Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oei, Hong Kian
Jakarta: Intisari Mediatama, 2001
923.259 8 OEI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Eva Ariyani
"Lingkar lengan atas (LiLA) telah digunakan sebagai indikator proksi terhadap risiko kekurangan energi kronis (KEK) untuk ibu hamil di Indonesia karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu hamil. Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pada perempuan dewasa usia 20 ? 45 tahun di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini ialah ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm (Se = 85%; Sp = 75%). Terdapat perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm, terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo (25,95 cm). LiLA mempunyai korelasi yang kuat (r = 0,67; nilai p < 0,000) dengan IMT. Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 ? 45 tahun, sementara 23,5 cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi.

Mid-upper arm circumference has been used in Indonesia as an proxy indicator of chronic energy malnutrition risk for pregnant women because there isn?t any data of prepregnancy weight in most of pregnant women. The boundary used was 23,5 cm. The objective of the study is to validate the current boundary related to body mass index (BMI) indicator, which is believed as a better indicator in identifying women nutritional status. The study is using Riset Kesehatan Dasar 2007 data on Indonesian adult women aged 20 ? 45 years old. The study found the boundary is 24,95 cm for detecting chronic energy malnutrition risk among adult women (Se = 85%; Sp = 75%). There are differences among provinces but not more than 2 cm, the lowest is in Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) and the highest is in North Sulawesi and Gorontalo (25,95 cm). Mid upper arm circumference has a strong relation to BMI (r = 0,67; p value < 0,000). It is recommended to use mid-upper arm circumference boundary 24,95 cm to detect chronic energy malnutrition on 20 - 45 years old women and 23,5 cm to pregnancy outcome, baby morbidity, and mortality."
Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arsa Ilmi Budiarti
"Seiring dengan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin modern, muncul fenomena baru yaitu cyberbullying sebagai dampak negatif atas perkembangan tersebut. Sifat tanpa-batas dan anonimitas dalam dunia maya seakan menjadi faktor yang tidak bisa terhindarkan dalam mendukung cyberbullying. Dalam skripsi ini, penulis melihat faktor lain dengan asumsi bahwa semakin positif interaksi dalam peer group dan semakin rendah pengalaman bullying serta pengetahuan siswa tentang peraturan sekolah terkait kekerasan maka semakin rendah perilaku cyberbullyingnya. Unit analisis penelitian ini adalah individu yaitu siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta. Data penelitian diperoleh dari hasil survei kuisioner terhadap 336 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel yang digunakan, interaksi dalam peer group menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku cyberbullying siswa. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya melalui interaksinya memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam mendukung perilaku cyberbullying siswa.

Along with the information and communication technology which are increasingly modern, emerging new phenomenon called cyberbullying as a negative impact on those development. Limitlessness and anonymity in cyberspace become factors that can’t be avoided in favor of cyberbullying. In this thesis, the authors examines other factors related to cyberbullying under the assumption that positive interaction within peer group, also lower level of bullying experiences and student’s knowledge about school’s regulations related to violence contributed to lower lever of student’s cyberbullying behavior. The unit of analysis of this study is high school students in Jakarta. Datas were obtained from the results of questionnaire survey towards 336 respondents. The results show that among three variables used, the interaction within peer group becomes the most influential variables on student’s cyberbullying behavior. This statement shows that peer group through their interaction fairly strongly affected student’s cyberbullying behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanzil, Antonia
"ABSTRAK
Kerja atau olahraga merupakan salah satu pencetus yang efisien untuk menimbulkan serangan asma. Dalam batas-batas tertentu penderita asma dapat melakukan olahraga tanpa menimbulkan bronkokonstriksi yang membahayakan sewaktu dan sesudah olahraga. Pada penderita asma, gerakan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot pernafasan, sangat penting, sebab penderita asma kronis umumnya mengalami penurunan kekuatan otot pernafasan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai parameter fungsi paru serta kekuatan otot pernapasan pada penderita asma, sebelum dan sesudah 3 bulan mengikuti senam asma. Metoda yang digunakan adalah dengan mengukur FEV1, PEFR dan tekanan ekspirasi maksimal pada 30 penderita asma sebelum dan sesudah 3 bulan mengikuti senam asma.
Hasil yang diperoleh adalah penurunan FEV1, peningkatan tekanan ekspirasi maksimal (bermakna) dan peningkatan PEFR (tidak bermakna) sesudah 3 bulan mengikuti senam asma.
,br>
Kesimpulannya setelah tiga bulan olahraga terjadi penurunan FEV1, peningkatan PEFR dan tekanan ekspirasi maksimal . Hasil pengukuran parameter fungsi paru tidak sesuai dengan yang diharapkan, kecuali hasil pengukuran tekanan ekspirasi maksimal.

ABSTRACT
The Effects Of Exercise On Lung Function In Asthmatic Patients It has been noted that exercise is a most efficient stimulus for inducing asthma. Asthmatics can exercise up to a certain limit without developing life-threatening bronchoconstriction during or after exercise. Exercises that strengthen the respiratory muscles are important because patients with severe chronic obstructive lung diseases have reduced respiratory muscle's strength.
The purpose of this study was to asses the effects of exercise on FEV1 (Forced Expiratory Volume one second), PEER (Peak Expiratory Flow Rate ) and maximal expiratory pressure in asthmatic patients.
FEV1, PEFR and maximal expiratory pressure were measured before and after three months exercise in 10 asthmatic patients. The results showed a significant decrease in FEV1, significant increase in maximal expiratory pressure, but no significant increase in PEER after 3 months exercise. These results were not as expected, except the maximal expiratory pressure."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Wahyuni
"Dysmenorrhea merupakan salah satu keluhan wanita yang mengalami haid. Keluhan ini dapat mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari wanita termasuk pada remaja usia 12-14 tahun yang menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana yang bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan aktivitas di sekolah pada remaja usia 12-14 tahun saat mengalami dysmenorrhea. Sampel dikumpulkan secara purposive sampling dan terdiri dari 45 responden remaja yang pernah mengalami dysmenorrhea. Penelitian dilakukan di SLTPN 109 Jakarta Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan data demografi, 5 pertanyaan tentang dysmenorrhea dan 29 pertanyaan tentang aktivitas di sekolah. Data dianalisa dengan metode statistik deskriptif yaitu distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (95.6%) masih dapat melakukan aktivitas di dalam kelas dan 60.0 % responden tetap dapat melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu didapatkan 84.4% responden tetap masuk sekolah meskipun sedang, mengalami dysmenorrhea dan ini bisa disimpulkan bahwa keinginan siswa untuk belajar sangat tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembahan aktivitas di sekolah pada remaja akibat dysmenorrhea."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5317
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Martha Della Rahayu
"Induksi poliploidi pada bibit Phalaenopsis amabilis telah dilakukan menggunakan kolkisin secara in vivo. Induksi poliploidi dilakukan dengan meneteskan kolkisin pada pucuk bibit P. amabilis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi kolkisin yang efektif untuk induksi poliploidi bibit P. amabilis dan menghasilkan bibit P. amabilis poliploid. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak dengan satu faktor, yaitu konsentrasi kolkisin. Pucuk bibit P. amabilis ditetesi 0,01 ml kolkisin (0, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 5000 mg L-1 ). Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kolkisin dari 1000 sampai 5000 mg L -1 tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup dan pertumbuhan bibit pada 24 minggu setelah perlakuan (24 MSP). Bibit P. amabilis poliploid dapat dihasilkan pada penetesan kolkisin 1000, 3000, 4000, dan 5000 mg L -1 dengan konsentrasi kolkisin paling efektif adalah 5000 mg L -1 . Bibit poliploid memiliki ukuran stomata lebih besar dari bibit diploid sebaliknya kerapatan stomatanya lebih rendah.

ABSTRACT
Polyploid induction on the seedlings of Phalaenopsis amabilis has been done using colchicine under in vivo condition. Polyploid were induced by dripping colchicine to the shoot tip of P. amabilis seedlings. The objective of this study was to obtain an effective concentration of colchicine to induce polyploidy in P. amabilis seedlings and to produce polyploid seedlings. Experiment was arranged in randomize completely block design with one factor, the colchicine concentration. Seedlings of P. amabilis were dripped with 0,01 ml of colchicine solutions (0, 1000, 2000, 3000, 4000, and 5000 mg L-1 ). Results of the experiment showed that increasing colchicine concentration from 1000 to 5000 mg L-1 did not give significant effect to the survival and the growth of the seedlings which were observed at 24 weeks after treatment (WAT). Polyploid seedlings of P. amabilis could be produced by dripping colchicine at the concentration of 1000, 3000, 4000, and 5000 mg L -1 but the most effective concentration was 5000 mg L-1. Polyploid seedlings of P. amabilis have larger size with the lower density of stomata compared with their diploid counterparts."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI, 2015
580 BKR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Imelda Rosalyn
Depok: Universitas Indonesia. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, 2018
796.07 IME p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Astika Endah Permatasari
"Exclusive breastfeeding intention is a mothers intention to provide her baby only breast milk since the infant was born until at the age of 6 months. Intention in prenatal period is the direct affirmation of exclusive breastfeeding. This study aimed to find out the most dominant factor related to exclusive breastfeeding intention among pregnant women at a mother and child hospital in South Tangerang. A cross-sectional study design was conducted primarily. The samples were 143 pregnant women on their third trimester pregnancy selected by purposive sampling. Intention was measured by the Infant Feeding Intention scale questionnaire. Meanwhile, attitude, subjective norms, and perceived behavioral control were measured by the modified Breastfeeding Attrition Prediction Tool questionnaire. Data were analyzed using the multivariate logistic regression analysis. It was 61.5% mother had strong exclusive breastfeeding intention. Perceived behavioral control dominantly influenced the exclusive breastfeeding intention (p value = 0.007 Odds Ratio 3.030 95% CI = 1.361 to 6.746). The other factors influencing intention were attitude, exposure to exclusive breastfeeding from social media, health workers support, previous breastfeeding experience and mothers occupation. A mother with high perceived behavioral control has three times more likely to have high exclusive breastfeeding intention than those having the low ones."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
613 KESMAS 12:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library