Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Wina Aprilia Tirtapradja, examiner
"Skripsi ini membahas pengaruh institutionalized heterosexuality terhadap karakter-karakter termarginalisasi di Glee, serta strategi-strategi yang digunakan oleh karakter-karakter tersebut untuk bertahan dan mensubversi nilai-nilai tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis tekstual yang berfokus pada perkembangan karakter perempuan dan karakter non-heteroseksual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Glee menampilkan institutionalized heterosexuality sebagai nilai-nilai yang represif, kuat, dan kasar. Kemudian, Glee mempromosikan penerimaan dan penghargaan diri sebagai sebuah alternatif alih-alih mematuhi nilai-nilai institutionalized heterosexuality. Melalui dua poin tersebut, Glee mensubversi institutionalized heterosexuality.
This mini thesis discussed the influence of institutionalized heterosexuality to the marginalized characters in Glee and the strategies used by the characters to survive and subvert the norms. This is a qualitative textual analysis research which focused on the character development of the female and the non-heterosexuals. This research found that Glee portrays institutionalized heterosexuality as repressive, powerful, and violent norms. Moreover, Glee promotes the self-acceptance and self-embracing as the alternative instead of conforming the institutionalized heterosexuality. Through these two points Glee subverts the institutionalized heterosexuality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52464
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Insan Fadhil
"4chan’s ROBOT9000 or /r9k/ imageboard has long had a controversial reputation. Many studies merely view this as being rooted in conservative values and hegemonic masculinity. This paper aims to question this by analyzing the masculinity of the /r9k/ subculture through how it is represented in Wojak memes found on the imageboard. A corpus of 24 memes featuring Wojak and Wojak-derived characters were collected and then broken down into their memetic subdimensions. These are then analyzed through the theory of representation and multiple masculinities to find the characteristics of the sort of masculinity which is performed by members of /r9k/. The results find that the masculinity represented in /r9k/ actually resists several aspects of traditional hegemonic masculinity, especially those related to economic views and expressions of negative emotions. The expression of positive emotions, however, remains rooted in more dominant forms of masculinity. There is also a split in how this masculinity relates to women, with some of it clearly hostile, while others view women as unobtainable desires. Therefore, the masculinity of the /r9k/ subculture which is represented through Wojak memes is a rather complicated one, both resisting and supporting dominant masculinities.
Forum ROBOT9000 di situs 4chan, atau yang biasa disebut /r9k/, telah lama diwarnai kontroversi. Seringkali penelitian memandang permasalahan tersebut berakar dari nilai-nilai konservatif dan maskulinitas hegemonik yang dianut pengguna forum tersebut. Penelitian ini mempertanyakan anggapan tersebut dengan menganalisa maskulinitas yang dianut subkultur /r9k/ melalui cara maskulinitas tersebut direpresentasikan dalam meme-meme Wojak yang diunggah ke forum tersebut. Sebuah korpus berisi 24 meme Wojak dan karakter hasil variasi Wojak dikumpulkan lalu dipecah berdasarkan dimensi memetik meme yang bersangkutan. Dimensi-dimensi memetik ini kemudian dianalisa menggunakan teori representasi dan maskulinitas yang beragam.untuk mencari karakteristik ragam maskulinitas yang dilakukan oleh anggota forum /r9k/. Hasil analisa menunjukan bahwa maskulinitas yang dilakukan memiliki beberapa perbedaan dengan maskulinitas hegemonik, terutama terkait pandangan ekonomi dan ekspresi negatif. Namun, ekspresi emosi positif masih erat kaitannya dengan karakteristik maskulinitas hegemonik. Selain itu, terdapat perpecahan dalam cara maskulinitas /r9k/ ini memandang perempuan. Sebagian memandang perempuan sebagai musuh yang harus dilawan, sementara sebagian yang lain memandang perempuan sebagai suatu keinginan yang tidak dapat mereka peroleh. Pada akhirnya, maskulinitas dalam subkultur /r9k/ yang direpresentasikan melalui meme Wojak cukup rumit, karena menolak maskulinitas yang dominan dalam beberapa hal, namun mendukungnya dalam hal yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farida Zein
"Di era di mana media global memegang peran penting dalam membentuk persepsi budaya, penggambaran komunitas Tionghoa di Hollywood sering menjadi subjek penelitian dan perdebatan. Selama beberapa dekade, representasi komunitas Tionghoa sering kali bergantung pada stereotip tertentu atau interpretasi dangkal terhadap nilai-nilai budaya mereka. Prinsip Konfusianisme tentang kesalehan anak (filial piety), yang menjadi dasar hubungan keluarga orang Tionghoa serta menekankan penghormatan, merupakan salah satu tema yang sering diangkat dalam film-film Hollywood yang berfokus pada keluarga Tionghoa-Amerika. Akan tetapi, filosofi yang rumit di balik prinip kesalehan anak ini sering kali terlalu disederhanakan dalam beberapa film, yang kemudian memunculkan pertanyaan mengenai sejauh mana media populer mampu menggambarkan kedalaman dari nilai budaya tersebut. Penelitian ini mengeksplorasi penggambaran kesalehan anak Konfusianisme dalam film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021), dengan meneliti apakah film ini selaras dengan ajaran inti Konfusianisme atau justru memperkuat stereotip yang biasa terlihat di media Barat. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menekankan bahwa penggambaran kesalehan anak dalam film ini menunjukkan kompleksitas ajaran Konfusianisme, di mana penyimpangan yang dilakukan Shang-Chi bukanlah semata-mata penolakan terhadap ajaran Konfusianisme, tetapi justru mencerminkan fleksibilitas dari ajaran Konfusianisme serta sifatnya yang multifaset sebagai kerangka budaya. Meskipun beberapa stereotip masih terlihat dari narasi film ini, namun penelitian ini menemukan bahwa film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021) tetap berperan penting atas kontribusinya dalam merepresentasikan budaya Tionghoa di media Barat.
In the age where global media holds a pivotal role in shaping perceptions of culture, the portrayal of Chinese community in Hollywood remains a subject of scrutiny and debate. For decades, depictions of Chinese have often relied on certain stereotypes or surface-level interpretations of their cultural values. Confucian principle of filial piety, a cornerstone of Chinese familial relationships emphasizing respect, is one of the theme that is often explored in Hollywood films that centered around Chinese-American families. However, the intricate philosophy behind filial piety is frequently diluted in some films, raising questions about how well popular media captures the depth of this cultural value. This paper explores the portrayal of Confucian filial piety in Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021), examining whether the film aligns with the core teachings of Confucianism or perpetuates stereotypes commonly seen in Western media. Using a qualitative approach, the study highlights the film's nuanced depiction of filial piety, suggesting that Shang-chi’s deviation in the film do not merely signify a rejection of Confucian teachings but rather reflect its flexibility and multifaceted nature as a cultural framework. While certain stereotypes persist in the narrative, this research finds that Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021) remains notable for its contribution to representing Chinese culture in Western media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Marasabessy, Syeikha Annisa
"Pada abad ke-21 ini, representasi orang kulit hitam di banyak film Amerika problematis karena film-film tersebut tidak menghilangkan representasi stereotip orang kulit hitam yang mana sering digambarkan tidak sopan dan kurang cerdas dibandingkan dengan ras lain. Banyak film sudah mencoba mengubah stereotip tersebut ke perspektif lain, namun film-film tersebut masih belum dapat sepenuhnya menghapuskan stereotip yang ada. Dengan melihat aspek sinematik, dialog, simbol, suara, dan musik yang digunakan, artikel ini menganalisis stereotip karakter orang kulit hitam dalam film Get Out (2017) oleh Jordan Peele menggunakan analisis wacana. Artikel ini menemukan bahwa keseluruhan representasi dalam film tersebut masih memisahkan kulit hitam dari kulit putih dengan lebih mengutamakan aspek tubuh daripada pikiran dalam maskulinitas kulit hitam, sikap yang tidak sopan, dan perbedaan jenis pekerjaan. Sebagai hasilnya, karakter kulit hitam terlihat inferior dibandingkan karakter kulit putih meskipun film ini berusaha untuk memberdayakan orang kulit hitam. Penggunaan musik juga menekankan adanya perbedaan kekuasaan antara kedua ras. Keseluruhan hasil analisis dari artikel menemukan bahwa penggambaran stereotip orang kulit hitam masih terlihat dalam film yang memberdayakan orang kulit hitam. Hal ini menunjukkan bahwa representasi ras menuntut pengamatan secara mendalam
In the 21st century, the representation of Black people in many U.S. movies is still problematic, for the movies do not omit the stereotypical representations of Black people, which are often depicted being disrespectful and unintelligent compared to other races. Many movies have been trying to change them into another perspective, yet they are still unable to completely get rid of those stereotypes. By looking through the cinematic aspects, the dialogues, and the symbols along with the sounds and music used, this paper examines the stereotypes of Black characters in the movie Get Out (2017) by Jordan Peele using discourse analysis. The paper observes that the representation of the movie still distinguishes Black from White in the aspects of body over mind in Black masculinity, incivility, and distinctive racial labor. As a result, Black characters are seen inferior compared to White characters despite the movie’s effort to empower them. The use of music also emphasizes the power relation difference between the two races. The overall finding of the paper reveals that the existence of Black stereotypical depiction is still found in a movie empowering Black people, and it shows that race representation should be monitored thoroughly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Agnes Sobalisa
"Impian Amerika Serikat merupakan suatu konsep kepercayaan atau mimpi yang ingin dicapai oleh banyak orang di Amerika serikat. Hal ini juga berlaku bagi para imigran yang datang kesana. Fresh Off The Boat (2015), sebuah serial televisi dibintangi oleh para pemeran yang berasal dari negara Asia, telah hadir dalam ranah pertelevisian Amerika Serikat. Serial ini menggambarkan kehidupan keluarga imigran/keturunan Asia-Amerika yang dikelilingi oleh orang kulit putih sebagai masyarakat yang dominan. Menggunakan metode kualitatif analisis visual dan tekstual serta penyandingan dengan konsep orang Cina-Amerika oleh Chua(1981) dan Wong (1994), tulisan ini menyimpulkan bahwa FOTB menunjukan kompleksitas dalam menginternalisasi mimpi Amerika Serikat pada setiap karakter utama di serial tersebut setelah menyandingan musim pertama dan terakhir. Penyandingan kedua musim tersebut menggambarkan kompleksitas serta konsistensi dalam menunjukan ideologi mimpi Amerika serikat di serial TV ini. FOTB mendukung konsep ideologi tersebut, tetapi tidak menunjukan bahwa hanya ada satu cara untuk mencapainya Serial ini juga menunjukan bahwa seorang imigran/keturunan Asia-Amerika dapat dengan nyaman hidup sesuai dengan nilai dan budaya asal dalam mencapai mimpi Amerika serikat. Beberapa karakter menunjukan bahwa untuk mewujudkan “mimpi” untuk menjadi bagian dari masyarakat Amerika Serikat seutuhnya, mereka bersedia melakukan apapun untuk diterima dan tetap berada dalam kelompok kaum kulit putih. Namun, beberapa karakter tetap mempertahankan nilai dan kebudayaan asal mereka sendiri dan berhasil mencapai impian Amerika yang diinginkan.
The American dream is something that many individuals there want to attain in the US. This also applies to immigrants coming to the land of the free. Fresh Off The Boat (2015), an American TV series starring all Asian main cast, has appeared in the television landscape. The series depicts the life of Asian-American immigrants surrounded by the white-dominated society. Using the qualitative method of visual and textual analysis alongside Chua’s (1981) and Wong’s (1994) contrasting concept of Chinese-Americans, this paper concludes that Fresh Off The Boat presents the complexity of internalizing the American dream of each character in the show after juxtaposing the first and final season. The juxtaposition of both seasons reveal the complexity as well as the consistency of the American dream ideology in the TV series. FOTB supports the American dream, but it does not suggest that there is only one way to achieve them. The show suggests that one can be true to oneself while also feeling at ease in America, complying with one's culture and values. Some characters displayed the dream to belong in America, and these characters have proven that they are willing to do whatever it takes to be with the in-group, which happened to be the Whites in where the immigrants lived at the time. However, some of the characters remained intact with their own culture and still managed to achieve their American dream."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library