Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulian Nurtjita
"Horn adalah suatu komponen yang dapat menghasilkan suara tertentu dengan sumber energi battrey/accu. Tanpa adanya Horn pada kendaraan akan terasa kurang nyaman dan aman bagi pengemudi, apalagi pengemudi kendaraan melalui daerah yang cukup padat dan ramai. PT.KTB selaku ATPM kendaraan Mitsubishi mempunyai masalah horn yang digunakan pada kendaraan Colt Diesel. Masalah yang terjadi adalah tidak berfungsinya horn setelah beberapa waktu digunakan. Dari hasil pembongkaran pada unit horn eks klaim didapat bahwa penyebab paling dominan dari tidak berfungsinya hom adalah karena insulator pada unit horn tersebut terbakar. Dari hasil analisa dengan menggunakan '7 tools' dan pengujian yang dilakukan terbukti bahwa penyebab terbakamya insulator pada horn tersebut dikarenakan nilai tahanan/resistansi insulator tidak memenuhi spesifikasi yang telah di tentukan, terutama bila insulator tersebut terkena air/kelembaban yang cukup tinggi. Insulator yang mempunyai nilai resistansi kurang atau sama dengan 1 MQ akan bersifat sebagai konduktor, dan begitu pula sebaliknya. Material insulator yang terbuat dari bahan Cotton dan Resin sangat rawan terhadap air. Proses pemadatan material yang kurang sempurna dapat menimbulkan pori-pori yang dapat menyerap air. Alternatif perbaikan yang digunakan untuk mengatasi masalah terbakarnya insulator adalah dengan mengganti material insulator dari bahan Colton dan resin menjadi bahan fiber glass dan epoxy. Material insulator dari bahan Fiber glass dan Epoxy Iebih baik dibandingkan dengan bahan Cotton dan Resin, karena tidak menyerap air. Terbukti dari hasil pemeriksaan nilai resistansi setelah dilakukan penoelupan dalam air hasilnya tetap mempunyai nilai resistansi yang tinggi, dan setelah diaplikasikan pada unit hom tidak terjadi masalah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KGS. M. Ismail
"Mikrofluidik merupakan ilmu yang mengacu pada bidang sains dan teknologi untuk memanipulasi fluida dalam suatu jaringan di dalam channel yang dimensinya antara 5 - 500 μm. Tahapan proses yang dilakukan pada teknologi microfabrication yaitu desain, microstucturing dan back-end processes. Desain adalah bentuk dari channel yang diinginkan. Microstucturing adalah metode teknologi yang digunakan untuk pembentukan mikrofluidik, sedangkan back-end processes merupakan proses untuk joining material yang telah dilakukan pembentukan channel.
Dalam penelitian ini, proses desain channel menggunakan software autodesk inventor. Untuk proses microstucturing menggunakan laser CO2 daya rendah. Penggunaan laser CO2 sebagai alat pemotong untuk pembentukan mikrofluidik pada material acrylic menggunakan beberapa parameter yang dapat mempengaruhi hasil pemotongan, yaitu daya laser, kecepatan pemotongan dan pengulangan pemotongan (pass), kemudian dilakukan pengamatan terhadap hasil pemotongan tersebut yaitu kekasaran permukaan (surface roughness) microchannels.
Tahapan terakhir dari microfabrication adalah back-end processes, proses joining dengan menggunakan metode thermal bonding untuk membuat mikrofluidik yang dibentuk dapat berfungsi dengan baik. Dari hasil penelitian pembentukan perangkat mikrofluidik dan percobaan pengaliran cairan pada channel yang merupakan bagian dari perangkat mikrofluidik telah berhasil dilakukan.

Microfluidics is the science which refers to the analysis and technology for manipulating fluid inside the microchannels that dimensions 5 ? 500 μm. There are three process steps of microfabriaction technology for microfluidics device which are design, microstructuring and back-end processes. Design is the process to produce shape of microchannels. while back-end processes is joining process for material have been fabricated of channel. Microstructuring is a method that used for microfludics device fabrication.
In this research, a low power CO2 laser is applied for microstructuring process. CO2 laser cutting for micrluidics device fabricated on acrylic was applicated by three parameters: power of laser, cutting speed and cutting repeatition (number of pass). In the result of cutting is observed surface roughness of microchannels.
The last teps is back-end processes, to joining materials by thermal bonding method. The result of this research, microfluidics device was successfully fabricated and the fluid could flow in the microchannels of the microfluidics device.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31767
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yendri Minggu Bali
"Pengembangan perangkat mikro yang baru dan inovatif sangat tergantung pada sistem dan proses manufaktur yang dapat diandalkan untuk memproduksi komponen berskala mikro dengan kualitas yang baik. Salah satu jenis manufaktur ini adalah fabrikasi mikro dengan menggunakan mesin Laser CO2.
Penelitian ini dilakukan berupa eksperimen proses fabrikasi micropattern dengan beberapa variasi variabel bebas seperti jarak fokus, daya Laser dan kecepepatan nozzle Laser dengan metoda engraving menggunakan mesin Laser CO2 pada material acrylic dengan tebal 4 mm.
Hasil fabrikasi diamati dan diukur menggunakan microscope digital dan surface tester SURFCOM untuk memperoleh variabel tak bebas fabrikasi berupa nilai kekasaran permukaan, lebar, dan kedalaman. Hubungan antara kedua variabel ini dianalisis dengan response surface methodology (RSM) yang menghasilkan persamaan hubungan untuk kedua variabel. Hasil analisis RSM menunjukkan bahwa variabel daya (P) memberikan hubungan yang linear terhadap kekasaran permukaan (Ra) dengan variabel kecepatan kecepepatan nozzle Laser sebagai variabel yang memberi pengaruh untuk kualitas permukaan yang baik (halus). Pada dimensi geometri pengaruh daya Laser (P) memberikan hubungan linear dengan pengaruh yang signifikan.
Hasil analisis RSM memberikan grafik karakteristik dan juga persamaan matematik untuk kedua variabel yang dimanfaatkan untuk memprediksi kualitas hasil fabrikasi untuk membuat produk micromold. Hasil fabrikasi pola mikro untuk micromold ini diperoleh dengan kualitas nilai kekasaran permukaan (Rax) 17,55 µm, lebar celah (W) 135 µm dan kedalaman (D) 341 µm.

The development of innovative micro components depends on the manufacturing system and process that reliable to produce the component in micro scale with good quality. In this case, using CO2 Laser is one of micro fabrication technique to fabricate material to get micro component.
In this research, do an experiment to fabricate micropattern using engraving methode by Laser CO2 machine with several independent variables such as focus distance of nozzle Laser to workpiece (F), power of Laser (P), and velocity of nozzle Laser movement (V). The workpiece in this research is an acrylic.
Result of fabrication process will be identified and measured using digital microscope and surface roughness tester to get the value of workpiece quality such as surface roughness and geometrical properties as the dependent variables. The relationship of both variables will be expressed in 3D curves characterictic and mathematical models were analyzed by response surface methodology (RSM).
The result of the analysis indicate that power of Laser (P) and velocity of Laser nozzle movement (V) effect is the significant variables affecting the quality of micropattern and micromold fabrication. Micromold can be fabricated using Laser CO2 with roughness value (Rax) is 17,55µm, width of grove (W) 135 µm, depth (D) 341 µm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Arief Wicaksana
"Skripsi ini bertujuan untuk mengembangkan proses torch brazing dengan mentransmisikan tekanan pada sampel yang akan dilakukan proses brazing. Alat didesain dengan software Inventor 2013 yang kemudian disimulasi dengan software Ansys 14. Simulasi dilakukan dengan metode static-thermal simulation. Percobaan dilakukan dengan memberikan variasi tekanan mekanik pada sampel, dan menganalisis hasil dari sampel. Tekanan mekanik yang diberikan sebesar 0, 0,7, 1,2, dan 1,7 MPa. Stress diperoleh melalui dua metode analisis, yakni perhitungan analitik dan perhitungan numerik. Tegangan termal sebesar 2,1 GPa dengan metode perhitungan analitik, dan 1,57 GPa dengan simulasi numerik. Hasil menunjukan semakin besar tekanan mekanik yang diberikan maka semakin besar pula displacement. Ketika filler meleleh, tekanan mekanik menyebabkan sampel saling dorong dan menyebabkan berkurangnya ketebalan filler. Semakin tinggi tekanan statik yang diberikan maka semakin kecil ketebalan filler. Sehingga apabila dipanaskan akan membuat stainless steel mengalami pemuaian panjang dan mengakibatkan thermal stress. Semakin tipis ketebalan filler akibat tekanan mekanik akan mengakibatkan jarak interaksi semakin kecil, dan dengan muai panjang yang sama akan mengakibatkan thermal stress semakin besar seiring bertambahnya tekanan mekanik. Sehingga displacement akan semakin besar seiring dengan semakin besarnya tekanan mekanik yang diberikan.
This study is to develop the process of torch brazing to transmit the pressure on the sample to be brazed. The device is designed by Autodesk Inventor 2013 then simulated with ANSYS 14. Simulations performed with a static-thermal stress method. The experiments were performed by providing mechanical pressure variations in the sample, and analyze the results of the sample. Mechanical stress is given by 0, 0.7, 1.2 and 1.7 MPa. Thermal stress obtained through the two methods of analysis, the analytical calculations and numerical calculations. Thermal stress of 2.1 GPa is obtained with analytic calculation method, and 1.57 GPa with numerical simulations. The results showed that the greater the mechanical stress is given, the greater the displacement. When the filler melts, causing mechanical pressure push each sample and cause a reduction in the thickness of the filler. The higher the static pressure given the smaller thickness of the filler. Therefore, when the sample is heated to make stainless steel undergo expansion and resulting thermal stress. The thinner the thickness of the filler due to mechanical pressure will result in the interaction distance is getting smaller, and with the same length expansion will result in greater thermal stress with increasing mechanical pressure. Therefore the displacement will increase along with the amount of mechanical stress is given."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zetha Arvay
"Friction stir welding adalah proses pengelasan solid-state thermomechanical. Sejak penemuannya di TWI pada tahun 1991, proses ini telah diaplikasikan dalam berbagai industri seperti otomotif, aerospace, perkapalan, dan elektronik. Skripsi ini menginvestigasi efek parameter pengelasan micro friction stir welding terhadap temperatur pada aluminium paduan A1100 dengan ketebalan 400 μm. Pada proses pengelasan micro friction stir welding, panas yang dihasilkan gesekan dan efek pengadukan oleh rotasi tool dapat mengakibatkan perubahan pada mikrostruktur dan berakibat pada perubahan sifat mekanik. Ada tiga parameter pengelasan yang dipertimbangkan dalam skripsi ini yaitu, plunge speed, dwell time pertama, dan dwell time kedua. Temperatur aluminium pada saat proses pengelasan FSW diukur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dwell time kedua memiliki pengaruh besar terhadap temperatur lasan sedangkan dwell time pertama kurang berpengaruh.

Friction stir welding is a solid-state thermomechanical welding process. Since its invention by TWI in 1991, it has found its application in industries such as automotives, aerospace, shipbuilding, and electronics. In this paper, the effects of welding parameters on the temperature of micro friction stir welding in thin sheet aluminum A1100 alloy with a thickness of 400 μm were investigated. In a micro friction stir welding process, the heat generated by friction and the mixing effect of the tool rotation can cause changes to the microstructure thus changing its mechanical properties. Three welding parameters were considered, plunge speed, first dwell time and second dwell time. The temperature during FSW were measured. The results obtained showed that the second dwell time was a dominant factor affecting the temperature of the weld whereas the first dwell time has very little effect on temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pither Supermando
"Torch brazing merupakan salah satu metode brazing yang pada umumnya sering digunakan. Metode ini biasanya dilakukan dalam penyambungan pipa. Proses brazing ini sendiri melibatkan logam dasar/base metal (logam yang akan disambung) dan logam pengisi/filler metal. Logam pengisi akan dipanaskan hingga mencapai titik leleh, dimana titik leleh logam pengisi lebih kecil daripada titik leleh logam dasar. Setelah mengalami pendinginan dan pengerasan maka logam pengisi akan memberikan sambungan yang kuat pada logam dasar. Pemberian tekanan pada proses brazing akan menimbulkan efek pada kualitas sambungan. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh tekanan tersebut terhadap kekuatan sambungan. Pemberian tekanan pada sambungan tentunya akan mempengaruhi joint clearance, dimana joint clearance tersebut adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sambungan brazing.
Torch Brazing is one method that is frequently used in general. This method is usually done the connecting pipe. The brazing process itself involves the base metal/base metal (metal that will be connected) and filler metal/filler metal. Filler metal will be heated to the melting point, where the melting point of the filler metal more smaller than the melting point of the base metal. After experiencing cooling and hardening of the filler metal will give strong connection to the base metal. Giving pressure on brazing processes will cause an effect on the quality connection. This research will be seen that the effect of pressure on the strength of the connection. Giving pressure the connection will certainly affect the clearance joint, where the joint clearance is one of the factors that affect the strength of the brazed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Andrianto
"ABSTRAK
Daun lotus memiliki struktur permukaan yang luar biasa karena permukaan lotus memiliki sifat hidrofobik dan self-cleaning. Sifat tersebut diatur oleh pilar-pilar berukuran mikron yang tersebar secara acak di seluruh permukaannya. Sifat tersebut dapat diaplikasikan ke kaca gedung, permukaan under water vehicle karena bertujuan untuk mengurangi koefisien gesek dan menghemat penggunaan energi. Polydimethylsiloxane (PDMS) merupakan salah satu dari banyaknya jenis-jenis silikon yang ada di dunia. PDMS ini dipakai dalam penelitian karena sifat karakteristiknya yang dapat mereplika permukaan benda sampai celah kecil yang berukuran mikron. Aplikasi nano struktur ini akan difokuskan ke bahan resin sehingga akan didapatkan resin yang memiliki nano struktur permukaan daun lotus. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi pembuatan cetakan menggunakan polydimethylsiloxane dan produk hasil berupa resin yang telah memiliki nano struktur permukaan lotus. Metode pengujian yang akan dilakukan adalah metode Scanning Electron Microscop (SEM) untuk melakukan pengukuran pilar dan mengukur sudut kontak air terhadap permukaan resin menggunakan kamera Anyview. Hasil dari penelitian ini adalah mendapatkan cetakan berupa polydimethylsiloxane yang maksimal dan sudut kontak air terhadap permukaan resin yang memiliki nano struktur permukaan lotus.

ABSTRACT
Lotus leaf surface have a remarkable structure because the surface of the lotus are hydrophobic and self-cleaning. The properties are set by micron-sized pillars scattered randomly across the surface. The properties can be applied to the glass building, the surface under water vehicle as it aims to reduce the coefficient of friction and energy savings. Polydimethylsiloxane (PDMS) is one of many types of silicon in the world. PDMS is used in research due to the nature of the surface characteristics that can replicate objects to small micron-sized gap. Application of nano structures will be focused to the resin so that the resin will be obtained nano surface structure of lotus leaves. This research was conducted using the methodology of using polydimethylsiloxane mold making and product results in the form of resin that has a lotus surface?s nano structure. Methods of testing to be performed is a method of Scanning Electron Microscop (SEM) to perform the measurement pillars and measure the contact angle of water on the surface of the resin using Anyview camera. The results of this study is to get a polydimethylsiloxane mold maximum and the contact angle of water on the surface of the resin which has a nano structure of lotus surface."
2015
S61221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amadeus Dewangga
"ABSTRAK
Penanganan kasus fraktur khususnya pada rahang manusia ( maxilla; rahang atas, mandibula; rahang bawah ) menggunakan alat fiksasi berupa miniplate. Secara komersil titanium merupakan material yang digunakan sebagai material miniplate karena biokompabilitas tinggi terhadap tubuh dan mechanical properties yang tinggi. Tetapi titanium kurang cocok dikarenakan young modulus yang tidak sesuai dengan tulang ( kemungkinan gagal fiksasi ) dan tidak bersifat biodegradeable. Material pengganti yang sudah sering diteliti adalah magnesium karena bersifat biodegradeable dan memiliki mechanical properties yang menyerupai tulang. Tetapi laju korosi magnesium sangat tinggi, sehingga perlu diberi perlakuan tambahan agar penyembuhan fraktur optimal. Penelitian ini berfokus pada komposit berbasis magnesium sebagai upaya mengurangi laju korosi dengan menambahkan karbonat apatit saat proses pembuatan dengan teknik powder metallurgy sebanyak 5%, 10%, dan 15%. Untuk mengetahui mechanical properties dari komposit dilakukan uji tarik dan uji bending dengan metodologi yang sesuai ASTM E8 ( tensile ) dan ASTM E290 ( bending ), dan data diolah untuk mendapat mechanical properties yang sesuai ASTM F67 ( tensile ) dan ASTM F382 ( bending ). Hasil pengujian membuktikan peningkatan mechanical properties dari magnesium murni, dengan kadar 15% yang terbaik, tetapi diperlukan penelitian untuk meningkatkan mechanical properties secara keseluruhan agar lebih sesuai menjadi material miniplate.

ABSTRACT
Fracture cases in maxilla ( upper jaw ) or mandibula ( lower jaw ) can be fixed with a fixation of a miniplate. Commercially the material used is titanium because of high biocompability with human body and good mechanical properties. But actually titanium is not suitable because its young modulus is not the same as human bone ( probable fixation failure ) and its not biodegradeable. A suitable material thats often researched is magnesium because its biodegradeable and more suitable mechanical properties compared to human bone. But corrosion rate of magnesium is high, it is mandatory to give a extra treatment so fracture recovery can be optimal. This research focuses on magnesium based composite as a way to reduce corrosion rate by adding carbonate apatite by 5%, 10%, and 15% in the powder metallurgy process. To figure the composite mechanical properties tensile testing and bend testing is done with methods approved by ASTM E8 ( tensile ) and ASTM E290 ( bending ), and data is processed to get mechanical properties based on ASTM F67 ( tensile ) and ASTM F382 ( bending ). Results shows a improvement of mechanical properties compared to pure magnesium with 15% being the best, but additional research is needed to improve overall mechanical properties so it is more suitable as a miniplate material."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Ayu Wibowo
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu metode pengelasan yang cukup popular dan sering digunakan dalam industri manufaktur. Dalam Upaya meningkatkan efisiensi dari pengelasan TIG ini, metode Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) pun telah diperkenalkan. Metode WAAM merupakan metode pengelasan yang menggunakan busur listrik (arc welding) dengan menggunakan pengumpan kawat tambahan atau biasa dikenal dengan wire feeder. Mesin TIG-WAAM terdiri dari komponen-komponen berupa sumber daya TIG, welding torch, kawat pengumpan atau wire feeder, dan sistem pengendali untuk mengontrol parameter pengelasan. Oleh karena itu, welding torch merupakan komponen yang penting dalam pengelasan penelitian ini dilakukan. Perancangan desain pada penelitian ini kemudian akan dilanjutkan pada perhitungan analitik dan simulasi menggunakan software Autodesk Inventor 2021 untuk memastikan apakah konstruksi mesin las TIG dapat menahan beban welding torch yang didesain. Penelitian ini akan lebih berfokus pada kekuatan mesin konstruksi mesin las TIG menahan beban sebelum dan setelah welding torch dirancang yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan simulasi menggunakan software Inventor. Hasil tegangan von miss yang didapatkan melalui perhitungan analitik pada konstruksi mesin sebelum welding torch sebesar 1,49 MPa dan pada simulasi sebesar 0,24 MPa, sedangkan perhitungan analitik setelah welding torch diberikan sebesar 0,167 MPa dan pada simulasi sebesar 0,27 MPa.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a popular and widely used welding method in the manufacturing industry. To improve the efficiency of TIG welding, the Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) method has been introduced. WAAM is a welding method that utilizes an electric arc welding process with the use of an additional wire feeder. A TIG-WAAM machine consists of components such as a TIG power source, welding torch, wire feeder, and control system to regulate welding parameters. Therefore, the welding torch is an important component in this research on welding.

The designed which has been designed in this research, will then be analyzed through analytical calculations and simulations using Autodesk Inventor 2021 software to verify the construction of the TIG welding machine can withstand the load of the designed welding torch. This research will primarily focus on the strength of the TIG welding machine's construction to withstand the load after the welding torch is designed, and then compare the results with the simulation calculations using Inventor software. Analytical load calculations are essential to ensure the safety and strength of the equipment in performing its function. The results of the von mises stress through analytical and simulation before welding torch are 1,49 MPa and 0,24 MPa. Meanwhile the analytical and simulation after welding torch are 0,167 MPa and 0,27 MPa."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksamana Arria Wibowo
"Spreader bar pada pesawat amfibi merupakan sebuah komponen struktur yang bertujuan untuk memastikan floater pesawat amfibi tidak terpisah selama beroperasi diatas air. Komponen ini menerima pembebanan yang besar pada saat tahap take-off dan landing pesawat amfibi di air. Oleh karena itu, diperlukan desain yang aman dan kuat agar pengoperasian pesawat amfibi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, pembuatan komponen spreader bar yang ringan karena berat pesawat merupakan hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dimensi dan ukuran profil spreader bar yang optimum pada 6 bentuk profil, yaitu profil elips, lingkaran, persegi panjang, I, H, dan U. Penelitian dilakukan dengan perhitungan margin of safety pada pembebanan tensi dan kompresi. Nilai margin of safety yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi perangkat lunak MSC Patran dan Nastran. Hasil penelitian menunjukan bahwa keenam jenis profil dapat didesain menjadi profil spreader bar yang aman dan kuat. Selain itu, didpatkan juga spreader bar yang memiliki desain paling optimal adalah spreader bar yang memiliki profil lingkaran.

The seaplane spreader bar is a structural component that is used to ensure that the floater of a seaplane does not separate while operating on water. This component receives a large load during the take-off and landing stages of seaplanes in water. Therefore, a safe and robust design is needed so that the operations of seaplanes can run smoothly. In addition, the manufacture of light spreader bar components due to the weight of the aircraft is important. This study aims to find the optimum dimensions and sizes for 6 spreader bar profile shapes, namely elliptical, circular, rectangular, I, H, and U profiles. The research was carried out by calculating the margin of safety in tension and compression loading. The resulting margin of safety value is then compared with the MSC Patran and Nastran software simulation results. The results showed that the six types of profiles can be designed into a safety and strong spreader bar profile. In addition, the spreader bar that has the most optimal design is the one with a circular profile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>