Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ines Patricia Suherman
"Banyak studi telah meneliti mengenai audience effect, yaitu sebuah fenomena dimana kehadiran audiens dapat memengaruhi tingkah laku seseorang. Akan tetapi, karakteristik kepribadian, seperti narsisisme, belum banyak diteliti dalam memahami audience effect. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk memahami bagaimana narsisisme memengaruhi audience effect, berdasarkan teori evaluation apprehension. Penelitian ini menggunakan 2x2 between-subject experimental design. Empat puluh mahasiswa sarjana diklasifikasikan menjadi mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi dan level narsisisme yang rendah, lalu diminta untuk mengerjakan soal matematika dihadapan audiens atau sendiri. Level narsisisme diklasifikasikan berdasarkan skor Narcissism Personality Inventory (NPI). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi tidak menunjukan performa yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang rendah. Selain itu, ada dan tidak adanya audiens juga tidak memengaruhi performa mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi. Performa mahasiswa dilihat dari jumlah soal matematika yang dikerjakan dengan benar. Lingkup ini perlu diteliti lebih lanjut karena hasil yang non-signifikan ini mungkin disebabkan oleh perlu ditingkatkannya studi ini (e.g., menambah jumlah partisipan, memberi soal-soal yang lebih mudah, dan membuat suasana dimana partisipan merasa ditonton oleh audiens). Meskipun demikian, studi ini menyimpulkan bahwa narsisisme tidak memiliki peran yang signifikan dalam audience effect.

There are extensive studies regarding audience effect, where the presence of an audience influences an individual`s behaviour. However, not many personality traits, like narcissism, have been explored to improve the understanding of audience effect. So, this study aims to see how narcissism influences audience effect, as explained by evaluation apprehension theory. Using a 2x2 between-subjects design, forty undergraduates were classified into high narcissism and low narcissism and asked to do math questions in front of an audience or alone. The participant`s levels of narcissism we established using the scores from the Narcissism Personality Inventory (NPI). Results show individuals with high narcissism do not perform (i.e., seen through the correct answers of the math question) better than those with low narcissism in front of an audience. Furthermore, the presence and absence of an attentive audience has no effect on the performance of individuals with high narcissism. Though results are nonsignificant, this scope should be further explored as the nonsignificant results might be due to the need of improvements (e.g., increase participants, give simpler tasks, and create a condition where participants would feel evaluated by the audience). Nevertheless, this study concludes that narcissism did not play a significant role in audience effect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Triyana Chan
"Kehadiran penonton dapat mempengaruhi performa individu dalam bidang olahraga (audience effects). Selain itu, kepribadian individu dan tipe olahraga yang dilakukan juga mempengaruhi performa keolahragaan. Studi ini menginvestigasi bagaimana audience effects dapat mempengaruhi individu dengan level neuroticism atau kecemasan tertentu dalam melakukan olahraga yang sederhana. Tiga puluh sembilan mahasiswa direkrut untuk melakukan tugas melempar bola dalam situasi adanya penonton atau tidak ada penonton. Level neuroticism diukur dengan menggunakan Eysenck Personality Test. Studi ini memprediksi bahwa partisipan dengan neuroticism yang lebih rendah akan meraih skor lebih tinggi dalam situasi adanya penonton, sedangkan partisipan dengan neuroticism tinggi akan meraih skor lebih tinggi tanpa kehadiran penonton. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan penonton menurunkan performa partisipan dengan level neuroticism tinggi dan rendah secara paralel, sedangkan partisipan dengan level neuroticism tinggi meraih skor lebih tinggi dalam situasi tanpa penonton. Dalam keolahragaan, kehadiran penonton dapat mempengaruhi performa individu secara unik sesuai kepribadian individu tersebut. Studi ini hanya mendukung satu hipotesis sehingga studi lanjutan dalam area ini harus dilakukan.

The presence of an audience could impact an individual`s sporting performance. Individuals with personalities such as high self-esteem and extraversion are often found to perform well in sporting tasks where the audience is present. Because there is a lack of studies on the effects of neuroticism on audience effects, the current study aimed to investigate the effects of neuroticism on audience effects in a simple sports-related task. 39 university students were asked to perform a ball throwing task in an audience or no audience condition. Neuroticism level was measured using the Eysenck Personality Test. The current study hypothesised that participants with lower neuroticism would perform better in audience condition, while participants with higher neuroticism will have impaired performance output. Results showed that there was a significant effect of the presence of an audience in both higher and lower neuroticism, suggesting that despite the level of neuroticism, participants perform better in no audience condition. Thus, only one hypothesis was supported, suggesting that future research should address more careful study on this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Unix Ayushandra Xyzquo Saputri
"Media sosial sudah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Dengan lebih dari 3 miliar pengguna di dunia, Facebook adalah salah satu media sosial paling popular yang meningkatkan interkonektivitas. Orang- orang dapat menggunakan Facebook untuk membangun social belonging dan mengurangi loneliness, bahkan sebagian mungkin menjadi adiksi. Studi ini menyelidiki hubungan penggunaan Facebook pada social belonging,loneliness, dan adiksi media sosial. Sebanyak 852 partisipan (Mumur = 28.94 tahun; SD = 13.98) mengisi survei daring secara sukarela. Studi ini menggunakan skala dari General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, dan Facebook Intensity Scale yang sudah diadaptasi untuk mengukur variabel masing-masing. Hasil menemukan bahwa social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) sebagai korelasi yang signifikan dan positif dengan penggunaan Facebook (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan penggunaan Facebook (p < .001), dan adiksi terhadap media sosial (M = 3.30, SD = 1.23) signifikan dan berkorelasi positif dengan penggunaan Facebook (p < .001). Implikasi dari penemuan dibahas dengan melihat efek positif and negatif dari penerapan penggunaan Facebook dalam kehidupan sehari-hari para pengguna.

Social media has become an important part of our daily life. With more than three billion users worldwide, Facebook is one of the most popular social media that enhance interconnectivity. Individuals may use Facebook to find social belonging and reduce loneliness, some may also become addicted. The present study investigates the relationship of Facebook use on social belonging, loneliness, and social media addiction. 852 participants (Mage = 28.94 years; SD = 13.98) voluntarily participated by completing an online survey. This study adapted scales from General Belongingness Scale, UCLA Loneliness Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, and Facebook Intensity Scale to measure the variables. Findings revealed that social belonging (M = 5.02, SD = 1.13) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001), loneliness (M = 3.01, SD = 1.48) has a significant negative correlation with Facebook use (p < .001), and social media addiction (M = 3.30, SD = 1.23) was significant and positively correlated with Facebook use (p < .001). Implications from findings were discussed in terms of the positive and negative effects from practical applications of Facebook into individuals’ daily life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Ananda Suhendro
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audiens dan Evaluation Apprehension dengan cara mereplikasikan hasil-hasil studi sebelumnya (Triplett, 1898; Zajonc, 1965; Cottrell, 1972). Partisipan terdiri dari 40 mahasiswa dari University of Queensland. Studi ini berbentuk independent groups experiment. Partisipan dibagi kedalam dua kelompok: ada penonton dan tidak ada penonton. Partisipan harus menjawab 15 pertanyaan matematika dalam waktu satu menit. Setelah menyelesaikan tugas tersebut, partisipan ditanya seberapa kuat mereka merasa dievaluasi oleh penonton. Hasil menunjukkan performa partisipan dengan penonton lebih buruk secara signifikan dibanding partisipan tanpa penonton, menunjukkan adanya pengaruh kehadiran audiens terhadap performa partisipan. Akan tetapi, tidak ada perbandingan signifikan diantara dua kelompok untuk skor Evaluation Apprehension, menunjukan bahwa ada penjelasan alternatif yang mempengaruhi performa partisipan.

The research aims to replicate findings and results of previous studies on audience effects and evaluation apprehension to study the effects of those theories (Triplett, 1898; Zajonc, 1965; Cottrell, 1972). The participants were 40 undergraduate students from the University of Queensland. The study is an independent groups experiment. The independent variable, an audience, is divided into two conditions; audience present and no audience. The primary dependent variable is task performance, how many correct answers participants get from 15 mathematical equations in one minute. The secondary dependent variable is evaluation apprehension, how much did the participants felt evaluated by the audience. Participants in the audience condition performed significantly worse compared to the no audience condition, therefore demonstrating social inhibition on their performance due to audience effects. However, there was no significant difference in evaluation apprehension scores, therefore it could be argued that there is an alternative explanation on what causes arousal."
Depok: Fakultas Psikologi, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Hasanah
"Penggunaan Facebook mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, termasuk cara mereka mengembangkan identitas, persepsi tentang tubuh mereka, dan kesejahteraan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan Facebook dengan self-esteem, kepuasan penampilan tubuh, dan depresi. Hipotesis penelitian ini adalah intensitas penggunaan Facebook yang lebih besar akan menurunkan selfesteem dan kepuasan penampilan tubuh, namun di sisi lain, akan meningkatkan perasaan depresi pada seseorang. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 852, dengan rata-rata umur 28,94 tahun (SD = 13,98) yang terdiri dari 545 perempuan, 289 laki-laki, 15 non-biner, dan 3 identitas lainnya. Partisipan adalah sampel komunitas yang direkrut melalui penyebaran survei daring. Hasil penelitian ini menunjukkan kebalikan dari hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan Facebook memiliki korelasi positif dengan self-esteem, korelasi negatif dengan depresi, dan hubungan yang tidak signifikan dengan kepuasan penampilan tubuh.

The use of Facebook influence many aspects of people’s lives, including the way people develop their identity, their perception of their body, and their well-being. This study aims to investigate the relation between Facebook use with self-esteem, body satisfaction, and depression. It is predicted that greater Facebook use will decrease self-esteem and body satisfaction. On the other hand, it will increase the feeling of depression. The participants in this study including 852 participants (Mage = 28.94 years; SD = 13.98). It consists of 545 females, 289 male, 15 non-binary, and 3 other identifying. The participants are community samples who recruited through online survey deployment. The result of this study shows the opposite with the hypothesis stated earlier. It represents that Facebook uses have positive correlation with self-esteem, negative correlation with depression, and a nonsignificant relationship with body satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Vania Anezka Shannon Sinurtua
"Hubungan antara tipe kepribadian dan kebutuhan individu dengan penggunaan Facebook telah sering dilakukan. Namun, sebagian besar riset yang ada berfokus kepada lima sifat kepribadian sesuai dengan Five Factor Model, yang menjadikan penelitian-penelitian tersebut cukup sempit. Sifat extraversion dan agreeableness telah terbukti tumpang tindih dengan social belonging, dan hubungan ketiga variabel tersebut dengan penggunaan Facebook telah terbukti. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara penggunaan Facebook dengan extraversion, agreeableness, dan social belonging. Responden diambil dari sampel komunitas (N = 852) yang mengisi survei korelasional yang disebarluaskan secara daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara penggunaan Facebook dengan extraversion dan juga dengan social belonging. Dengan demikian, individu yang memiliki nilai extraversion dan social belonging lebih tinggi menggunakan Facebook lebih sering. Namun, tidak ada korelasi signifikan yang ditemukan antara penggunaan Facebook dan agreeableness. Ada kemungkinan bahwa jenis kelamin dapat berperan dalam hubungan kedua variabel tersebut. Implikasi dari hasil penelitian ini telah dijelaskan secara lebih lanjut, lalu diikuti saran untuk penelitian mengenai topik ini yang dapat dilakukan di masa depan.

Existing literature demonstrated associations between personality types and needs with Facebook use. However, most existing studies focus on all five traits under the Five Factor Model, making the study not narrow enough. Traits of extraversion and agreeableness have been shown to overlap with social belonging, and all three variables have shown to be somewhat correlated with Facebook use. This study aims to examine the relationship between Facebook use and extraversion, agreeableness, and social belonging, separately. Respondents from a community sample (N = 852) participated in answering a correlational survey disseminated online. Results showed a significant positive correlation between Facebook use and extraversion and Facebook use and social belonging. Thus, more extroverted individuals and those with higher perceived social belonging may use Facebook more. However, no significant correlation was found for Facebook use and agreeableness. This hints at a possible role of gender in the relationship of the two variables. Further implications of the results are discussed, and the present study offers suggestions for future research regarding this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Handriane
"Riset terdahulu telah meneliti bahwa pengetahuan awal tentang social loafing atau kemalasan sosial tidak mempengaruhi terjadinya kemalasan sosial ketika diuji dengan tes fisik dikarenakan banyaknya variabel lain yang mempengaruhi dalam pengujian di area tes fisik olahraga sepeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengetahuan awal terhadap konsep kemalasan sosial memiliki dampak pada terjadinya kemalasan sosial ketika dioperasionalkan melalui tes kognitif (mengurutkan fungsi dari sebuah papan kayu sebanyak mungkin dalam 3 menit). Penelitian menggunakan desain independent-groups dengan 3 tingkat dan melibatkan 45 partisipan yang direkrut untuk bekerja secara koaktif (grup kontrol) atau secara kolektif dalam kelompok beranggotakan 5 individu (grup eksperimen). Untuk kelompok kolektif, partisipan diberikan antara pengarahan yang sesuai mengenai konsep kemalasan sosial (kolektif-sadar) atau pengarahan yang tidak sesuai (kolektif-tidak sadar). Hasil dari independent-groups t-test menemukan bahwa kelompok koaktif menghasilkan lebih banyak ide dibandingkan kelompok kolektif, yang mengindikasikan bahwa kemalasan sosial lebih sedikit terjadi di kelompok koaktif. Selain itu, kelompok kolektif-tidak sadar memiliki performa yang lebih baik dibandingkan kelompok kolektifsadar. Limitasi dari penelitian ini dibahas pada bagian Diskusi. Saran penelitian mencakup penggunaan konsep yang berbeda untuk pengarahan dummy dan menambah tingkat kompleksitas dari tes.

Early research has studied that prior knowledge upon social loafing did not affect the occurrence of social loafing when tested with physical task due to the many confounding variables it possessed. The current study aimed to test whether prior knowledge of social loafing may have an impact on the occurrence of social loafing when operationalised through cognitive task (listing as many uses of a plank of wood in three minutes). Using 3 level independent-groups design, 45 participants were recruited to work coactively (control) or in groups of five (collectively). In collective conditions, participants were given either proper briefing regarding the concept of social loafing (collective-aware) or dummy briefing (collective-not aware). Independent-groups t-test revealed that coactive condition generated more ideas than collective condition, indicating less social loafing in coactive condition. Additionally, collective-not aware performed better than collective-aware. Limitations of the study have been identified. Suggestions include using different concept for dummy briefing and increase complexity of the task."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Riawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh audience effect pada kinerja seseorang berdasarkan perspektif teori evaluation apprehension. Sebanyak 40 mahasiswa University of Queensland direkrut untuk berpartisipasi dalam percobaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan variabel bebas yaitu kehadiran audiens. Dua kelompok dimanipulasi ke dalam dua kondisi, yaitu: kelompok beraudiens dan kelompok tanpa audiens. Setiap peserta pada masing-masing kelompok kemudian diinstruksikan untuk mengerjakan tugas teka-teki pencarian kata. Hasil kinerja peserta dalam mengerjakan teka-teki digunakan sebagai variabel terikat primer yang menunjukkan perbedaan rata-rata yang tidak signifikan, sedangkan evaluation apprehension sebagai variabel terikat sekunder menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja tugas tidak dipengaruhi oleh evaluation apprehension. Hasil ini inkonsisten dengan teori evaluation apprehension yang diajukan oleh Cottrell (1972), yang merupakan pengembangan dari drive theory oleh Zajonc (1965).

The study aims to investigate audience effects on performance task based on the evaluation-apprehension theoretical perspective. A total of 40 University of Queensland students were recruited to participate in the experiment. The present study is an independent group experiment research with two different groups (audience and no audience) uses word-search puzzle for the participants to perform. The result on task performance as the primary dependent variable showed a non-significant mean difference, while evaluation apprehension as secondary dependent variable showed a significant result. This shows that task performance is not affected by evaluation apprehension which shows inconsistency with the proposed theory of evaluation apprehension by Cottrell (1972) which is an extended original drive theory of Zajonc’s (1965)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Khoerani Nadhilah
"Kebohongan prososial merupakan kebohongan yang berorientasi pada orang lain dengan maksud untuk menjaga hubungan dan bersikap sopan terhadap orang lain. Meskipun melanggar prinsip moral komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan jujur, tetapi di sisi lain, kebohongan tersebut memiliki fungsi sosial untuk mempertahankan interaksi pada situasi sosial tertentu. Gaya pengasuhan orang tua memiliki kontribusi bagi perilaku kebohongan prososial anak. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan reasoning terhadap perilaku kebohongan prososial pada anak usia 7-10 tahun. Sejumlah 89 partisipan anak menyelesaikan pengukuran perilaku kebohongan prososial menggunakan Disappointing Gift Paradigm dan pengukuran gaya pengasuhan orang tua diukur dengan kuesioner PSDQ yang diberikan kepada orang tua. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif secara signifikan (rpb = -1.89, p=.038) antara gaya pengasuhan reasoning dengan perilaku kebohongan prososial anak pada usia 7-10 tahun. Sementara itu, hasil lainnya menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan pada gaya pengasuhan otoritatif (rpb = -.092, p=.196) dan otoriter (rpb = .042, p=.349). Penemuan dalam penelitian ini berkontribusi untuk memahami perilaku kebohongan prososial dan membangun kesadaran orang tua terhadap pentingnya menumbuhkan kepekaan sosial pada anak.

Prosocial lying are lies that are oriented towards others with the intention of building relationship and being polite towards others. Although it violates the moral principles of communication to convey the message honestly, on the other hand, such lies have a social function to maintain interaction in particular social situations. Parenting styles contributed to children's prosocial lying behavior. The purpose of this study is to investigate the relationship between authoritarian, authoritarian, and reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10. A total of 89 child participants completed measurements of prosocial lying behavior using the Disappointing Gift Paradigm and measurement of parenting styles using PSDQ questionnaires given to parents. The findings revealed a significantly negative relationship (rpb = -1.89, p=.038) between reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10 years. Meanwhile, other results showed the absence of a significant correlation with authoritative (rpb = -.092, p=.196) and authoritarian (rpb = .042, p=.349) parenting styles. The findings in this study contribute to understanding prosocial lying behavior and build parents’ awareness of the importance of growing social sensitivity in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Larasati
"

Mindreading adalah kemampuan untuk mengatribusikan kondisi mental internal seperti keinginan, keyakinan, dan emosi terhadap orang lain agar dapat menjelaskan serta memprediksi perilaku orang tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari jenis kelamin target terhadap kemampuan mindreading laki-laki dewasa muda, mengingat salah satu faktor yang dapat memengaruhi kemampuan mindreading individu adalah karakteristik dari target itu sendiri. Penelitian ini merupakan eksperimen yang dilakukan melalui media daring dengan 72 laki-laki berusia 20-23 tahun sebagai partisipan. Kemampuan mindreading diukur melalui adaptasi dari alat ukur Strange Stories Task (SST) milik Perez-Zapata, Slaughter, & Henry (2016), dimana manipulasi diberlakukan terhadap jenis kelamin target pada narasi dalam alat ukur SST. Kemampuan mindreading diukur melalui dua aspek yaitu skor mindreading dan response time dalam menjawab pertanyaan yang merefleksikan durasi mindreading partisipan. Ditemukan pengaruh dari jenis kelamin target terhadap kemampuan mindreading partisipan, dimana partisipan yang mendapatkan narasi mengenai target perempuan meraih skor yang lebih tinggi namun menghabiskan response time yang lebih lama daripada partisipan yang mendapatkan narasi mengenai target laki-laki. Hasil ini menekankan pentingnya melakukan mindreading dengan matang, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa agar dapat menghasilkan mindreading yang lebih akurat.



Mindreading is the ability to attribute internal mental states such as desires, beliefs, and emotions to other people in order to explain and predict their behaviours. This study aims to investigate the impact of target’s sex on one’s mindreading ability, since previous studies have found that target’s characteristics may influence one’s mindreading ability. This research is an online study with 72 male ranging from 20-23 years old as participants. Mindreading ability was measured with the adapted version of Perez-Zapata, Slaughter, & Henry (2016)’s Strange Stories Task (SST), in which characters’ sex in the stories were manipulated. Mindreading ability was measured by participant’s score and response time which reflects the duration of the mindreading process. Results show that the target’s sex influences participants’ mindreading ability in regards of answer score and response time, in which participants who received stories about female target scored higher but spent longer time than participants who received stories about male target. This results emphasize the importance of considerate, thorough, and careful thinking in order to achieve accurate mindreading result.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>