Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Harini
"Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Indonesia merupakan kasus tertinggi di ASEAN dimana setiap jam terdapat 2 (dua) ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meninggal karena berbagai sebab. Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah Salah satu upaya percepatan yang dilakukan pemerintah dalam rangka menurunkan AKI. Gerakan ini dilaksanakan rnasyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap penurunan angka kematian ibu karena hamil, bersalin, dan nifas.
Anggota masyarakat yang bergabung dalam organisasi PKK, Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB) dan Dasawisma, yang disebut sebagai kader, adalah penggcrak bagi setiap kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Program yang dilaksanakan menjadikan kader sebagai agen perubahan. Dan sebagai langkah strategis agar terjadi peningkatan kapasitas kader sebagai ujung tombak dalam kesehatan masyarakat adalah pembekalan. Untuk itu, mereka dibekali keterampilan sosial yang dikemas dalam pelatihan selain pengetahuan dan simulasi tentang pentingnya keselamatan ibu bersalin dari bidan, Serta pengetahuan tanaman obat bagi kesehatan reproduksi perempuan.
Pelaksanaan program dilakukan di Desa Sumurugul kecamatan Wanayasa kabupaten Purwakarta. Diikuti oleh 22 orang anggota kader yang hampir semuanya perempuan. Diharapkan dengan peningkatan kemampuan komunikasi kader dalam menyampaikan pengetahuan dan informasi, mereka dapat mengajak masyarakat Sumurugul lainnya untuk berpartisipasi dalam upaya penanganan keselamatan ibu hamil agar terhindar dari kematian saat bersalin."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nurhidayati
"Meningkatkan pemahaman ibu terhadap pendidikan anak usia sekolah adalah upaya intervensi yang dilakukan untuk mengurangi keterlambatan anak mulai sekolah dan putus sekolah yang banyak terjadi di lokasi intervensi.
Sasaran intervensi adalah ibu-ibu majelis taklim Rt 004 bawah Ciheuleut Bogor sebagai change target. Strategi intervensi yang digunakan dalam program intervensi ini adalah tiga tehnik intervensi yang dikombinasikan, yaitu , proses observational learning dan strategi reedukatif.
Dari tindakan intervensi ini menghasilkan 4 (empat) orang kader sosialisasi program kelompok `ibu peduli' dalam meningkatkan pemahaman ibu terhadap pendidikan anak usia sekolah dan peningkatan belief yang mengarah pada sikap dan perilaku yang diamati dengan home inventory for elementary children (Bettye & Robert, 1984) sebagai pre dan post test.
Dari hasil pre dan post test, dari kedelapan aspek dalam alat observasi ini mengalami peningkatan yang berarti setelah dilaksanakannya program, aspek yang tertinggi adalah emotional & verbal responsivity, terlihat respon-respon yang diperlihatkan ibu sudah lebih balk, tidak mengutamakan amarah seperti sebelum mengikuti program dan pujian-pujian juga mulai diberikan saat anak melakukan hal yang baik. Demikian pula dengan 5 aspek lainnya. Tetapi pada aspek paternal involvement & aspect of the physical environment memang belum ada peningkatan yang berarti, karena peran bapak di rumah belum maksimal, masih banyaknya bapak yang menganggur menjadi salah satu penyebab belum meningkatnya aspek ini, dan program intervensi yang dilakukan juga belum konsentrasi kepada bapak-bapak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parera, Maria D.
"Wilayah perbatasan Motaain merupakan salah satu perbatasan antara RI-RDTL yang terletak di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Intervensi sosial guna peningkatan kesadaran konflik dilakukan di wilayah perbatasan ini kepada 12 orang dalam satu kelompok target intervensi. 12 orang ini adalah tokoh yang diharapkan dapat menjadi model bagi komunitasnya dalam pencegahan konflik komunal.
Kesadaran konflik dalam intervensi sosial ini didefinisikan sebagai pengenalan dan pemahaman kelompok target intervensi atas pengertian konflik, sumber dan aktor konflik juga potensi pencegahan dan solusi konflik dari dalam kelompok. Pada penelitian baseline terpetakan kesadaran konflik dari kelompok target intervensi ini masih rendah.
Transtheoretical Model of Behavioral Change (TM) digunakan sebagai kerangka bagi perancangan intervensi sosial. Model ini menekankan lima tahap yang dilalui setiap individu saat mengalami perubahan perilaku. Lima tahap tersebut adalah precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance.
Peningkatan kesadaran adalah salah satu proses pada tahap precontemplation dari kerangka TM ini. Tetapi intervensi sosial ini tidak hanya memfasilitasi peningkatan kesadaran konflik saja. Untuk tujuan jangka panjang pencegahan konflik komunal, penting untuk memiliki motivasi yang kuat untuk berubah (motivational force for change) jadi intervensi sosial ini juga memfasilitasi tumbuhnya motivasi pada kelompok target intervensi, melaiui intervensi pada tahap contemplation.
Pada evaluasi, terbaca peningkatan kesadaran konflik kelompok target intervensi ditandai dengan masalah yang teridentifikasi dan motivasi intrinsik yang kuat untuk berubah. Keseluruhan proses intervensi sosial ini mendapat tanggapan yang positif dari kelompok target intervensi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Abriyani
"Intervensi sosial dengan tema: "Pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat" bertujuan untuk lebih memberdayakan para ibu di komunitas desa Tegalgede, Pameungpeuk, Ganit agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam peningkatan kesehatan keluarga.
Kurangnya pengetahuan tentang hidup sehat rnenyebabkan mereka kurang mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Situasi dan keadaan ini semakin memperlemah motivasi dan aktivitas mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan masalah atau pemecahan masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga dan komunitas mereka.
Kondisi - merasa kurang berdaya - inilah yang akan diintervensi dan diubah sehingga muncul pengetahuan dan keyakinan bahwa mereka sebagai perempuan memiliki kemampuan dan dapat lebih berdaya memperbaiki kesejahteraan keluarga dan komunitas mereka.
Perubahan tingkah laku ini akan diupayakan terjadi dalam diri mereka melalui intervensi pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat berlandaskan pada teori Experiential Learning, Empowerment, dan teknik intervensi reedukasi berbasiskan pada pendidikan orang dewasa, pendekatan strength-building dan pemberdayaan komunitas yang berorientasi pada pengembangan komunitas.
Intervensi pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat yang diterapkan di komunitas desa Tegalgede ini telah menunjukkan hasil yang positif. Khususnya, ibu-ibu yang menjadi target intervensi ini mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka.

A social intervention with the theme: "Education of health for changing healthy-life behavior" was focused for empowering the women of Tegalgede village, Pameungpeuk, Garut. This program was also meant to enable them to participate actively in enhancing their family health.
Their lack of knowledge for healthy Life had made them unable to make prevention and failures in handling their health problems. Such condition had also made their motivation and activities, in either preventing or handling the health problems, weakened - be it within their family environment or in the community.
This condition - a perceived helplessness - was designated to be the object of this intervention program and meant to be changed by developing knowledge and beliefs that they, as women, possessed the capacity and empowered to improve the welfare of their family and the community.
The behavior change was supposedly to materialize from within themselves by conducting an intervention program through education on health, in particular to change their health-life. The program was based upon some theories, among others: experiential learning, empowerment, re-educative intervention techniques for adults, strength-building approach, and development-oriented community empowerment.
The implementation of this intervention program had brought up some positive results, particularly among the Tegalgede village women targeted for this intervention had shown some indications that they became capable to make prevention and solution of their family health problems."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Asa Akhrani
"ABSTRAK
Kondisi Lingkungan semakin kritis, manusia terus mengeksplorasi lingkungan tanpa upaya melestarikannya. Pondok Pekayon Indah (PPI) salah satu wilayah di Bekasi yang menanggung akibat dari ketidakseimbangan antara perilaku manusia dengan kondisi alam. Penyalahgunaan fungsi rawa menjadi TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) merupakan cermin dari perilaku “memproduksi” sampah yang terus meningkat tampa diiringi usaha peyediaan TPA yang 1ayak_
Pengalihan fungsi rawa sebagai TPA warga ini tidak disadari oleh warga PPI, batas pengetahuan mereka adalah kewajiban membayar retribusi sampah sudah dipenuhi tanpa menyadari kemana perginya sampah yang mereka hasilkan pada akhimya. Pada akhirnya penyalahgunaan funggsi rawa ini terus berlangsung dari tahun
ke tahun tanpa kontrol dari warga Pemulung mulai memadati rawa yang mulai padat, terus menimbun sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis ke dalam rawa dan melapisinya dengan tanah untuk kemudian mendirikan bangunan-bangunan bilik tempat mereka tinggal.
Intervensi dilakukan untuk meningkatkan kesadaran warga akan bahaya
lingkungan yang disebabkan oleh ketidak mampuan warga mengolah sampahnya sendiri. Agen perubahan sekaligus target perubahan dalam intervensi ini adalah pemuda. Meningkatkan kesadaran pemuda untuk membuang sampah dengan benar melalui pemberian edukasi dan pelatihan, memanfaatkan mereka dalam program diharapkan mampu meningkatkan kesadaran mereka mengenai perilaku membuang sampah yang benar.
Baseline study dilakukan dengan metode wawancara, angket dan dokumentasi
Teori-teori yang digunakan dalam intervensi ini adalah teori belajar sosial, motivasi, edukasi dan informasi.
Dari hasil intervensi terjadi perubahan perilaku dan kognisi pada pemuda PPI.
Perubahan perilaku dapat dilihat pada kesediaan pemuda PPI untuk menyimpan sampah yang mereka hasilkan sebelum menemukan tempat sampah untuk kemudian membuangnya, Peningkatan kognisi dapat dilihat pada perbandingan hasil pretest dan postest angket pengetahuan lingkungan, rata-rata kognisi meningkat 2.15, dari 5.8
menjadi 7.95
Intervensi selanjutnya diharapkan dapat meneruskan upaya yang telah
dilakukan sebelumnya dengan tempat memperluas jaringan. Pelatihan disarankan dilakukan khusus utuk pemuda agar ruang kreatifitas mereka dapat berkembang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadzif Ulfa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Irawati
"Balai Pemasyarakatan disingkat Bapas, berada dalam ruang lingkup Dirjen Pemasyarakatan dan merupakan unit pelaksana. teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM. Melaksanakan bimbingan yang di dalamnya dilaksanakan juga konseling bagi klien warga binaan pemasyarakatan adalah salah satu tugas pokok PK. Klien Bapas adalah individu yang mempunyai kewajiban menjalani pembimbingan, sebagai konsekuensi dari vonis yang diterima dari Pengadilan Negeri bagi pidana bersyarat atau konsekuensi dari pembinaan luar yang diterima oleh seorang narapidana setelah menjalani dua pertiga atau lebih masa pidananya di dalam lapas.
Tujuan bimbingan klien adalah untuk membantu klien agar menjadi manusia seutuhnya, menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupannya di masyarakat. (Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Dengan demikian, tujuan bimbingan dititikberatkan pada kepribadian dan kemandirian klien untuk dapat menyesuaikan diri dan integrasi secara sehat di masyarakat. Dalam rangka membimbing kepribadian dan kemandirian klien yang menjadi tugas Dirjen Pemasyarakatan secara keseluruhan, seyogyanya proses bimbingan klien berlangsung sebagai suatu proses pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME, intelektual, sikap, perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani klien. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 31 dan 32 Tahun 1999.
Namun, dalam pelaksanaannya menggambarkan kurangnya pemahaman, keterampilan, dan sikap positif PK dalam bimbingan dan konseling yang didasarkan pada penerapan orientasi psikologi, sehingga proses bimbingan (dan konseling) kurang mendukung bagi tercapainya tujuan pembimbingan klien sesuai UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Ada dua faktor yang menyebabkan kurangnya pemahaman, keterampilan, dan sikap positif PK dalam melaksanakan bimbingan (dan konseling), yaitu : 1) Faktor internal, bersumber dari diri PK sendiri yang dalam hal ini berupa intelegensi. 2) Faktor eksternal, bersumber dari lingkungan yang didalamnya terdapat juga orang lain atau model Atas dasar ini, masalah yang ada pada PK dalam melaksanakan bimbingan dan konseling dijelaskan melalui Teori Belajar sosial (Social Learning T henry) dari Albert Bandura (1986). Menurut Teori Belajar Sosial, faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kognitif) Serta model yang dapat ditiru atau imitasi, adalah merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku. Untuk meningkatkan pemahaman seseorang diperlukan adanya proses belajar. Oleh karena itu, program Pelatihan Bimbingan dan Konseling Bagi PK diusulkan untuk dapat dilaksanakan selain berorientasi pada kaidah hukum, untuk kesempurnaannya perlu mengacu pada proses-proses psikologis sesuai teori di atas. Dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan sikap positif PK dalam melaksanakan bimbingan dan konseling."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Ristagitania Athar
"Intervensi yang dilakukan pada kelompok pemulung di RT 04/ RW 05 Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Surnedang, Jawa Barat dilakukan untuk mengeluarkan mereka dari siklus kemisldnan. Program intervensi ini diadaptasi dan pcnclitian Malcolm J. Odell, di Nepal (2005), dan rnenggunakan strategi psikologi intervensi sosial. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seligman’s Cycle of Poverty (1975) dan pcndckatan Appreciative Inquiiy yang dikembangkan oleh Cooperrider (2005). Hasil dari program intervensi ini adalah para pemulung yang tclah mengintemalisasi visi dan mimpi mereka mcnjadi bentuk strategi pefencanaan kegiatan yang sesuai dengan latar belakang mereka, yaitu daur ulang limbah organicmenjadi produk dengan nilai tambahan.

Intervention that held among the scavengers in RT 04/RW 05 Desa Jatisati, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumcdang, West Java, is aimed to break the cycle of poverty they have been thriving on. This intervention programme was adapted from the research of Malcolm J. Odell (2005) in Nepal. India. Psychological and social intervention strategies to analyse the grinding poverty and to enable to break the cycle of poverty were used. The ground theories of the programme were Seligma.n’s cycle of poverty (1975) and Cooperrider's appreciative inquiry (2001). The result showed that they succeed on intemalizing their vision into making strategic action plans that reliable with their conditions, recycling organic waste into a vakue added goods."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hannibal
"ABSTRAK
Rancangan Program Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Narapidana
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pemuda Tangerang?
(83 halaman + xiii halaman, 5 Tabel, 8 Gambar dan Lampiran)
Untuk terciptanya pcmbinaan di Lapas khususnya pcmbinaan
kepribadian sebagai pembinaan tahap awal, diperlukan sikap penerimaan diri
narapidana dalam menerirna kenyataan peristiwa hukum yang dialaminya.
Dengan penerimaan diri tersebut diharapkan sikap mereka menjadi ikhlas dan
mau berperan aktif dalam pembinaan di Lapas. Program dzikir yang ditawarkan
adalah dzil-:ir dengan metode Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Kegiatan dzikir ini menjadi stimulus bempa informasi baru dalam bentuk
keyakinan atas nilai-nilai kcbesaran Allah SWT yang harus ditaali dan dipatuhi
sebagai penentu atas segala masalah yang teljiadi agar tercipta keseimbangan
pada elemen kognisi narapidana sehingga merubah sikap menarik diri menjadi
menerima masalahnya dengan ikhlas dan mau mentaati dan mematuhi segala
apa yang menjadi kewajibannya, termasuk berperan aktif dalam pembinaan di
Lapas."
2007
T34067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erie Prakoso
"ABSTRAK
Kepuasan kerja adalah sikap seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Pekerja
mungkin memiliki sikap positif atau negatif terhadap pekerjaannya. Sikap positif
akan menghasilkan perasaan puas, sedangkan sikap negatif akan menghasilkan
rasa tidak puas.
Berbagai cara telah dilakukan banyak ahli dalam upaya menjelaskan mengenai
konsep / definisi, penyebab, maupun akibat dari kepuasan kerja. Terdapat 2
pendekatan utama yang dilakukan para ahli dalam upaya ini : pendekatan global
/ umum dan pendekatan terhadap komponen-komponen pekerjaan. Pendekatan
global menekankan pada perasaan umum pekerja terhadap pekerjaannya,
sedangkan pendekatan terhadap komponen pekerjaan dipandang sebagai jumlah
kepuasan pekerja terhadap komponen-komponen pekerjaannya (seperti gaji,
lingkungan kerja, rekan kerja dan sebagainya).
Sebagai salah satu jenis dari tingkah laku manusia dalam pekerjaan, kepuasan
kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dapat dibagi ke
dalam 3 golongan : faktor individu, faktor (lingkungan) pekerjaan, dan faktor
interaksional diantara keduanya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana faktor
interaksional antara karakteristik individu dan pekerjaan berpengaruh terhadap
derajat kepuasan kerja yang dialami pekerja.
Dasar dari penelitian ini adalah pengujian konsep kesesuaian antara individu
dan Iingkungan pekerjaannya (person - environment fit) dalam pengaruhnya
terhadap tingkat kepuasan keda seseorang. Dalam praktik pelaksanaannya,
penelitian ini akan melihat hubungan antara faktor kepribadian (faktor individu)
terhadap kepuasan kerja, sehubungan dengan konsep kesesuaian individu -
lingkungan di atas. Secara lebih spesifik, penelitian ini didasarkan atas teori
kesesuaian individu - lingkungan dari Holland (1985) yang menyatakan bahwa
keselarasan antara karakteristik kepribadian seseorang dengan lingkungan
pekerjaannya akan meningkatkan derajat kepuasan kerja yang dialaminya.
Aspek kepribadian yang akan diteliti adalah preferensi seseorang terhadap risiko (risk preference). Preferensi terhadap risiko adalah kecenderungan seseorang
untuk bertindak pada waktu ia berhadapan dengan situasi yang mengandung
risiko. Subyek yang mempunyai preferensi terhadap risiko rendah akan cenderung
menghindari situasi berisiko, atau memilih tindakan yang mengandung derajat
risiko kecil. Sebaliknya subyek dengan preferensi terhadap risiko tinggi akan relatif
memilih tindakan yang berisiko atau justru "menikmati" situasi berisiko itu sendiri.
Pengaruh aspek kepribadian terhadap kepuasan kerja telah banyak diteliti.
Namun, penelitian mengenai pengaruh atau hubungan preferensi terhadap risiko
(yang menurut Robbins 1993 adalah salah satu atribut kepribadian terpenting
dalam pekerjaan), masih relatif sulit ditemukan di literatur.
Derajat kepentingan suatu atribut kepribadian dalam menentukan tingkah laku
pekerjaan tentu bergantung dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. Karenanya,
untuk meneliti mengenai hubungan antara preferensi terhadap risiko dan tingkah
laku pekerjaan (dalam hal ini adalah kepuasan kerjanya), karakteristik pekerjaan
yang diteliti idealnya adalah pekerjaan yang banyak melibatkan risiko. Untuk itu,
sampel penelitian yang diambil adalah para dealer atau pialang perdagangan
mata uang.
Dealer adalah orang yang bertugas melaksanakan transaksi penjualan atau
pembelian mata uang dalam bisnis perdagangan mata uang terhadap mata uang
lainnya. Karakteristik pekerjaan ini banyak melibatkan risiko karena keputusan
yang salah dalam menentukan mata uang mana yang harus dibeli atau dijual
dapat mengakibatkan kerugian dalam jumlah yang besar. Risiko yang ditanggung
dealer menjadi terasa besar karena seringnya ia membuat keputusan pembelian
/penjualan.
Untuk mengetahui preferensi terhadap risiko dan kepuasan kerja pada dealer,
digunakan kuesioner. Kuesioner ini disebarkan kepada para dealer di Jakarta
dengan prinsip ketersediaan dan kemudahan. Untuk mengetahu hubungan antara
preferensi terhadap risiko dan kepuasan kerja para dealer digunakan perhitungan
statistik korelasional.
Dari penelitian ini didapatkan hasil korelasi yang tidak signifikan antara preferensi
terhadap risiko dan tingkat kepuasan kerja yang dialami pada dealer. Hal ini berarti
untuk sampel penelitlan ini, tingkat preferensi terhadap risiko tidak mempengaruhi
tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Tidak signifikannya hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena beberapa hal.
Antara lain karena kelemahan pada karakteristik sampel dan teknik pengambilan
sampel, faktor kepentingan kesesuaian kepribadian - pekerjaan bagi sampel
penelitian, dan kurangnya elaborasi dari penelitian ini. Untuk penelitian-penelitian
sejenis di masa datang, peneliti menyarankan agar kekurangan-kekurangan dalam
penelitian ini dapat diperbaiki."
1994
S2314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>