Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulyanah Abdulhaq
"Salah satu indikator puskesmas yang bermutu adalah apabila puskesmas dapat memberikan kepuasan kepada pasienya. Kepuasan pasien di puskesmas, khususnya di Poli KIA di Indonesia pada umumnya masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan. Survei pendahuluan di Poll KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, diketahui sebesar 27,5% pasien menyatakan tidak puas terhadap pelayanan Poll KIA.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya pengaruh pemaparan hasiI survei dalam peningkatan kepuasan pasien di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan model kuasi eksperimen ulang non random, yang menggunakan tempat penelitian di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan sebagai eksperimen, dan Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan sebagai kontrol.
Penelitian ini menganalisis kepuasan pasien berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan dan pelaksanaan pelayanan yang diterima pasien, berdasarkan dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Kepuasan pasien terwujud apabila tingkat pelaksanaan pelayanan yang diterima pasien minimal sama dengan tingkat harapan pasien. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan diagram kartesius atau importance and performance analysis.
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 12 Februari sampai dengan tanggal 20 Juni 2002. Data diperoleh melalui kuesioner terstruktur dari pasien sebanyak 480 orang, yang terbagi dari dua puskesmas, masing-masing puskesmas dilakukan dua kali survei (pre dan post). Informasi dari kepala puskesmas, penanggung jawab Poli KIA dan staf Poli KIA diperoleh melalui wawancara mendalam tak terstruktur dan diskusi. Untuk melihat fenomena perubahan lingkungan yang terjadi dilakukan observasi. Hasil survei kepuasan pasien awal diumpanbalikan ke Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan melalui forum pertemuan resmi, sebagai bentuk intervensi dalam penelitian ini. Kepada Puskesmas Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan, umpan balik disampaikan melalui laporan tertulis. Sekitar dua bulan kemudian dilakukan survei kembali untuk melihat pengaruh pamaparan tersebut. Data yang terkumpul diolah secara statistik dengan menggunakan perangkat komputer.
Hasil penelitian pada survei kepuasan pasien awal di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, diperoleh tujuh unsur yang tidak memuaskan pasien, sedangkan pada survei kepuasan pasien akhir hanya satu unsur yang tidak memuaskan pasien, yaitu kebersihan WC. Pada survei kepuasan pasien awal di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, terdapat 6 unsur yang tidak memuaskan pasien, dan pada survei kepuasan pasien akhir diketahui 5 unsur yang tidak memuaskan pasien.
Hasil lainnya, menunjukkan adanya perbedaan proporsi kepuasan pasien yang bermakna antara proporsi kepuasan pasien sebelum dan sesudah pemaparan hasil survei kepuasan pasien di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan p = 0,023, OR = 2,390 (CI: 1,166 - 4,898), dan terdapat perbedaan proporsi kepuasan pasien yang bermakna antara kepuasan pasien survei akhir di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dengan kepuasan pasien survei akhir di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dengan p = 0,016, OR 2,505 (CI: 1,226 - 5,118).
Dari hasil penelitian ini disarankan agar dilaksanakan peningkatan kebersihan WC dengan cara optimalisasi tenaga cleaning service dalam mengontrol dan membersihkan WC, penggunaan WC terintegrasi antara petugas dan pasien, penempelan slogan kesebersihan WC, penyediaan sarana tempat sampah di sekitar WC. Pemantauan kepuasan dilanjutkan secara berkesinambungan dan diuji terapkan ke unit lain di lingkungan puskesmas, hasil pemantauan dipaparkan kepada seluruh staf puskesmas, Bagi Suku Dsinas Kesehatan Jakarta Selatan, dapat mereplikasikan survei kepuasan pasien ke puskesmas lainnya di wilayah Jakarta Selatan, dan hasil survei kepuasan pasien dipaparkan kepada pihak terkait. Daftar bacaan: 45 (1984 - 2001).

Influence of survey result exposure in enhanging patient satisfaction at mother and child health (KIA) policlinic in Cilandak sub-district community health center (puskesmas), South Jakarta, year 2002.One of the qualified community health center (puskesmas) indications is when the clinic can afford to provide patients satisfaction. As the patients satisfaction in the clinic especially at KIA policlinic, all over Indonesia is generally still low, there must be any increase in service. The preliminary survey at KIA polyclinic in community health center Cilandak, South Jakarta, found up to 27,5 % patients stated dissatisfied with the service.
The aim of this research was to produce the influence of survey result explanation for the patients satisfaction at KIA polyclinic in community health center Cilandak, South Jakarta. This kind of research was non-random quasi experiment modeld, located at KIA polyclinic in community health center Cilandak, as the experiment, and in community health center Mampang Prapatan, South Jakarta as the control.
This research analyzed the patients satisfaction based on appropriateness level between the expectation and the service performance among it's five dimentions the: tangible, reliability, responsiveness, assurance and emphaty. The satisfaction was fulfilled if the minimal gain of the service implementation level equals to the expected. Then, the cartesius depicted or importance and performance analysis.
The research was conducted from February 12th up to June 20th, 2002. Data were collected from the structured questionnaire given to 480 patients in two local government clinics with in two periods of surveys (pre and post). The information from the clinic head and the responsible person from KIA polyclinic through indepht
interview were not in structure and the observation was done- to see the" on going environment chanbe phenomena. The first survey to the patients satisfaction was the feedback for community health center Cilandak, mainly the KIA polyclinic officers and head in formal meeting forum as the intervention. To see the influence of the exposure, the re-survey was held about two months later.
From the initial research in community health center Cilandak, seven elements were dissatisfying the patients, meanwhile only one was found in the final namely the cleanliness of water closet. In community health center Mampang Prapatan, there were six elements in the beginning and five in the end. Another result indicated that there was statistically satisficated difference between patients satisfaction before and after the intervention = 0,023, OR = 2,390 (CI:1,166 - 4,898)}. Similar to the result mentioned above there was also statically satisficated difference between the final survey at KIA polyclinic in community health center Cilandak and community health center Mampang Prapatan = 0,016, OR = 2,505 (CI:1,226 -- 5,118)1.
By this research, the implementation water closet cleanliness is suggested to be improved by means of optimizing the cleaning service men in order to control and clean it, integration between officers and patients in using the water closet, attachment of water closet slogan, provision of means of trash can around it. The satisfaction controlling was continuous and implemented to other units in the clinic environment, and its result was explained to the staff for the health service in community health center Cilandak, South Jakarta. For Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, South Jakarta, it is suggested to replicate the patients stisfaction survey and the following intervention to other community health centers in South Jakarta.
References: 45 (1984 -- 2001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusbi Azhar
"Belum adanya gambaran kepuasan klien merupakan masalah di Poliklinik Penyakit Dalam lnstalasi Rawat Jalan RSMH Palembang. Kepuasan klien yang rendah akan berdampak kunjungan pasien pada rumah sakit, sehingga pada akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit.
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan klien dan Faktor yang diduga herhubungan dengan kepuasan klien yaitu interaksi perawat-klien dan karakteristik klien. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSMH Palembang dari tanggal 12 Maret sampai 17 Maret 2001 dengan pendekatan kuantitatif, crossc sectional pada 114 klien rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan klien sebesar 55,3 % yang merupakan gambaran komposit dari respon perawat, kecepatan pelayanan, keramahan dan kejelasan informasi yang dilakukan oleh perawat. interaksi perawat-klien dicerminkan dengan 4 komponen yaitu perilaku, tampilan emosional, waktu dan tahapan interaksi. Keempat komponen ini seluruhnya berhubungan dengan kepuasan klien dan salah satu diantaranya yaitu perilaku merupakan faktor yang paling dominan.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Kepala lnstalasi Rawat Jalan untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat melalui petugas kesehatan untuk dapat memperhatikan klien yang mempunyai harapan yang tinggi terhadap perilaku perawat dan cenderung tidak puas terhadap layanan perawat. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kepuasan ini terutama menyangkut tentang kepuasan klien diruang-ruang rawat inap dan kualitas pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan."
Universitas Indonesia, 2001
T568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridsyah
"Kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor yang menenukkan produktifitas kerja yang dapat diartikan sebagai kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan mudah tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya guna keperluan yang mendadak. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar tenaga kerja mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang.
Pejabat struktural di Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan dibidang kesehatan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kesegaran jasmani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan mengunakan strategi pemodelan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 orang_ Variabel yarig diteliti adalah kesegaran jasmani, indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP), persen lemak tubuh (PLT), tekanan darah diastolik (TDD), kelompok umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan kebiasaan makan yang meliputi kebiasaan makan pagi, makan sayuran, makan berlemak dan kebiasan memakan makanan "trendy". Dalam melakukan strategi pemodelan diiakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani pejabat struktural sebahagian besar (69,7 %) berada pads kategori kurang. Sedangkan keadaan status gizi berdasarkan IMT 51,5 % berada dalam kategori lebih, berdasarkan RLPP 40,9 %berkategori lebih, berdasarkan PLT 87,9 % berada dalam kategori lebih. Sedangkan untuk TDD 27,3 % berada pads kategori tinggi. Gambaran umur rata-rata responden 47 ± 4,78 dan 75 % berjenis kelamin perempuan, 31,9 % dari responden mempunyai kebiasaan merokok. Untuk kebiasaan makan pagi diketahui 11,1, % jarang sarapan pagi, 9,7 % jarang mengkonsumsi sayuran, 15,3 % sering mengkonsumsi makanan trendy dan 55,6 % sering mengkonsumsi makanan berlemak. Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara status gizi (EMT, RLPP, PLT ) dengan tingkat kesegaran jasmani.
Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dengan strategi pemodelan, variabel yang signifikan berhubungan dengan kesegaran jasmani adalah RLPP dan PLT. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani adalah PLT. Adapun risiko yang didapat adalah pejabat struktural yang memiliki RLPP lebih/tinggi mempunyai risiko 5,07 kali untuk mengalami kesegaran jasmani kurang dibandingkan dengan temannya yang mempunyai RLPP normal setelah dikontrol dengan variabel PLT dan pejabat struktural yang memiliki PLT tinggi lebih mempunyai risiko 6,98 kali untuk mengalami kesegaran kurang dibandingkan temannya yang mempunyai PLT normal setelah dikontrol oleh varibel RLPP.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengantisipasi kesegaran jasmani kurang dengan mengurangi faktor risiko status gizi (PLT) melalui peningkatan aktifitas fisik dengan menggalakkan program olah raga dan pengaturan makanan yang adekuat serta diadakannya pemeriksaan kesehatan fisik secara berkala agar setiap pegawai dapat memonitoring keadaan kesehatannya. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan dengan mengunakan rancangan yang berbeda dan meliputi variabel aktifitas fisik serta mengunakan semua aspek pengukuran kesegaran jasmani, sehingga dapat diketahui dengan pasti hubungan sebab akibat dari kesegaran jasmani.

Physical fitness is one of the factors that influence one's productivity which can be defined as one's ability or competence to adapt with tasks given to him or her easily without creating excessive fatigue and he or she still has reserve energy that can be used for leisure or unexpected activity. A number of studies reveal that most workers have poor physical fitness.
Structural officials in Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province are potential human resources in health development. For that reason, this study was conducted to obtain a description of physical fitness and factors that influence it by using modeling strategy. The research design used was cross sectional with 66 people as sample. The variables under study included physical fitness, Body Mass Index (BMI), Waist-hip Circumference Ratio (WCR), Body Fat Percentage (BFP), Diastolic Blood Pressure (DBP), age group, sex, smoking habit and eating habit including habits of breakfasting, eating vegetable, eating fatty meals, and eating "trendy" meals. Double logistic regression test was used in employing modeling strategy.
Research result shows that level of structural officials' physical fitness was mostly (69.7%) under poor category. While their nutrition status based on BMI was 51.5% under excessive category; based on WCR 40.9% was under excessive category; based on BFP 87.9% was under excessive category. While for DBP, 27.3% was under high category. Average age of respondents 47 ± 4.78 and 75% was female; 31.9% of respondents had smoking habit. The study also discovered that 11.1% rarely took breakfast, 9.7% rarely consumed vegetable, 15.3% often consumed trendy meals and 55.6% often consumed fatty meals. Based on chi square test, there is a correlation between nutrition status (BMI, WCR, BFP) and level of physical fitness.
According to double logistic regression analysis by modeling strategy, variables that significantly correlate to physical fitness are WCR and BFP. While variable that is most influencing on physical fitness is BFP. In addition, the study shows that structural officials who has excessive/high WCR tend to risk 5.07 times experiencing poor physical fitness compared to fellow official who have normal WCR after having been controlled by BFP variable, and structural officials who have high/excessive BFP tend to risk 6.98 times experiencing poor physical fitness compared to fellow officials who have normal BFP after having been controlled by WCR variable.
Based on the study result, it is recommended that the Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province anticipate the poor physical fitness by reducing nutrition status risk factor (BFP) through encouraging physical activities by promoting adequate body exercises and meal diet and regularly running general check-up so that each official can monitor his or her health. Moreover, further study needs to be conducted by using different design and encompassing physical activity variable and using all aspects of physical fitness assessment so that the cause-effect relation of physical fitness can be identified more precisely.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daryono
"Cukup besar persentase kejadian gizi lebih (16,82 %) hasil survei awal di SD Islam Al-Falah Jambi dan dampak gizi lebih sebagai faktor risiko berbagai penyakit degeneratif melatar belakangi penelitian yang dilaksanakan di SD Islam Al Falah Jambi pada bulan Maret 2003 yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi, mengetahui hubungan antara kebiasaan makan, konsumsi makanan, aktivitas fisik, karakteristik_orang tua dan anak, serta body image.
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan Cara pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Sampel adalah murid kelas IV -- VI dengan jumlah 122 orang. Analisa data dilakukan dengan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan proporsi responden dengan status gizi lebih sebesar 39,3 % dan gizi tidak lebih sebesar 60,7 %. Hasil analisis menemukan adanya hubungan berrnakna antara konsumsi energi, lemak, karbohidrat, konsumsi protein, pola makan, kebiasaan mengkonsumsi fast food, kebiasaan nonton televisi/game, dan pendapatan perkapita dengan status gizi lebih. Hasil penelitian tidak dapat membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, jumlah anak, tingkat pendidikan orang tua, status bekerja ibu, kebiasaan makan pagi, kebiasaan jajan, kebiasaan mengkonsumsi junk food, kebiasaan olahraga, lama waktu tidur, dan body image.
Disimpulkan tingginya prevalensi gizi lebih (39,3 %) berhubungan dengan pola makan, konsumsi energi, konsumsi lemak, konsumsi karbohidrat- konsumsi protein, nonton televisi/main game, kebiasaan mengkonsumsi fast .food dan pendapatan perkapita serta lebih ditentukan oleh variabel konsumsi karbohidrat, kebiasaan makan fast food, pendapatan perkapita dan terutama sekali didominasi oleh pola makan.
Dapat disarankan bagi Dinas Kesehatan, pihak sekolah dan orang tua perlu bekerja sama untuk mengatasi gizi lebih melalui pengaturan pola makan, konsumsi (energi, lemak, karbohidrat, protein), makan fast food, nonton televisi/main game, serta pendapatan perkapita.
Daftar Bacaan: 126 (1986 - 2002)

Relationship between Food Consumption, Food Habits, and other Factors with Nutritional Status of Al Falah Jambi Islamic Elementary School Children, Year 2003The moderate prevalence of over nutrition (16,82 %) from early survey, and over nutrition as one of risk factors in nutrition that leads to degenerative disease is background of this study which carried out at Al Falah Islamic Primary School in Jambi, March 2003 as the objective study to description of nutritional status, relation with food habits, food consumption, physical activities, child and parent characteristics, and body image.
This study uses cross-sectional design with simple random sampling method. Samples are student in grade IV-VI, total samples 122 students. Data analysis uses chi square and multi logistic regression. This study have found a proportion of a 39,3% with overweight" and of 60,7% with "non-overweight," From analysis there was significant relation between energy consumption, fat, carbohydrates, protein, food pattern, fast food consumption, watching television or playing game habit, and per capita income with over nutrition status, but there was no significance relation between age, sex, number of children, parent education, work status of mother, breakfast habit, junk food consumption, sport habits, time to sleep, and body image.
This study concluded that over nutrition prevalent (39,3%) had relation with food pattern, intake of energy, fat, protein, time to watch TV/or play game habits, habit to eat fast food and per capita income, more determinant variables were intake of carbohydrate, fast food consumption, and per capita income, and the predominant variable was food pattern.
We recommend to Provincial Health Office, school and parent to cooperate in order to reduce over nutrition problem among children by controlling food pattern, nutrition intake such as energy fat, carbohydrate and protein, fast food consumption, watching TV/playing game habits.
Reference: 126 (1986 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah
"Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program keluarga berencana nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, persentase akseptor berdasarkan metode kontrasepsi adalah, suntik KB (47,58%), p11 (21,90%), implant (19,77%), AKDR (6,20%), khusus AKDR relatif rendah bila dibandingkan dengan nasional (13,6%), juga bila dilihat dari propinsi Sumatera Selatan (6,25%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut salah satu diantara faktor tersebut adalah faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 102 orang akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Alasan responden memilih AKDI sebagian besar mengatakan aman (78,8%), sedangkan alasan tidak memakai AKDR mayoritas mengatakan takut efek samping (88,23%). Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan dukungan suami dalam memilih alat kontrasepsi. Analisis regresi logistik diperoleh faktor yang paling dominan adalah dukungan suami.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di wilayah khususnya Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung, perlu diberi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terutama ditujukan untuk PUS yang belum menggunakan alat kontrasepsi .

The Role of Husbans to Support to the Selection of Contraceptive Device on Family Planning Patient at Serasan Jaya Village, Soak Baru and Balai Agung Sub-Districts, Musi Banyuasin District, South Sumatera Province, 2002The National Family Planning Movement has double aims that are to increase mother and child welfare, and also to form prosperous and welfare of the small family norm (NIXBS). In parsing those goals, the National Family Planning Program used some contraceptive methods that adjusted to situation and condition of Family Planning physical patient herself The using of contraceptive device is one of the best Family Planning methods to arrange child birth, IUDs is the alternative selection for young couple who wants to postpone her pregnancy, it also second alternative after "kontap" for old couple who wants to ending her pregnancy.
In Sekayu Sub-District, Musi Banyuasin District, the percentage of acceptor based on contraceptive method are injectable (47,58%), pill (21,90%), implant (19,77%), IUDs (6,25%), especially for IUDs relative small if compared with national (13,6%), also when it seen at South Sumatera (6,25%). The factor that influences to lowering the use of IUDs on those areas, one of them is social-demographic.
The objective of this study is to know factors that were related in the selection of contraceptive device at Serasan Jaya, Soak Baru, and Balai Agung villages. The study design used cross-sectional, with the respondent is 102 acceptors of Family Planning. The data is collected by questionnaire, and then the data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used technical analysis chi-square and regression logistic.
Reason of respondent selected IUDs the most of them are safety (78,8%), while the reason was not used IUDs, the majority of them afraid the side effects (88,23%). The result of chi-square analysis showed that there was relationship between age, husband's education, the number of live birth child, and husband's support in selecting the contraceptive device, Regression logistic analysis obtained that the most dominant factor is husband's support.
In order to improve the using of IUDs at the villages, especially at Serasan Jaya, Soak Baru and Balai Agung, it is need to provide Information, Education, and Communication) especially addressed to fertile-age couple.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Lucia B.
"Paradigma baru perguruan tinggi adalah menjadikan universitas sebagai institusi yang menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu serta menghasilkan ilmu pengetahuan. Mutu pelayanan yang berorientasi pada pelanggan merupakan tantangan utama bagi suatu perguruan tinggi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga ahli dalam bidang kesehatan masyarakat untuk menangani masalah-masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mutu organisasi Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia tahun 2004 dilihat dengan konsep Malcolm Baldrige. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 54 orang yang terdiri dari 7 orang pimpinan dan 47 orang dosen tetap dengan pendidikan terbanyak S2. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dengan cara pengisian kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu organisasi FKM-UI bila dilihat dengan tujuh kriteria Malcolm Baldrige ada 3 yang baik yaitu: (1) kepemimpinan, (2) manajemen proses, dan (3) hasil kinerja organisasi. Namun ada empat hal yang belum baik yaitu (1) manajemen pengukuran, analisis dan pengetahuan, (2) fokus pada dosen dan staf (SDM), (3) perencanaan strategis, (4) fokus pada peserta didik, stake holder, dan market.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa visi dan misi organisasi telah dibuat dan telah disosialisasikan diantara pimpinan dan dosen. Prioritas organisasi telah diketahui oleh pimpinan dan dosen. Perencanaan strategis secara umum sudah dibuat berdasarkan kebutuhan organisasi dan sistem kerja. Sebagian kebutuhan dan harapan peserta didik telah terpenuhi. Data dan informasi kurang tersedia. Pengukuran dan analisis belum berjalan dengan baik. organisasi FKM-UI belum mengutamakan sumber daya manusia (SDM) sebagai focus. Manajemen proses pada umumnya cukup baik. Hasil kinerja organisasi pada umumnya baik hanya pada hasil efektivitas organisasi kurang baik.
Saran yang dianjurkan untuk perbaikan mutu organisasi adalah visi dan misi organisasi disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui pertemuan/forum komunikasi. Dalam penyusunan rencana strategis fokus ditujukan pada sumber daya manusianya. Menangani keluhan dengan membuat kotak saran atau survei kepuasan pelanggan. Penyediaan data dan informasi lengkap. Membuat standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Mengadakan komunikasi efektif kepada seluruh karyawan. Layanan organisasi ditingkatkan. Peningkatan hasil kinerja organisasi melalui pelatihan dan pengembangan SDM. Memperbaiki kesejahteraan karyawan dan memberikan penghargaan kepada sumber daya manusia yang berprestasi.

New paradigm of Higher Educational Institution is to place the university as an institution which produces qualified human resources as well as knowledge, Quality of education and quality of service which is oriented to the customers are the main challenge for a Higher Educational Institution. The Faculty of Public Health of University of Indonesia (FILM-UI) is one of Higher Educational Institution which produces experts in public health area to handle public health problems in Indonesia.
The objectives of this research is to get the picture of organization quality of The Faculty of Public Health of University of Indonesia in 2004 based on Malcolm Baldrige criteria. This research uses the cross-sectional design with quantitative approach. The number of respondents involved in this analysis is 54 people which consist of 7 faculty administrators (deans) and 47 permanent lecturers. Data collection is done by using primary data by filling up the questionnaire.
Results of the research found that organization quality of FKM-U1, based on seven criterias of Malcolm Baldrige, there are 3 good criteria: (1) leadership, (2) process management, and (3) organization performance. However, 4 criterias is not good enough: (1) management of measurement, analysis and knowledge, (2) focus on lecturers and staffs (human resources), (3) strategic planning, and (4) focus on students, stake holders, and markets.
The result of the research concludes that: vision and mission of the organization have been made and socialized among the deans and lecturers. Priority of the organization has been recognized by the dean and lecturers. Generally, strategic planning has been made based on organization's needs and working system. Parts of the needs and hopes of the students have been met. Data and information are not sufficiently well yet, measurement and analysis are not running well yet. Organization of FKM-UI has not fully prioritized the human resources as the main focus and process management is quite good. In general, organization performance is quite good except on effectivity of organization which is not good enough.
Suggestions proposed for the improvement of the quality of management are: vision and mission of the organization have to be socialized to all staffs through meetings or communication forum. The preparation of the strategic planning should be focused on human resources. Handling the complaints by providing suggestion box or to the survey on customer satisfaction. Providing complete data and information; making standards of health and safety of work (kesehatan dan keselamatan kerja [K3]). Doing effective communication with all staffs. Improving organization service. Improving organization performance by training and development of human resources. Improving staff's welfare and providing rewards for human resource with good performance.
Bibliography 47 (1992-2003).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Yuniati
"Accessibility and Other Factors Related with Utilization of Treatment Curative Services at Baros Community Health Center For its Community , Sukabumi Municipality In April 2004Utilization of curative services at Baros Community Health Centre for its community is low, especially from Jaya Mekar Village and Sudajaya Hilir Village.
This study aimed to describe the utilization of curative at Baros Community Health Centre and factors related to at Sukabumi municipality in April 2004.
Design of the study was across sectional one. This study aimed to see the correlation among accessibility, quality reason, education, need of health services , financial source and family income with utilization of curative services at Community Health Centre.
The respondents were families in Baros Sub District who have experienced curative services at Baros Community Health Centre and other surrounding Community Health Centre. Total samples were 100 respondents, selected by systematic random sampling selection technique.
The results of study showed that accessibility , education and family income were associated with utilization of curative services at Community Health Centre while quality reason, need of health services and financial source had no association with it.
Multivariate analysis was used in this study to explain the most associated factor with the utilization of curative services . By this analysis , accessibility was found significantly associated with it. Odd Ratio 20,68 ,P= 0,000 ( 95%CT ; 6,845 - 62,479 ).
The proportion of curative services utilization at Baros Community Health Centre by its community showed 50 % . This study recommends a need to think about optimalization of health services visit at remote areas at Sudajaya Hilir Health Clinic,lth Centre, periodic health services visit at remote areas and community poverty alleviation project. There is also a need to think about raising and developing of curative services at Baros Community Health Centre, increasing community coverage, conducting community transportation need survey, and promoting education.
Bibliography : 40 ( 1972 - 2004).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Marjunet
"Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapainya organisasi perlu menyusun struktur organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai dasar digunakan untuk menyusun struktur organisasi, salah satunya adalah berdasarkan fungsional.
Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja kabupaten Bangka Tengah merupakan sebuah dinas yang baru dibentuk sebagai perangkat kerja pemerintah kabupaten Bangka Tengah, perlu membentuk struktur organisasi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan di kabupaten ini. Berdasarkan luas dan kompleksnya masalah diperlukan suatu analisis yang tepat untuk menyusunnya, sehingga diharapkan upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dapat lebih jelas tergambar dalam struktumya.
Studi ini menggunakan metoda kualitatif dengan pendekatan analisis SWOT. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mencari alternatif baru bentuk struktur organisasi Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja kabupaten Bangka Tengah. Hasil studi menunjukan bahwa berbagai faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap struktur organisasi Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja Kabupaten Bangka Tengah, menempatkan struktur organisasi ini berada dalam posisi yang lemah, sehingga diperlukan strategi pengembangan alternatif struktur organisasi baru, yang lebih mampu menggambarkan upaya yang jelas dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dinas ini.
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah perlu dipisahkan beberapa sub dinas di dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja Kabupaten Bangka Tengah, menjadi masing-masing sub dinas tersendiri antara Pencegahan & Pemberantasan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan, menjadi Sub.Din. Pelayanan Kesehatan (i), dan Sub.Din. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (ii), Sub_Din. Promosi Kesehatan & Kesehatan Lingkungan tetap tidak berubah (iii), dan Sub.Din_ Sosial dan Sub.Din. Tenaga Kerja digabung menjadi satu Sub.Din. Sosial dan Tenaga Kerja (iv). Masing-masing sub.din. membawahi dua seksi, yang disesuaikan dengan beban kerja masing-masing. Hal tersebut lebih sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson (1994).
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja untuk segera memenuhi kebutuhan tenaga (pegawai) untuk mengisi setiap bagian struktur yang masih kosong. Pemenuhan tenaga akan berdampak pada semakin mudahnya Dinas Kesehatan, sosial dan tenaga kerja Kabupaten Bangka Tengah mencapai tujuan.
Daftar Pustaka : 21 (1989 - 2003).

Design of Organizational Sturcture Health, Social and Labour Office in Bangka Tengah District Result of SWOT Analysis in the Year 2004Organization is formed to achieve a goal which has been determined, and to achieve it, the organization needs to arrange an organization structure which enables to accommodate activities that should be done to achieve. The determined goal, some based are used to arrange the organization structure, one of them is based on functional.
Health, social and labor Office in Bangka Tengah district is a new on duty formed as peripheral of governmental activity, require to organization structure for the agenda of reaching the target of development of health in this sub-province. Pursuant to wide and the complex of problem needed by correct analysis to compile him, was so that expected by efforts to be done to overcome problems which the was facing of earning clearer drawn in his structure.
The study is relationship with those problems. Design of study is kualitative method with SWOT analysis. The aims of this study is to found the new altematife of organization structure in Bangka Tengah District Based on the result of analysis to some internal and external factors influencing the organization structure health, social and labour Office in Bangka Tengah District, it has not shown yet the description of strong effort to overcome impact or problem faced by this service. It can be seen from organization structure which is arranged not based on accurate functions. For instance, function of health service and function of prevention and eradication of disease are combined in one sub.service, whereas there are many and complex problem should he faced, and of course it is more suitable if both function are separated into one its service.
From this study, we can conclude that it is important to separate some sub.service into one its sub.service, between Prevention and Disease Eradication and Health service become sub.service Health Service(i), Prevention and Disease Eradication sub_service(ii), Health Promotion and Environment Health remain it does not change (iii), and Social sub.service and Labor sub.service are combined in one Social and Labor sub.service (iv)_ Each sub.service is in charge of two sections which suitable with work burden. This is more suitable as theory stated by Gibson (1994).
Suggested to Health, social and labor Office to immediately to fulfill requirement of employ to fill each; every structure shares which still empty. Accomplishment of employ will affect progressively easy to Health, social and labor Office in Bangka Tengah District reach target.
Bibliography : 21 (1989 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosenita Wandi Putri
"ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan Pemberian ASI Eksklusif merupakan hak anak. Di Indonesia pencanangan PP-ASI telah dimulai sejak tahun 1990. Sampai sekarang hasil program PP-ASI tidak mengalami kemajuan. Hal ini ditandai dengan masih kecilnya cakupan pemberian ASI Eksklusif. RSB X sejak tahun 1991 - 1995 merupakan RS Sayang bayi yang ditandai dengan telah berhasilnya meraih berbagai piagam baik lokal, nasional dan internasional. Namun sekarang RS ini tidak lagi merupakan RS Sayang bayi yang ditandai tidak adanya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kepatuhan Penatalaksanaan ASI eksklusif di Rumah Sakit Bersalin X Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan pimpinan dari faktor: pengetahuan, sikap, motivasi. Kepatuhan juga dilihat dari RSB X dari factor Kebijakan, perubahan sosial dan financial serta pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota Padang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Triangulasi dilakukan dengan sumber dan data. Informan dari penelitian ini adalah: Penanggung jawab bidan, Pimpinan, bagian keuangan, dan pasien RSB X. Informan dari Dinas kesehatan Kota Padang: Kasie Kesga dan Kasie Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Dinas Kesehatan Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri pada tanggal 1 - 18 Februari 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpatuhan RSB X dalam penatalaksanaan ASI eksklusif disebabkan karena tindak kebijakan dari Pimpinan, adanya perubahan sosial dan finansial serta tidak adanya pengawasan oleh pimpinan RSB X. Hal ini ditandai dengan tidak adanya SOP, tidak perlu memberikan penghargaan kepada Staf dan adanya pemberian susu formula kepada bayi. Susu Formula juga diberikan kepada ibu ketika akan pulang ke rumah. Hal ini bertentangan dengan SK Menkes No: 4501 MBNKES/SK/VI/2004. RSB X dipimpin oleh seorang sarjana ekonomi dan merupakan pemilik modal dari RS tersebut.
Disarankan pimpinan rumah sakit lebih profesional untuk melaksanakan tugasnya tidak mencampurkan antara tugas sebagai pimpinan dengan pemilik modal, membuat kebijakan tertulis. Dinas kesehatan Kota Padang juga mengadakan pengawasan yang rutin dengan membuat format laporan bulanan terhadap program ASI eksklusif pada rumah sakit Swasta, pelaksanaan ASI ekskulsif menjadi salah satau syarat akreditasi rumah sakit bersalin.
Daftar Pustaka : 41 Buku (1984 - 2004)

Qualitative Analysis on Compliance of Exclusive Breastfeeding Management Practiced at Maternity Hospital X Year 2004Exclusive breastfeeding is defined as providing breast milk until the baby reaches 6 months old page. Exclusive breastfeeding is child's rights. In Indonesia exclusive breastfeeding program (PP-ASI) was started at 1990. However, the progress is quite slow as reflected by low prevalence of exclusive breastfeeding. Maternity Hospital X in the period of 1991-1995 was baby friendly hospital and had been awarded local, national, and even international certificates. Nevertheless, at the present time, the hospital is in doubt of its entitlement as baby friendly hospital since there is indication of non compliance of exclusive breastfeeding.
The study was to obtain information on compliance of breastfeeding management practiced at Maternity Hospital X year 2004, this study aimed to describe the compliance of manager in term of knowledge, attitude, and motivation. Compliance was also measured as policy, social pressure, financial aspect, and inspection from Padang Municipality Health Office.
This study used a qualitative approach observation and in-depth interview. Triangulation was made based on sources of data, method and analysis. Informants of this study included midwives supervisor, manager, finance division, and patients. Informants in Padang Municipality Health Office included Head of Family Section and Head of Government and Private Hospital Section This study was conducted within a period 1-18 February 2004.
The result indicate non compliance of Maternity Hospital X in practicing exclusive breastfeeding management due to inappropriate policy from manager, social and financial pressure and lack of inspection. This was reflected by no standard operating procedures, no reward for staff, and providing milk formula to babies born in hospital. Milk formula was also given to the mothers when they go home post hospitalization. These werw against Minister of Health Decree No:4541MENKES/SK/IV/404. Maternity Hospital X is managed by a gradute of economics and the capital owner of the hospital.
It is recommended to the hospital manager as to be more professional in implementing their job and not to mix the job's demand with interest as capital owner. It is also suggested to the manager to work more closely with midwives and patients. Padang Municipality Health Office is to conduct routine inspection on exclusive breastfeeding management practices in private hospitals.
References : 41 ( 1984 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertalina
"Untuk mewujudkan "Indonesia Sehat Tahun 2010", dimana salah satu tujuannya adalah meningkatan mutu pelayanan puskesmas, untuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu melalui jaminan mutu. Jaminan mutu yang mulai dikembangkan pada tahun 1998, pada tiga program dasar yaitu Ante Natal Care (ANC), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan imunisasi, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan dilihat dari rendah cakupan pnemonia pada balita. Walaupun pada awal kegiatan telah dilakukan strategi yaitu membangun kesepakatan, membangun kapasitas dengan pelatihan dan pelembagaan yaitu membuat mutu pelayanan menjadi budaya kerja. Berdasarkan itu peneliti berasumsi penggerakannya tidak berjalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi penggerakan jaminan mutu di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif pada unit analisis Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Pimpinan Struktural, Pimpinan Puskesmas dan Petugas jaminan mutu di Puskesmas yang keseluruhan berjumlah 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan telaah dokumen.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa penggerakan program jaminan mutu ISPA di Dinkes Kota Bandar Lampung tidak berjalan maksimal, walupun Kepala Dinas Kesehatan menetapkan mutu pelayanan menjadi prioritas utama, namun kegiatan masih bersifat jangka panjang yaitu peningkatan kualitas SDK; peningkatan sarana dan prasarana puskesmas dan puskesmas unit swadana. Pimpinan di tingkat bawahnya yaitu Kepala Subdin P2M pun tidak mempunyai kebijakan untuk program jaminan mutu ISPA. Penggerakan yang dilakukan oleh kepala dinas adalah dengan memotivasi namun tidak maksimal hanya bersifat pujian, tidak pernah mengkomunikasikan program jaminan mutu ISPA, tidak menunjuk koordinator untuk program tersebut. Kepala Subdin P2M pun tidak melaksanakan penggerakan karena tidak ada dukungan dari atasan, walaupun sudah mencoba mengalokasikan dana untuk kegiatan jaminan mutu ISPA, namun tidak terealisasi. Begitu juga di puskesmas pemahaman pimpinan puskesmas tentang penggerakan hanya terbatas bagaimana memotivasi staf. Puskesmas Simpur penggerakannya lebih baik jika dibandingkan dengan puskesmas Kota Karang, dimana pimpinan mempunyai kebijakan untuk program jaminan mutu ISPA, komunikasi dan koordinasi berjalan dan ada usaha dari pimpinan untuk mencapai keberhasilan program jaminan mutu ISPA.
Hasil penelitian ini menyarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk menumbuhkan komitmen Kepala Dinas Kesehatan KabupatenlKota dengan melaksanakan Lokakarya tentang jaminan mutu ISPA dengan tujuan membangun kesepakatan dan melakukan pelatihan Training of Trainer (TOT) Jaminan Mutu, serta memberikan stimulan untuk mengatasi hambatan seperti juklak, datar tilik, dan sarana. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung disarankan untuk melaksanakan lokakarya mutu di Dinkes Kota Bandar Lampung dalam rangka meningkatkan budaya kerja yang berwawasan mutu. Begitu juga di Puskesmas Kota Karang dan Simpur diharapkan pimpinan menerapkan budaya kerja berwawasan mutu dan tanggap akan perubahan serta meningkatkan kemampuan untuk memotivasi staf, berkomunikasi dan mengkoordinasikan program jaminan mutu ISPA melalui forum lokakarya mini bulanan. Pimpinan puskesmas meningkatkan kemampuan petugas dalam penggunaan obat rasional serta menghadapi hambatan ketenagaan dan dana dengan memanfaatkan tenaga yang ada sebaik mungkin dan mengalokasikan dana dari ristribusi puskesmas untuk jaminan mutu ISPA.
Daftar Pustaka ; 50 (1982 - 2002)

Qualitative Analysis Quality Assurance Actuating System of Acute Respiratory Tract Infection at Simpur and Kota Karang Community Health Centre, Bandar Lampung, 2003One of the ways to achieve "Healthy Indonesia 2010" is by increasing quality of health care services at Community Health Care through Quality Assurance. Quality Assurance System has been developed since 1998 in 3 (three) basic programs i.e. Antenatal Care, Acute Respiratory Tract Infection and Immunization. But, from the low coverage of Pneumonia in children below 5 year, it can be said that the result is far beyond what has been expected though some strategies has been carried out from the beginning, such as commitment and capacity building by training and institution alisation also making service quality becoming a custom in working environment. Based on this fact, researcher assumes that Quality Assurance movement did not run well.
The purpose of this research was to gather information about the background of Quality Assurance Actuating in Bandar Lampung. Method used in this research was qualitative method with analysis unit were the Head of Bandar Lampung Health Office and his subordinates, head of Community Health Centers and their staffs who are responsible for quality assurance program; it accounted for 20 person all together. Data collection was done by interviewing, discussion and document analysis.
The result showed us that Quality Assurance Actuating of Acute Respiratory Tract Infection in Bandar Lampung Municipality did not run well. Though the Head of Bandar Lampung Health Office determined service quality as priority, nevertheless they still conducted long-term activity such as Human Resources Development, superstructure and infrastructure building at Community Health Centers and "Unit swadana" His subordinate, the chief of P2M (Prevention and Eradication Contagious Diseases) Division did also not have policy related to Quality Assurance Program of Acute Respiratory Tract Infection. The only thing the Head of Municipality Health Office did, was giving motivation by praising them. He has never communicated this program and asked someone to become programme coordinator. The Chief of P2M (Prevention and Eradication Contagious Disease) Division did not do any activity related to this. Though she said that she already tried to allocate some funds for this, but because there was no support from her boss, nothing she can do about this. The same thing happened at community health centers. Their understanding about this movement, only limited on how to motivate staff. Compare with Kota Karang, Simpur Community Health Centre had better action on this movement. It can be seen from the policy she made, better communication and coordination, and hard efforts to achieve good result on this movement.
It is recommended that the Head of Province Health Office gather commitment from District I Municipality Health Office by holding Acute Respiratory Tract Infection Quality Assurance Program Workshop with the objective is to build commitment and conduct quality assurance training for TOT (training of trainer), besides give stimulant to solve problems. In addition, it is also suggested to carry out on the job training about quality to enhance quality awareness in the work environment. Kota Karang and Simpur Community Health Office should apply work environment based on quality and aware of changes, also improve capability to motivate staff, communicate and coordinate Acute Respiratory Tract Infection Quality Assurance Program through monthly "Mini Workshop ". It is hoped that Community Health Centre' Chief improve staff ability in using drug 1 medicine rationally and solving staff and fund burden by utilizing staff optimally and allocating fund from community health centres fee for Acute Respiratory Tract Infection Quality Assurance Program.
Bibliography ; 50 (1980 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>