Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santi Trilina
Abstrak :
Sampah merupakan permasalahan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Dimana paradigma pengelolaan sampah di Indonesia masih kumpul-angkut-buang. Sehingga tidak ada perubahan yang berarti dalam segi kuantitas sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir. Depok merupakan salah satu kota yang memiliki timbulan sampah cukup besar yaitu sebesar 3.764 m3/hari pada tahun 2007. Termasuk didalamnya adalah timbulan sampah yang berasal dari Universitas Indonesia (UI). Salah satu upaya untuk mengurangi kuantitas sampah yang berasal dari UI, maka dibutuhkan sebuah Unit Pengolahan Sampah (UPS) di dalam kampus. Dimana perlu dilakukan studi timbulan dan komposisi sampah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengambilan dan pengukuran sampel (sampling) pada sampah gedung perkuliahan, kantin, jalan dan taman. Sampling dilakukan pada 5 titik yaitu FT, FE, Fasilkom, PAU (Rektorat), dan Pusgiwa selama 10 hari kerja. Hasil pengukuran dan pengolahan data menunjukan bahwa pada tahun 2010 timbulan sampah kampus UI Depok mencapai 9,61 ton/hari atau 367,05 m3/hari. Dengan komposisi sampah terdiri dari 85% organik, 6,5% plastik, 6,9% kertas, 0,3% kaca, 0,3% logam, 0,5% styrofoam dan 0,7% sampah lainnya. Untuk menentukan kebutuhan lahan UPS, dibutuhkan data timbulan sampah pada 20 tahun mendatang. Dimana proyeksi timbulan sampah pada tahun 2030 adalah 11,84 ton/hari atau 419,29 m3/hari. Sehingga didapatkan kebutuhan lahan UPS UI adalah 975 m2. Adapun proses pengolahan di UPS adalah pemilahan, daur ulang, dan komposting.
Solid waste is problem in Indonesia which have not finished yet. Where is the paradigm of solid waste management in Indonesia is the collect-transport-throw. So there is no significant change in the quantity of waste in the Landfill. Depok was one city that has a large garbage that is equal to 3.764 m3/day in 2007. This includes the solid waste generation from University of Indonesia (UI). One effort to reduce the quantity of solid waste that comes from UI, so needed a Solid Waste Handling Facilities (UPS) in campus. Where necessary study of solid waste generation and composition beforehand by doing the taking and measuring samples (sampling) at the lecture building waste, canteen, roads and parks. Sampling was conducted at five points of the FT, FE, Fasilkom, PAU (Rectorate), and Pusgiwa during 10 working days. Results of measurement and data processing in 2010 showed that the solid waste of University of Indonesia Depok reached 9,61 tons / day or 367,05 m3/day. With solid waste composition consisted of 85% organic, 6,5% plastics, 6,9 % paper, 0,3% glass, 0,3% metal, 0,5% styrofoam and 0,7% other. To determine the needs of land UPS, solid waste generation data needed in the next 20 years. Where projections of solid waste generation in 2030 is 11,84 ton/day or 419,29 m3/day. So the land was needed 975 m2 for UPS. The treatment process at UPS are segregation, recycling, and composting.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50471
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jehan Elkausar
Abstrak :
Pengelolaan limbah padat di Kota Depok yang masih belum terintegrasi terkendala dengan minimnya data terkait dengan besarnya jumlah timbulan dan komposisi limbah padat di sekitar wilayah pelayanan Unit Pengolahan Sampah (UPS). Padahal data tersebut diperlukan untuk menentukan jumlah limbah padat yang harus dikelola pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan jumlah timbulan dan komposisi limbah padat di wilayah pelayanan UPS, khususnya di wilayah pelayanan UPS Gunadarma dan UPS Merdeka II. Timbulan dan komposisi limbah padat didapatkan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan metode survey ke lapangan dan melakukan pengukuran terhadap sampel-sampel yang diambil. Penelitian ini menggunakan sampel berupa limbah padat yang diambil langsung dari sumber selama 2 minggu. Prosedur pengambilan dan pengukuran sampel penelitian ini mengacu pada SNI 19-3964-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Limbah Padat Perkotaan). Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan laju timbulan limbah padat pemukiman di wilayah layanan UPS Gunadarma 0,418 kg/orang/hari dan laju timbulan limbah padat sekolah 0,111 kg/orang/hari. Laju timbulan limbah padat di wilayah pelayanan UPS Merdeka II 0,261 kg/orang/hari. Komposisi limbah padat pemukiman dan sekolah di wilayah layanan UPS Gunadarma, sebagian besar komposisinya berupa bahan organik dengan rata-rata lebih dari 70%. Komposisi terbesar limbah padat di wilayah pelayanan UPS Merdeka II juga berupa limbah padat organik dengan rata-rata 80% dari total limbah padat yang diangkut.
Solid waste management in Depok which is still hampered by the lack of integrated data related to the number of solid waste generation and composition in the area around the Solid Waste Handling (UPS) service. Though such data are needed to determine the amount of solid waste that must be managed at present and in the future. This research needs to be done to obtain data related to the number of generation and composition of solid waste in the territory of UPS services, particularly in the service of UPS Gunadarma and UPS Merdeka II. Solid waste Generation and composition are obtained through quantitative research approaches and methods of field survey and measuring the samples taken. This study used samples of solid waste are taken directly from the source for two weeks. Procedures and measurement of samples of this study refered to the SNI 19-3964-1994 (Measurement of Example Generation and Composition of Municiple Solid Waste Methode). Based on the results of measurements, the rate of generation of residential solid waste in UPS Gunadarma services 0.418 kg/person/day and the rate of generation of school 0.111 kg/person/day. The rate of generation of solid waste in the territory of UPS Merdeka II services 0.261 kg/person/day. Composition of solid waste in residential and school UPS Gunadarma service area, largely composed of organic material with an average more than 70%. Composition of solid waste in UPS Merdeka II services also largely composed of organic solid waste with an average of 80%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50632
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri D.
Abstrak :
Pengomposan di rumah tangga merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah organik dari timbulan sampah yang makin bertambah di tempat pembuangan akhir. Proses pengomposan akan menghasilkan emisi berupa partikel pencemar udara yang mengandung mikroorganisme, berupa bakteri dan fungi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi pencemar bakteri dan fungi di udara. Kenaikan konsentrasi bakteri dan fungi di udara dapat mempengaruhi kesehatan baik terhadap masyarakat maupun pekerja yang melakukan pengomposan, akibat tingginya kemungkinan pemaparan. Penelitian ini akan mengukur konsentasi bakteri dan fungi pada kegiatan pengomposan skala laboratorium, terutama saat pengadukan berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan konsentrasi mikrobiologis yang terjadi terhadap kontrol, umur kompos dan jarak pengambilan sampel. Konsentrasi mikrobiologis tertinggi adalah bakteri 5.954 CFU/m3 di umur 43 hari dan fungi 4.382 CFU/m3 di umur 8 hari, pada jarak pengambilan sampel 0 meter. Pada jarak 4 meter, diperoleh konsentrasi jamur dan fungi terendah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap konsentrasi mikrobiologis di udara adalah sistem ventilasi udara, kelembaban dan material bangunan. Pemeriksaan kualitas udara mikrobiologis di luar ruangan tidak menunjukan sumber pencemar mikrobiologis.
Composting at home is one of the efforts taken to reduce the amount of organic waste from solid waste generation in final disposal. The composting process will result in air pollutant emissions in the form of airborne that contain microorganisms, such as of bacteria and fungi. This will cause an increase in microbial concentration in the air. The increase in the concentration of microorganisms in the air can affect the health of both the public and workers who do composting, due to the high possibility of exposure. This study will analyze bacteria and fungi concentration in composting process, laboratory scales, when turning happens. The purpose is to see the changes that occurred against the concentration of microbiological control, compost age and distance sampling. The highest concentration for bacteria is 5,954 CFU/m3 at the age of 43 days and fungi 4,382 CFU/m3 at the age of 8 days, at a 0-meter distance. Sampling distance showed the lowest concentration is 4 meters. Microbiological concentrations in the air are also affected by ventilation system, moisture and building material. Microbiological quality of outdoor air did not show a source of microbiological contaminants.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50656
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Fauzi Rachman
Abstrak :
Lindi merupakan cairan yang terbentuk oleh adanya air hujan yang merembes ke dalam timbunan sampah. Konsep keseimbangan air digunakan untuk menentukan timbulan lindi di suatu TPA. Dalam penentuan timbulan lindi, nilai field capacity (FC) sampah merupakan salah satu parameter yang menentukan terhadap banyaknya lindi yang terbentuk. Pemodelan lysimeter dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi lindi terhadap nilai FC sampah. Perhitungan nilai FC sampah skala laboratorium dilakukan dengan membandingan berat atau volumetrik air dengan berat atau volumetrik sampah pada lysimeter. Nilai FC sampah yang didapatkan selanjutnya digunakan untuk menghitung perkolasi lindi yang dihasilkan di TPA Cipayung selama setahun dengan menggunakan Metode Neraca Air Thornthwaite. Sampah pada penelitian ini diambil dari Pasar Kemiri Muka Depok. Penambahan asupan air sebagai simulasi air hujan dan terjadinya kebocoran pada lapisan geotekstil pada kedua lysimeter sebesar 1,4 L. Air lindi yang diresirkulasikan pada lysimeter 1 adalah 1,5 L. Penelitian ini menjadi penting dilakukan, karena dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk evaluasi pengolahan lindi yang ada di TPA Cipayung,terutama dalam hal penentuan potensi timbulan lindi dari landfill. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai kadar air sampah awal pada lysimeter terbilang tinggi, yaitu sebesar 80,6 %. Nilai FC sampah pada lysimeter 1 yaitu sebesar 0,592 L/kg atau 59,2 % atau 276,53 mm/m, sementara pada lysimeter 2 nilainya adalah 0,449 L/kg atau 44,9 % atau 442,93 mm/m. Semakin tinggi nilai FC sampah, maka jumlah timbulan lindi menjadi kecil dan sebaliknya apabila nilai FC sampah kecil, timbulan lindi semakin besar. Total perkolasi lindi di TPA Cipayung selama setahun menggunakan nilai FC dari sampah pada lysimeter dengan resirkulasi lindi (lysimeter 1) adalah sebesar 1.210 mm. Total perkolasi menggunakan nilai FC dari sampah dengan lysimeter tanpa resirkulasi (lysimeter 2) adalah sebesar 1.211 mm. Tidak terlihat perbedaan nilai perkolasi lindi di TPA Cipayung dari bulan Januari-Agustus dan dari bulan Oktober-Desember. Perbedaan nilai perkolasi hanya terjadi pada bulan September yaitu sebesar 38 mm bila dengan menggunakan resirkulasi lindi dan 39 mm bila tanpa resirkulasi lindi). Hal tersebut dikarenakan data curah hujan, temperatur, dan koefisien run-off yang digunakan pada kedua lysimeter mempunyai nilai yang sama. Selain itu, adanya perbedaan ketinggian sampah pada kedua lysimeter yang mencapai 0,32 m diduga turut mempengaruhi besarnya hasil perkolasi lindi pada hasil perhitungan ini. Perlu adanya keseragaman susunan lapisan (capping) di dalam seluruh lysimeter, sehingga hasil yang didapat bisa lebih dibandingkan.
Leachate is a liquid that is formed by the rain water that seeps into the waste heap. The concept of the water balance is used to determine the generation of leachate in a landfill. In determining the leachate generation, the value of field capacity (FC) of waste can be used as one of the parameters. Lysimeter simulation is conducted to determine the effect of leachate recirculation to FC value. The value of FC is calculated by comparing between the water weight or volume with the waste weight or volume in the lysimeter. Furthermore, the value of FC is utilized to calculate leachate generated at Cipayung Landfill within a year by using Thornthwaite Water Balance Method. Solid waste that is utilized in this study was taken from Kemiri Muka traditional market-City of Depok. The amount of additional water into lysimeter is based on the amount of rainfall (precipitation) in Depok and the assumption of leakage rate of geotextile layer on the top of both lysimeter. Thus, 1.4 liter of water is supplied into both lysimeter and additional 1.5 liter of leachate supplied into one of lysimeter as leachate recirculation.Lysimeter 1 is appointed as lysimeter with leachate recirculation and lysimeter 2 is as lysimeter without leachate recirculation. This research is important because it can be used as a basis for evaluation on the existing leachate treatment at Cipayung Landfill especially in estimating of leachate quantity that is coming from landfill. The results showed that the initial moisture content of waste in the lysimeter is approximately 80.6%. The value of FC of waste in lysimeter 1 and 2 is approximately 0.592 L/kg or 59.2% or 276.53 mm/m and 0.449 L/kg or 44.9% or 442.93 mm/m, respectively. The higher the value of FC of waste, the lower the amount of leachate volume generated, and vice versa. Total percolation of leachate at Cipayung Landfill within a year by using these both FC values is 1,210 mm with leachate recirculation and 1,211 mm without leachate recirculation. No visible difference in the amount of leachate percolation at Cipayung Landfill during January to August and October to December. The difference only occurred in September, which is 38 mm and 39 mm by using and not using leachate recirculation, respectively. These results took place due to the same value of rainfall and temperature data, and also the run-off coefficient that is utilized in both calculations. In addition, the difference in waste height on both lysimeter that reached 0.32 m supposedly influenced the amount of leachate generated. Therefore, for the next research, the entire lysimeter should be made on the same condition to obtain good and comparable results.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Chairunnisa B
Abstrak :
Kualitas udara di dalam rumah perlu diperhatikan karena manusia menghirup udara sekitar 10 m3 setiap harinya dan menghabiskan waktu sekitar 80-95% di dalam ruangan. Adapun indikator pencemar mikrobiologis udara adalah bakteri dan jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil, sedang, dan besar, serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur. Penelitian ini berlokasi di Perumahan Griya Rahmani 2 Depok dengan jumlah sampel sebanyak 25 rumah yang diperoleh dengan teknik pengambilan sampel acak berstrata. Lokasi pengambilan sampel bakteri dan jamur di udara adalah di ruang keluarga dengan menggunakan alat EMS 6 Bioaerosol Sampler dengan media kultur TSA dan PDA. Uji analisis yang digunakan adalah uji Anova oneway dengan taraf signifikansi sebesar 10%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh kelompok rumah yang digolongkan berdasarkan luas bangunan. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri dan jamur pada kelompok rumah kecil lebih besar daripada kelompok rumah sedang dan besar. Konsentrasi rata-rata bakteri pada rumah kecil sebesar 862 CFU/m3, rumah sedang sebesar 372 CFU/m3, dan rumah besar sebesar 102 CFU/m3, sedangkan konsentrasi rata-rata jamur pada rumah kecil sebesar 760 CFU/m3, rumah sedang sebesar 453 CFU/m3, dan rumah besar sebesar 194 CFU/m3. Ventilasi dan jumlah penghuni memiliki pengaruh yang besar terhadap bakteri dan jamur, diikuti oleh suhu, kelembaban, dan aktivitas penghuni. Sehingga rekomendasi untuk mengurangi konsentrasi bakteri dan jamur adalah dengan menambahkan exhaust fan dengan kapasitas minimal 67,5 m3/jam untuk kamar mandi kelompok rumah kecil dan sedang, serta exhaust fan dengan kapasitas minimal 270 m3/jam untuk ruang tamu kelompok rumah kecil dan 405 m3/jam untuk ruang tamu kelompok rumah sedang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S65715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narsya Prisila
Abstrak :
Sebagian besar timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kota Depok adalah sampah organik. Dengan jumlah tempat pemrosesan akhir sampah yang sedikit, maka fasilitas pengomposan menjadi solusi. Namun, fasilitas pengomposan dapat menjadi sumber pencemar mikroorganise yang dapat mempengaruhi pekerja maupun peduduk yang tinggal dekat lokasi pengomposan Salah satu mikroorganisme yang dimaksud adalah jamur Aspergillus fumigatus, dimana jamur tersebut merupakan mikroba indikator yang dapat bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit Aspergillosis. Fasilitas pengomposan sebagai studi kasus penelitian kali ini adalah UPS TPA Hanggar 4 Cipayung, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan terhadap konsentrasi jamur A. fumigatus di udara dan gundukan kompos, kualitas kompos hasil prosuksi, dan serta faktor-faktor yang mempengaruhi jalur persebaran jamur A. fumigatus. Konsentrasi jamur A. fumigatus di udara diambil dengan menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler dengan menggunakan media Malt Extract Agar pada area loading sampah, area pencacahan, area gundukan kompos, dan area pengayakan. Pengambilan sampel pada gundukan kompos dilakukan pada kedalaman 20 cm, 90 cm, dan 160 cm dari permukaan kompos. Pengambilan sampel di udara dan gundukan kompos tersebut dilakukan setiap 7 hari sekali selama 70 hari. Parameter kualitas kompos utama yang diteliti adalah suhu kompos, pH, kadar air, rasio C/N, serta kemampuan ikat air WHC, dengan parameter tambahan pada kompos umur 7 hari dan kompos matang yaitu lignin, total Phosphor, dan kadar volatil. Konsentrasi jamur A. fumigatus di udara pada keempat area pengambilan sampel tertinggi adalah 15,6 x 10 CFU/m pada area loading sampah pada minggu ke-28 dan gundukan kompos pada umur kompos 14 hari yaitu sebesar 116 CFU/gram. Berdasarka kualitas kompos yang didapatkan juga memenuhi rentang baku mutu SNI 19-7030-2004. Konsentrasi jamur A. fumigatus pada fasilitas pengomposan utamanya dipengaruhi oleh kegiatan seperti pembalikan, pencacahan, loading sampah, maupun pengayakan kompos, namun turut dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu udara, kelembapan udara, serta kecepatan dan arah angin. A. fumigatus dapat menyebabkan penyakit seperti, Aspergillosis, pada pernapasan dan kulit manusia. ......Most of the waste produced by people in Depok City is organic waste. With a big amount of final waste bin, the composting facility becomes the solution. However, the composting facility can be a source of micro pollutants that can affect the workers and people near the location of the composting site. One of the microorganisms is called Aspergillus fumigatus fungus, an indicator that can affect Aspergillosis disease. Composting facility as case study of this case is UPS TPA Hanggar 4 Cipayung, Depok, West Java. The research was focus on fungi A. fumigatus content in air and mound of compost, quality of compost result, and also factors that is influencing fungus A. fumigatus distribution path. The concentration of fungus A. fumigatus was solved by using EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler with Malt Extract Agar media in feedstock loading area, shredding area, compost mound area, and sieving area. Sampling at the mound is carried out at a depth of 20 cm, 90 cm, and 160 cm from the compost surface. Sampling in air and mound of compost is done every 7 days for 70 days. The main compost quality parameters studied were compost temperature, pH, moisture content, C N ratio, and water holding capability WHC, with additional parameters on 7 days old sompost and mature compost ie lignin, total phosphor, and volatile solid. The concentration of air fungi A. fumigatus in the highest sampling peak area was 15.6 10 CFU m at waste loading area at week 28 and compost mound at 14 days compost time was 116 CFU gram. Based on the quality of the compost obtained also meets the quality standard of SNI 19 7030 2004. Concentration of fungus A. fumigatus in composting facility not only influenced by activities such as turning, shredding, feedstock loading, and sieving, but also influenced by factors such as air temperature, humidity, and wind speed and direction. A. fumigatus can cause diseases such as, Aspergillosis, on the breathing and human skin.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Nur Kurniawati
Abstrak :
TPA Cipayung merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang melayani timbulan sampah kota Depok. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah timbulan sampah yang dihasilkan pun semakin besar. Dengan sistem pengelolaan sampah yang saat ini diterapkan, timbulan sampah yang besar mengakibatkan TPA Cipayung mengalami kelebihan kapasitas. Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata timbulan sampah yang masuk ke TPA Cipayung sebesar 798,97 m3/hari atau 79,634 ton/hari. Komposisi timbulan sampah tersebut terdiri dari 76,96 % sampah organik dan 23,04 % sampah non-organik (7,05 % kertas, 11,37 % plastik, 0,22 % logam, dan 4,18 % jenis sampah lainnya). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kelebihan kapsitas pada TPA Cipayung antara lain timbulan sampah yang besar, komposisi timbulan sampah anorganik sebesar 23,04 % yang ikut ditimbun, dan faktor pemadatan yang tidak sempurna. ......Cipayung landfill is a municipal solid waste (MSW) landfill that serving Depok city. Along with the increase of population, amount of solid waste generated even bigger. With waste management systems currently applied, large amount of solid waste generated made Cipayung landfill over capacity. Based on the results of measurements, the average solid waste entering the landfill Cipayung is 798.97 m3/day or 79.634 tons / day. Composition of solid waste consists of organic waste 76.96 % and 23.04 % non-organic waste (7.05 % papers, 11.37 %, plastics, 0.22 % metals, and 4.18 % other solid waste types). Some of the factors that caused the over capacity of the landfill Cipayung area large amount of solid waste generated, 23.04 % of inorganic solid waste also buried in landfill, and the compaction of the solid waste.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50484
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti Ramandhani
Abstrak :
Timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tingkat pendapatan penduduk terhadap timbulan dan komposisi sampah, mengetahui keterkaitan tingkat pendidikan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP), mengetahui pengaruh besarnya iuran sampah terhadap minat masyarakat dalam menangani sampah, serta mencari potensi reduksi sampah di Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok berdasarkan klasifikasi jenis perumahan dengan pendapatan tinggi, menengah dan rendah. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan cara survei ke lokasi sampling dan didukung oleh kuesioner. Metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-1994. Sedangkan, uji statistik digunakan untuk mencari keterkaitan antara 2 variabel yang diamati, yaitu melalui uji Anova one-way, uji-t sampel independen dan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata penduduk yang berasal dari perumahan mewah menghasilkan timbulan sampah 0,240 kg/orang/hari atau 1,504 liter/orang/hari; perumahan menengah menghasilkan sampah 0,276 kg/orang/hari atau 1,594 liter/orang/hari; dan perumahan sederhana menghasilkan sampah 0,322 kg/orang/hari atau 2,502 liter/orang/hari. Komposisi sampah organik sangat dominan dihasilkan pada ketiga jenis perumahan, sedangkan komposisi sampah anorganik paling tinggi dihasilkan oleh perumahan mewah. Timbulan sampah tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, namun komposisi sampah dapat dipengaruhi. Selain itu, Tingkat pendidikan warga tidak mempengaruhi Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) dan kemampuan membayar iuran sampah pun tidak mempengaruhi minat warga dalam mengelola sampah sendiri. Potensi reduksi sampah untuk perumahan mewah dengan pengomposan adalah sebesar 51,26% dan daur ulang sampah sebesar 17,60%; perumahan menengah adalah sebesar 61,92% sampah untuk pengomposan dan 9,83% sampah untuk didaur ulang; dan perumahan sederhana adalah sebesar 51,51% sampah untuk pengomposan dan 10,46% sampah untuk didaur ulang. ......Solid waste generation will increase along with the population growth, whereas the solid waste composition changes each year due to changes in lifestyle and economic level of society. This study was aims to determine the relationship of income level towards generation and composition of solid waste, to know the relationship of education level on knowledge, attitudes and behavior (KAB), to know the impact of garbage fees to the interest of the community in dealing with waste, and to fine the potential reduction of garbage in the Sub-District Mekar Jaya, District Sukmajaya, Depok, based on classification of housing types with a high income, medium and low. The approach used in this study is a quantitative by survey to the sampling locations and supported by the questionnaire. The measurement method of waste generation and composition refers to the SNI 19-3964-1994. Meanwhile, statistical tests were used to search for linkages between two variables observed through a one-way Anova test, independent samples t-test and chi-square test. The results showed, the average resident coming from luxury housing produced waste 0.240 kg/person/day or 1.504 liters/person/day; intermediate housing generate waste 0.276 kg/person/day or 1.594 liters/person/day; and low-income housing generate waste 0.322 kg/person/day or 2.502 liters/person/day. The composition of organic waste produced very dominant in all three types of housing, while the highest composition of inorganic waste was generated by luxury housing. Solid waste generation is not influenced by income levels, but the composition of solid waste can be affected. In addition, education level does not affect the knowledge, attitudes and behavior of residents (KAB), and the ability's residents to pay garbage fees would not affect the public interest in managing their own waste. The potential of waste reduction for luxury housing with composting amounted to 51.26% and the recycling of waste by 17.60%; intermediate housing amounted to 61.92% of the waste for composting and 9.83% of the waste to be recycled, and low-income housing amounted to 51.51% of the waste for composting and 10.46% of the waste for recycling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Juwita Sari
Abstrak :
Komposisi sampah TPA Cipayung terdiri dari 11,972% komponen plastik. Pada kenyataannya tidak semua sampah plastik dapat diproses, hanya sampah plastik dengan kondisi baik yang dapat didaur ulang. Dengan demikian, sampah yang akan ditimbun di TPA Cipayung banyak mengandung komponen yang sulit terurai seperti plastik. Pemanfaatan sampah TPA Cipayung sebagai refuse derived fuel (RDF) akan mengurangi beban TPA Cipayung dan memperpanjang umur tampung sampah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah sampah TPA Cipayung berpotensi sebagai bahan baku RDF. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk komposisi dan karakteristik fisik dan kimia sampah TPA Cipayung dan besarnya potensi energi dari sampah TPA Cipayung serta potensi sampah di TPA Cipayung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF. Karakteristik fisik yang diteliti adalah berat jenis. Karakteristik kimia yang diteliti adalah kadar air, kadar volatil, kadar abu, dan nilai kalori (calorific value). Karakteristik kimia yang diteliti mengacu kepada analisis proksimat yaitu analisis untuk komponen combustible dalam sampah. Metode pengujian kadar air mengacu pada SNI 03-1971-1990, kadar volatil mengacu pada Standard Method 2540 E dan kadar abu mengacu pada ASTM E 830-87. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sampah TPA Cipayung terdiri atas 28,475% plastik; 4,275% kertas dan karton; 3,938% tekstil; 0,676% karet dan kulit; 1,619% kayu; 0,468% kaca; 0,115% logam; 6,050% diapers dan pembalut; 54,014% organik; dan 0,371% lain-lain. Potensi energi sampah TPA Cipayung (komponen combustible) sebesar 3.576,99-4.787,10 kCal/kg dan sampah di TPA Cipayung yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF secara berurut dari yang memiliki nilai kalori terbesar adalah karet dan kulit dengan nilai kalori 6.992 kCal/kg, plastik dengan nilai kalori 5.491,5 kCal/kg, kayu dengan nilai kalori 3.075,5 kCal/kg, tekstil dengan nilai kalori 2.616 kCal/kg, dan kertas dan karton dengan nilai kalori 2.402,5 kCal/kg. Namun, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar air sampah cukup tinggi, yaitu sebesar 51,18%, sehingga perlu dilakukan pre-treatment untuk mengurangi kandungan air dalam sampah untuk meningkatkan kualitas sampah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF. ......Solid waste in TPA Cipayung consists of 11,972% plastic. In fact, not all plastic waste can be processed, only those which have good quality which can be recycled. It causes solid waste in TPA Cipayung consists of non-biodegradable components, such as plastic. Solid waste can be utilized as refuse derived fuel (RDF) that can reduce the amount of the loading to TPA Cipayung and extend the using time of TPA Cipayung. It needs to be determined whether the solid waste of TPA Cipayung can be used as RDF's raw material. Therefore, the goal of this study are to determine the composition, physical and chemical properties and energy potential of solid waste at TPA Cipayung and also the potential of solid waste at TPA Cipayung that can be used as RDF raw material. This study determines the physical and chemical properties of solid waste; those are density, moisture, volatile, and ash content, and also calorific value. The chemical properties refer to proximate analysis which is the analysis for the combustible components of solid waste. The testing method of moisture, volatile, and ash content based on SNI 03-1971-1990, Standard Method 2540 E, and ASTM E 830-87 respectively. This results show that solid waste at TPA Cipayung contains 28,475% of plastic; 4,275% of paper and cardboard; 3,938% of textile; 0,676% of rubber and leather; 1,619% of wood; 0,468% of glass; 0,115% of metal; 6,050% of sanitary napkin; 54,014% of organic; and others 0,371%. The energy potential of solid waste in TPA Cipayung (combustible components) is 3.576,99-4.787,10 kCal/kg. The components that have potential as the raw material of RDF are rubber and leather (6.992 kCal/kg), plastic (5.491,5 kCal/kg), wood (3.075,5 kCal/kg), textile (2.616 kCal/kg), paper and cardboard (2.402,5 kCal/kg). However, the moisture content in solid waste is high that is approximately 51,18%. Therefore, this high must be reduce to increase its potential as RDF raw material.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Anindita
Abstrak :
Pengomposan yang dilakukan UPS di Depok menggunakan metode open windrow Pengomposan tersebut masih belum optimal karena tidak memenuhi SNI 19- 7030-2004. Pengomposan dengan metode open windrow memerlukan lahan yang luas dan tidak dapat mengontrol bau dan leachate. Untuk itu, perlu dilakukan pengomposan dengan metode in vessel system. Salah satu parameter yang penting dalam proses pengomposan adalah kadar air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter, kualitas kompos, waktu yang dibutuhkan, serta leachate yang dihasilkan dalam proses pengomposan dengan menggunakan metode in-vessel. Eksperimen pengomposan dengan metode in-vessel menggunakan 2 kontainer dengan 2 jenis kadar air feedstock yang berbeda, yaitu 58,7 % (Vessel 1) dan 68,7 % (Vessel 2). Udara yang di suplai selama pengomposan sebesar 0,017 m3 udara/menit per 1m3 sampah dengan siklus on/off aeratornya adalah 3 menit/1 menit. Suhu maksimum yang dapat dicapai oleh Vessel 1 dan Vessel 2 adalah 50°C dan 49°C. Kompos yang dihasilkan pada Vessel 1 memiliki kadar air 54,97%; pH 8,38; dan rasio C/N 8,26 dengan produksi leachate selama proses pengomposan sebanyak 2,45 L dengan konsentrasi COD leachatenya sebesar 12.840 ppm. Sedangkan kompos yang dihasilkan pada Vessel 2 memiliki kadar air 39,5%; pH 8,4; dan rasio C/N 8,45 dengan produksi leachate selama proses pengomposan sebanyak 3,35 L dengan konsentrasi COD leachatenya sebesar 3340 ppm. Kualitas kompos yang dihasilkan pada kedua vessel tidak memenuhi SNI 19-7030-2004 dalam beberapa parameter, seperti rasio C/N dan pH. ......Material Recovery Facility (MRF) in Depok perform composting with open windrow method. The composting process has not run well because the quality doesn't meet the standard based on SNI 19-7030-2004. Open windrow composting requires a large area and can not control the odor and leachate. Therefore, it should be done by the method of in vessel composting system. One of the important parameters in the composting process is the moisture content. The purpose of this study are to know the parameters, the quality of compost, the time required, and leachate produced in composting process of in-vessel method. This composting experiments with in-vessel method was using two containers with 2 types of different moisture content of feedstock, those are 58.7% (Vessel 1) and 68.7% (Vessel 2). The air supply during composting is 0.017 m3 of air / min per 1 m3 bins with on / off cycles of aerator is 3 minutes / 1 minute. The maximum temperature that can be achieved by Vessel 1 and Vessel 2 were 50°C and 49°C. Compost produced on Vessel 1 has a moisture content of 54.97%, pH of 8.38, and the ratio C / N of 8.26 with the production of leachate during the composting process is 2.45 L with COD concentrations of leachate is 12840 ppm. While the compost produced at the Vessel 2 has a moisture content of 39.5%, pH of 8.4, and the ratio C / N of 8.45 with the production of leachate during the composting process is 3.35 L with a COD concentration of leachate is 3340 ppm. The Quality of compost produced in both vessel does not meet the SNI 19-7030- 2004 in several parameters, such as C / N ratio and pH.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42799
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>