst Distress Scale (TDS) score from the 27 to 21 scale. +50 cc to +10 cc on the fourth day. This scientific work shows that ice cubes are effective in reducing thirst in patients with chronic kidney disease. The recommendation of this writing is the sucking ice cube can be an alternative for patients with chronic kidney failure"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurwidhiyasari
"Berbagai macam penyakit kulit yang terjadi pada pasien dengan PGK salah satunya adalah dermatitis. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa kasus perawatan kulit pada pasien PGK. Case study ini dilakukan pada pasien PGK dengan hemodialisa yang mengalami komplikasi gangguan kulit dermatitis. Hasil case study ini menunjukkan bahwa perawatan kulit dengan pemberian emolien yaitu Vaselin Album yang harus diberikan 30 menit sebelum pemberian kortikosteroid topikal yaitu Mometasone furoate 0,1% dapat mengurangi gangguan integritas kulit pasien yang dibuktikkan dengan penurunan skor Scoring Atopic Dermatitis (SCORED) dari 31,1 ke 19,2. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa perawatan kulit dengan menggunakan emolien yaitu Vaselin Album yang diberikan 30 menit sebelum pemberian kortikosteroid topikal yaitu Mometasone furoate 0,1% dapat efektif mengurangi gangguan integritas pada kulit pasien. Rekomendasi dari penulisan ini bahwa intervensi tersebut dapat terbukti efektif guna mengurangi kondisi inflamasi kulit pada pasien PGK. Dibuktikan dengan berkurangnya tanda dan gejala dermatitis pada pasien. Perawatan Kulit, Dermatitis, Scoring Atopic Dermatitis (SCORED)

 



Various types of skin diseases occur in patients with CKD, one of which is dermatitis. This scientific work aims to analyze cases of skin care in CKD patients. This case study was carried out on CKD patients with hemodialysis who experienced complications of dermatitis skin disorders. The results of this study show that skin care with emollient administration, Vaseline Album which must be given 30 minutes before topical corticosteroid administration, namely Mometasone furoate 0.1% can reduce the disturbance of patients skin integrity as evidenced by a decrease in Scoring Atopic Dermatitis score (SCORED) of 31,1 to 19,2. The results of this scientific work show that skin care using emollients, namely Vaseline Album, which was given 30 minutes before topical corticosteroid administration, namely Mometasone furoate 0.1%, can effectively reduce integrity disorders in the patient's skin. The recommendation of this paper is that these interventions can be proven effective in reducing skin inflammatory conditions in CKD patients. It is proven by the reduced signs and symptoms of dermatitis in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Upaya pemulihan kondisi pasca-amputasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mobilisasi dini. Mobilisasi yang tidak tepat meningkatkan morbiditas perioperatif dan lama rawat, serta memperlambat proses penyembuhan luka. Tujuan penulisan untuk menganalisis intervensi mobilisasi secara aman pada pasien pasca- amputasi bawah lutut menggunakan metode Metode yang digunakan dengan menerapkan latihan mobilisasi selama 6 hari berturut-turut, sebanyak 2 kali dalam sehari, serta dilakukan selama 30 menit setiap kali latihan. Latihan meliputi latihan tungkai, perubahan posisi, berdiri seimbang dan berpindah posisi. Hasil evaluasi hari ke 6 klien mampu latihan gerak tungkai, berubah posisi serta posisi secara mandiri. Berdiri seimbang dan berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dengan bantuan serta terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Mobilisasi dini pasca- amputasi diperlukan sebagai upaya pemulihan kondisi pasien dan melatih kemampuan berjalan.

Efforts to restore post-amputation conditions can be done in various ways, one of which is early mobilization. Improper mobilization increases perioperative morbidity and length of stay, and reduces wound healing. The purpose of this paper is to analyze the interventions of safely mobilization to post below knee amputation using SAFEMOB method. This study used method which applied mobilization exercises for 6 consecutive days in 2 times a day, for 30 minutes each exercise. Exercises involve leg exercises, position changes, dangling, standing balanced and moving positions. The results of the 6 day evaluation, the patient was able to train joint movements, change position and dangling independently. Standing in balance and shifting from bed to wheelchair with help also lies in increasing strength in the lower extremities. Early mobilization post- amputation is needed as an effort to restore the patients condition and practice walking skills. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Triana
"Kerusakan intrarenal pada pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan komplikasi Acute Kidney Injury (AKI) menyebabkan zat sisa metabolisme tidak dapat terbuang melalui urin serta terjadi kelebihan cairan. Terapi farmakologi seperti kortikosteroid dan imunosupresan turut memperparah overload cairan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi manajemen cairan pada pasien SLE dengan komplikasi AKI terhadap masalah overload cairan. Manajemen cairan yang dilakukan pada pasien meliputi restriksi cairan; pemantauan asupan dan keluaran cairan; tekanan darah, edema dan asites, nilai laboratorium: ureum, kreatinin dan albumin; edukasi manajemen cairan serta kolaborasi pemberian diuretic dan albumin. Hasil intervensi menunjukkan balans cairan mencapai target (-) 1000 cc, asites berkurang dengan penurunan lingkar abdomen dari 105 menjadi 84 cm, adanya perbaikan fungsi ginjal dengan penurunan ureum kreatinin, pengetahuan pasien terkait pentingnya restriksi cairan meningkat dan pasien menunjukkan penerimaan terhadap perawatan. Hasil ini menunjukkan bahwa terapi kortikosteroid dan imunosupresan pada pasien SLE harus disertai dengan intervensi manajemen cairan. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan intervensi manajemen cairan untuk dilakukan pada pasien SLE dengan komplikasi acute kidney injury.


Intrarenal damage in patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) with complicated Kidney Injury (AKI) causes metabolic waste substances to not be wasted through urine and excess fluid occurs. Pharmacological therapies such as corticosteroids and immunosuppressants also contribute to fluid overload. This study aims to analyze fluid management in SLE patients with complications of AKI to overcome fluid overload. Fluid management performed on patients includes fluid restriction; monitoring fluid intake and output; blood pressure, edema and ascites, laboratory values: urea, creatinine and albumin; fluid management education and collaboration in the administration of diuretics and albumin. The results of the intervention showed that the fluid balance reached the target (-) 1000 cc, ascites decreased with a decrease in the abdominal circumference of 105 to 84 cm, an improvement in kidney function with a decrease in creatinine ureum, the patient's knowledge regarding the importance of fluid restriction increased and the patient showed acceptance of treatment. These results indicate that corticosteroid therapy and immunosuppressants in SLE patients must be accompanied by fluid management interventions. Therefore, the authors recommend fluid management interventions to be performed in SLE patients with complications of acute kidney injury."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library